Disusun Oleh :
Pembimbing Klinik:
Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K), MARS.
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Judul:
Oleh:
Telah dilaksanakan pada bulan April 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “
Sectio Caesarea dengan Preeklamsia Berat ” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan
kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Dr. dr. Hj. Aryani Aziz, Sp.OG (K)., MARS., selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian laporan
kasus ini
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................ 2
1.3 Manfaat ................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklamsia ............................................................................ 3
2.1.1.Definisi ........................................................................... 3
2.1.2.Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehammilan ..................... 3
2.1.3 Epidemiologi ................................................................... 5
2.1.4.Faktor Resiko ................................................................... 6
2.1.5.Patofisiologi ..................................................................... 6
2.1.6.Penatalaksanaan ............................................................... 8
2.2. Sectio Caesarea ...................................................................... 18
2.2.1.Definisi ............................................................................ 18
2.2.2. Epidemiologi .................................................................. 18
2.2.3. Indikasi ........................................................................... 19
2.2.4. Jenis Sectio Caesarea ..................................................... 20
2.2.5. Komplikasi .................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Apakah Penegakan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar?
....................................................................................... 32
4.2 Apakah Penatalaksanaan pada Pasien ini Sudah Adekuat? 33
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan
ginekologi terutama tentang kasus preeklamsi berat.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi
landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.
2
1.3.2. Manfaat Praktis
a. Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat diaplikasikan
pada kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dalam penegakkan
diagnosis kehamilan dengan preeklamsi berat yang berpedoman pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan runut.
b. Bagi dokter umum, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi bahan
masukan dan menambah pengetahuan dalam mendiagnosis kehamilan
dengan dengan preeklamsi berat yang selanjutnya melakukan rujukan
pada dokter spesialis yang berkompeten.
c. Bagi pasien dan keluarga, diharapkan laporan kasus ini dapat memberi
informasi mengenai preeklamsi berat serta komplikasi yang mungkin
terjadi apabila tidak segera dilakukan tindakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Definisi
Preeklamsia merupakan merupakan penyulit kehamilan yang
akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Dari gejala-gejala
klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan, dan
preeklamsia berat.10
Preeklampsia berat adalah suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasopasme
pembuluh darah dan aktivitas endotel. Preeklampsia berat ialah
preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg sistolik dan
tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5
g/24 jam.10
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan hipertensi lebih dari 160 mmHg/110 mmHg disertai
dengan protein urin dan edema pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebih.11
Preeklamsia berat dibagi menjadi, preeklamsia berat tanpa
Impending eclampsia, Preeklamsia ditandai dengan Impending
eklamsia. Disebut Impending eclamsia bila preeklamsia berat disertai
gejala- gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus,
muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah.10
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan10
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
terdiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu dan menetap
sampai 12 minggu pasca persalinan.
4
2. Preeklamsia-eklamsia
a. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia
kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria.
b. Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang-
kejang dan/atau koma.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia adalah
hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklamsia atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional (transient hypertension) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai dengan proteinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa
proteinuria.
2.1.3 Epidemiologi
AKI menurut SDKI 2012 yang menunjukkan peningkatan (dari
228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup). Kejadian kematian Ibu bersalin sebesar 49,5%, hamil 26,0%
nifas 24%. Penyebab angka kematian di Indonesia adalah perdarahan
38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup), infeksi 5,88% (17,09 per
100.000 kelahiran hidup), preeklamsia dan eklamsia 10-20% (30,7 per
100.000).12
Di Indonesia, preeklamsia berat dan eklamsia merupakan
penyebab dari 30%- 40% kematian maternal, sementara di beberapa
rumah sakit di Indonesia telah menggeser perdarahan sebagai
penyebab utama kematian maternal.13 AKI Provinsi Sumatera Selatan
berdasarkan data profil Kesehatan tahun 2017 yaitu 107 per 100.000
kelahiran hidup. Hipertensi dalam kehamilan menempati jumlah
terbanyak ke dari kematian ibu tahun 2017 di provinsi Sumatera
Selatan.14
5
2.1.4 Faktor Risiko
Identifikasi awal preeklampsia (dan jika mungkin, pencegahan)
adalah prinsip inti dari manajemen yang memadai. National Institute
for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan agar
wanita yang berisiko tinggi mengalami preeklampsia diidentifikasi
sebelum usia kehamilan 13 minggu dan aspirin dosis rendah dimulai
sampai usia kehamilan 36 minggu.15
Ada banyak kondisi dan perilaku berisiko terhadap kesehatan
yang dianggap sebagai predisposisi preeklampsia. Wanita hamil
berisiko tinggi salah satunya wanita hamil dengan riwayat hipertensi
yang sudah ada sebelumnya, penyakit ginjal kronis, penderita diabetes
dengan terapi insulin, dan wanita hamil dengan riwayat preeklampsia
onset dini sebelumnya. Pemberian aspirin dosis rendah untuk wanita
dengan risiko sedang hingga tinggi telah terbukti bermanfaat dan
mengurangi kejadian preeklamsia.15
Preeklamsia lebih sering terjadi pada wanita primigravida dan
Usia lebih dari 40 tahun meningkatkan risiko, riwayat preeklamsia
sebelumnya, dan obesitas pra-kehamilan. Faktor risiko lainnya
termasuk diabetes, hipertensi yang sudah ada sebelumnya, wanita
hamil yang memiliki riwayat keluarga dengan preeklampsia, dan
wanita yang menderita kondisi medis seperti sindrom antifosfolipid.15
2.1.5 Patofisiologi
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran
darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri
arkuarta dan arteri arkuarta memberi cabang arteri radialis. Arteri
radialis menembus endometrrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis memberi cabang arterias spiralis.10
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi
invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi
arteri spiralis. Invasi tropolas juga memasuki jaringan sekitar arteri
6
spiralis, sehingga memudahkan lumen arteri spiralis mengalami
distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini
memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vaskuler, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plasenta.
Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meinngkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini dinamakan “remodelling arteri spiralis”.10
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya. Lapisan otot spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokontriksi dan terjadi kegagalan “remodelling arteria spiralis”,
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan
perubahan perubahan yang menjelaskan patogenensis HDK
selanjutnya..10
Diameter rata-rata arteria spiralis pada hamil normal adalah 500
mikron, sedangkan pada preeklampsia rata rata 200 mikron. Pada
hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10
kali aliran darah ke utero plasenta.10
Pada implantasi normal, arteri spiralis uterus mengalami
remodelling yang luas ketika diinvasi oleh trofoblas endovaskular
(Gambar 2.1). Akan tetapi, pada preeklamsi terdapat invasi
trofoblastik yang tidak lengkap. Pada kasus ini, pembuluh darah
decidua, tetapi bukan pembuluh darah myometrial, menjadi sejajar
dengan trofoblas endovaskular. Meekins dan kawan-kawan (1994)
menjelaskan jumlah arteri spiralis dengan trofoblas endovaskular
pada plasenta wanita normal dan wanita dengan preeklamsi. Madazli
dan kawan-kawan (2000) membuktikan bahwa besarnya defek invasi
trofoblastik terhadap arteri spiralis berhubungan dengan beratnya
hipertensi.10,16
7
Gambar 2.1 Implantasi Plasenta Normal
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal
Setiap wanita harus dievaluasi sebelum konsepsi untuk menentukan
kondisi tekanan darahnya. Jika terdapat hipertensi, dapat ditentukan beratnya,
sebab sekunder yang mungkin, kerusakan target organ, dan rencana strategis
penatalaksanaannya. Kebanyakan wanita penderita hipertensi yang
merencanakan kehamilan harus menjalani skrining adanya faeokromositoma
karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi apabila keadaan ini
tidak terdiagnosa pada ante partum.17
Pada umumnya, frekuensi kunjungan antenatal menjadi sering pada akhir
trimester untuk menemukan awal preeklamsi. Wanita hamil dengan tekanan
darah yang tinggi (140/90 mmHg) akan dievaluasi di rumah sakit sekitar 2-
3 hari untuk menentukan beratnya hipertensi. Wanita hamil dengan hipertensi
yang berat akan dievaluasi secara ketat bahkan dapat dilakukan terminasi
kehamilan. Wanita hamil dengan penyakit yang ringan dapat menjalani rawat
jalan.17
8
Pada wanita penderita hipertensi yang merencanakan kehamilan, penting
diketahui mengenai penggantian medikasi anti hipertensi yang telah
diketahui aman digunakan selama kehamilan, seperti metildopa atau beta
bloker. Penghambat ACE dan ARB jangan dilanjutkan sebelum terjadinya
konsepsi atau segera setelah kehamilan terjadi.17
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan pada wanita dengan
hipertensi berat, terutama apabila terdapat hipertensi yang persisten atau
bertambah berat atau munculnya proteinuria. Evaluasi secara sistematis
meliputi :
1. Pemeriksaan detil diikuti pemeriksaan harian terhadap gejala klinis
seperti sakit kepala, pandangan kabur, nyeri epigastrium, dan
penambahan berat badan secara cepat.
2. Penimbangan berat badan saat masuk rumah sakit dan setiap hari
setelahnya.
3. Analisis proteinuria saat masuk rumah sakit dan setiap 2 hari.
4. Pengukuran tekanan darah dengan posisi duduk setiap 4 jam kecuali
saat pertengahan tengah malam dengan pagi hari.
5. Pengukuran serum kreatinin, hematokrit, trombosit, dan serum enzim
hati, frekuensi pemeriksaan tergantung beratnya penyakit.
6. Evaluasi berkala tentang ukuran janin dan cairan amnion secara klinis
dan dengan menggunakan ultrasonografi.16
Selain itu, pasien juga dianjurkan mengurangi aktivitas sehari-harinya
yang berlebihan. Tirah baring total tidak diperlukan, begitu pula dengan
pemberian sedatif. Diet harus mengandung protein dan kalori dalam jumlah
yang cukup. Pembatasan garam tidak diperlukan asal tidak berlebihan.16
2. Tatalaksana Preeklamsia
Diagnosis dini, supervisi medikal yang ketat, waktu persalinan
merupakan persyaratan yang mutlak dalam penatalaksanaan preeklamsi.
Persalinan merupakan pengobatan yang utama. Setelah diagnosis ditegakkan,
penatalaksanaan selanjutnya harus berdasarkan evaluasi awal terhadap
kesejahteraan ibu dan janin. Tujuan utama pengambilan strategi
9
penatalaksanaan adalah keselamatan ibu dan kelahiran janin hidup yang tidak
memerlukan perawatan neonatal lebih lanjut dan lama.
Penatalaksanaan pada preeklamsi dibagi berdasarkan beratnya
preeklamsi, yaitu :
1. Preeklamsi ringan10
a. Rawat Jalan
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara
rawat jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur
miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring. Apabila
pasien sudah memilii tanda-tanda preeklampsia berat, pasien
disarankan kerumah sakit untuk rawat inap.
- Banyak istirahat
- Makan cukup protein
- Roborantia (vitamin dan mineral) : vit E, C, Calcium, aspilet
- Pemeriksaan laboratorium (HB, Hematokrit, asam urat, urine
lengkap, fungsi hati dan ginjal
b. Penderita baru dirawat
- Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
perbaikan gejala preeklampsia
- Timbul salah satu atau lebih tanda-tanda preeklampsia berat
Apabila tidak ada perbaikan dari tekanan darah dan kondisi ibu
atau ada tanda-tanda preeklampsia berat, disarankan untuk dirawat
di rumah sakit. Perawatan yang penting adalah pengelolaan cairan
karena ada kemungkinan terjadinya edema paru dan oliguria, oleh
karena itu dilakukan monitoring cairan input dan output. Bila
terjadi tanda-tanda edema paru, berikan ringer-dekstrose atau
carian garam faali jumlah tetesan: <125 cc/jam serta foley catheter.
Oliguria terlihat apabila cairan yang keluar <300cc/jam dalam 2-3
jam atau <500 cc/24 jam.
c. Evaluasi
- Lakukan pemeriksaan fisik (Pitting edema,BB tiap pagi
bangun, indeks gestosis tiap 12 jam, TD 6 jam kecuali tidur)
d. Persalinan
10
- Pada penderita preeklampsi ringan, yang normal selama
perawatan, persalinannya di tunggu sampai 40 minggu, lewat
TP dilakukan induksi partus
- Penderita preeklampsi ringan yang tekanan darahnya selama
perawatan tetapi belum mencapai normal, terminasi kehamilan
dilakukan pada kehamilan 37 minggu.
2. Preeklamsi berat
Tujuan penatalaksanaan pada preeklamsi berat adalah mencegah
konvulsi, mengontrol tekanan darah maternal, dan menentukan
persalinan. Persalinan merupakan terapi definitif jika preeklamsi berat
terjadi di atas 36 minggu atau terdapat tanda paru janin sudah matang
atau terjadi bahaya terhadap janin. Jika terjadi persalinan sebelum usia
kehamilan 36 minggu, ibu dikirim ke rumah sakit besar untuk
mendapatkan NICU yang baik. Perawatan preekalamsia berat sama
halnya dengan preeklamsia ringan, dibagi menjadi dua unsur10 :
11
menetralisir asam lambung yang sangat asam. Diet yang
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam/
b. Pemberian obat anti kejang
MgSO4, diazepam dan fenitoin. Fenitoin sodium
mempunyai khasiat stabilisasi membran neuron, cepat
masuk jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3 menit
setelah injeksi intravena. Pemberian magnesium sulfat
sebagai antikejang lebih efektif dibanding fenitoin,
berdasarkan Cochrane review terhadap enam uji klinik.
Obat antikejang yang banyak dipakai diindonesia adalah
Magnesium sulfat.
Cara pemberian :
Magnesium Sulfat Regimen
- Loading dose : initial dose
4 gram MgSo4 : intravena, (40% dalam 10cc) selama 15
menit
- Maintenance dose
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. selanjutnya Maintenance Dose
diberikan 4 gram i.m. 4-6 jam
13
2) Sikap terhadap kehamilannya: menejemen agresif, kehamilan
diakhiri (terminasi) setiap saat bila keadaan hemodinamika sudah
stabil
a. Perawatan Aktif : kehamilan segera diakhiri/diterminasi
bersamaan dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
Indikasi perawatan aktif adalah didapatkan satu/ lebih keadaan
dibawah ini:
- Ibu
▪ Umur kehamilan ≥ 37 minggu
▪ Adanya tanda- tanda Impending eclampsia
▪ Kegagalan terapi pada perawatan konservatif yaitu :
keadaan klinik dan laboratik memburuk
▪ Diduga terjadi solusio plasenta
▪ Timbul onset persalinan, ketuban pecah perdarahan
- Janin
▪ Adanya tanda- tanda fetal distress
▪ Adanya tanda-tanda intra uterine growth retriction
▪ NST non reaktifdengan profil biofisik abnormal
▪ Terjadinya oligohidroamnion
- Laboratorik
▪ Adanya tanda-tanda sindrom HELLP khususnya
menurunnya trombosit dengan cepat
b. Perawatan konservatif (ekspektatif) : kehamilan tetap
dipertahankan dengan bersamaan memberikan terapi
medikamentosa. Indikasi perawatan konservatif adalah
kehamilan preterm 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclamsia, diberikan pengobatan yang sama dengan
pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secara aktif.
c. Mencegah Komplikasi
a) Diuretika diberikan atas indikasi:
- Edema paru
- Payah jantung kongestif
- Edema anasarka
- Kelainan fungsi ginjal
b) Antihipertensi diberikan atas indikasi:
Tekanan darah sistolik >160 mmHg diastolik >110 mmHg
Preparat:
Clonidine (catapres) 1 ampul:0,15 mg/ml 1 amp+10 ml
NaCl fls/aquades masukkan 5 ml I.V pelan selama 5 menit,
15
5 menit kemudian tekanan darah diukur, tak turun berikan
sisanya (5 ml pelan I.V 5 menit)
Nifedipin: 4x10 mg (p.o) sampai diastolic 90-100 mmHg.
Hidralazin (Apresolin) 1amp: 20 mg, 1 amp di encerkan
IVpelan melalui karet infus dapat diulangi setelah 20-30
menit.
a) Kardiotonika diberikan atas indikasi
- Tanda-tanda payah jantung
Diberikan cedilanid, digitalisasi cepat sebaiknya kerja
sama dengan payah jantung.
b) Lain-lain
- Antipiretik diberikan atas indikasi suhu rektal > 38,5 C
- Antibiotik apabila ada indikasi
- Analgetika atas indikasi kesakitan/gelisah, 50-75 mg
pethidin < 2jam sebelum jalan lahir.
d. Pengobatan obstretika
Cara pengakhiran kehamilan /persalinan
1) Belum inpartu:
a) Induksi persalinan:
- Amniotomi
- Drip oksitosin dengan syarat Bishop 5
b) SC bila:
- Syarat drip oksitosin tidak terpenuhi
- 12 jam sejak drip oksitosin belum masuk fase
aktif
2) Inpartu:
a) Kala 1:
- Fase laten tunggu 6 jam tetap fase laten
- Fase aktif: - amniotomi – tetes pitosin 0,6 jam
pembukaan tidak lengkap
b) Kala II
Tindakan dipercepat sesuai dengan syarat yang
dipenuhi.
16
2) Perawatan konservatif
a. Indikasi perawatan apabila:
- Kehamilan kurang dari 37 minggu
- Keadaan janin baik
- Tak ada impending eklampsia
b. Pengobatan medisinal
- Awal diberikan 8g (20 ml 40%) IM: 4g bokong kanan 4g
bokong kiri
- Bila ada perbaikan atau tetap diteruskan 24 jam
- Apabila setelah 24 jam ada tanda-tanda perbaikan maka
pengobatan diteruskan sbb:beri tablet luminal 3x30-60
mg/p.o
- Anti hipertensi oral bila TD masih > 160/110 mmHg
c. Pengobatan obstetric
- Observasi dan evaluasi sama dengan perawatan aktif, hanya
tidak dilakukan pengakhiran kehamilan.
- MgSo4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda
preeklampsia ringan selambat-lambatnya 24 jam.
- Lebih dari 24 jam tidak ada perbaikan maka perawatan
konservatif dianggap gagal dan dilakukan terminasi.
d. Penderita boleh pulang bila:
Penderita sudah mencapai perbaikan dengan tanda-tanda
preeklampsia ringan, perawatan dilanjutkan s/d 3 hari lagi. Bila
selama 3 hari keadaan tetap baik (tanda-tanda preeklampsia
ringan) maka penderita bisa dipulangkan.
17
Sectio caesarea merupakan proses persalinan dengan membuat
insisi pada bagian uterus melalui dinding abdomen dengan tujuan untuk
meminimalkan risiko ibu dan janin yang timbul selama kehamilan atau
dalam persalinan serta mempertahankan kehidupan atau kesehatan ibu
dan janinnya. Pasien post sectio caesarea biasanya membutuhkan
waktu rawat inap sekitar 3-5 hari setelah operasi. Komplikasi setelah
tindakan pembedahan, juga dapat memperpanjang lama perawatan dan
pemulihan di rumah sakit dan salah satu faktor proses penyembuhan
luka pada pasien post sectio caesarea dapat dipengaruhi oleh faktor
nutrisi, mobilisasi dan personal hygiene.1
Sectio caesarea adalah persalinan janin melalui sayatan perut
terbuka (laparotomi) dan sayatan di rahim (histerotomi). Sesar pertama
yang didokumentasikan terjadi pada 1020 M, dan sejak itu prosedurnya
telah berkembang pesat. Meskipun memberikan risiko komplikasi
langsung dan jangka panjang, bagi beberapa wanita, persalinan sesar
bisa menjadi cara teraman atau bahkan satu-satunya cara untuk
melahirkan bayi baru lahir yang sehat.1-2
2.2.2 Epidemiologi
2.2.3 Indikasi6
a. Indikasi Ibu
18
• Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis
• Riwayat kelahiran section ceasarea.
• Trauma perineum sebelumnya
• Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal / rektal
• Herpes simpleks atau infeksi HIV
• Penyakit jantung atau paru
• Aneurisma otak atau malformasi arteriovenosa
b. Indikasi Janin
• Janin sangat besar
• Gawat janin
• Malposisi
• Malprentasi
• Double flootling breech
• Gagal melahirkan pervaginam operatif
• Prolaps tali pusat
19
lapisan kedua atas jahitan menerus. Selanjutnya diadakan jahitan
menerus dengan catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan
peritoneum serta bagian luar miomertrium dan yang menutup
jahitan yang terlebih dahulu dengan rapi. Akhirnya dinding perut
ditutup secara biasa.
b. Sectio caesarea transperitonealis profunda
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-
kira 10 cm. Kateter dipasang dan wanita berbaring dalam letak
trendelenburg ringan. Diadakan insisi pada dinding perut pada
garis tengah dari simfisis sampai beberapa sentimeter di bawah
pusat. Setelah peritoneum dibuka, dipasang spekulum perut, dan
lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dengan satu kain
kasa panjang atau lebih. Peritoneum pada dinding uterus depan dan
bawah dipegang dengan pinset, plika vesiko-uterina dibuka dan
insisi ini diteruskan melintang jauh ke lateral; kemudian kandung
kencing dengan peritoneum di depan uterus didorong ke bawah
dengan jari.
2.2.5 Komplikasi4
Komplikasi pada sectio caesarea menurut adalah saebagai berikut :
1. Infeksi Puerferal (nifas)
a. Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja.
b. Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
c. Berat dengan peritonitis, sepsisdan illeus paralitik. Infeksi
berat sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul
infeksinifas, telah terjadi infeksi intra
d. partum karena ketuban pecah terlalu lama.
2. Perdarahan
20
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.Kemungkinan ruptur uteri spontan
pada kehamilan mendatang.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri.
BAB III
21
LAPORAN KASUS
3.1 Identifikasi
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Hartati Binti M. Sumir
Tanggal lahir: 24 April 1982
Umur : 39 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan K.H Wahid Hasyim Lorong Terusan I RT 46 / RW 09, 06
Ulu, Sebrang Ulu 1
MRS : 11 Mei 2021
No. RM : 64-76-33
B. Identitas Suami
Nama : Tn. Zainuri
Tanggal lahir: 24 Agustus 1964
Umur : 56 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jalan K.H Wahid Hasyim Lorong Terusan I RT 46 / RW 09, 06
Ulu, Sebrang Ulu 1
3.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 11 Mei 2021 (14.30 WIB)
A. Keluhan Utama
Hamil cukup bulan mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang
disertai keluarnya darah dan lendir melalui jalan lahir.
22
Pasien datang hamil cukup bulan dengan gerakan janin masih bisa
dirasakan. Pasien mengeluh perut mules yang semakin lama semakin
bertambah dan menjalar ke pinggang. Keluhan juga disertai keluarnya darah
dan lendir melalui jalan lahir sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Saat sampai, bidan mengatakan bahwa pasien sudah mengalami bukaan
5. Pasien menyangkal adanya mual, muntah, nyeri ulu hati, sakit kepala,
pandangan kabur, dan kejang. Pasien juga menyangkal adanya bagian tubuh
yang terasa bengkak.
E. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 15 Tahun
Siklus haid : 28 Hari
Lama haid : 5 hari
Keluhan saat haid : Tidak ada
HPHT : 07 - 08 - 2020
TP : 14 - 05 - 2021
F. Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali
Lama pernikahan : 6 tahun
Usia menikah : 33 tahun
G. Riwayat Kontrasepsi
23
- Belum pernah menggunakan kontrasepsi.
H. Riwayat ANC
- Pasien mengaku sering memeriksakan kehamilannya ke bidan dan telah
melakukan pemeriksaan USG sebanyak 3x.
B. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor, reflek
cahaya (+/+)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
24
Palpasi : stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular,
HR: 90 x/menit, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: perut membesar karena kehamilan, luka bekas
operasi (-), linea gravidarum (+), striae gravidarum (+)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar dan lien sulit dinilai
Genitalia : Bloody show (+), lendir (+), lesi (-), keputihan berbau
(-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-/-)
C. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
- Leopold I : TFU 3 jari di bawah processus xhypoideus 35 cm dari
symphisis pubis, bagian fundus ibu teraba bagian janin bulat
lembut tidak melenting.
- Leopold II : Punggung kanan teraba bagian kecil janin.
- Leopold III : Teraba bagian janin bulat keras dan melenting di bagian
bawah perut ibu.
- Leopold IV : Divergen (bagian terbawah sudah masuk PAP)
- TBJ : 3410 gram
- DJJ : 147 x/menit
- His : 2 / 10’ / 30”
25
Pemeriksaan Dalam :
- Konsistensi : portio lunak
- Posisi portio : medial
- Pembukaan : 5 cm
- Ketuban : Utuh
- Terbawah : Kepala
- Penunjuk : UUK
- Penurunan : Hogde 1
Golongan Darah+Rhesus
Golongan Darah B
Rhesus Positif
26
HEMOSTASIS
Clotting time 7 Detik 10-15
Bleeding time 2 Detik 1-6
KIMIA KLINIK
SGOT 13 IU/L < 31
SGPT 12 IU/L < 31
Glucosa Darah Sewaktu 73 mg/dL < 180
IMUNOLOGI
Antigen SARS-CoV-2 Negatif Negatif
HBsAg Negatif Negatif
27
Silinder Negatif (-) /LPK
Kristal Negatif (-) /LPB
Bakteri Negatif (-)
Lain-lain
3.6 Tatalaksana
- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, dan DJJ
- MgSO4 5 cc dilarutkan 10 cc injeksi iv 20 cc + 500 D5% 28 TPM
- Injeksi ceftriaxone 2x1 gram (skin test)
- Asam mefenamat 3x1 gram tab/oral
- B Complex 1x1 tab/oral
- Dopamet 3 x 250 mg tab/oral
- Pemasangan kateter urin menetap
- Cek laboratorium hematologi, urin rutin, tes anti HIV, dan tes Syphillis
- Rencana SC Cito pukul 15.00 WIB
Setelah Partus
29
11/05/2021 S/ Nyeri luka operasi • Observasi keadaan umum,
16.50 WIB tanda vital ibu
O/ KU : baik • Observasi perdarahan
Sens : compos mentis • IVFD MgSO4 5cc
TD : 150/90 mmHg dilarutkan 10 cc iv + 500
HR : 81 x/menit cc D5% 28 TPM
RR : 21 x/menit • Injeksi ceftriaxone 2x1
o
Suhu : 36,4 C gram (skin test)
TFU 2 jari dibawah pusat • Diet TKTP
Kontraksi uterus (+) baik • ASI on demand
Luka operasi tenang
• Rencana ganti opsite
Lochia rubra (+) sedang
• Terapi oral
Th/
A/ P2A0 post SC hari ke-1 atas indikasi
• Asam mefenamat 3x1
preeklamsi berat
gram tab/oral
• B Complex 1x1
tab/oral
• Dopamet 3 x 250 mg
tab/oral
• Kateter menetap
12/01/2021 S/ Nyeri luka operasi • IVFD MgSO4 5cc
06.00 dilarutkan 10 cc iv + 500
O/ KU : baik cc D5% 28 TPM
Sens : compos mentis • Injeksi ceftriaxone 2x1
TD : 140/90 mmHg gram (skin test)
HR : 80 x/menit • Mobilisasi bertahap
RR : 22 x/menit • Diet TKTP
o
Suhu : 36,5 C • ASI on demand
TFU 2 jari dibawah pusat • Rencana ganti opsite
Kontraksi uterus (+) baik
• Terapi oral
Luka operasi tenang
Th/
Lochia rubra (+) sedang
30
• Asam mefenamat 3x1
A/ P2A0 post SC hari ke-2 atas indikasi gram tab/oral
preeklamsi berat • B Complex 1x1
tab/oral
• Dopamet 3 x 250 mg
tab/oral
• Kateter menetap
13/05/2021 S/ Tidak ada keluhan • AFF IVFD
06.00 WIB • AFF Kateter Menetap
O/ KU : baik • Mobilisasi bertahap
Sens : compos mentis • ASI on Demand
TD : 140/80 mmHg • Diet TKTP
HR : 80 x/menit • Rencana pulang (Kontrol
RR : 20 x/menit 10 hari ke depan)
o
Suhu : 36,5 C
• Terapi oral
TFU 3 jari dibawah pusat
Th/
Kontraksi uterus (+) baik
• Asam mefenamat 3x1
Luka operasi tenang
gram tab/oral
Lochia rubra (+) sedang
• B Complex 1x1
tab/oral
A/ P2A0 post SC hari ke-3 atas indikasi
• Dopamet 3 x 250 mg
preeklamsi berat
tab/oral
BAB IV
31
ANALISA KASUS
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang, dan tatalaksana
yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
2. Tatalaksana pada kasus ini adekuat.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut, adapun saran yang bisa diberikan yaitu:
Pada pasien hamil dengan preeklamsia berat hendaknya segera dibawa ke
rumah sakit untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan
seperti fetal distress.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
12. Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. Profil seksi Pelayanan Kesehatan Dasar
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan. 2016. [dikutip pada 17 Juni 2020] At
http ://www.dinkes.go.id/data-kesehatan/2016.html
13. WHO. 2014. Levels and Trend Maternal Mortality Rate. Geneva, 7(13):
125-126.
14. Parry and Strauss III. 2012. Premature Rupture of Fetal Membrane. New
England Journal of Medicine, 338:10 (Cited 15 November 2019)
downloaded from: www.nejm.org
15. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka, 2013. Hal. 531-550
16. Anonim. Protap Obgyn Universitas Sriwijaya. Palembang. 2010.
17. Situmorang., dkk. Faktor- Faktor yang Berubungan Dengan Kejadian
Preeklamsia pada Ibu Hamil di Poli KIA RSU Anutapara Palu. Jurnal
Kesehatan Tadulako Vol 2. No1.2016.
18. Legawati, Utama NR. Analisis Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat
di RSUD Rujukan Kabupaten dan Provnsi Kalimantan Tengah. Jurnal Surya
Medika. Vol 3. No1. 2017
19. Dinkes Sumatera Selatan. Profil Kesehatan Sumatera Selatan 2017.
Palembang: Dinas Kesehatan, 2017.
36