A. Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui indikasi untuk dilakukan resusitasi neonatus.
2. Melakukan informed consent tentang tindakan resusitasi neonatus.
3. Memperagakan prosedur resusitasi neonatus secara legeartis.
B. Pelaksanaan
1. Landasan Teori
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia 28 hari. Neonatus terkadang mengalami masalah pernapasan pada saat
lahir, yang dinamakan asfiksia neonatorum. Ada tidaknya gangguan napas pada neonatus dapat dinilai dengan skor
APGAR. Untuk menangani masalah tersebut perlu dilakukan resusitasi neonatus dengan tujuan untuk mengoptimalkan
jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi secepat mungkin. Kebutuhan akan resusitasi perlu diantisipasi jika terdapat faktor-
faktor risiko antepartum maupun intrapartum.
Untuk membuka jalan napas pada neonatus dapat digunakan maneuver untuk orang dewasa. Karakteristik yang khas
pada jalan napas anak adalah:
a. Lidah yang besar, proporsional dengan rongga mulut.
b. Laring yang lebih tinggi dan terletak lebih anterior.
c. Epiglotis yang panjang dan lentur.
d. Daerah subglotis merupakan bagian laring bayi yang paling sempit.
e. Kepala yang besar ketika berbaring telentang, leher cenderung dalam keadaan fleksi akibat oksiput yang besar
sehingga dapat menghambat jalan napas jika tidak ada tanda-tanda trauma. Untuk itu, dapat ditempatkan handuk di
belakang kepala dan bahu untuk membantu menjaga posisi jalan napas.
Apabila gangguan napas disertai gangguan sirkulasi, maka dapat dilakukan tindakan resusitasi jantung paru.
Kompresi jantung pada neonatus dimulai saat tidak teraba adanya denyut nadi (a. brachialis atau a. femoralis) atau denyut
jantung <60 kali per menit dan jelas terlihat tanda perfusi sistemik yang buruk. Hipotensi pada neonatus dikatakan apabila
tekanan darah sistolik <60 mmHg.
Obat-obatan yang dapat digunakan untuk melakukan resusitasi pada neonatus menurut American Heart Assosciation
2005 adalah:
a. Epinefrin merupakan obat pilihan pada keadaan henti jantung paru. Obat ini memiliki sifat alfa dan beta adrenergik.
Sifatnya yang paling penting adalah vasokonstriksi yang diperantarai oleh alfa adrenergik untuk mengembalikan
tekanan diastolik aorta. Katekolamin menjadi tidak terlalu efektif apabila pasien mengalami asidosis dan hipoksemia
sehingga ventilasi, oksigenasi, dan sirkulasi harus selalu diperhatikan. Dosis epinefrin 1:10.000 untuk neonatus
adalah 0,1-0,3 mL/kg , diulangi setiap 3-5 menit. Epinefrin 1:1.000 tidak dianjurkan untuk neonatus. Obat
ini dapat diberikan melalui intravena, intraosseus, maupun ETT.
b. Natrium bikarbonat
Pemberian obat ini secara rutin tidak terbukti meningkatkan hasil akhir resusitasi. Penggunaannya dipertimbangkan
pada henti jantung berkepanjangan setelah terlebih dahulu diupayakan ventilasi dan kompresi dada yang efektif serta
pemberian epinefrin. Dianjurkan dalam pengobatan asidosis yang menyertai henti jantung dan pada syok dengan
tanda asidosis metabolik yang nyata. Obat ini dapat mengganggu fungsi jantung, mengurangi penyampaian oksigen
ke jaringan, dapat menyebabkan hipokalemia, hipokalsemia, hipernatremia, dan hiperosmolalitas. Dosis untuk
neonatus adalah 1-2 mEq/kg, gunakan hanya larutan 4,2% selama setidaknya 2 menit. Obat dapat diberikan
melalui intravena atau intraosseus.
c. Dopamine/dobutamine
Dopamine merupakan katekolamin endogen dengan efek kardiovaskuler yang kompleks. Obat ini digunakan untuk
mengobati syok sirkulatorik pascaresusitasi atau ketika syok tidak berespons terhadap pemberian cairan. Dobutamine
mempengaruhi reseptor adrenergic 1 dan 2 selektif. Kerja dobutamine adalah meningkatkan kontraktilitas
miokardium dan menurunkan tahanan pembuluh darah perifer. Tujuan utama penggunaan dobutamin adalah untuk
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah, khususnya jika fungsi miokardium buruk. Dosis
dopamine/dobutamine untuk neonatus adalah 5-20 mcg/kg/menit. Obat dapat diberikan melalui intravena atau
intraosseus.
d. Glukosa
Bayi memiliki kebutuhan glukosa yang tinggi dan cadangan glikogen yang rendah. Hipoglikemia sering terjadi pada
keadaan yang berat dan membutuhkan banyak energi. Dosis untuk neonatus adalah D10W 5-10 mL/kg.
e. Naloxone
Dosis untuk neonatus adalah 0,1 mg/kg. Obat dapat diberikan melalui intravena, intraosseus, ETT, atau subcutan.
f. Pengembang volume (NS, RL, Albumin 5%, darah O negatif, FFP)
Dosis untuk neonatus adalah 10 mL/kg. Obat dapat diberikan melalui intravena atau intraosseus.
Pada saat melakukan resusitasi, pastikan bayi dalam keadaan hangat. Hal ini penting karena hipotermia dapat
berkontribusi pada hipoglikemia, asidosis, dan bahkan mortalitas, khususnya pada bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga bayi tetap hangat adalah:
a. Jaga agar area resusitasi tetap hangat dan bebas angin.
b. Lakukan resusitasi di bawah lampu penghangat.
c. Keringkan bayi, singkirkan handuk yang basah, kemudian gunakan handuk yang kering.
d. Untuk bayi yang sangat preterm, letakkan bayi dalam dalam bungkus plastik dengan hanya kepala yang berada di
luar.
e. Stimulasi bayi jika diperlukan dengan memberikan tepukan pada telapak kaki, jangan membuat rangsang nyeri.
2. Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 1 Blok XX FK UMP
2. Manikin resusitasi neonatus
3. Lampu penghangat
4. Kain bersih (minimal 2)
5. Tabung oksigen
6. Selang oksigen
7. Ambu Bag
8. Sungkup neonatus
9. Aspirator mekonium
10. Stetoskop neonatus
11. Spuit 1cc
12. Epinefrin
13. Jika diperlukan dalam keadaan tertentu ( Laringoskop, daun laringoskop, ETT, stylet)
14. Sarung tangan
3. Langkah Kerja
Persiapan:
1. Mengetahui riwayat kehamilan (GPA, usia kehamilan, risiko dalam kehamilan, riwayat penyakit yang diderita
ibu).
2. Memperkirakan kemungkinan tindakan yang akan dilakukan.
3. Memberikan informed consent sesuai No.1 dan 2.
Kotak Penilaian Pada saat kelahiran, Anda harus bertanya pada diri sendiri empat pertanyaan mengenai bayi baru
lahir. Pertanyaan-pertanyaan ini ada pada kotak penilaian diagram.
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah cairan amnion jernih?
3. Apakah bayi bernapas atau menangis?
4. Apakah tonus otot baik?
Jika ada jawaban ‘tidak’, anda harus melanjutkan ke langkah awal resusitasi.
Kotak A Ini adalah langkah awal yang dilakukan untuk menjamin terbukanya jalan napas dan memulai
(Jalan napas) resusitasi bayi baru lahir.
- Berikan kehangatan.
- Posisikan kepala untuk membuka jalan napas dan bersihkan jalan napas bila perlu.
- Keringkan bayi, beri rangsangan untuk bernapas dan posisikan lagi untuk mempertahankan
jalan napas terbuka
Catatan:
Cara yang aman dan sesuai untuk memberikan rangsangan taktil adalah:
- Menepuk atau menyentil telapak kaki.
- Menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
Ingat, kita harus cepat menilai bayi dan melakukan langkah resusitasi. Garis waktu diagram
memperlihatkan bahwa keseluruhan langkah harus diselesai kan dalam 30 detik.
Penilaian kotak A. Nilai bayi setelah 30 detik. Secara simultan anda harus melakukan evaluasi
pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit atau tampak biru (sianosis) langsung
ke langkah satu di kotak B.
KotakB Jika bayi apnu atau frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit, anda harus membantu
(Pernapasan) pernapasan bayi dengan ventilasi tekanan positif.
Jika sianosis, anda harus memberikan tambahan oksigen.
Catatan:
Pada tahap awal resusitasi bayi baru lahir, kecepatan ventilasi yang harus diberikan selama ventilasi
tekanan positif: dengan kecepatan 40-60 kali per menit, atau sedikit kurang dari satu kali per detik
Penilaian kotak B. Setelah 30 detik pemberian ventilasi atau oksigen tambahan, anda harus menilai
bayi kembali.
Jika frekuensi jantung kurang dari 60 kali/menit, anda harus melanjutkan ke kotak C.
Kotak C Bantu sirkulasi dengan memulai kompresi dada sambil tetap melanjutkan ventilasi.
(Sirkulasi) Catatan:
- Untuk melakukan tindakan kompresi dada yang efektif diperlukan 2 orang.
- Ada 2 teknik dalam melakukan kompresi dada:
1. Teknik ibu jari, kedua jari digunakan untuk menekan sternum,
sementara kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menyokong tulang belakang.
2. Teknik dua jari, ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari menit dari satu tangan
digunakan untuk menekan tulang dada, sementara tangan yang lain digunakan untuk
menopang bagian belakang bayi (kecuali kalau bayi diletakkan pada permukaan yang
keras).
- Tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada: sedalam ± 1/3 diameter antero posterior dada.
- Resusitasi kardio-pulmoner, kompresi dada dengan ventilasi takanan positif harus dilakukan
dengan selaras. Satu siklus kegiatan terdiri atas: tiga kompresi + satu ventilasi.
(satu siklus = 2 detik).
Penilaian kotak C. Setelah 30 detik melakukan kompresi dada, anda harus melakukan penilaian bayi
lagi.
Jika frekuensi jantung tetap di bawah 60 kali/menit, anda harus melanjutkan ke kotak D.
Kotak D Berikan epinefrin sambil terus melanjutkan kompresi dada dan ventilasi.
(Obat-obatan) Catatan:
- Dosis Epinefrin 1:1000 = 0,01-0,03 ml/kgBB
Epinefrin 1:10.000 = 0,1-0,3 ml/kgBB
Penilaian kotak D. Jika frekuensi jantung tetap di bawah 60 kali/menit, tindakan pada kotak C dan D
dilanjutkan dan dapat diulang.
LKK 2 BLOK 21: PENILAIAN STATUS GIZI PADA ANAK DAN INTERPRETASINYA
A. Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak berdasarkan kurva berat badan dibandingkan umur (BB/U).
2. Melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak berdasarkan kurva berat badan dibandingkan tinggi badan
(BB/TB).
3. Melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak berdasarkan kurva tinggi badan dibandingkan umur (TB/U).
4. Melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak berdasarkan kurva lingkar kepala dibandingkan umur.
5. Melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak berdasarkan Z score.
B. Pelaksanaan
1. Landasan Teori
Pertumbuhan (growth) adalah proses yang berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi
pembelahan dan bertambah banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi intersel pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat
diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya
berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan seorang anak, yaitu faktor genetik, faktor saraf, faktor hormon, faktor gizi, faktor sosio ekonomi, faktor
musim/iklim, faktor latihan fisik, faktor penyakit, dan faktor emosi.
Ukuran Antropometrik
Dalam prakteknya, ukuran antropometrik yang paling sering dipakai adalah berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit.
a. Berat badan
Dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Merupakan hasil keseluruhan
peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh lainnya.
b. Tinggi badan
Laju tumbuh anak berubah dari tumbuh pesat pada masa bayi muda kemudian melambat dan kembali pesat (growth spurt)
pada masa remaja. Selanjutnya melambat lagi dengan cepatnya hingga kemudian berhenti dengan tinggi maksimal pada
usia 18-20 tahun. Oleh karena itu nilai tinggi badan digunakan untuk dasar perbandingan terhadap perubahan-perubahan
relatif seperti berat badan dan lingkar lengan atas.
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Laju tumbuh pesat
pada enam bulan pertama bayi, dari sekitar 35 cm saat lahir menjadi sekira 43 cm pada usia 6 bulan. Laju tumbuh
kemudian berkurang. Oleh karena itu, manfaat pengukuran lingkar kepala terbatas sampai usia 3 tahun.
d. Lingkar lengan atas (LLA)
LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh
dibandingkan dengan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi pada kelompok usia prasekolah. Laju
pertumbuhan lambat, dari sekitar 11 cm pada saat lahir menjadi sekitar 16 cm pada usia 1 tahun. Selanjutnya tidak banyak
berubah selama 1-3 tahun.
e. Tebal lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah
kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
Suatu baku (standar) diperlukan untuk menilai tumbuh kembang anak normal atau tidak, tumbuh terlalu cepat atau
terlalu lambat. Dengan kata lain untuk membandingkan tumbuh kembang seseorang dengan kelompok baku yang diakui
sebagai kelompok yang sehat. Tanner dan Whitehouse merupakan pionir dalam studi menentukan baku pengukuran
antropometri.
Terdapat dua kegunaan baku tumbuh kembang, yaitu sangat baik untuk menemukan kelompok anak-anak yang tidak
tampak sakit, pada kedokteran komunitas sebagai alat skrining untuk menemukan individu mana yang akan dapat
memanfaatkan intervensi khusus baik medis, pendidikan atau sosial. Kegunaan yang kedua adalah kegunaan pediatrik untuk
menilai pengaruh dari penyakit dan respon terhadap pengobatan pada penderita misalnya kekurangan hormon pertumbuhan,
hyperplasia adrenal, asma, celiac syndrome, penyakit ginjal, dan sebagainya. Baku pertumbuhan sebaliknya tidak tepat untuk
dipakai sebagai indeks kesehatan atau gizi pada populasi yang diketahui mempunyai risiko (miskin, keluarga dengan orang tua
tunggal, atau suku bangsa yang merupakan minoritas).
Pada umumnya, data baku dipaparkan dalam sentil (centile) yang menggambarkan variasi karakteristik suatu populasi
dalam sebaran normal dari Gauss, atau dalam standar deviasi. Angka persentil menunjukkan posisi dari suatu hasil pengukuran
dalam 100 angka yang berturutan (100%).
Z score
Baku rujukan WHO-NCHS pada semiloka antropometri Ciloto tahun 1991 ditetapkan sebagai pembanding dalam
status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat di Indonesia. Baku ini dipaparkan dalam persentil dan skor
simpang baku (skor standar deviasi – Z score).
Lingkar kepala
Standar Nellhaus digunakan untuk menilai lingkar kepala anak, laki-laki dan perempuan, sejak lahir hingga usia 18
tahun. Standar ini dipakai secara internasional. Batas antara +2,5 SD dan -2,5 SD merupakan daerah normal pertumbuhan otak
dan tengkorak kepala. Apabila cenderung melewati +2,5 SD kemungkinan adanya hidrosefalus. Apabila – 2,5 SD ke bawah
kemungkinan mikrosefalus.
2. Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 2 Blok XX FK UMP
2. Ruang periksa dokter
3. Timbangan badan
4. Pengukur tinggi badan (2 meter)
5. Growth chart BB, TB/PB, Lingkar kepala, Z Scores
6. Kalkulator
7. Pita Meteran
3. Langkah Kerja
1. Mahasiswa secara berpasangan saling mengukur tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan lingkar kepala. Lakukan
pencatatan data lalu interpretasikan hasil pengukuran berdasarkan growth chart yang telah disediakan.
2. Tentukan dulu jenis kelamin anak yang akan diperiksa karena setiap growth chart dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Perbedaan usia juga perlu diperhatikan karena ada dua jenis growth chart yaitu untuk anak berusia 0-36
bulan dan untuk usia 2-20 tahun.
3. Cara menggunakan growth charts:
a. Untuk kurva panjang badan (length) dan umur
- Cari angka yang menunjukkan panjang badan anak (dalam cm atau inci) pada sumbu y.
- Cari angka yang menunjukkan umur (dalam bulan) pada sumbu x.
- Tarik garis dari kedua angka tersebut lalu tandai dimana kedua garis tersebut berpotongan.
b. Untuk kurva berat badan dan umur
- Cari angka berat badan (weight) dalam kg atau lb pada sumbu y (kanan atau kiri).
- Cari angka yang menunjukkan umur (dalam bulan) pada sumbu x.
- Tarik garis dari kedua angka tersebut lalu tandai dimana kedua garis tersebut berpotongan.
c. Untuk kurva tinggi badan dan umur
- Cari angka yang menunjukkan tinggi badan (stature) dalam inci atau cm pada sumbu x.
- Cari angka yang menunjukkan umur (dalam bulan) pada sumbu x.
- Tarik garis dari kedua angka tersebut lalu tandai dimana kedua garis tersebut berpotongan.
d. Untuk kurva tinggi badan dan berat badan
- Cari angka berat badan (weight) dalam kg atau lb pada sumbu y (kanan atau kiri).
- Cari angka yang menunjukkan tinggi badan (stature) dalam inci atau cm pada sumbu x.
- Tarik garis dari kedua angka tersebut lalu tandai dimana kedua garis tersebut berpotongan.
e. Untuk kurva lingkar kepala (head circumference) dan umur
- Cari angka lingkar kepala (dalam inci atau cm) pada sumbu y.
- Cari angka umur (dalam bulan) pada sumbu x di bagian atas.
- Tarik garis dari kedua angka tersebut lalu tandai dimana kedua garis tersebut berpotongan.
f. Untuk kurva BMI dan umur
- Cari angka BMI (dalam kg/m2) pada sumbu y.
- Cari angka umur (dalam tahun) pada sumbu x.
- Tari garis dari kedua angka tersebut dan tandai dimana kedua garis tersebut berpotongan.
4. Cara melakukan interpretasi:
a. Bila titik perpotongan yang didapat terletak di persentil 95 menyatakan bahwa berdasarkan data statistik
terdapat 5 dari 100 anak dengan umur dan jenis kelamin yang sama dalam populasi yang memiliki nilai di
atas angka tersebut.
b. Bila titik perpotongan yang didapat terletak di persentil 5 menyatakan bahwa berdasarkan data statistik
terdapat 95 dari 100 anak dengan umur dan jenis kelamin yang sama dalam populasi yang memiliki nilai di
atas angka tersebut.
5. Kerjakan soal yang telah dibagikan dan lakukan interpretasi mengenai pertumbuhan anak pada soal tersebut
berdasarkan growth chart yang telah disediakan.
Soal:
1. Seorang anak laki-laki usia 9 bulan, BB 8,2 kg, PB 70 cm, LK 45 cm
Pada usia 5 bulan, BB 6,6 kg, PB 64 cm, LK 43 cm
Pada usia 7 bulan, BB 7,4 kg, PB 67 cm, LK 44 cm.
Bagaimana pertumbuhan dan status gizi anak tsb? Berapa BB idealnya? (gunakan Growth Chart CDC dan Z Score
WHO)
4. Interpretasi Hasil
Setelah menemukan nilai persentil dari anak, maka lakukan interpretasi apakah:
a. Pertumbuhan sesuai dengan umur.
b. Pertumbuhan tidak sesuai dengan umur.
A. Sasaran Pembelajaran
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan skrining perkembangan dengan KPSP.
2. Membuat interpretasi hasil pemeriksaan berdasarkan KPSP.
3. Menginformasikan kepada keluarga mengenai hasil pemeriksaan KPSP.
4. Menentukan tindakan sesuai dengan hasil pemeriksaan KPSP.
5. Merujuk ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
B. Pelaksanaan
1. Landasan Teori
Perkembangan (development) adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadinya
pematangan. Pada pematangan ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses tersebut
dapat diamati dengan bertambahnya kepandaian keterampilan dan perilaku (afektif). Pertumbuhan dan perkembangan terjadi
secara bersama-sama namun karena cara menilainya berbeda, maka di modul latihan keterampilan klinik ini pembahasannya
dilakukan secara terpisah.
Perkembangan anak merupakan hasil dari maturasi organ-organ tubuh terutama susunan saraf pusat. Perkembangan
dipengaruhi oleh lingkungan biofisikopsikososial dan faktor genetik. Dalam perkembangan terdapat berbagai tahapan yang
harus dilalui anak untuk menuju usia dewasa. Tahapan yang terpenting adalah masa tiga tahun pertama karena pada tiga tahun
pertama inilah tumbuh kembang berlangsung dengan pesat dan menentukan masa depan anak. Perkembangan anak meliputi
perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal sosial, dan adaptif.
Perkembangan anak pada fase awal dibagi menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu (1) motorik kasar, (2) motorik
halus dan penglihatan, (3) berbicara, bahasa, dan pendengaran, (4) sosial emosi dan perilaku. Adanya kekurangan pada salah
satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi aspek yang lain.
Setelah diidentifikasi adanya kemungkinan masalah pada anak maka selanjutnya dilakukan penilaian diagnostik. Tanda-
tanda adanya keterlambatan perkembangan adalah:
a. Anak tetap mengalami kemajuan yang lambat, tetapi menyimpang dari rentang normal menurut usianya dan kemungkinan
perkembangannya mendatar atau mundur.
b. Perbedaan antara perkembangan normal dan abnormal menjadi semakin besar dan makin jelas dengan meningkatnya usia.
c. Dapat dikategorisasi menjadi ringan, sedang, dan berat.
d. Keterlambatan dapat mengenai keterampilan khusus (specific developmental) atau mempengaruhi seluruh kemampuan
anak (global developmental delay).
Setiap anak dengan perkembangan yang terlambat atau suboptimal memerlukan penilaian dan pemeriksaan lanjut untuk
menentukan penyebab dan pertolongan yang terbaik.
2. Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK 3 Blok XX FK UMP
2. Ruang periksa dokter
3. Lembar KPSP untuk usia 3, 6, 12, 18, 24, 36 bulan
4. Alat permainan sederhana seperti gulungan benang wool, kicik-kicik, manik-manik, kertas, pensil, gelas
plastik, kubus.
3. Langkah Kerja
1. Setiap mahasiswa berlatih mengerjakan KPSP dengan bergantian bertindak sebagai dokter dan orangtua
pasien berdasarkan skenario yang telah dibagikan.
2. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada anak dan orangtua.
3. Menanyakan identitas anak (nama, umur, jenis kelamin).
4. Menanyakan aktivitas anak kepada orangtua atau meminta si anak melakukan suatu aktivitas di depan Anda
untuk menilai perkembangannya.
5. Kuesioner yang dipakai harus sesuai dengan usia anak. Bila tidak ada kuesioner yang sesuai dengan usia
anak saat itu, maka digunakan kuesioner yang lebih kecil dari umur anak tersebut.
6. Melakukan interpretasi hasil.
7. Menjelaskan kepada orangtua mengenai hasil pemeriksaan di atas dan beberapa tindakan yang dapat
dilakukan apabila terdapat hasil meragukan atau menyimpang.
4. Interpretasi Hasil
1. Perkembangan sesuai umur (S)
2. Perkembangan meragukan (M)
3. Perkembangan ada penyimpangan (P)
Interpretasi KPSP:
- Bila “YA” berjumlah 9 atau 10 perkembangan sesuai (S)
- Bila “YA” berjumlah 7 atau 8 perkembangan meragukan (M)
- Bila “YA” berjumlah 6 atau kurang perkembangan menyimpang (P)
Tindakan :
- Untuk yang (S) teruskan stimulasi, pemeriksaan KPSP dilanjutkan sesuai jadwal.
- Untuk yang (M) lakukan stimulasi tugas-tugas yang belum bisa, ulang KPSP 2 minggu kemudian.
Untuk yang (P) dirujuk ke dokter spesialis anak dengan menuliskan tugas yang tidak bisa dilakukan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
LKK 4 BLOK 20: ASUHAN NUTRISI PEDIATRIK
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan komunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien dan orang tua pasien
- Meminta izin kepada orang tua/pasien
2. Menilai status nutrisi secara klinis maupun secara antropometri (BB menurut umur, TB menurut umur dan BB
menurut TB)
3. Menentukan jumlah kebutuhan nutrisi berdasarkan berat badan ideal dan kelompok usia, tinggi badan
4. Menentukan cara pemberian nutrisi (oral, enteral, parenteral)
5. Menentukan jenis nutrisi yang diberikan
6. Menentukan langkah-langkah untuk monitoring: penerimaan, toleransi dan efektivitas asuhan nutrisi pediatri
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR ASUHAN NUTRISI PEDIATRIK
Anak adalah masa depan kita. Perlu diingat masa depan yang indah akan mereka peroleh bila kita menyediakan pelayanan
kesehatan pencegahan yang memadai. Salah satu pelayanan pencegahan itu adalah Asuhan Nutrisi Pediatrik (ANP).
ANP yang dimaksud di sini berbeda dalam tujuan dan pelaksanaannya dengan pelayanan gizi yang dilaksananan oleh
instalasi gizi. ANP dilakukan untuk anak sehat agar memperoleh tumbuh dan kembang yang optimal, pada pasien rawat jalan
agar tidak terjadi gagal tumbuh, sedangkan pada pasien rawat inap untuk mencegah terjadinya malnutrisi di rumah sakit.
Malnutrisi di masyarakat secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap 60% dari 10,9 juta kematian anak
dalam setiap tahunnya. Masalah malnutrisi juga terjadi di rumah sakit dan saat ini menjadi masalah besar. Secara global
insidensnya berkisar 54% (Global Strategy for Infant And Young Child Feeding. World Health Organization. 2003).
Malnutrisi terjadi karena kurangnya perhatian terhadap ANP yang bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
kurangnya kesadaran dari dokter, kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan strategi penanganan terapi nutrisi, tingginya biaya
dukungan nutrisi tersebut dan karena komplikasi yang terjadi akibat dukungan nutrisi tersebut.
Agar ANP dapat berjalan sempurna dilakukan 5 kegiatan yang berurutan dan berulang dan memerlukan kerja sama dari
berbagai tenaga profesional. Lima kegiatan yang dimaksud adalah membuat diagnosis masalah nutrisi, menentukan
kebutuhan nutrisi (requirement), memilih alternatif tentang cara pemberian zat gizi, memilih alternatif bentuk sediaan zat
gizi dan melakukan evaluasi/pengkajian respon.
Tabel 2. Penentuan status gizi menurut kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 200011-12
Status gizi BB/TB (% median) BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000
Obesitas > 120 > +3 > P95
Overweight > 110 > +2 SD hingga +3 SD P85-p95
Normal > 90 +2 SD hingga -2 SD
Gizi kurang 70-90 < -2 SD hingga -3 SD
Gizi buruk < 70 < -3 SD
Status gizi lebih (overweight)/obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
Bila pada hasil pengukuran didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (> +1SD) atau BB/TB >110%, maka grafik IMT sesuai usia
dan jenis kelamin digunakan untuk menentukan adanya obesitas. Untuk anak <2 tahun, menggunakan grafik IMT WHO 2006
dengan kriteria overweight Z score >+2, obesitas >+3, sedangkan untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT CDC
2000 (lihat algoritma). Ambang batas yang digunakan untuk overweight ialah di atas P85 hingga P95, sedangkan untuk obesitas
ialah lebih dari P95 grafik CDC 2000.
2. Penentuan Kebutuhan
Kebutuhan kalori idealnya ditentukan secarai individual menggunakan kalorimetri indirect, namun hal tersebut mahal
dan tidak praktis. Kebutuhan nutrien tertentu secara khusus dihitung pada kondisi klinis tertentu.
Untuk kemudahan praktek klinis, kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan:
I. Kondisi sakit kritis (critical illness)
2. Obesitas
Target pemberian kalori adalah
Catatan:
─ Berat badan ideal adalah berat badan menurut tinggi badan pada P50 pertumbuhan.
─ Pada obesitas, penatalaksanaan tidak akan berhasil tanpa disertai dengan peningkatan aktivitas fisik dan perubahan
perilaku.
2. Penentuan Kebutuhan:
Tentukan kebutuhan zat gizi menurut height age
Ada gangguan
Baik Terganggu
Gunakan grafik BB/TB WHO 2006 Gunakan grafik BB/TB CDC 2000
Rekomendasi:
ANP merupakan upaya tim kesehatan untuk mencegah terjadinya malnutrisi, menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas akibat masalah nutrisi dan mencegah malnutrisi rumah sakit.
ANP harus dilakukan pada setiap anak baik sehat maupun sakit (di sarana rawat inap maupun rawat jalan) oleh karena
ANP merupakan hak setiap anak.
ANP dilaksanakan oleh tim asuhan nutrisi yang dipimpin oleh dokter spesialis anak yang mempunyai kompetensi
(sudah mengikuti pelatihan ANP/sudah masuk kurikulum).
ANP dilaksanakan melalui 5 langkah berurutan, berkesinambungan, dan berulang.
Rekomendasi ini akan disesuaikan bila ada bukti ilmiah terbaru.
1.4 Kesimpulan
Mahasiswa dapat mengerjakan asuhan nutrisi pediatric
Soal:
1. Tary, bayi perempuan berusia 2 Bulan datang dibawa ibunya untuk imunisasi. Berat badan saat lahir 3Kg, panjang lahir
48 cm. Saat ini berat badan Tary 4,8 Kg dan panjang 56 cm. Sang ibu berencana untuk kembali bekerja bulan depan,
tetapi ia ingin meneruskan memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.
Terapkan Asuhan Nutrisi Pediatri pada kasus ini.
2. Ersa, seorang bayi perempuan saat ini berusia 4 bulan. Ia dibawa oleh ibunya untuk pengukuran beart badan dan panjang
badan rutin. Berat badan lahir 2900 gram, panjang lahir 48 cm. Berat badan saat ini 5,1 kg dan panjang badan 62cm. Saat
ini ibu masih terus memberikan ASI eksklusif. Ibu bertanya apakah perlu dan kapan sebaiknya diberi makanan tambahan.
3. Indra, bayi laki-laki berusia 7 bulan, datang dibawa oleh ibunya ke praktik Anda. Saat lahir berat badan 2900gram dan
panjang lahir 49 cm. Berat badan saat ini 6,5 kg dan panjang badan 67 cm. Bayi diberikan ASI sampai berusia 2 bulan,
tetapi tidak dilanjutkan karena menurut ibu ASInya kurang. Saat ini diberikan susu formula 10x60 ml dan 1 buah pisang
ambon dan 1 buah biscuit Marie.
Terapkan Asuhan Pediatrik pada kasus ini.
4. Upin, seorang anak laki-laki berusia 7 bulan, dibawa ibunya untuk berkonsultasi karena ibu merasa bayinya lebih besar
dibandingkan bayi seusianya. Upin memperoleh ASI eksklusif sampai 6 bulan. Selanjutnya, anak diberikan MP ASI
berupa bubur beras (2 sdm tepung) yang ditambah ASI 2x dalam sehari. Anak tersebut memiliki berat badan 10,5 kg
dengan panjang badan 70 cm. Anak sudah dapat duduk dengan sedikit bantuan (BL;3kg, PL:48 cm).
Terapkan Asuhan Nutrisi Pediatri.