2. Dimana dan jelaskan tentang pit fissure : Pit dan fissure merupakan anatomi gigi
yang rentan karies di area sekitar oklusal umumnya sempit dan tidak teratur.
Kedalaman fissure (40-1220 μm) dan karakteristik morfologi (bentuk fissure U,V dan
Y) menguntungkan bakteri dan sisa makanan untuk menjadi awal masuknya karies.
Morfologi oklusal yang sangat kompleks dan celah gigi yang bervariatif menjadi
penyebab awal terjadinya karies. Prevalensi karies di indonesia mencapai 90 % dari
populasi anak balita. Indonesia dewasa ini karies gigi khususnya pada anak anak
masih merupakan masalah anak usia 10-12 tahun 57,62 % didapatkan karies pada gigi
posterior. Keadaan pit dan fissure yang kompleks, tidak teratur dan tidak terduga
menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi oleh dokter gigi umum dan dokter
gigi anak. Bentuk pit dan fissure yang kompleks, tidak teratur dan tak terduga menjadi
awal pembentukan karies
Inter proximal: Karies proksimal atau dikenal juga sebagai
karies interproksimal merupakan karies yang terbentuk pada permukaan
halus antara batas gigi. Kebanyakan lesi karies proksimal dapat dijumpai di
daerah antara titik kontak dan di atas margin gingiva bebas
Mikroorganisme: Ada tiga faktor utama yang memegang peranan terjadinya karies gigi yaitu
faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah
faktor waktu. Pada faktor agen/mikroorganisme dapat mempengaruhi terjadinya plak gigi
yang memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu
lapisan lunak terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks dimana matriks tersebut terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram positif,
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus mutans, Streptococcus
sanguis, Streptococcus mitis dan Streptococcus salivarius serta beberapa strain lainnya.
Saliva: merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva
mayor dan minor di dalam rongga mulut. Makanan dapat menyebabkan saliva menjadi asam
maupun basa. Peran saliva terhadap proses karies bergantung pada komposisi, viskositas, pH,
dan mikroorganisme
anatomi gigi terhadap terjadinya caries : struktur gigi pada manusia terbagi dalam dua bagian
yaitu bagian mahkota dan bagian akar. Pada bagian mahkota merupakan bagian gigi yang
terlihat dalam mulut, sedangkan pada bagian akar merupakan bagian yang tetanam I dalam
tulang rahang. Karies gigi merupakan proses patologis jaringan keras gigi yang meliputi
email, dentin, dan sementum yang terjadi secara multifaktorial.
Jelaskan diagnosa penyakit gigi berdasarkan kedalaman cavitas yang terjadi pada corona
gigi?
-Karies Insipiens: merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar
dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat
pada email.
-Karies Superfisialis: merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan
kadang-kadang terasa sakit.
-Karies Media: merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin ( tulang gigi ) atau
bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila
terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
-Karies Profunda: merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai
pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa
rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan
untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan oleh infeksi bakteri
campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus
aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus aureus dalam proses ini memiliki enzim
aktif yang disebut koagulase yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin. Sedangkan
Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi,
yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase. Bakteri Streptococcus mutans
memiliki 3 macam enzim yang sifatnya destruktif, salah satunya adalah enzim hyaluronidase.
enzim ini merusak jembatan antar sel yang terbuat dari jaringan ikat (hyalin/hyaluronat).
Proses kematian pulpa, salah satu yang bertanggung jawab adalah enzim dari S.mutans tadi,
akibatnya jaringan pulpa mati, dan menjadi media perkembangbiakan bakteri yang baik,
sebelum akhirnya mereka mampu merambah ke jaringan yang lebih dalam, yaitu jaringan
periapikal. Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan periapikal, tentunya mengundang
respon inflamasi untuk datang ke jaringan yang terinfeksi tersebut, namun karena kondisi
host tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi akan menciptakan kondisi abses.