Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI


JUDUL: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASA
NIFAS DAN MENYUSUI (PROSES LAKTASI DAN
MENYUSUI)

Dosen Pengampuh : Andi sufiani S.ST., M.Keb


Disusun oleh Kelompok 2 :
Rabiatul Hayati (022021006)
Andini (022021003)
Audi Lestari (022021012)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa, karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui"
dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Makalah “ Faktor-faktor yang
mempengaruhi masa nifas dan menyusui“ di susun guna memenuhi tugas Ibu
selaku dosen Ibu Andi sufiani S.ST.,M.Keb pada mata kuliah Asuhan Nifas dan
menyusui. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang “Faktor-faktor yang mempengaruh masa nifas dan
menyusui”.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati,
penulis selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan.

Palopo 23 september 2022

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Anatomi Dan Fisiologi Payudara................................................................................2

B. Fisiologi laktasi...........................................................................................................4

C. Dukungan Bidan dalam pemberian ASI......................................................................6

D. Manfaat Pemberian ASI.............................................................................................7

E. Komposisi gizi dalam Asi...........................................................................................11

F. Hal-hal yang mempegaruhi Asi.................................................................................12

G. Tanda bayi cukup ASI...............................................................................................14

H. Asi Ekslusif...............................................................................................................16

I. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)......................................................................................17

J. Cara merawat payudara............................................................................................17

K. Cara Menyusui Dengan Benar..................................................................................18

L. Masalah Dalam Pemberian ASI.................................................................................20

BAB III SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................26

A. Kesimpulan..............................................................................................................26

B. Saran........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu
dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui
selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Maryunani, 2015).
Menyusui dalam hal ini memberikan ASI eksklusif merupakan cara yang terbaik
untuk bayi karena ASI mudah dicerna dan memberikan gizi dalam jumlah yang
cukup untuk kebutuhan bayi. Pelaksanaan pemberian ASI dapat dilakukan dengan
benar jika pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui serta manajemen
Laktasi baik.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI
Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan
dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI esklusif dapat
dihambat oleh beberapa hal, seperti rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga
mengenai manfaat ASI, cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan
konseling laktasi, faktor sosial budaya, gencarnya pemasaran susu formula.
Kurangnya dukungan dari petugas kesehatan dan faktor ibu yang bekerja sebagai
petani, pedagang, teknik sipil atau pekerja swasta (Dinkes, 2008) Pada beberapa
penelitian menggambarkan bahwa pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi
dalam kategori cukup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam makalah ini yaitu Bagaimanakah proses laktasi dan menyusui pada ibu
masa nifas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Dan Fisiologi Payudara
Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara
sternum dan axila yang melebar dari kira – kira iga ke dua atau ketiga sampai ke
iga keenam atau ketujuh. 19 Anatomi payudara yang terletak pada hemithorax
kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Batas - batas payudara yang tampak dari luar:
a. Superior : iga II atau III
b. Inferior : iga IV atau VI
c. Medial : pinggir sternum
d. Lateral : garis aksilaris anterior
2. Batas - batas payudara yang sesungguhnya:
a. Superior : hampir sampai klavikula
b. Medial : garis tengah
c. Lateral : M. Latissimus Dorsi
Bentuk payudara cembung kedepan dengan puting ditengahnya, yang
terdiri atas kulit, jaringan erektil, dan berwarna tua. Payudara berdiameter 10 – 12
cm dan berat 200 gram (saat tidak hamil atau menyusui). Konstituen utama
payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan
jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Secara makroskopik ada tiga bagian umum
payudara, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah yang merupakan daerah
lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi.
Ukurannya bermacam – macam dengan diameter 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi
gelap pada waktu hamil. Puting susu dan areola disusun oleh urat otot yang
lembut dan merupakan sebuahjaringan tebal berupa urat saraf yang berada di
ujungnya. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh
kelenjar montgomery yang berbentuk gelombang – gelombang naik dan
sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Fungsi kelenjar

2
montgomery adalah untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama
menyusui.
3. Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak areola payudara
dengan panjang ± 6 mm. Papilla tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan
merupakan bangunan yang sangat peka. Papilla terletak di pusat areola
mammae setinggi iga keempat, serta mempunyai warna dan tekstur yang
berbeda dari kulit disekelilingnya. Warnanya bermacam – macam dari merah
muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyususi.
Teksturnya dapat bermacam – macam antara sangat halus sampai berkerut
dan bergelombang. Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan
payudara.

Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk norman/umum, pendek/datar,


panjang, dan terbenam/terbalik (infertid) namun, bentuk – bentuk puting ini tidak
selalu berpengaruh pada proses laktasi, karena bayi menyusu pada payudara ibu
bukan pada puting. Dalam proses laktasi yang penting adalah puting susu dan
areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan ke dalam mulut bayi. Kadang
dapatterjadi pada puting normal, tetapi bayi tidak dapat menyusu dengan baik.
Pada papilla dan areola terdapat saraf raba yang sangat penting untuk reflek
menyusu.Bila puting dihisap, terjadilah rangsangan saraf yang diteruskan ke
kenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI.

3
Secara mikroskopis setiap payudara terdiri dari 15 – 20 lobus dari jaringan
kelenjar. Banyaknya jaringan lemak pada payudara bergantung pada faktor,
termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Struktur di dalamnya
menyerupai segmen buah anggur atau buah jeruk yang dibelah.Setiap lobus
terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang diseut alveoli atau acini.

B. Fisiologi laktasi
1. Galaktogenesis, yaitu proses pembentukan atau produksi
ASI Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masingmasing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks oksitosin
atau let down refleks dan reflek prolaktin.
a. Reflek penghasil ASI
Hormon yang berpengaruh dalam penghasilan ASI adalah hormone
prolaktin, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior yang di stimuli
oleh PRH (Prolactin Releasing Hormon) di hipothalamus.Prolaktin
bertanggung jawab atas produksi ASI.Rangsangan produksi prolaktin
bergantung pada pengosongan ASI dari payudara.Makin banyak ASI yang
dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara, makin banyak ASI yang
dibuat. Proses pengosongan payudara sampai pembuatan ASI disebut reflek
prolaktin (Sheerwood, 2009).
b. Reflek aliran/let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan menghasilkan rangsangan
saraf yang dilanjutkan ke dalam kelenjar hipofisis posterior (Astuti, 2014).
Akibatnya, hipofisis posterior menghasilkanoksitosin yang menyebabkan
sel-sel myoepithelial di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong
air susu masuk ke pembuluh laktifer sehingga lebih banyak air susu yang
mengalir keluar. Keadaan ini disebut reflek oksitosin atau let down reflex.
Namun reflek ini dapat dihambat oleh faktor emosi atau psikologis dari ibu
(Sheerwood, 2009).
2. Mammogenesis, yaitu pembentukan kelenjar payudara
Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, masa
siklus menstruasi dan masa kehamilan. Pada masa kehamilan akan mengalami

4
peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan dan lobulus yang
dipengaruhi oleh hormon placenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut
membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen placenta,
korionik gonadotropin , insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan
hormon pertumbuhan. Pada usia tiga bulan kehamilan prolaktin dari
adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk
menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini estrogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran kolostrum masih terhambat, tetapi
jumlah prolaktin meningkat ketika aktifitasnya dalam pembuatan kolostrum
yang ditekan. Setelah melahirkan estrogen dan progesteron akan menurun dan
prolaktin akan meningkat, oksitosin (hipofise posterior) meningkat bila ada
rangsangan hisap, sel miopitelium buah dada berkontraksi.
3. Galaktopoesis, yaitu proses mempertahankan produksi ASI
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar
oksitosin dan prolaktin dalam darah. Hormonhormon ini berfungsi untuk
pengeluaran dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses
pemberian ASI memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli
ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses menyusui.
Kekuatan isapan kurang disebabkan oleh berkurangnya rangsangan menyusu
oleh bayi, frekuensi isapan yang kurang dari singkatnya waktu menyusui
berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air
susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk
mempertahankan pengeluaan air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran.
Komponen penghambat pengeluaran prolaktin yang belum jelas bahannya
menyebabkan terhambatnya pengeluaran prolaktin, beberapa bahan seperti
dopamin, serotonin, katekolamin, dihubungkan ada kaitannya dengan
pengeluaran prolaktin. Oksitosin berfungsi pada sel-sel moepitelium pada
alveoli kelenjar mamae.
Hormon ini berperan untuk memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar. Semakin
sering menyusi, pengosongan alveolus dan saluran semakin baik sehingga

5
kemungkinan terjadinya bendungan susu semakin kecil dan menyusui akan
semakin lancar. Jadi peranan oksitosin dan prolaktin mutlak diperlukan dalam
laktasi.
4. Reflek laktasi
Dimasa laktasi terdapat dua mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks
prolaktin dan refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan involusi
uterus (khususnya pada masa nifas). Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks menurut
(Wiji & Mulyani, 2013), yaitu:
a. Refleks mencari puting susu (Rooting reflex) Mulut bayi akan mendekat
ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka
mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda
yang disentuhkan tersebut.
b. Refleks menghisap (Sucking reflex) Rangsangan putting susu pada langit-
langit bayi menyebabkan refleks menghisap yang dilakukan oleh bayi.
Isapan ini akan menimbulkan areola dan putting susu ibu tertekan, lidah
dan langit-langit bayi sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI
terpancar keluar.
c. Refleks menelan (Swallowing reflex) Kumpulan ASI di dalam mulut bayi
menekan otot-otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.

C. Dukungan Bidan dalam pemberian ASI


Pemberian ASI eksklusif, bahwa jumlah responden yang mendapat
dukungan bidan terhadap pemberian ASI eksklusif sebesar 54,8% (57
responden) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang kurang
mendapat dukungan bidan terhadap pemberian ASI eksklusif yaitu 45,2% (47
responden).
Faktor tenaga kesehatan khususnya bidan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ASI eksklusif. Dimana Bidan bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan terkait ASI eksklusif serta memberikan dukungan
terhadap ibu menyusui yang dimulai saat proses kehamilan, saat pertama
kali ibu menyusui hingga sampai selama ibu menyusui. Selain itu dukungan

6
bidan juga bisa memberikan kepercayaan diri terhadap ibu untuk terus
memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya (Alianmoghaddam et al., 2017).
Menurut (Presiden Republik Indonesia, 2014), bidan wajib memberikan
informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu.Dukungan bidan dalam
mensosialisasikan ASI eksklusif dapat dimulai sejak pemeriksaan kehamilan
sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif.Informasi dan edukasi yang
diberikan meliputi keuntungan dan keunggulan ASI, gizi ibu dan persiapan
serta mempertahankan menyusui.

D. Manfaat Pemberian ASI


1. Bagi anak
a. Mengandung antibody sehingga encegah berbagai penyakit berbahaya
pada bayi
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, ASI
merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh
sehingga dapat menjaga bayi dari berbagai penyakit infeksi virus, bakteri
dan jamur.
Bayi yang diberi eksklusif minimal selama enam bulan juga
memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit infeksi telinga, pilek,
tenggorokan, dan sinus.Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga
bermanfaat untuk melindungi bayi dari penyakit pernapasan akut,
gangguan pencernaan, infeksi usus, sindrom kematian bayi mendadak,
alergi, diabetes, sampai leukemia.
b. Menambah berat badan bayi secara proporsional
Bayi yang diberikan ASI eksklusif biasanya memiliki berat badan
ideal dengan penambahan berat badan yang proporsional.Hal ini
dipengaruhi perkembangan bakteri baik di usus ketika bayi diberi ASI
eksklusif. Bakteri baik ini turut mengatur cadangan lemak di tubuh.Bayi
yang diberi ASI eksklusif juga memiliki lebih banyak hormon pengontrol
nafsu makan dan penyimpanan lemak, dibandingkan dengan bayi yang
diberi susu formula.Selain itu, bayi yang disusui ASI eksklusif cenderung

7
terlatih sejak dini untuk mengatur nafsu makannya, sehingga memiliki
pola makan yang sehat.
c. ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI merupakan lemak tak jenuh yang mengandung
omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi yang
mendapat ASI eksklusif akan bertambah optimal dan terhindar dari
rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih cerdas dan terbebas
dari kerusakan sel-sel saraf.
Beberapa penelitian menyebutkan, bayi yang disusui ASI eksklusif
terbukti memiliki skor kecerdasan lebih tinggi, serta kecil kemungkinan
terkena gangguan perilaku dan kesulitan belajar di kemudian hari.
Perbedaan bayi yang disusui ASI dan susu formula ini pada kecerdasan
anak kemungkinan terkait faktor keintiman, sentuhan, kontak mata dari
ibu menyusui, sampai kandungan nutrisi ASI.
d. ASI mengandung komposisi yang tepat
ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi
terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup. Kuantitas semua zat gizi
yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
e. Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu
dan bayi
Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi,
kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotor maupun sosial yang baik. Secara psikologis menyusui juga
baik bagi bayi dan meningkatkan ikatan dengan ibu.
f. Mengurangi kejadian karies dentis.
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula lebih
tinggi disbanding yang mendapat ASI, Karena menyusui dengan botol dan
dot pada waktu tidur akan, menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan
sisa susu formula dan menyebabkan gigi menjadi asam sehingga merusak
gigi.

8
g. Mengurangi kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah mendorong ke
depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
2. Bagi Ibu
a. Bantu menurunkan berat badan setelah melahirkan
Selepas hamil dan melahirkan, banyak ibu yang merasakan
susahnya menurunkan berat badan.Namun, jangan khawatir. Menyusui
bisa membantu ibu menurunkan berat badan dengan membakar lebih
banyak kalori.Ibu menyusui bisa merasakan manfaatnya setidaknya
setelah tiga bulan memberikan ASI eksklusif pada bayi.
b. Mengembalikan ukuran rahim ibu yang baru melahirkan
Saat hamil, rahim ibu bakal tumbuh membesar dari yang semula
hanya seukuran buah pir.Setelah melahirkan, hormon oksitosin bakal
mengembalikan ukuran rahim ini secara bertahap ke ukuran
sebelumnya.Tubuh ibu mengeluarkan banyak hormon oksitosin selama
persalinan. Tujuannya, untuk memperlancar persalinan dan mengurangi
risiko pendarahan.Nah, proses menyusui bisa membantu meningkatkan
kembali kadar hormon oksitosin. Dengan begitu, rahim bisa lebih cepat
kembali ke ukuran asalnya.
c. Mengurangi risiko depresi pasca-persalinan
Ibu yang menyusui bayinya dengan ASI eksklusif memiliki risiko
terkena depresi pasca-persalinan yang lebih rendah ketimbang ibu yang
menyapih lebih awal atau tidak menyusui.Perlu diketahui, depresi
pasca-persalinan adalah gangguan kesehatan mental yang berkembang
setelah ibu melahirkan Terkadang, ibu memiliki depresi pasca-
persalinan dan membuatnya susah memberikan ASI eksklusif bagi
bayinya. Jika ibu menyusui mendapati masalah kesehatan mental ini,
segera konsultasikan ke dokter.
d. Aspek Kontrasepsi
Prolaktin dihasilkan oleh post anterior hipofise yang dirangsang
oleh hisapan mulut bayi pada putting ibu melalui ujung saraf sensorik.

9
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya
tidak ada ovulasi.
e. Aspek kesehatan ibu
Terbentuknya oksitosin dirangsang oleh kelenjar hipofisis melalui
isapan bayi pada payudara. Oksitosin dapat mempercepat involusi
uterus dan menghambat terjadinya perdarahan setelah persalinan.
Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan setelah persalinan
menekan prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma
mammmae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak
menyusu.
3. Bagi Keluarga
a. Aspek Ekonomi; ASI tidak perlu dibeli, sehingga dapat mengurangi
pengeluaran keluarga.
b. Aspek psikologi; Kebahagiaan bertambah, sehingga suasana kejiwaan
ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan; Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan
kapan saja dan dimana saja
4. Manfaat ASI bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Terdapat faktor
protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi
baik serta angka kesakitan dan kematian menurun. Beberapa penelitian
epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi anak dari penyakit
infeksi, seperti diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan bagian
bawah.
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Denga adanya rawat gabung
maka akan memperpendek lama rawat inap ibu dan bayi, mengurangi
komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya
perawatan anak sakit.
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula. ASI dapat dianggap
sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan aka
menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli susu formula.

10
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa karena anak yang dapat
ASI dapat tumbuh kembang secara optimal.

E. Komposisi gizi dalam Asi


1. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak.Sekitar 50% kalori ASI
berasal dari lemak.Kadar lemak dalam ASI antara 3.5 - 4.5%. Walaupun
kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena
trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol
oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolesterol ASI lebih tinggi
dari pada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI seharusnya
mempunyai kadar kolesterol darah lebih tinggi, tetapi ternyata penelitian
Osborn membuktikan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih banyak
menderita penyakit jantung koroner pada usia muda. Diperkirakan bahwa
pada masa bayi diperlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk merangsang
pembentukan enzim protektif yang membuat metabolisms kolesterol menjadi
efektif pada usia dewasa.
Disamping kolesterol, ASI mengandung asam lemak esensial: asam
linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Disebut esensial karena
tubuh manusia tidak dapat membentuk kedua asam ini dan harus diperoleh
dari konsumsi makanan. Kedua asam lemak tersebut adalah precursor
(pembentuk) asam lemak tidak jenuh rantai panjang disebut decosahexaenoic
acid (DHA) berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari
Omega 6, yang fungsinya sangat penting untuk pertumbuhan otak anak.
Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada
permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk dimana kadar lemak
ASI rendah (1 -2 g/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan
pada akhir menyusu setelah 15-20 menit). Kadar lemak bisa mencapai 3 kali
dibandingkan dengan foremilk.
2. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi
dibanding susu mamalia lain (7g%). Laktosa mudah diurai menjadi glukosa
dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa

11
saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat lain, yaitu
mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasilus
bifidus.
3. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar
0.9%. 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding
kasein (protein utama susu sapi). Kecuali mudah dicerna, dalam ASI terdapat
dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam susu sapi yaitu sistin dan
taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik, sedang taurin untuk
pertumbuhan otak.Selain dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat
diperoleh dari penguraian tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim pengurai
tirosin ini belum ada.
4. Garam dan mineral
Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik,
sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah. ASI
mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. Bayi yang
mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak dimodifikasi dapat
menderita tetpii (otot kejang) karena, hipokalsemia. Kadar kalsium dalam
susu sapi lebih tinggi dibanding ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi,
sehingga mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium.

F. Hal-hal yang mempegaruhi Asi


1. Asupan makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu memengaruhi produksi ASI.Bila makanan
yang disantap mengandung gizi seimbang dan teratur, diharapkan kelenjar
pembuat ASI dapat bekerja optimal. Maka penuhi kebutuhan kalori, protein,
lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup.Kemudian, ada bebeberapa
makanan yang sebaiknya dihindari kala ibu menyusui di antaranya makanan
yang banyak mengandung gula dan lemak.Lalu, makanan yang merangsang
seperti cabe, jahe, merica, kopi.Lalu, makanan yang membuat kembung seperti
kol, sawi, daun bawang.
2. Psikis

12
Tak kalah penting adalah kondisi psikis ibu. Keadaan emosi sangat
memengaruhi refleks pengaliran susu. Pasalnya, refleks ini mengontrol
perintah yan g dikirim oleh hipotalamus pada kelenjar bawah otak. Bila ibu
sedang dalam kondisi stres, cemas, khawatir, tegang, dan sebagainya, air susu
tidak akan turun dari alveoli menuju puting. Umumnya kejadian ini
berlangsung apda hari-hari pertama menyusui dimana refleks pengaliran susu
belum sepenuhnya berfungsi. Nah, refleks pengaliran susu dapat berfungsi baik
bila ibu merasa rileks dan tenang, tidak tegang ataupun cemas. Karena itu, pasti
ibu tak kelelahan, tenang, dan istirahat cukup. Peran keluarga, dalam hal ini
suami juga penting untuk menjaga kondisi psikis istri agar tetap merasa
tenang, menciptakan suasana yangnyaman.
3. Perawatan payudara
Sebaiknya perawatan payudara dilakukan saat ibu masih dalam masa
kehamilan. Kenapa? Karena perawatan yang benar akan memperlancar
produksi ASI. Ya, merangsang payudara akan mempengaruhi hypopise untuk
mengeluarkan hormon progesteron, estrogen dan oksitosin lebih banyak lagi.
Hormon oksitosin akan menimbulkan kontraksi pada sel-sel lain sekitar alveoli
(lubang-lubang kecil di paru-paru) sehingga air susu mengalir turun ke arah
puting. Alhasil, bisa diisap bayi.
4. Frekuensi bayi menyusu.
Semakin ibu sering menyusui bayi, maka produksi ASI juga semakin
banyak. Pastikan frekuensi bayi menyusu secara langsung maupun
memerah/memompa ASI. Bila ibu jarang menyusui atau berlangsung sebentar
maka hisapan anak berkurang. Efeknya, pengeluaran ASI berkurang. Seperti
kita tahu, bila mulut bayi menyentuh puting ibu, refleks mengisapnya segera
bekerja.
5. Bayi kurang bisa menghisap ASI
Adakalanya bayi kurang bisa menghisap ASI dengan efektif. Beberapa
faktor yang memengaruhi proses menghisap ini antara lain perlekatan yang
kurang sempurna dan struktur mulut dan rahang yang kurang baik.Hisapan
bayi yang efektif akan mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan
memerintahkan untuk memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin

13
6. .Pengaruh obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi mengandung hormon memengaruhi
hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini terganggu, otomatis
memengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI.
7. Alat KB
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui dapat memengaruhi
jumlah produksi ASI. Karena itu, hendaknya diperhatikan dengan baik
pemakaian alat KB yang tepat.

G. Tanda bayi cukup ASI


Tanda bayi cukup ASI penting untuk ibu ketahui. Soalnya, ASI menjadi
asupan utama bagi bayi, khususnya di 6 bulan pertama kehidupannya. Jadi,
kebutuhannya harus terpenuhi setiap hari.
Saat menyusui, pastikan ibu mendengar Si Kecil mengisap dan menelan
ASI dengan pola yang teratur. Bayi juga harus terlihat nyaman setelah menyusu,
misalnya tertidur atau wajahnya terlihat tenang dan santai. Jika hal ini terpenuhi,
seharusnya Bunda tidak perlu khawatir bayi mengalami kekurangan ASI. Berikut
ini adalah beberapa tanda bayi cukup asi:

1. Berat badannya bertambah


Peningkatan berat badan bayi merupakan salah satu tolok ukur untuk
menilai apakah ia sudah mendapatkan cukup ASI atau belum. Namun, Bunda
juga perlu tahu bahwa bayi akan mengalami penurunan berat badan saat 1
minggu setelah mereka lahir. Hal ini tergolong normal.
Bayi yang diberi susu formula akan mengalami penurunan berat badan
yang normal banyak 5%, sedangkan bayi yang beri ASI eksklusif berat
badannya bisa turun sebanyak 7–10%. Sebagai contoh, bayi lahir dengan berat
badan 3 kg dan diberi ASI eksklusif, penurunan berat badan hingga 2,7 kg di
minggu pertama masih dianggap normal. Kalau bayi cukup mendapatkan ASI,
berat badannya baru akan bertambah saat 1–2 minggu setelahnya. Usia 5-6 bulan
BB mencapai 2 kali BB lahir. Sedangkan usia 1 tahun 3 kali BB lahir dan 2
tahun 4 kali BB lahir serta naik 2 kg/tahun

14
2. Buang Air Kecil Secara Teratur
Normalnya, bayi berusia di bawah 5 hari perlu diganti popoknya hingga 6
kali sehari. Saat usia bayi sudah lebih dari 5 hari, popoknya perlu diganti hingga
6–8 kali sehari, jika ia mendapatkan cukup ASI. Pada bayi yang cukup diberikan
ASI, popoknya akan terlihat basah setiap kali diganti, dengan warna urine jernih
atau kekuningan.
3. Bayi sering BAB berwarna kekuning-kuningan
Perhatikan juga perubahan warna tinja Si Kecil. Pada beberapa hari
pertama setelah lahir, tinjanya akan berwarna gelap dan lengket. Setelah bayi
mendapatkan cukup ASI, tinjanya akan berwarna kuning cerah. Feses berwarna
kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy
milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5
hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti ter), atau
transisi antara hijau kecoklatan, yang merupakan salah satu tanda bayi kurang
mendapat ASI.
4. Terlihat Tenang dan nyaman
Kalau mood bayi bagus dan aktif bergerak, ini bisa menjadi pertanda kalau
ia cukup mendapatkan ASI. Setelah disusui dengan cukup, bayi juga biasanya
akan tampak kenyang dan tidak rewel serta terkadang langsung tertidur pulas.
5. Bayi Menyusu Dengan Perlekatan Yang benar
Bayi menyusu 8 - 12 kali sehari dengan pelekatan yang benar pada setiap
payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap
payudara. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama
menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 - 7 hari, lebih-
lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak
melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan
membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan produksi
ASI.
6. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
7. Ibu dapat merasakan geli setiap aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu
8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI
9. Bayi menyusu kurang lebih 10-12 kali dalam 12 jam

15
H. ASI Ekslusif
Kata eksklusif diambil dari kata asli bahasa inggris, exclusi yang menurut
kamus (John M.Ecolos & Hasan Shadily) artinya sendirian, tidak disertai dengan
yang lain, Dengan demikian pemberian ASI eksklusif diartikan sebagai pemberian
ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan apapun sejak bayi lahir sampai umur
tertentu. (Budiasih, 2008) Menurut Setyo dan Sri (2011) ASI eksklusif dikatakan
sebagai pemberian ASI selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Menyusui (breast-
feeding) memberi sang bayi makanan melalui kecupan ke putting susu sang ibu
kandung pasca persalinan. Inilah yang di kategorikan ASI Eksklusif. Menyusui
tanpa melalui puting susu ibu kandung bagi sang bayi tidak dikategorikan
menyusui dan tidak dikategorikan ASI eksklusif, karena hanya sekedar memberi
makanan berupa ASI. dengan memberikan ASI melalui kecupak putting susu ibu
kandung bayi mendapatkan makanan yang memenuhi kebutuhan jasmani dan
sekaligus mendapatkan kasih sayang serta cinta kasih yang memenuhi kebutuhan
psikis atau batin sang ibu maupun sang bayi (Mangku Sitepoe 2013) 9 Hubungan
Dukungan Bidan.
Di dalam kitab suci Al-Qur’an dengan penjabaran sebagai berikut hendaknya
ibu – ibu menyusui anak – anaknya secara Eksklusif 0 – 6 bulan dan selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah
untuk menafkahinya pakainya mereka dengancara yang patut. (Q.S. Al-Baqoroh :
233) Jumlah isapan ASI di pengaruhi oleh komposisi dan keiasaan menyusui.
Volume setiap isapan adalah 0,14 -0,01 cc dan rata – rata isapan 2 detik .
menyusui harus di bedakan dari pemberian ASI, pemberian ASI mencakup tidak
hanya memberikan ASI melalui kecupan putting susu sang ibu tetapi juga ASI
didinginkan atau diawetkan dan ASI melalui bank ASI. kuantitas produksi ASI
dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu, ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI
sekitar 600-800 ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi kurang hanya
memproduksi ASI sekitar 500-700 ml.(Marmi,2013).

16
I. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD yakni pemberian kesempatan terjadinya kontak kulit antara bayi yang
baru lahir dengan ibunya minimal selama satu jam atau sampai menyusu pertama
selesai dilakukan. Inisiasi Menyusu Dini akan meningkatkan kepercayaan diri ibu
untuk tetap memberikan ASI hingga merasa pemberian makanan atau minuman
apapun tidak perlu diberikan untuk bayinya.
IMD membuat ibu merasakan sentuhan bayi ketika diletakkan di dada atau
perutnya. Ibu yang merasakan sentuhan tersebut dapat melihat bayi yang lahir
sehat dan selamat sehingga tidak merasa stres dan memicu produksi hormon
prolaktin. Bayi akan memiliki daya hisap yang kuat dan lama disusui ketika
pernah melakukan inisiasi menyusu dini. Hal tersebut membuat ibu memiliki ASI
yang lebih banyak dan bayi yang telah disusui akan tertidur sehingga makanan
atau minuman tambahan tidak perlu diberikan ke bayi. Pengetahuan dan motivasi
ibu sebagai faktor predisposisi praktik IMD dipengaruhi oleh informasi yang
didapat baik dari penyedia fasilitas kesehatan saat pemeriksaan kehamilan dan
informasi dari media massa. Saat pemeriksaan kehamilan ibu mendapat
penyuluhan intensif dari tenaga kesehatan tentang ASI eksklusif, perawatan
payudara dan posisi yang benar saat menyusui.

J. Cara merawat payudara


Salah satu cara Memperbanyak air susu ibu yaitu dengan memberikan
rangsangan pada otot – otot buah dada ibu. Terdapat 2 cara, pengurutan dan
penyiraman buah dada. Dengan cara pengurutan atau masase, diadakan dengan
tujuan memberikan rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat
memproduksi ASI. Dilakukan pada waktu pagi dan sore, dilakukan sebelum
mandi kemudian diteruskan dengan penyiraman bersamaan dengan mandi, adapu
alat – alat yang diperlukan untuk pengurutan dan penyiraman buah dada ini ialah :
1. Bahan pelumas kutil, seperti minyak kelapa, talk, sabun.
2. 2 Handuk kecil atau waslap atau kain yang bersih, lunak,cukup tebal, dan
mudak menyerap air untuk menggosok buah dada.
3. 2 handuk besar, 1 untuk menutup punggung dan 1 untuk mengeringkan
sesudah dicuci dan mandi.
4. 2 buah kom besar untuk menampung air panas dan dingin.

17
5. Kutang bersih sesuai dengan ukuran buah dada ibu, dan perlengkapan lainya.
Caranya :
a. Kedua telapak tangan diberi talk atau diulas dengan minyak.
b. Payudara kiri diurut dengan tangan kiri, begitu juga dengan payudara
yang kanan diurut oleh tangan kanan.
c. Pengurutan dari tengah berputar kesamping, terus kebawah, dilakukan
berulang – ulang 1- - 15 menit.
d. Bagian samping payudara diurut dari pangkal dari pangkal keputing,
dilakukan berulang selama 10 – 15 kali.
e. Bagian bawah payudara diurut kearah putting, 15 – 20 kali.
f. Setelah pengurutan dilanjutkan dengan penyiraman.
g. Ibu bias dengan duduk atau berdiri, pakaian atas dibuka, punggung
ditutup dengan handuk.
h. Kom air panas dan dingin, sediakan dikamar mandi. 9) Siram payudara
dengan air hangat kurang lebih 10 kali.
i. Dibilas dengan air dingin kurang lebih 10 kali, kemudian terakhir disiram
dengan air hangat.

K. Cara Menyusui Dengan Benar


1. Persiapan Ibu
a. Mencuci tangan
b. Ibu mengambil posisi yang nyaman: duduk bersandar, tidur miring, atau
berdiri. Bila duduk jangan sampa kaki menggantung.

c. Minta ibu untuk mengeluarkan sedikit ASI dengan cara meletakan ibu jari
telunjuk sejajar dengan tepi areola, kemudian tekan kearah dinding dada
lalu dipencet sehingga ASI mengalir keluar. Minta ibu untuk mengoleskan

18
ASI tersebut pada putting susu dan areola sekitarnya. Hal ini bermanfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
2. Posisi Bayi
a. Menempatkan kepala bayi pada lengkung siku ibu, kepala bayi tidak
boleh tertengadah, sokong badan bayi dengan lengan dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu. Dan memegang bayi dengan satu
lengan saja
b. Menempatkan satu lengan bayi dibawah ketiak ibu dan satu didepan
c. Meletakan bayi menghadap perut/payudara ibu, perut bayi menempel
badan ibu, kepala bayi menghadap payudara sehingga telinga dan
lengan bayi berada pada satu garis lurus.
d. Menatap bayi dengan kasih sayang
3. Perlekatan Bayi
Tanda perlekatan bayi yang baik dengan metode CALM:
a. Dagu bayi menempel di payudara (C = Chin)
b. Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi terutama areola
bagian bawah (A: areola)
c. Bibir bayi terlipat keluar (bibir atas terlipat keatas dan bibir bawah
terlipat ke bawah) sehingga tidak mencucu (L : Lips)
d. Mulut terbuka lebar (M: Mouth)

4. Melepas Isapan
a. Jari kelingking dimasukan kedalam mulut bayi melalui sudut mulut
atau dagu bayi ditekna kebawah
b. Selanjutnya menyusui berikutnya untuk dimulai dari payudara yang
belum terkosongka atau yang diisap terakhir
c. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum
terkosongkan.

19
d. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
keputing susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya.
5. Menyendawakan bayi
Bertujuan untuk membantu ASI yang masih ada disaluran cerna bagian
atas masuk ke lambung sehingga dapat mengeluarkan udara dari lambung
agar bayi tidak muntah setelah menyusui.
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan
b. Atau bayi tidur di pangkuan ibu, punggunya ditepuk perlahan-lahan.

L. Masalah Dalam PemberianASI


1. Masalah pada bayi.
a. Bayi enggan menyusu; Perhatikan kondisi bayi, apakah ia dalam kondisi
sakit. kemungkinan bayi enggan menyusu disebabkan hidung tertutup
lendiratau ingus,karena pilek, sehingga sulit bernapas, bayi mengalami
stomatitis (sariawan) ,moniliasis sehingga nyeri untuk mengisap,
terlambat mulainya menyusu ketika berada di rumah sakit karena tdakdi
rawat gabung, ditinggal ibu cukup lama, karena ibunya sakit atau bekerja.
b. Bayi dengan refleks isap lemah; Bayi yang lahir kurang bulan atau
dengan gangguan mengisapakan mengalami kesulitan saat menyusui.
Untuk bayi dengan kondisidemikian, sebaiknya ASI dikeluarkan atau
diperah dan diberikankepada bayi dengan sonde lambung atau pipet.
Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk mengisap.
c. Bayi kuning; Adakalanya kasus bayi kuning terjadi karena
berkurangnya pemberian ASI pada saat awal kelahiran. Segeralah untuk
menyusui secara dini,hal ini sangat penting karena bayi akan
mendapatkan kolostrum .Kolostrum berfungsi mencegah dan
mengeluarkan bilirubin pada bayimelalui mekonium. Dengan menyusui
secara dini dan lebih sering, bayimendapatkan ASI lebih banyak dan
pengeluaran feses atau kotoran bayilebih lancar.
d. Bayi kembar; Produksi ASI sesuai dengan rangsangan yang diberikan,
menyusui bayi dengan kedua payudara secara bergantian. Dua bayi ajan

20
menghisap lebuh banyak atau lebih sering sehingga produksi ASI juga
lebih banyak, seehingga ibu tidak perlu khawatir apabila memiliki bayi
kembar, menyusu kedua bayi dapat dilakukan bersama-sama atau
bergantian, sebaiknya dimulai dnegan bayi yang kecil terlebih dahulu.
e. Bayi sumbing; Apabila celah hanyaterjadi pada bibir langit-langit lunak
(palatummolle) bayi dapat disusui dengan posisi tertentu, namun apabila
celahluas dan meliputi bibir,gusi, dan langit-langit keras
(palatumdurum),perlu dibuatkan protesa yang akan menutup celah itu
agar bayi bisa minum tanpa tersedak.
f. Bayi terpisah dengan ibunya karena sakit; Bila bayi sakit dan
memerlukan perawatan medis, sebaknya tersedia fasilitas untuk ibu agar
ASI tetap diberikan. Namun jika tidak memungkinkan maka ibu
dianjurkan memerah ASI setiap 3 jam. Sehingga bayi tetap dapat
mendapatkan manfaat ASI.
g. Bayi bingung ASI; Nipple confusion atau istilah bayi bingung putting
yang dipakai untuk bayi yang tidak menyusu lagi pada ibunya karena
telah dicoba minum dari botol atau dot. bayi bingung putting dutandai
dengan saat menyusu pada ibu bayi menolak, jika menyusu mulutmya
mencucu seperti minum dot, sebentar-bentar bayi mlepaskan isapannya,
untuk mneghindari hal tersebut sebaiknya hindari penggunaan dot,
gunakan pipet atau sendok saat memberikan ASI perahan.
2. Masalah Pada Ibu
a. Kurangnya Informasi
Akibat kurangnya informasi, banyak ibu menganggap susu
formulasama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI.
melaksanakan program ASI ekslusif, ibu dan keluarganya perlu mengua
sai informasitentang fisiologi laktasi , keuntungan pemberian ASI ,
kerugian susu formula, cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa
yag harusdihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar
menyusui.

21
b. Putting Susu Yang Pendek/Terbenam
Putting susu yang pendek/ terbenam mrupakan beberapa bentuk
putting susu. Putting hayalah kumpulan muara saluran ASI dan tidak
mengandung ASI. ASI disimpa di sinus laktiferus yang terletak di
daerah areola mamae.Untuk itu bila bayi membuka mulutnya lebar-
lebar, sampa aerola mamae masuk kedalam mulut bayi. Dengan
demikian menyebabkan payudara dan putting susu tertarik
keluar/menonjol atau dapat pula dilakukan menarik putting susu keluar
dengan jari tangan ibu, tahan selama beberapa waktu. Lakukan hal ini
sebnayak dua kali atau menggunakan spuit untuk menarik putting susu
atau gunakan alat bantu seperti nipple shield atau breast shiled.
c. Payudara bengkak / penuh
Dua atau tiga hari masa persalinan payudara sering kali terasa
penuh, tegang dan nyeri. Kondisi ini terjad karna adanya bendungan pada
pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mula banyak diproduksi
namun bayi belum pandai menyusu. Jika ibu malah berhenti meyusui
karena ibu kesakitan, kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan
payudara mengilap dan ibu mengalami demam. Untuk mengurangi rasa
sakit yang tak tertahankan dan demam akibat pembengkakan, kompres
payudara dengan kompres dingin serta minum obat penurun demam dan
pengurang rasa sakit.
d. Puting susu nyeri / lecet
Puting susu nyeri/lecet terjadi akibat beberapa faktor, yang
dominan adalah kesalahan pada posisi ibu menyusui saat bayi hanya
mengisap pada puting. Seharusnya sebagian besar ariola masuk kedalam
mulut bayi. Biasanya akan terjadi pada hari hari pertama atau awal
menyusui. Puting lecet juga dapat terjadi jika apabila diakhir
menyusui, bayi tidak benar melepaskan hisapan atau jika ibu sering
membersihkan puting dengan sabun, karena pH sabun semakin membuat
puting susu kering. Untuk mengatasi puting lecet dan nyeri, memperbaiki
posisi menyusui. Mulailah menyusui dari payudara yang tidak sakit
karena isapan pertama bayi yang lapar biasanya lebih kuat. Untuk

22
mengobati lecet pada puting, olesi sedikit ASI pada putting tersbut dan
biarkan mongering. Jika sakit tidak tertahan ibu dapat meminum obat
pengurang rasa sakit.
e. Saluran ASI tersumbat
Kelenjar air susu manusia memiliki 15-20 saluran ASI. Satu atau
lebih saluran ini bisa tersumbat karena tekanan jari ibu saat menyusui,
posisi bayi, atau kutang yang terlalu ketat, sehingga sebagian saluran ASI
tidak mengalirkan ASI. Sumbatan juga dapat terjadi karena ASI dalam
saluran tersebut tidak segera dikeluarkan karena ada pembengkakan.
Untuk mengatasinya, menyusuilah dengan posisi yang benar, ubah ubah
posisi menyusui agar semua saluran ASI dikosongkan, dan gunakan
kutang yang menunjang, tetapi tidak terlalu ketat. Selain itu, sebaiknya
ibu menyusui dari payudara yang tersumbat, dan pijatlah daerah yang
tersumbat kearah puting agar ASI bisa keluar.
f. Radang Payudara
Jika puting lecet, saluran tersumbat, atau terjadi pembengkakan
yang tidak tertangani dengan baik, bisa berlanjut menjadi radang
payudara. Payudara akan terasa bengkak, sangat sakit, kulitnya berwarna
merah, dan disertai demam. Lakukan perawatan payudara disertai
istirahat yang cukup. Segeralah berobat ke dokter untuk meminta obat
antibiotic dan pereda nyeri.
g. Abses payudara
Payudara bewarna lebih merah mengilap, berisi nanah, dan ibu
merasa lebih sakit. Penanganan hampir sama dengan radang, namun
nanah yang terjadi harus dikeluarkan dengan insisi. Selama
luka bekas insisi belum sembuh sehingga bayi hanya dapat menyusui dari
payudara yang sehat. Berikan antibiotik dosis tinggi disertai analgetik.
h. Ibu dengan postsectio
Jika dalam 12 jam ibu belum mampu menyusui akibat
pengruh pembiusan, ASI dapat diperah dan diberiakn menggunakan
sendok. Jika ibu telah sadar, kondisi ibu dan bayi baik, ibu dapat segera
menyusui bayi diruang pemulihan. Pilih posisi menyusui

23
denganmenghindari tekanan luka bekas sayatan. Anjurkan dengan
posisi berbaring miring, posisi memengang bola (football position).
i. Ibu dengan Penyakit
Pada umumnya, ibu yang sakit masih dapat tetap menyusui
bayinya, kecuali jika ibu sakit sangat berat, seperti gagal ginjal, jantung,
atau kanker. Jika ibu mengidap penyakit infeksi akut, penularan yang
akan terjadi sebenarnya lebeih sering dari percikan air ludah atau
sentuhan daripada ASI. Jadi agar aman ibu menggunakan masker saat
menyusui. Jika ibu terpaksa dirawat kerumah sakit, ASI harus tetap
diberikan kepada bayi secara langsung atau ASI diperah. Dalam kasus
penyakit yang membutuhkan penanganan khusus, misalkan ibu yang
menderita hepatitis B dan HIV yang didapt selama kehamilan, diabetes,
TBC, paru aktif perlu disertai penanganan khusus. Misal ibu dengan
diabetes tetap menyusu dengan dimonitor kadar gula darahnya. Namun,
penularan virus pada bayi melalui ASI masih menjadi kontroversi.
j. Ibu menyusui hamil lagi
Kehamilan bisa saja terjadi pada saat ibu masih menyusui, jika
masa subur telah kembali dan ibu belum KB. Pada ibu hamil akan terjadi
perubahan hormone, takni peningkata estrogen dan progesterone,
sehingga akan menekan hormone prolaktin akibatnya komposisi rasa ASI
akan berubah. Dan jumlahnya pun secara bertahap akan berkurang. Jika
ibu hamil dan tetap menyusui akan terjadi rangsangan isapan pada
payudara yang menyebabkan kelenjar hipofisis mlpaskan oksitosin
(hormone yang selan merangsang reflex pengaliran ASI dapat
mempercepat kelahiran). Namun beberapa penelitian terbaru juga
menyimpulkan bahwa tidak ada teori yang melatarbelakagi anggapan
bahwa menyusui dapat memicu terjadnya keguguran atau persalinan
sebelum waktunya bila kehamilan ibu yang bersangkutan sehat. Rahim
juga memiliki daya tahan yang cukup kuat untuk mencegah hormone
oksitosin yang dilepaskan selama berlangsungnya. Pada dasarnya, selama
kehamilan ibu sehat, ibu tidak perlu takut untuk tetap menyusui bayinya.

24
.

25
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Menyusui dalam hal ini
memberikan ASI ekklusif merupakan cara yang terbaik untuk bayi karena ASI
mudah dicerna dan memberikan gizi dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan
bayi. Dibandingkan dengan pemberian susu formula, tentunya kandungan yang
terdapat dalam ASI memiliki banyak manfaat buat tumbuh kembang si bayi.
Bahkan berdasarkan survey penelitian, ternyata terdapat suatu perbedaan antara
tumbuh kembang anak dan pola pikir anak yang diberikan susu formula dengan
yang diberikan ASI Selama 6 bulan. Tentunya hal ini juga di tunjang oleh
pengetahuan ibu, dukungan keluarga serta dukungan dari bidan sebagai tenaga
kesehatan terkait dengan proses laktasi dan menyusui.
B. Saran
Pemberian ASI dapat dilakukan dilakukan secara maksimal apabila
manajemen proses laktasi diterapkan dengan baik seperti meningkatkan
pengetahuan mengenai cara merawat payudara, cara menyusui dengan benar, hal-
hal apa saja yang menghambat pemberian ASI, dan tentunya harus mengetahui
manfaat apa saja yang diperoleh dari pemberian ASI. Apabila hal-hal tadi sudah
diketahui oleh ibu maka si bayi puas dan nyaman, ibu pun akan merasa memiliki
kebanggaan tersendiri tentunya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna dan Diah Wulandari.2009. Asuhan Kebidanan nifas.


Yogyakarta : Mitra Cendekia
Utami,R.2008. Inisiasi Menyusui Dini (Plus ASI Eksklusif). Cetakan ke-2.
Jakarta: Pustaka Bunda
Saleha Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

27

Anda mungkin juga menyukai