Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


CA MAMMAE

DISUSUN OLEH:

Gracia Feren Lontaan


2314201225
Kelas RPL

DOSEN: Ns. Thirsa Mongi S.Kep., M.Kes

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa di Surga, karena


berkat rahmat dan Kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
"Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ca Mammae”. Penulis berusaha untuk
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu untuk
penyempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan khususnya di bidang keperawatan. Tuhan
Memberkati.

Manado, April 2024


Penulis
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ..................................................................
A. Konsep Penyakit Ca Mammae.......................................................................
1. Definisi Ca Mammae.................................................................................
2. Anatomi Fisologi.......................................................................................
3. Etiologi......................................................................................................
4. Klasifikasi..................................................................................................
5. Patosiologi (WOC) ...................................................................................
6. Manifestasi Klinis .....................................................................................
7. Komplikasi ...............................................................................................
8. Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
9. Penatalaksanaan Medis .............................................................................
B. Manajemen Asuhan Keperawatan .................................................................
1. Pengkajian Keperawatan ..........................................................................
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................
4. Implementasi Keperawatan ......................................................................
5. Evaluasi Keperawatan ..............................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................................
A. Pengkajian Keperawatan................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................
D. Implementasi Keperawatan............................................................................
E. Evaluasi Keperawatan....................................................................................
BAB IV LEAFLET……..........................................................................................
BAB V DOKUMENTASI .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
SAP & LEAFLET....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. Tumor terbagi menjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor
jinak memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak
menyebar dan bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat
sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat
menyusup ke jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada
pertumbuhan tumor tersebut. Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang
sering ditemukan, pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan ikat
maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-30
tahun (www.depkes.go.id).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana
pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Mammae di RSIA
Kirana Manado ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Ca Mammae di RSIA Kirana Manado
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca
Mammae di RSIA Kirana Manado.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi Kanker Payudara


Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling
banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel
tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor
(kanker) (Wijaya & Putri, 2013).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul
dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner & Sudart, 2005).
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang menggambarkan
gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit, bukan
penyakit tunggal (Tucker dkk, 1998).
2. Anatomi
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol
di puncak payudara.
Gambar 1. Anatomi payudara
 Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian
dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot
polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-
20 lobus pada tiap payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus),
kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus).
 Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar.
Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot
polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
 Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/
datar, panjang dan terbenam (inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal


Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

3. Etiologi
Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian
faktor genetik, hormonal dan kemudian kejadian lingkiungan dapat
menunjang terjadinya kanker payudara.
Wijaya & Putri, 2013 menjelaskan, penyebab dari kanker payudara
masih belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan
munculnya keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor
hormonal dan familial.
4. Klasifikasi
1. Wanita risiko tinggi daripada pria (99:1)
2. Usia: risiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada
ibu/saudara perempuan
4. Riwayat menstrual
1. Early menarche (sebelum 12 tahun)
2. Late menopause (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan
6. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun,
menggunakan alat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi
estrogen.
7. Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen.
8. Life style: diet lemak tinggi, mengkonsumsi alcohol (minum 2x
sehari), obesitas, trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi,
merokok.
5. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
faktor lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia. Kontak dengan karsinogen
membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan
displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah,
dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai
karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-
karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.

2. Fase in situ: 1-5 tahun


Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-
paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.
Genetik kanker KARSINOGEN Lingkungan
- K. Kimiawi : Nitrosamin dll
- Virus : Mammary tumor, virus
- Hormon : Estrogen Paparan Karsinogen
- Sinar Pengion : S. UV, S.
Radioaktif

Sel epitel sal. Kel. Air susu


Epitel Lobulus
Gelang puting susu
Tempat lain

Penyebaran

Langsung
Pertumbuhan Lokal
Limfogen
Hematogen
KANKER PAYUDARA

Sel/jaringan Perdarahan Kurang Metastase jauh


pengetahuan

Pertumbuhan Kekurangan Paru Kulit


Cemas Kel. Limfa
tidak normal volume cairan

Benjolan pada
Sesak Gg Perub.
payudara Resiko syok
integritas Perfusi
hipovolemik
kulit jaringan
Nyeri Gangguan pola napas
b/d penyebaran sekret
Patopisiologi :
- Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
Woc Ca Mammae pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
- Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal
banyak menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak
sebar ke organ-organ yang jauh.
terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur
sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan Etiologi
- Tidak ada satupun sebab spesifik, sebaliknya terdapat serangkaian faktor genetik, hormonal
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker).
dan kemudian kejadian lingkiungan dapat menunjang terjadinya kanker payudara.
- Wijaya & Putri, 2013 menjelaskan, penyebab dari kanker payudara masih belum jelas,
tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara
yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familial.

Ca Mammae

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Ca Pecah Mendesak Benjolan MK : Tidak Kehilangan Bermetastase ke


pambuluh mendesak sel ada progresif tulang
darah saraf lemak
Masuk ke aliran
darah Tulang rapuh
Aliran darah Interupsi Badan
terhambat sel syaraf mengurus
Bermetastasis ke Terjadinya
paru perubahan bentuk
hipoxia MK: Nyeri Kelemahan, tubuh
anoreksia dan
Sesak
anemi Nyeri
Necrosis
MK : Pola napas jaringan
MK : Risiko MK: Gangguan
tidakefektif
Defisit Nutrisi Mobilitas Fisik
Bakteri patogen

MK: Resti infeksi


6. Manifestasi Klinis
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara
masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
dudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal) biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi
(tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau
akibat distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area
mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa
l;alu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput
seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta
keluarnya cairan secara spontan kadang disertai darah.
7. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
7. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-
organ lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru,
pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan
fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru
akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak
mengalami gangguan persepsi sensori.
8. Penatalaksanaan Medis
Penanganan secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada
dua macam yaitu kuratif (dengan pembedahan) dan paliatif (non
pembedahan)

Tabel Penanganan Cancer Mammae

Penanganan Keterangan

Pembedahan (kuratif)
Mulai dari lumpektomi (pengangkatan
Mastektomi parsial (eksisi tumor jaringan yang luas dengan kulit yang
local dan penyinaran) terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara),
pengangkatan atau pengambilan contoh
jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk
penentuan stadium; radiasi dosis tinggi
mutlak perlu (5000-6000 rad)
Seluruh payudara, semua kelenjar limfe di
lateral otot pektoralis minor

Mastektomi total dengan diseksi Seluruh payudara, semua atau sebagian


aksila rendah jaringan aksila

Mastektomi radikal yang Seluruh payudara, otot pektoralis mayor


dimodifikasi dan minor di bawahnya, seluruh isi aksila

Mastektomi radikal Sama seperti masektomi radikal ditambah


kelenjar limfe mamaria interna

Mastektomi radikal yang diperluas

Non Pembedahan (paliatif)


Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe regional
yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut, pada metastase tulang, metastase
kelenjar limfe, aksila, kekambuhan tumor
local atau regional setelah mastektomi
Kemoterapi
Adjuvan sistemik setelah mastektomi;
paliatif pada penyakit yang lanjut
Kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen, androgen, progesterone, anti
Terapi hormaon dan endokrin estrogen, ooforektomi, adrenalektomi,
hipofisektomi

Pengobatan paliatif kanker payudara tidak dapat dijalankan menurut


suatu skema yang kaku, selalu dipertimabngkan kasus demi kasus. Terapi
kemoterap[I diberikan bila ada metastasis visceral terutama ke otak dan
limphangitik dan jika terpai hormonal tidak dapat mengatasi atau
penyakit tersebut telah berkembang sebelumnya, dan jika tumor tersebut
ER negatif.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium meliputi:
2. Morfologi sel darah
3. Laju endap darah
4. Tes faal hati
5. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
6. Pemeriksaan sitologik
7. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi
8. Tes diagnosis lain
1. Non invasive
a. Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan
yang penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu
kecil untuk dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat
memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang
teraba. Mamografi dapat digunakan sebagai pemeriksaan
penyaring pada wanita-wanita yang asimptomatis dan memberikan
keterangan untuk menuntun diagnosis suatu kelainan.
b. Radiologi (foto roentgen thorak)
c. USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan
antara massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu
dapat menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi
massa pada jaringan patudar yang tebal/padat.

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui
intra vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa
tumor. Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
e. Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk
mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif
mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang
digunakan.
2. Invasif
a. Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara
untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya.
Ada 4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan
menggunakan insisi pemmbedahan.
b. Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara
kistik atau padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang.
Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan
pembentukan massa srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan
tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali atau
jika cairan spinal mengandung darah,maka ini merupakan indikasi
untuk dilakukan biopsy pembedahan.
c. Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic
biopsy mammografi dan computer untuk memndu jarum pada
massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah
ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang
berlebihan dan biaya tidak mahal.
d. Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
e. Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat
Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara frozen section.
BAB III
Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data, meliputi :
1) Identitas
Pemeriksaan dimulai dari nama, tanggal lahir, jenis kelamin dan
umur namun tidak ada batasan yang jelas antara laki-laki dan
perempuan.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama diambil dari data subjektif atau objektif yang
paling menonjol yang dialami oleh klien. Keluhan utama pada
klien yang di rasakan pada ca mamme adalah nyeri pada ulu hati di
daerah abdomen, sebelah kanan dan menjalar ke pinggang
3) Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai pola PQRST)
a. Profoking incident : di sebabkan oleh non-trauma ; predisposisi
atau trauma ; benturan atau tertusuk menda tajam
b. Quality : pasien mengalami penurunan kesadaran tidak ada
respon.
c. Region : Pasien sering mengalami sakit kepala.
d. Severity : Sakit kepala Sering membuat pasien tidak sadarkan
diri dan pingsan.
e. Time : Pada saat pasien melakukan aktipitas .
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak ada mengalami penyakit sebelumnya dan tidak
pernah sakit komlikasi post operasi.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Dari pengakuan anggota keluarga pasien tidak ada yang
mengalami sakit seperti klien, tidak ada diantara keluarga yang
mempunyai riwayat hypertensi, penyakit menular.
b. Pengkajian Primer
1) Respon
Cek respon dengan memanggil nama pasien, memberikan
rangsang nyeri pada sternum atau menepuk badannya.
2) Airways + Control Cervical
Jalan nafas tidak ada sumbatan, tidak ada lidah jatuh ke
belakang, tidak ada darah, tidak ada cairan dan tidak ada
pembengkakan.
- Bagaimana jalan nafas, bisa bicara secara bebas
- Adakah sumbatan jalan nafas (darah, lendir, makanan atau
sputum)
- Suara nafas tambahan (snoring, gurgling, stridor)
3) Breathing
- Dilakukan Tindakan pematawan frekwensi pernafasan, teratur
apa tidak, kedalamanya dan Adakah sesak nafas atau bunyi nafas
tambahan.
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Apakah ada reflek batuk
4) Circulation
TD : 160/147 mmHg, Nadi : 97 x/menit, Suhu 36, C, dan pasien
dibawa dalam kondisi tidak sadarkan diri muntah ,mukosa bibir
pucat, akral teraba dingin.
5) Disability
Pemeriksaan status neurologis (GCS), reaksi pupil, kekuatan otot
6) Exposure
Lihat dan raba kondis kepala pasien ada bagian kepala.
7) Folley catheter
Pasang kateter untuk memantau kemungkinan miksi dan jumlah
produksi urin
8) Gastric tube
Lakukan pemasangan NGT untuk mencegah aspirasi dan
mengeluarkan cairan didalam gaster

9) Heart mononitor
- Pantau terhadap takikardi atau brakikardi, waspada terhadap
aritmia.
- Lakukan pemeriksaan USG, CT Scan, BOF

c. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat meggunakan format SAMPLE (Sign and
Symptom,Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event/
Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik
dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan
pemeriksaan diagnostik. Pengkajian sekunder dilakukan dengan
menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai berikut :
1) S : Sign and Symptom
Tanda gejala, yaitu Ada jejas pada thorak, Nyeri pada
tempat trauma, bertambah saat inspirasi, Pembengkakan lokal
dan krepitasi pada saat palpasi, bernafas pendek, Dispnea,
hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, Penurunan tekanan
darah.
2) A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik
alergi obat-obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.
3) M : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications
especially). Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya
yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak menimbulka reaksi
alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat
pengobatan klien.
4) P : Previous medical/surgical history
Pasien tidak ada Riwayat pembedahan atau masuk rumah
sakit sebelumnya.

d. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)


Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan
adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum
Pasien dengan ICH sering kali mengalami,Cedera kepala
berat dan tekanan darah tingi ( Hipertensi).
2) Tanda-tanda vital
Pasien dengan ICH sering kali tekanan darah tinggi, nadi
pasien normal,sering terjadi gangguan bersihan jalan napas suhu
pasien normal.
3) B1 (Breathing)
Pola nafas irregular (RR> 22x/menit), dispnea, pasien
belum sadar dilalukan evaluasi seperti pola nafas, tanda-tanda
obstruksi, pernafasan cuping hidung, frekuensi nafas,
pergerakan rongga dada: apakah simetris atau tidak, suara nafas
tambahan : apakah tidak ada obstruksi total, udara nafas yang
keluar dari hidung, sianosis pada ekstermitas, auskultasi: adanya
wheezing atau ronkhi. Kepatenan jalan nafas, kedalaman,
frekuensi dan karakter pernafasan, sifat dan bunyi nafas
merupakan hal yang harus dikaji pada klien dengan Ca
Mammae.
4) B2 (Blood)
Pada system kardiovaskular dinilai tekanan darah, nadi,
perfusi perifer,dan sering terjadi irama jantung irregular akibat
pasien syok dan terjadinya tekanan darah tinggi.
5) B3 (Brain)
Pada system saraf pusat dinilai kesadaran pasien dengan
GCS (Glasglow Coma Scale) dan perhatikan gejala kenaikan
TIK 4. Klien mengalami gangguan pada otak ada terjadi
pendarahan dan juga mengalami penurunan kesadaran.

6) B4 ( Bladder)
Pada pasien Ca mammae dilakukan pemeriksaan Urin,
kuantitas, warna, kepekatan urine, untuk menilai: apakah pasien
masih dehidrasi, apakah ada kerusakan ginjal dan keluhan
lainnya.
7) B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi
abdomen ditemukan sakit kepala berlebihan, penurunan tinggkat
kesadaran yang merupakan tanda utama ICH
8) B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien
sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat melakukan
kegiatan, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur
perubahan postur tubuh.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan spasme otot dan jaringan
(D.0077 Hal.172).
2. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan anoreksia (D.0019)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya
kerusakan jaringan, SDKI (D.0129 : Hal 282)
4. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi berhubungan dengan kurang terpapar informasi atau
salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada. (D.0111)
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah perawat dalam menetapkan
tujuan dan kriteria/hasil yang diharapkan bagi klien dan
merencanakan intervensi keperawatan. Dari pernyataan tersebut
diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu
mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diperkirakan/diharapkan,
dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri(I. 08238Hal. 201)
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 4 jam Observasi
spasme otot dan diharapkan masalah Nyeri 1. Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan (D.0077 Akut dapat teratasi. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Hal.172). Kriteria Hasil (L. 08066 Hal. R/ Menentukan lokasi, karakteristik,
145) durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas
1. Kemampuan nyeri dapat menjadi penilaian untuk
menuntaskan aktivitas mengetahui seberapa kuat rasa nyeri yang
meningkat di alami
2. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi sakala nyeri
3. Meringis menurun R/ Identifikasi skala nyeri dapat
4. Sikap protektif menurun membantu menilai efektivitas perawatan
5. Gelisah menurun yang akan di lakukan
6. Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
7. Menarik diri menurun R/Dengan mengidentifikasi respon nyeri
8. Berfokus pada diri sendiri non verbal klien dapat mengetahui
menurun seberapa kuat nyeri yang dirasakan oleh
9. Diaphoresis menurun klien
10. Perasaan depresi 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
(tertekan) menurun memperingan nyeri
11. Perasaan takut mengalami R/ Mencari tahu faktor memperberat dan
cedera berulang menurun memperingan nyeri agar mempercepat
12. Anoreksia menurun proses kesembuhan.
13. Perineum terasa tertekan 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
menurun tentang nyeri
14. Uterus teraba membulat R/ Untuk mengetahu pengetahuan dan
menurun keyakinan klien tentang nyeri
15. Ketegangan otot menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
16. Pupil dilatasi menurun respon nyeri
17. Muntah menurun R/Mengidentifikasi pengaruh budaya
18. Mual menurun klien terhadapt respon nyeri klien.
19. Frekuensi nadi membaik Terapeutik
20. Pola nafas membaik 1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
21. Tekanan darah membaik mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imanijanasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
R/ Memberikan Teknik relaksasi nafas
dalam.
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
R/Agar istirahat tidur pasien terpenuhi
dan tingkat nyeri dapat menurun
3. Fasilitasi istirahat tidur
R/ Agar istirahat dan tidur pasien dapat
terpenuhi dan tingkat nyeri menurun
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
R/ Agar keluarga pasien dan pasien
mengerti penyebab dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
R/ Agar keluarga dapat meredakan nyeri
pasien
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
dan Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
R/ Agar klien atau keluarga dapat
melakukan secara mandiri ketika nyeri
kambuh dan mampu mengalihkan
perhatian terhadap nyeri, meningkatkan
kontrol terhadap nyeri yang mungkin
berlangsung lama.
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
R/ Agar pemberian analgesic sesuai
dengan tingkat nyeri pasien
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic, sesuai indikasi
R/Berkolaborasi dengan dokter tentang obat
yang diberikan, dosis dan jenis analgesic yang
di berikan.
2. Resiko deficit Manajemen Nutrisi SLKI Manajemen Nutrisi SLKI (I.03119,hal 200)
nutrisi berhubungan (I.03119, hal: 200) Observasi :
dengan anoreksia Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
(D.0019) keperawatan selama 1x7 jam R/Mengetahui status nutrisi klien
diharapkan keseimbangan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
cairan dan elektrolit makanan
meningkat Dengan kriteria R/Mengidentifikasi adanya alergi makan
hasil : 3. Identifikasi makanan yang di sukai
1. Porsi makanan yang di R/Mengetahui makanan yang di sukai
habiskan cukup meningkat klien
(Skor 4) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
2. Berat badan atau IMT nutrien
sedang (Skor 3) R/Memberikan suplemen makanan dapat
3. Frekuensi makan meningkatkan nafsu makan klien.
meningkat (Skor 5) 5. Monitor asupan makanan
4. Nafsu makan meningkat R/Mengetahui kebutuhan kalori dan jenis
(Skor 5) nutrient yang dibutuhkan klien
5. Perasaan cepat kenyang 6. Monitor berat badan
cukup menurun (Skor 2) R/Memantau penurunan atau peningkatan
berat badan klien.
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygine sebelum makan,jika
perlu
1. R/lakukan atau bantu pasien terkait
dengan perawatan mulut sebelum makan.
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(misal,piramida makanan)
R/mengatur diet yang di perlukan
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
R/ Tawarkan makanan ringan yang padat
gizi.
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah kontisipasi
R/Memberikan makanan tinggi serat
untuk mencegah kontisipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
R/Memberikan makanan yang tingi akan
kalori dan protein
6. Berikan suplemen makanan,jika perlu
R/Memberikan suplemen makanan dapat
meningkatkan nafsu makan klien.
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk jika mampu
R/Menganjurkan posisi duduk jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
R/Mengajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan,jika perlu.
R/ Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
3. Gangguan integritas 1. Monitor kulit akan 1. Monitor kulit akan adanya kemerahan
kulit berhubungan adanya kemerahan R/Mengetahui apakah ada tanda di
dengan adanya 2. Observasi luka : lokasi, kemerahan di kulit
kerusakan jaringan, dimensi, 2. Observasi luka : lokasi, dimensi,
SDKI (D.0129 : Hal 3. Kedalaman luka, R/Mengetahui status luka pada pasien
282) karakteristik,warna 3. Kedalaman luka, karakteristik,warna
4. Membersihkan kulit R/Mengetahui kedalaman luka,
klien dengan teratur karakteristik,warna
5. Anjurkan pasien untuk 4. Membersihkan kulit klien dengan teratur
menggunakan pakaian R/Menjaga klien tetap sehat dan bersih
yang longgar 5. Anjurkan pasien untuk menggunakan
6. Anjurkan menghindari pakaian yang longgar
terpapar suhu ekstrim R/Membarikan rasa nyaman pada klien
7. Lakukan tehnik dan mengurangi kontak gesekan ke kulit
perawatan luka dengan 6. Anjurkan menghindari terpapar suhu
steril ekstrim
R/Suhu yang ekstrim dapat mengganggu
pemulihan kulit dan dapat merusak
jaringan pada kulit yang senstitif
7. Lakukan tehnik perawatan luka dengan
steril
R/Mengindari terjadinya infeksi akibat
Tindakan yang tidak steril
4. Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan SLKI Edukasi Kesehatan SIKI (I.12383 hal; 65)
tentang kondisi, (L.12111 hal; 146)
prognosis dan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kebutuhan terapi Setelah dilakukan asuhan menerima informasi
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam R/ Mengetahui lebih lanjut kesiapan yang di
kurang terpapar diharapkan masalah defisit rasakan oleh orang tua klien
informasi atau salah pengetahuan dapat teratasi, 2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat
interpretasi terhadap dengan kriteria hasil : meningkatkan dan menurunkan motivasi
informasi, perilaku hidup bersih dan sehat
1. Perilaku sesuai anjuran R/ Mengetahui faktor sebab akibat
keterbatasan kognitif,
meningkat (5) 3. Sediakan materi dan media pendidikan
kurang
akurat/lengkapnya kesehatan
2. Kemampuan menjelaskan
informasi yang ada. R/ Materi yang di sampaikan harus sesuai
pengetahuan tentang suatu
(D.0111) dengan kebutuhan, dan menggunakan
topik meningkat (5)
media yang baik dan menarik
3. Perilaku sesuai dengan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
pengetahuan meningkat (5) kesepakatan
R/ Menjadwalan dapat memudahkan
4. Pertanyaan tentang terselenggaranya pendidikan kesehatan
masalah yang di hadapi dengan baik
menurun (5) 5. Berikan Kesempatan Untuk bertanya
R/ Agar orang tua klien dapat mendapatkan
5. Persepsi yang keliru pengetahuan yang lebih dan dapat menilai
terhadap masalah menurun kepahaman
(5) 6. Menjelaskan faktor risiko yang dapat
6. Verbalisasi mempengaruhi kesehatan
minat dalam belajar R/ Menambah pengetahuan orang tua
meningkat (5) klien atau peserta pendidikan
kesehatan
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan
pada langkah sebelumnya (intervensi).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu
evaluasi hasil atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di
laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul atau ada
masalah baru atau ada masalah yang kontradiktif dengan masalah
yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien
Setelah dilakukan implementasi keperawatan di harapkan :
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth Volume 3. Jakarta: EGC.
NANDA. 2009. Nursing Diagnosis : Definition and Classification. Philadelphia.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M,. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa) 2. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tucker, S.M,. 1998. Standar Perawatan Pasien Volume I. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat.
BAB IV
LEAFLET
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Ca Mammae
Sasaran : Teman-teman Kerja
Tempat :
Hari/tanggal : Kamis, 11 Oktober 2024
Waktu : 15-20 menit
Penyuluh : Gracia F Lontaan

A. Latar Belakang
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. Tumor terbagi menjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor
jinak memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak
menyebar dan bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat
sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat
menyusup ke jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada
pertumbuhan tumor tersebut. Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang
sering ditemukan, pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan ikat
maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-30
tahun (www.depkes.go.id).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta mampu memahami
tentang penyakit Ca Mammae.
2. Tujuan Instrusional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan peserta mampu memahami
dan mengaplikasikan tentang:
1. Pengertian Ca Mammae
2. Penyebab Ca Mammae
3. Tanda dan gejala Ca Mammae
4. Pencegahan Ca Mammae
5. Penatalaksanaan Ca Mammae

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Leaflet
D. Materi
1. Pengertian Ca Mammae
2. Penyebab Ca Mammae
3. Tanda dan gejala Ca Mammae
4. Pencegahan Ca Mammae
5. Penatalaksanaan Ca Mammae

E. Kegiatan

No WAKTU KEGIATAN PENYULUH PESERTA METODE


1. 2 menit Pembukaan  Mengucapkan  Menjawab salam Ceramah
salam  Mendengarkan
 Perkenalan  Memperhatikan
 Menyampaikan
tujuan
2. 10 menit Penyajian Memberikan materi  Mendengarkan  Ceramah
tentang  Memperhatikan  Tanya
1. Pengertian Ca  Bertanya jawab
Mammae  Menjawab
2. Penyebab Ca pertanyaan
Mammae
3. Tanda dan gejala
Ca Mammae
4. Pencegahan Ca
Mammae
5. Penatalaksanaan
Ca Mammae

3. 3 menit Penutup  Reinformcement  Mendengarkan Penutup


 Salam Penutup  Memperhatikan
 Menjawab salam

MATERI
CA MAMMAE
A. Pengertian
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada
wanita. Tumor terbagi menjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor
jinak memiliki ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak
menyebar dan bila dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat
sembuh sempurna, sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat
menyusup ke jaringan sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada
pertumbuhan tumor tersebut. Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang
sering ditemukan, pada kelainan ini terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun
kelenjar, yang banyak ditemukan pada wanita usia muda 10-30 tahun
(www.depkes.go.id).
B. Etiologi
Wijaya & Putri, 2013 menjelaskan, penyebab dari kanker payudara masih
belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya
keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan
familial.
Namun, pada dasarnya kondisi ini terjadi ketika di dalam payudara
terdapat sel-sel yang tumbuh secara tidak normal dan tak terkendali. Adapun
beberapa faktor risiko kanker payudara adalah:
1. Wanita yang tidak memiliki anak.
2. Melahirkan anak pertama kali pada usia di atas 30 tahun.
3. Wanita yang tidak menyusui.
4. Memiliki riwayat operasi tumor jinak payudara.
5. Tidak aktif bergerak.
6. Menjalani terapi hormonal atau menggunakan kontrasepsi hormonal dalam
jangka waktu lama.
7. Memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara atau jenis kanker
lainnya.
8. Obesitas.
9. Konsumsi alkohol secara berlebihan.
10. Kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak.
11. Kebiasaan merokok dan perokok pasif.
12. Menopause pada usia di atas 55 tahun.
13. Menstruasi pertama (menarche) dimulai ketika usia masih terlalu muda (di
bawah 12 tahun)
C. Tanda Dan Gejala
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal) biasanya pada kuadran atas dan bagian
dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak
dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area
mammae. Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat
distorsi ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae
dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan
untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’oramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti
kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya
cairan secara spontan kadang disertai darah.
7. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan.
D. Pencegahan Ca Mammae
10 cara mencegah kanker payudara yang dapat kamu lakukan secara alami
dan efektif :
1. Jaga berat badan ideal
2. Rutin berolahraga untuk mencegah tumor payudara
3. Mengurangi konsumsi minuman beralkohol sebagai obat pencegah kanker
payudara
4. Mengurangi konsumsi daging olahan
5. Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan biji-bijian
6. Berhenti merokok untuk mencegah kanker payudara
7. Manfaat menyusui sebagai cara mencegah kanker payudara
8. Perhatikan riwayat penyakit keluarga dalam pencegahan kanker payudara
9. Deteksi dini kanker payudara

E. Penatalaksanaan Ca Mammae
Penanganan secara medis pasien dengan ca mamae ada dua macam yaitu
kuratif (dengan pembedahan) dan paliatif (non pembedahan).
BAB V
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai