Anda di halaman 1dari 19

JURNAL READING

MASALAH MENYUSUSI

Disusun Oleh :

Irmayanti Ginting (133307010072)

Enrika Setiani Damanik (133307010037)

Pembimbing :

Dr. dr. Mangatas Silaen Sp.OG, MKM

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
RSU ROYAL PRIMA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Journal Reading ini dengan judul”masalah
menyusui”.
Penulisan Jurnal Reading ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Obsteri dan Ginekologi yang
dilaksanakan di RSU Royal Prima Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Dr.
dr. Mangatas Silaen, M.K.M, Sp.O.G yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Journal Reading ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan
kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................2
2.1 Anatomi Payudara.............................................................................................................2
2.2 Fisiologi Payudara ............................................................................................................3
2.3 Masalah meyususi.............................................................................................................4
2.3.1 Masalah menyusui pada antenatal ..........................................................................4
2.3.2 Masalah menyusui pada masa pascapersalinan dini...............................................5
2.3.3 Masalah menyusui pada masa pascapersalinan lanjut.............................................7
2.3.4 Masalah menyusui pada ibu ..................................................................................9
2.3.5 Masalah memyusui pada bayi ................................................................................10
SOAL UKMPPD.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
PENDAHULUAN

Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar fibrosa, dan
jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan
otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior
dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas
payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis mayor dan masuk ke axilla.
Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II – IV.
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah,
baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah dari ibu yang timbul
selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca
persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan
karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau
“menolak” menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya
tidakenak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya
keputusan untuk menghentikan menyusui.Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan
manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang
sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
Dalam pemberian ASI atau menyusui, ibu sering mengalami beberapa masalah dan
kendala baik itu dari ibu atau dari bayinya, masalah tersebut dapat menyebabkan kegagalan dan
ketidak berhasilan dalam proses menyusui. Ibu tidak dapat mengatasi masalah menyusui ini,
sehingga memutuskan untuk tidak memberikan ASI ke bayinya dan memilih untuk memberikan
susu formula. Ibu menganggap dirinya tidak mampu untuk menyusui karena ASI keluarnya
sedikit, putting susunya lecet, dan lain-lain, ibu juga menganggap bayinya tidak mau untuk
disusui, sehingga bayinya terus menangis dan menolak untuk mengisap ASI.
Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak ibu masih hamil (sebelum
melahirkan) dan sesudah melahirkan (post natal).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara


Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar fibrosa, dan
jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan
otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior
dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas
payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis mayor dan masuk ke axilla.
Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II – IV.
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang
membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola
merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Tuberkel – tuberkel
Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola. Puting (papilla mammaria)
merupakan bagian yang menonjol dan berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI.
Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan
cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah
dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava
superior sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan aerola
adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui
nodus limfe aksilar

2
2.2 Fisiologi Payudara
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarke; pada bayi,
anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya berbentuk rudimenter. Fungsi utama payudara
wanita adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen
dan progesteron.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa pubertas, dimana estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan
pembesaran payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama menstruasi terjadi pembesaran
vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga menyebabkan payudara mengalami pembesaran
maksimal, tegang, dan nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa Hamil dan
menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan duktus
alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara menyekresikan kolostrum karena
adanya sekresi hormon prolaktin dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus
kemudian melalui duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak beregresi lebih lambat
bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun akhirnya akan menghilang meninggalkan
payudara yang kecil dan menggantung

3
2.3 Masalah Menyusui
Dalam pemberian ASI atau menyusui, ibu sering mengalami beberapa masalah dan
kendala baik itu dari ibu atau dari bayinya, masalah tersebut dapat menyebabkan kegagalan dan
ketidak berhasilan dalam proses menyusui. Ibu tidak dapat mengatasi masalah menyusui ini,
sehingga memutuskan untuk tidak memberikan ASI ke bayinya dan memilih untuk memberikan
susu formula. Ibu menganggap dirinya tidak mampu untuk menyusui karena ASI keluarnya
sedikit, putting susunya lecet, dan lain-lain, ibu juga menganggap bayinya tidak mau untuk
disusui, sehingga bayinya terus menangis dan menolak untuk mengisap ASI.
Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak ibu masih hamil (sebelum
melahirkan) dan sesudah melahirkan (post natal).
Berikut adalah masalah menyusui pada masa antenatal dan post natal yang terjadi pada ibu
dan masalah menyusui pada bayi :

2.3.1 Masalah Menyusui Pada Antenatal


1. Putting susu Datar atau Terbenam

Untuk mengetahui apakah putting susu datar, cubitlah areola di sisi putting susu dengan
ibu jari dan jari telunjuk. Putting susu yang normal akan menonjol, namun putting susu yang
datar tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan putting susu datar mengalami kesulitan besar
waktu menyusui. Dengan pengalaman, banyak ibu yang tetap bisa memberikan ASI kepada
bayinya. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya, misalnya dengan memanipulasi
menarik dengan tangan (Hofman), menarik-narik puting, ataupun penggunaan brest shield dan
breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi

4
yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera
setelah pasca lahir lakukan :
- Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin
- Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai
posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting biar dapat
“keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.
- Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa putting
susu (nipple puller).
- Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan
putting susu ke dalam mulut bayi.

2. Putting susu tidak lentur


Putting susu yang tidak lentur akan menyulitkan bayi untuk menyusu. Meskipun
demikian, putting susu yang tidak lentur pada awal kehamilan seringkali akan menjadi lentur
(normal) pada saat menjelang atau saat persalinan, sehingga tidakmemerlukan tindakan khusus.

2.3.2 Masalah Menyusui Pada Masa Pascapersalinan Dini


1. Payudara Bengkak ( Engorgement)
Sekitar 3 atau hari keempat sesudah ibu melahirkan, kadang-kadang payudara terasa
membengkak atau penuh. Hal ini terjadi karena edema ringan oleh hambatan vena atau saluran
limfe akibat ASI yang menumpuk di dalam payudara. Kejadian seperti ini jarang terjadi kalau
pemberian ASI sesuai dengan kemauan bayi. Faktor-faktor lain yang menyebabkan payudara
bengkak adalah : produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, bayi tidak menyusu
dengan kuat, posisi bayi pada payudara salah sehingga proses menyusui tidak benar, serta
terdapat putting susu yang datar atau terbenam.Untuk mencegah maka diperlukan:
- Menyusui dini dan setiap menyusui payudara harus sampai kosong
- Menyusui tanpa jadwal “on demand”/ Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu
tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar
ketegangan menurun

5
- Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar puting terasa lembek sehingga bayi lebih
muda menghisap
- Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
- Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
- Ibu harus rileks
- Pijat ringan pada payudara yang bengkak
- Stimulasi payudara dan putting Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk
mengurangi udem.
- Pakailah BH yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.
2. Putting Susu Lecet dan Nyeri
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit.
Yang perlu dilakukan adalah : Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi, apakah terdapat Infeksi
Candida (mulut bayi perlu dilihat). Putting susu lecet dapat disebabkan trauma pada putting susu,
selain itu dapat juga terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu bisa
sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Bila dijumpai lecet atau jenis trauma lain pada putting susu,
dapat di tangani dengan:
- kalau rasa nyeri dan luka lecet tidak terlalu berat, ibu bisa terus menyusui bayi.
- Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24
jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam. Selama putting
susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan
dengan alat pompa karena nyeri.
- Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui, putting susu diolesi dengan ASI.
- Jangan membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, krim, dan obat-obatan yang
dapat merangsang kulit / putting susu.
- Lepaskan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu dengan menekan dagu bayi atau
memasukkan jari kelingking ibu yang bersih ke dalam mulut bayi.
- Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin, untuk mengurangi
rasa sakit, diberi pengobatan dengan tablet analgetika.

6
3. Mastitis dan Abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala
diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan
kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan
menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik
pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani mastitis:
- Kompres hangat/panas dan pemijatan
- Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
- Untuk mengatasi infeksi diberi pengobatan dengan antibiotika.
- Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena
mungkin memerlukan tindakan bedah
- Sebelum terbentuk abses, menyusui harus terus diteruskan, dimulai dari bagian yang
sakit. Jika sudah terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh disusukan, mungkin perlu
juga tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap digunakan menyusui, dengan
perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin.

2.3.3 Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut


1. Sindrom ASI Kurang
Sindrom ASI kurang adalah keadaan di mana ibu merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan
berbagai alasan yang menurut ibu merupakan tanda tersebut, misalnya :
- Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu untuk
memproduksi ASI. Ukuran payudara berhubungan dengan beberapa faktor, misalnya
faktor hormonal (estrogen dan progesteron), keadaan gizi, dan faktor keturunan. Hormon
estrogen akan menyebabkan pertumbuhan saluran susu dan penimbunan lemak,
sedangkan hormon progesteron memacu pertumbuhan kelenjar susu. Masukan makanan
yang berlebihan terutama energi akan ditimbun sebagai lemak, sehingga payudara akan
bertambah besar, sebaliknya penurunan masukan energi, misalnya karena penyakit, akan
menyebabkan berkurangnya timbunan lemak termasuk di payudara, sehingga ukuran

7
payudara berkurang. Seberapapun ukuran payudara seorang wanita, tetap dianggap
normal.
- ASI yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih encer, disangka telah
berkurang, padahal kekentalan ASI bisa saja berubah-ubah.
- Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal bayi menangis bisa karena
berbagai penyebab.
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain :
- BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan
- Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; cairan urin pekat, baud an warna
kuning.
Jika ada keluhan-keluhan semacam ini, cobalah mengadakan evaluasi dan pendekatan
psikologis seperti tersebut di atas, serta coba dievaluasi juga hal-hal berikut :
a. ibu jangan merokok, karena merokok mengurangi produksi ASI,
b. kalau ibu menggunakan pil KB, cobalah berkonsultasi dengan dokter,
c. jangan menggunakan alat bantu putting susu, karena akan membingungkan dan
melelahkan bayi, serta mengurangi produksi ASI,
d. Teruskan menyusui dengan sabar dan sesering mungkin, karena akan memperbanyak
produksi ASI
e. Cobalah menyusui dengan payudara pertama selama kurang lebih 10 menit, kemudian
payudara kedua selama kurang lebih 20 menit, karena saat awal bayi lebh kuat menyusu
f. Menyusui dimulai dari payudara yang terakhir disusukan secara berganti-ganti, 7) jangan
memberikan susu buatan, karena akan membingungkan bayi,
g. Ibu harus banyak beristirahat
h. Ibu harus lebih banyak minum
i. Perhatikan kecukupan gizi makanan
j. Ibu harus tenang, santai, jangan tegang / stress, karena ketegangan dan kecemasan akan
mengurangi produksi ASI, jika perlu sesering mungkin lakukan relaksasi
hypnobreastfeeding.
k. Ibu harus menyusui dalam suasana yang nyaman.

8
2. Bingung Puting
Bingung putting (“nipple confusion”) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu ibu. Peristiwa ini terjadi
karena proses menyusu pada putting ibu berbeda dengan menyusu pada botol. Menyusu pada
putting memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah, sebaliknya menyusu pada
botol akan membuat bayi pasif menerima susu karena dot sudah berlubang di ujungnya. Tanda-
tanda bayi bingung putting adalah : bayi mengisap putting seperti mengisap dot, lemah, terputus-
putus, sebentar atau dapat juga bayi menolak menyusu
Karena itu, untuk menghindari bayi bingung putting, perlu dilakukan :
- Jangan menggunakan susu formula tanpa indikasi yang sangat kuat.
- Kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan dengan sendok atau pipet,
jangan sekali-kali menggunakan botol atau kempengan.

2.3.4 Masalah menyusui pada Ibu


1. Ibu yang bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada
beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
- Susuilah bayi sebelum ibu bekerja
- ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja
- Pangosongan payudara di tempat kerja, setiap 3-4 jam
- ASI dapat disimpan dilemari pendingin
- Pada saat ibu dirumah, sesering mungkin bayi disusui, dan ganti jadwal menyusuinya
sehingga banyak menyusui di malah hari
- Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai
dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
- Minum dan makan makanan yan ng bergizi dan cukup selama bekerja dan selama
menyusui bayinya.

9
2.3.5 Masalah menyusui pada bayi
1. Bayi sumbing
Pendapat yang mengatakan bahwa bayi sumbing tidak dapat menyusu tidaklah benar.
Bilamana bayi mengalami sumbing pada palatum molle, bayi dapat menyusu tanpa kesulitan
dengan posisi khusus. Demikian pula bila bayi menderita sumbing pada bibir. Keadaan yang
sulit adalah bila sumbing terjadi pada bibir, langit-langit keras dan lunak (palatum durum dan
palatum molle) sehingga bayi sulit menyusu dengan baik. Ibu harus tetap mencoba menyusui
bayinya, karena bayi masih mungkin bisa menyusu dengan kelainan seperti ini. Keuntungan
khusus untuk keadaan ini ialah, bahwa menyusu melatih kekuatan otot rahang dan lidah,
sehingga membantu perkembangan bicara. Kecuali itu menyusu mengurangi kemungkinan
terjadinya otitis media, yang umumnya mudah terjadi pada bayi dengan palatoskisis. Posisi
menyusui yang dianjurkan pada bayi sumbing adalah :
- Posisi bayi duduk
- pegang putting susu dan areola selagi menyusui, untuk membantu bayi mendapat ASI
yang cukup.
- ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi
- Bila bayi menderita sumbing pada bibir dan langit-langit (labiopalatoskisis), ASI
dikeluarkan dengan manual / pompa, kemudian diberikan dengan sendok / pipet, atau
botol dengan dot yang panjang sehingga ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan
cara ini bayi akan belajar mengisap dan menelah ASI, menyesuaikan dengan irama
pernapasannya.

2. Bayi sakit
Bayi yang sakit mungkin tidak diperbolehkan mendapatkan makanan per oral dengan
indikasi khusus, tetapi pada umumnya bayi masih diperbolehkan mendapatkan ASI. Dengan
demikian, ASI harus tetap diberikan. Bahkan pada penyakit tertentu seperti diare, pemberian ASI
justru penting. Bayi yang mendapat ASI jarang menderita mencret. Bayi normal buang air besar
6 kali sehari, lembek, hal itu bukanlah mencret. Tidak ada alasan sama sekali untuk
menghentikan ASI karena telah terbukti bahwa ASI tidak merugikan bagi bayi yang mencret,
justru memberikan banyak keuntungan. Bayi yang mencret memerlukan cairan rehidrasi yang
cukup, dan mungkin memerlukan tatalaksana khusus sesuai dengan keadaan anak. Telah

10
dibuktikan, bahwa ASI dapat diterima dengan baik oleh anak yang muntah dan mencret. ASI
mempunyai manfaat untuk anak dengan diare, karena :
- ASI dapat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang.
- ASI mengandung zat-zat gizi yang berguna memenuhi kecukupan zat gizi selama diare
yang dengan sendirinya diperlukan untuk penyembuhan dan pertumbuhan.
- ASI mengandung zat kekebalan terhadap kuman penyebab diare.
- ASI mengandung zat yang bermanfaat untuk pertumbuhan sel selaput lendir usus yang
biasanya rusak akibat diare. Anak menderita diare yang mendapat ASI, lamanya diare
lebih pendek serta lebih ringan dibanding anak yang tidak mendapat ASI. Kecuali diare,
bayi seringkali menderita muntah. Muntah pada bayi dapat disebabkan berbagai hal.
Tatalaksana khusus tergantung pada latar belakang penyebabnya. Menyusui bukanlah
kontraindikasi untuk anak muntah, dan anak dengan muntah dapat menerima ASI dengan
baik. Susuilah bayi dalam posisi duduk, sedikit-sedikit tetapi lebih sering. Buat bayi
bersendawa seperti biasanya, tetapi jangan menggoyang-goyang badan bayi, karena dapat
merangsang muntah kembali. Kalau ibu ingin menidurkan bayi, tidurkan dalam posisi
tengkurap atau miring, karena posisi telentang memungkinkan bayi tersedak akibat
muntah yang terjadi.

11
SOAL UKMPPD
1. Seorang wanita G3P2A0 usia 40 th, hamil 30 minggu datang ke rumah sakit dengan
keluhan nyeri kepala, tangan kesemutan, penglihatan kabur, dan kaki bengkak TD:
170/100, diagnosa pada pasien ini adalah ...
a. Eklampsi
b. Hipertensi

c. Hipertiroid

d. Preeklamsi berat

e. Nefrotik sindrom
2. Wanita 45 tahun mengeluh sesak nafas, pemeriksaan laboratorium: SGOT dan SGPT
normal, parameter yang lain juga normal. Hanya dijumpai cairan di bawah diafragma.
Ditemukan tumor ovarium dan kepadatan di peritoneum. Sindrom apakah ini?
a. Sindrom Eisenmenger
b. Sindrom Nefrotik
c. Sindrom Cartegener

d. Meig syndrome

e. Sindrom Hepatorenal
3. Seorang wanita usia 30 tahun mengeluh keluar cairan keputihan dari vaginanya. Terdapat
gatal, vulva dan vagina lecet-lecet karena sering digaruk-garuk. Dari vagina keluar cairan
seperti bulir-bulir nasi atau susu bubuk. Pemeriksaan apa yang harus dilakukan selanjutnya?
a. Darah
b. Pap smear

c. Urin

d. Vaginal swab
4. Seorang wanita 32 tahun G2P1A0 12 minggu datang untuk pemeriksaan rutin kehamilan.
Riwayat anak pertama lahir spontan, hidup, berat badan normal. Sekarang usia 3 tahun,

12
sehat. Sebagai dokter anamnesis penting apa yang dibutuhkan untuk mengetahui risiko
anemia ibu?
a. Kebiasaan diet
b. Riwayat anemia defisiensi kehamilan lalu

c. Anak menderita diare

d. Konstipasi

e. Riwayat obat-obat sebelum kehamilan


5. Ibu penderita TB yang menyusui tidak ingin anak nya tertular, terapi apa yang dianjurkan
untuk diberikan kepada anak tersebut?
a. Rifampisin
b. Etambutol

c. INH

d. Pirazinamide
6. Ibu hamil datang dengan riwayat pengobatan TB tidak teratur, dokter menyarankan untuk
pengobatan TB kategori 2. Jelaskan mengapa pengunaan streptomisin dilarang pada ibu
hamil?
a. Bersifat ototoksik pada janin
b. Streptomisin dapat membuat bayi buta
c. Menyebabkan keguguran

d. Urin berwarna kuning

e. Perdarahan saat melahirkan

7. Seorang perempuan usia 35 tahun melahirkan. Pada saat 2 jam postpartum dokter melakukan
pemeriksaan di dapatkan uterus tidak berkontraksi dan terdapat perdarahan dari jalan lahir,
vital sign : TD 90/70 mmHg, S 36,5 c 18 x/i, nadi 80 x/i. Apakah diagnosis pada kasus di
atas?
a. Atonia uteri.
13
b. Retensio plasenta
c. Solusio plasenta
d. Inversion uteri
e. Prolaps uteri
8. Seorang perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan terlambat haid selama 3 minggu,
saat ini merasa mual muntah dipagi hari. Hasil pemeriksaan KU ibu baik TD 110/70 mmHg,
N 84 x/menit, R 24 x/menit, S 360C. Apakah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
menegakkan diagnosa ?
a. Urin HCG
b. Urin aceton
c. Urin reduksi
d. Urin protein
e. Urin glukosa 
9. Seorang wanita berusia 28 tahun G1P0A0 umur kehamilan 36 minggu dibawa ke RSU
dengan kondisi pasien tidak sadar, mengalami kejang – kejang. Hasil pemeriksaan TD
160/110 mmHg, N 100 x/mnt, R 16 x/ mnt, DJJ irreguler, terdapat oedema pada wajah,
tangan dan kaki. Apakah Diagnosa yang sesuai dengan kasus di atas ?
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Pre eklampsia ringan
d. Pre eklampsia sedang
e. Superimpos Pre eklamsia
10. Seorang perempuan usia 32 tahun G2P1A0 umur kehamilan 28 minggu, datang ke RS
dengan keluhan mengeluarkan darah banyak dari jalan lahir, warna merah segar, tidak
disertai nyeri perut,. Hasil pemeriksaan KU lemah, pucat, Djj 155 x/mnt reguler pemeriksaan
USG plasenta terletak di segmen bawah rahim. Apakah diagnosis yang tepat untuk kasus di
atas?
a. Plasenta akreta
b. Plasenta Previa
c. Solutio Placenta
d. Plasenta Inkreta

14
e. Retensio Plasenta

DAFTAR PUSTAKA

1. Hopkinon J, Schanler RJ. Common Breastfeeding problem. Up to date. 2009


2. Kleigman RM, marcdante KJ, Jensen HB, Behraman RE. Nelson Essentials of Pediatric
5 edition. Elselvier saunders, 2006
3. Lawrence, R.A.: Breast feeding. A guide for the medical profession. Second Edition. The
CV Mosby Company, Toronto.
4. Roberte, W., Vermeersch, Williams (Editor): Nutrition and lactation. Third Edition.
Times Mirror Mosby College Publishing, Toronto,.
5. Purwanto, 2010. Pengaruh ibu bekerja terhadap keberhasilan menyusui dan terjadinya
goncangan pertumbuhan bayi. Jurnal MMI
6. Roesly, U . 2011. Mengenal ASI Eklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.
7. Roesli, U. 2009. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
8. Azriani, D. 2014. Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Health Quality. Vol. 4
no. 2, pp 77-141
9. Sidi, I. P.S, dkk. 2010. Manajemen Laktasi. Perinasia
10. Permatasari, S. T. 2012. Optimalisasi Peran Keluarga Terhadap Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta

15
16

Anda mungkin juga menyukai