Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Rahma Noora Firdayani (712017042)

Pembimbing:

dr. Meidian Sari, Sp.KJ.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul

SKIZOFRENIA PARANOID

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Rahma Noora Firdayani


(712017042)

Pembimbing:
dr. Meidian Sari, Sp.KJ.

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Ujian Akhir Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang periode 5 November 2018 – 1 Desember
2018.

Palembang, November 2018


Dosen Pembimbing

dr. Meidian Sari, Sp.KJ

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasullullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan,
bimbingan dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. dr. Meidian Sari, Sp.KJ., selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.

Palembang,November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................

Halaman Pengesahan .................................................................................... i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I. Laporan Kasus .................................................................................. 1

BAB II. Diskusi ............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ............................................................................................... 18

Lembar Follow Up ........................................................................................ 19

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. I. IDENTIFIKASI PENDERITA

Nama : Tn. A
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pengangguran
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sri jobu, sungai pinang, ogan ilir
Datang ke RS : Rabu, 20 November 2018, Pk. 22.15 WIB
Cara ke RS : Diantar keluarga menggunakan mobil
Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat
RS.dr. Ernaldi Bahar Palembang

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh dari:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada Rabu, 20 November 2018
2. Alloanamnesis dengan Ibu Kandung penderita pada Rabu, 20 November
2018
A. Sebab Utama
Mengamuk dan merusak barang.
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ernaldi Bahar
dibawa oleh keluarganya karena mengamuk dan merusak barang dagangan
keluarganya ± 3 jam yang lalu, sehingga ia terjatuh dan terdapat luka robek
di bagian kaki kanan. saat hendak diobati pasien mengamuk, setelah
dilakukan tindakan pasien langsung dirujuk ke RS Ernaldi Bahar.

1
Sejak 1 minggu yang lalu pasien semakin sering mengamuk. Pasien
juga terlihat bicara dan tertawa sendiri kemudian menangis. Pasien sering
mendengar suara-suara, suara tersebut merupakan suara perempuan yang
tidak dikenalnya, suara tersebut memerintahkan untuk melemparkan
barang-barang dan memukul orang disekitarnya. Pasien juga sering
memukul orang tuanya. Pasien masih sulit tidur di malam hari dan
terkadang tidak tidur sejak 2 hari yang lalu. Pasien masih mampu mengurus
dirinya seperti makan dan minum, namun pasien sudah tidak mau mandi.
Pasien sulit dibawa untuk berobat.
Sejak ± 2 bulan yang lalu, pasien sering mengamuk dan melempar
barang-barang tanpa alasan yang jelas. Pasien mudah tersinggung dan
mengamuk jika ditegur oleh keluarga dan pernah mengancam untuk
membunuh dan pernah memukul ibunya. Pasien sulit tidur dan sering
berteriak-teriak di malam hari, karena pasien merasa ada suara-suara
makhluk halus yang mengganggunya yang mengatakan bahwa ia tidak
berguna. Pasien masih bisa makan dan mandi sendiri. Pasien sudah
berhenti bekerja sebagai tukang parkir.

Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mulai berubah perilaku, pasien


sering terlihat melamun, tertawa dan menangis dan sering berbicara sendiri
tanpa ada yang mengajak bicara. Selain itu, pasien juga mudah curiga dan
mudah tersinggung karena pasien merasa orang disekitarnya sedang
menjelek-jelekkannya, tidak jarang juga pasien mengamuk dengan
mengacak-acak perabotan di rumah dan mengancam orang-orang
didekatnya. Pasien masih mampu mengurus dirinya, seperti makan, minum,
dan mandi sendiri. Menurut keluarga pasien ia mulai berubah perilakunya
sejak tamat kuliah dari teknik elektro universitas sriwijaya pada tahun 2014
dan ia menganggur sampai 2017. Saat itu pasien sering melamun, keluarga
pasien mengatakan pasien sering ditolak ketika melamar pekerjaan. Hingga
akhirnya ia memutuskan untuk bekerja walaupun hanya menjadi tukang
parkir pada awal tahun 2017 lalu berhenti 1 bulan kemudian karena ia
tersinggung atas ucapan temannya.

2
b) Autoanamnesis
Pasien mengatakan bahwa ia mengamuk dan merusak barang disebabkan
merasa tersingung dengan ibunya, ia mengatakan bahwa ibunya mengejek
dirinya sebagai pengangguran dan tidak ada gunanya hidup di dekatnya.
Pasien mengatakan bahwa sejak ia menganggur ia merasa tak dihargai dan
tak punya teman padahal ia mengaku ia dulu orang yang pintar dan semua
orang mau berteman dengannya. Pasien sering mendengar bisikan yang
menyuruhnya untuk melempar barang dan memukul ibunya. Ia mengatakan
ia tidak melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Pasien juga
mengatakan ada bisikan-bisikan mahluk halus yang mengatakan bahwa ia
tidak berguna. Pasien mengatakan ia sulit tidur.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA


A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien sebelumnya tidak pernah dibawa berobat ke dokter sejak ada
perubahan perilaku 1 tahun yang lalu. Pasien tidak dibawa berobat dengan
alasan menurut keluarga pasien ia hanya emosi sesaat, lalu keluarga pasien
membawanya ke Ustad untuk di ruqyah.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum


1. Riwayat asma (-)
2. Riwayat demam tinggi (-)
3. Riwayat hipertensi (-)
4. Riwayat kejang (-)
5. Riwayat stroke (-)
6. Riwayat DM (-)
7. Riwayat Hiper/hipotiroid (-)
8. Riwayat thyoid (-)
9. Riwayat alergi (-)
10.Riwayat Merokok (+)
11.Riwayat Narkoba (-)

3
C. Penggunaan Zat Psikoaktif
Penderita tidak pernah memakai zat psikoaktif apapun.

A. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

Agustus 2017 Desember 2017 Mei 2018


November 2018
Pasien masih Pasien dibawa September 2018
Stressor : masalah (12 jam sebelum
menganggur Kerumah ustad
ekonomi/ tidak ada masuk RS)
untuk diruqyah
pekerjaan

- sering melamun - gelisah -gelisah


- Pasien Memukul
- -mengamuk
-marah tanpa sebab ibunya
-mudah - marah tanpa sebab
tersinggung -sulit tidur
-waham rujukan - waham rujukan
- berbicara sendiri
- sulit tidur - merusak barang
- halusinasi - sulit tidur kadang
- sulit tidur jualan ibu dan
auditorik tidak bisa tidur
-berbicara sendiri adiknya
-tertawa sendiri
- berbicara sendiri - mengancam akan
- mudah emosi -mengancam akan
- merasa orang di membunuh
membunuh
sekitarnya - sulit tidur
- berbicara sendiri
menjelekannya - berbicara sendiri
- mengamuk
- halusinasi
- mengamuk - halusinasi
- mengancam orang auditorik
auditorik
- sulit tidur disekitarnya
- waham rujukan
-waham rujukan
- mengancam ingin
membunuh orang - emosional
- kaki pasien
tuanya berdarah oleh luka
- mudah
tersingung robek.

4
IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan,
ditolong oleh bidan.
2. Anak : Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami demam
tinggi dan kejang (step), pasien anak yang periang,
dan berprestasi
3. Remaja : Menurut keluarga, pasien anak yang egois,
berprestasi, periang tapi menurut keluarga pasien ia
termasuk tipe orang yang pendendam.
4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien orang yang mudah tersingung, dan
mudah marah jika ditegur oleh keluarganya.

B. Situasi Hidup Sekarang


Pasien hanya diam dirumah tidak ada pekerjaan.

C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:
: Pasien bernama Tn. A usia 25 Tahun

5
D. Riwayat Pendidikan
Keluarga pasien mengatakan, pasien cukup pintar ia selalu masuk dalam
3 besar dikelas, dan ia diterima di universitas negeri lewat jalur undangan.
E. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai tukang parkir selama 1 bulan.
F. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
G. Agama
Pasien beragama Islam
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama orang tuanya dan 1 adik perempuannya. Dengan
status ekonomi menengah kebawah. Penghasilan dari bapak bekerja sopir
tarik sawit.
I. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah berurusan dengan pihak berwajib.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 25 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kaos berwarna merah, celana
pendek berwarna cokelat. Perawatan diri cukup baik, penampilan sesuai.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien gelisah, perhatian baik
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kontak dengan pemeriksa ada, pasien kooperatif terhadap
pemeriksa.

B. Mood dan Afek


1. Mood : iirritable
2. Afek : Serasi
6
C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kualitas : Baik
3. Kuantitas : Kurang

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi dan ilusi :
- Halusinasi auditorik ada → suara yang memerintah untuk membunuh
ibunya dan orang disekitarnya, dan
memerintah untuk merusak barang jualan
keluarganya.
- Halusinasi lain (visual, taktil) tidak ada

E. Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran : Koheren
a) Kontinuitas : kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran
a) Bentuk fikir : Koheren
b) Gangguan isi pikiran : Waham rujukan ada

F. Kesadaran dan Kognisi


1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
2. Orientasi :
a) Waktu : Baik
b) Tempat : Baik
c) Orang : Baik
3. Daya Ingat : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca

7
6. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan
perjalanan dari rumah ke RS.
Ernaldi Bahar.
7. Kemampuan menolong diri sendiri :cukup baik, pasien makan,
minum sendiri namun pasien tidak mau mandi.

G. Pengendalian Impuls
Pasien tampak gelisah pada proses tanya jawab yang dilakukan dan tidak
terdapat gerakan involunter

H. Daya Nilai
1. Penilaian realita : RTA terganggu
2. Tilikan : Derajat 1, pasien menyangkal ataupun sama sekali
tidak merasa sakit

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada hari 22 November Jumat, 2018
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg, N: 90 x/menit, RR: 20 x/menit,
T: 36,7 oC
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),
Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).
4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler
normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).
5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal
Pembesaran hepar dan lien (-).
6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

8
B. Status Neurologikus
1. GCS : 15
E : membuka mata spontan (4)
V : bicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
2. Fungsi sensorik tidak terganggu.
3. Fungsi Motorik tidak terganggu.
4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala.
5. Refleks fisiologis normal.
6. Refleks patologis tidak ditemukan.

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada
hari Rabu tanggal 20 november 2018 dibawa oleh keluarganya karena
mengamuk dan merusak barang jualan keluarganya sejak ± 3 jam sebelum
masuk rumah sakit
2. Pasien sering mendengar suara-suara, suara tersebut merupakan suara
perempuan yang tidak dikenalnya, suara tersebut memerintahkan untuk
melemparkan barang-barang dan memukul orang disekitarnya. (Halusinasi
auditorik)
3. Pasien sering mengamuk dan melempar barang-barang tanpa alasan yang
jelas.
4. Pasien mudah tersinggung dan mengamuk jika ditegur oleh keluarga
5. Pasien pernah mengancam untuk membunuh ibunya.
6. Pasien sulit tidur dan sering berteriak-teriak di malam hari, karena pasien
merasa ada suara-suara makhluk halus yang mengganggunya. (halusinasi
auditorik).
7. Pasien sering terlihat melamun, tertawa dan menangis dan sering berbicara
sendiri tanpa ada yang mengajak bicara. (halusinasi auditorik)
8. Pasien mengatakan ia tidak melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang
lain.( halusinasi visual (-))

9
9. Pasien juga mudah curiga dan mudah tersinggung karena pasien merasa
orang disekitarnya sedang menjelek-jelekkannya. (waham Rujukan)
10. Pasien suka merusak dan mengacak-acak perabotan di rumah dan
mengancam orang-orang didekatnya.
11. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif
dan orientasi, memori serta pengetahuan umum pasien baik.
12. Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif.
13. Pasien sering terlihat berbicara sendiri (perilaku halusinatorik)
14. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
15. Ada gangguan aktivitas tidur pada malam hari.
16. 1 tahun yang lalu pasien memiliki masalah ekonomi dimana ia tidak
mempunyai pekerjaan yang tetap dan sudah berkali-kali lamaran
pekerjaannya ditolak.
17. Pasien lahir normal di puskesmas dibantu bidan, tidak memiliki riwayat
demam tinggi dan kejang (step), tidak memiliki masalah tumbuh kembang.
18. Pasien merupakan pribadi yang periang dan mempunyai banyak teman.
19. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik.
20. Pasien tinggal bersama kedua orang tua pasien, dan satu adik perempuannya.
Penghasilan berasal dari pekerjaan bapak pasien yang bekerja sebagai sopir
pengangkut sawit. Pasien berobat menggunakan jaminan kesehatan BPJS.
21. Keluarga pasien saat ini mendukung kesembuhan pasien, terutama ibu dan
bapak pasien.

10
VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I:
 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, pada
pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan
menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam
fungsi pekerjaan dan sosial. Sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

 Berdasarkan Riwayat premorbid tidak ditemukan riwayat kejang pada


penderita. Selain itu, pada penderita tidak ditemukan riwayat hipertensi serta
tidak ditemukan riwayat penyakit metabolik lainya (Diabetes Mellitus,
Hipo/hipertiroid) riwayat trauma kepala disangkal. Pada Status neurologis
tidak ditemukan kelainan yang menunjukan adanya gangguan medis umum
dan dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi,
serta orientasi yang masih baik, sehingga pada pasien ini untuk diagnosis
gangguan mental oganik (F00 – F09) tidak dapat ditegakkan.

 Berdasarkan Anamnesis pada penderita tidak didapatkan riwayat penggunaan


alkohol atau zat psikoaktif yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis
otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-19).

 Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita berupa


gangguan persepsi yaitu halusinasi dan delusi. maka pasien ini menderita
gangguan psikotik (F.2)

 Berdasarkan anamnesis, pasien mengalami Halusinasi dan delusi sudah


terjadi lebih dari 1 bulan yang lalu yakni ± 1 tahun yang lalu, sehingga pada
kasus ini termasuk kedalam skizofrenia (F.20)

 Berdasarkan anamnesis pasien mengalami Halusinasi auditori dan waham


Rujukan yang menonjol sehingga memenuhi kriteria umum skizofrenia
paranoid (F.20.0)

11
Aksis II:
Pada pasien memiliki beberapa ciri dimana pasien cenderung egois dan
ngotot mengenai hak pribadi tanpa melihat situasi di sekitarnya serta pasien juga
termasuk tipe orang yang pendendam. Pada diagnosis multiaksial aksis II
didapatkan ciri kepribadian paranoid.

Aksis III:
Pada diagnosis multiaksial aksis III tidak ditemukan adanya gangguan
kondisi medik umum yang menyertai penderita. Maka aksis III tidak ada
diagnosis.

Aksis IV:
Berdasarkan anamnesis pada penderita ini untuk aksis IV saat ini yaitu
masalah berkaitan dengan pekerjaan

Aksis V:
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat
datang ke Rumah Sakit yaitu 50-41 gejala berat, disabilitas berat.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada Diagnosis
Aksis IV : Masalah dengan ekonomi
Aksis V : GAF 50-41

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.
B. Psikologik
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan waham rujukan.

12
C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi
Pasien memiliki masalah ekonomi

XI. PROGNOSIS
A. Quo ad Vitam : dubia ad bonam
B. Quo ad Functionam : dubia ad bonam
C. Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN


A. Psikofarmaka
- Risperidon 2 mg, 2x1 tab
- Lorazepam 1 x 0,5 mg

B. Psikoterapi
1. Terhadap penderita
a. Memberikan edukasi terhadap penderita agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan dan
penanganannya, efek samping yang dapat muncul, serta
pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum obat.
b. Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan
rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial, dan
pencapaian kualitas hidup yang baik.
c. Memotivasi penderita agar tidak merasa putus asa dan
semangat dalam menjalani hidup.
2. Terhadap keluarga
a. Memberikan pendidikan tentang gangguan yang diderita
penderita, termasuk gejala-gejalanya, perjalanan penyakit,
pengobatan, dan lain-lain.
b. Memberikan informasi dan memonitor efek pengobatan.
c. Mondorong pasien dan keluarga untuk mengembangkan
kontak sosial.
13
d. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit dan proses
penyembuhan penyakit pada penderita

14
BAB II
DISKUSI

Pada kasus ini, pasien berinisial Tn. A, seorang laki-laki usia 25 tahun. Dari
hasil autoanamnesis dan alloanamnesis didapati bahwa pasien mengalami
perubahan perilaku yang dimulai sejak ± 24 tahun yang lalu. Pasien dibawa ke
IGD RS Ernaldi Bahar karena mengamuk dan merusak barang dagangan
keluarganya, pasien sering berbicara sendiri dan mendengar bisikan. Dari hasil
autoanamnesis dan observasi kepada pasien, tampak mood yang irritable dengan
afek yang sesuai dan serasi terhadap apa yang sedang dikatakan.1,3
Pasien dapat berbicara dengan lancar tanpa adanya hendaya berbahasa,
berbicara spontan serta pada saat dilakukan anamnesis masih adanya kontak fisik
seperti tatapan mata terhadap pemeriksa dan adekuat, terdapat gangguan isi pikir
pasien berupa waham Rujukan serta adanya halusinasi audiotorik sehingga
diagnosis pasien mengarah ke F.20.0. Skizofrenia Paranoid.1,3 Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa diagnosis gangguan skizofrenia dapat
ditegakan berdasarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan
Jiwa III) yang berpedoman pada DSM-IV. Pedoman diagnostik:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam / jelas):
A. “thought echo” : isi pikirannya sendiri yang berulang / bergema dalam
kepalanya
“thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion), atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu (withdrawal).
“thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain /
umum mengetahuinya.
B. “delusion of control” : waham dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu
“delusion of influence” : waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
“delusion of pasivity” : waham dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar

1
“delusion of perception” : pegalaman inderawi yang tak wajar yang
bermakna, sifat mistik dan mukjizat.
C. Halusinasi auditorik : suara berkomentar terus menerus / mendiskusikan
perihal pasien sendiri.
D. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar, misal: perihal keyakinan agama dan politik, mampu mengendalikan
cuaca, berkomunikasi dengan makhluk asing.
Atau paling sediki dua gejala dibawah ini harus ada secara jelas:
E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa aja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-valued
issue) yang menetap, atau apaila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus.
F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berkaibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
G. Perilaku katatonik, keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.
H. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; akan
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
I. Adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
J. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku probadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.1.

2
Pada gangguan skizofrenia paranoid, diagnosis dapat ditegakan berdasarkan
PPDGJ III, F20.0 sebagai berikut:
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2. Tambahan : halusinasi dan / atau waham harus menonjol:
a) Suara-suara yang mengancam pasien atau memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit,
mendengung atau tertawa.
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau sifat seksual :
halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dikendalikan, dipengaruhi atau dellusion of passivity dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling
khas.
d)
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, gejala
katatonik tidak menonjol.1.
Berdasarkan Anamnesis didapatkan bahwa keluhan seperti pasien sering
terlihat melamun, merasa dijelek-jelekkan oleh orang lain dan sering berbicara
sendiri tanpa ada yang mengajak bicara dan mendengar bisikan sudah
beralangsung ± 1 tahun. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Pada pasien
dengan skizofrenia paranoid haruslah memenuhi kriteria umum dari skizofrenia
penyimpangan dari pikiran dan persepsi serta adanya afek yang tidak wajar yang
terjadi lebih dari satu bulan atau lebih.
Pasien menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa yang berupa gejala
positif (waham dan halusnasi) dan gejala negatif (kurangnya perawatan diri dan
penarikan diri dari aktifitas dan sosial) yang tidak menonjol sehingga pasien
diberikan terapi secara psikofarmaka dan psikoterapi.
Dipilih obat anti psikotik golongan atipikal berupa Risperidon 2 x 2 mg.
Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidon antagonis
monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-
HT2 dan dopaminergik D2. Meskipun risperidon merupakan antagonis D2 kuat,
dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia. Hal tersebut menyebabkan
berkurangnya depresi aktivitas motorik. Antagonisme serotonin dan dopamin
sentral yang seimbang dapat mengurangi kencendrungan timbulnya efek samping

3
ekstrapiramidal dan memperluas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif
skizofrenia.
Pada pasien ini, diberikan lorazepam Obat ini dianjurkan diberikan 1-2 mg,
1-2 kali sehari. Sedian lorazepam yaitu tablet 0,5 mg, 1 mg dan 2 mg. Lorazepam
berikatan dengan subunit reseptor GABA spesifik di sinaps neuron susunan saraf
pusat (SSP) dan memfasilitasi frekuensi pembukaan saluran ion klorida yang
diperantarai oleh GABA. Benzodiazepin menghasilkan efek terapi dengan cara
pengikatan spesifik terhadap reseptor GABA. Penggunaan klinis obat ini pada
keadaan cemas akut, serangan panik, gangguan ansietas generalisata, insomnia
dan gangguan tidur lainnya, relaksasi otot, anastesia dan kejang.

Selain terapi psikofarmaka, pasien juga diberikan terapi berupa psikoterapi


baik terhadap pasien maupun keluarga pasien. Terapi terhadap pasien meliputi
terapi edukatif berupa pemberian informasi dan edukasi mengenai penyakit
termasuk faktor risiko, gejala, faktor penyebab, cara pengobatan dan prognosis
pasien. Pasien juga diberikan terapi suportif berupa intervensi secara langsung
yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosial pasien dengan cara
meningkatkan rasa percaya diri dalam komunikasi dan interaksi serta
pembelajaran agar tercapai kulitas hidup yang baik. Pasien juga diajarkan
bagaimana cara merespon halusinasi yang dialami pasien yang bertujuan untuk
memperbaiki perspsi dan proses berpikir pasien.1,2

Terapi lain yang diberikan adalah terapi psikoedukasi terhadap keluarga,


dimana keluarga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari pasien meliputi
terapi informasi dan edukasi mengenai penyakit yang dialami pasien, gejala gejala
yang ada pada pasien, kemungkinan penyebab, dampak, serta faktor pemicu
kekambuhan penyakit sehingga keluarga dapat lebih waspada dan disiplin dalam
pemantauan dan penatalaksanaan terhadap pasien dan lebih waspada jika suatu
waktu terdapat gejala kekambuhan, serta keluarga dapat memberikan dukungan
secara psikis terhadap pasien dengan interaksi dan aktivitas serta membantu
memperbaiki hubungan sosial pasien jika pasien sudah kembali kerumah.1,2

Selain itu adanya intevensi kognitif perilaku pasien bertujuan untuk


mengurangi penderitaan pasien dan mengembangkan pemahaman mengenai

4
gejala penyakit, faktor penyebab kekambuhan dan melatih penyelesaian masalah.
Dan yang terakhir adalah terapi rehabilitasi seperti pelatihan keterampilan sosial.

5
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. 2013. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.
2. Elvira, S. 2015. Buku ajar psikiatri edisi kedua. Jakarta: FK UI
3. Yani, Fitri. 2015. Kelainan mental gangguan psikotik. Lampung. Jurnal
Unila.

6
TABEL FOLLOW UP
Kamis, 21 November S: Pasien masih gelisah. Pasien mengatakan masih
2018 mendengar bisikan yang mengatakan ia tidak berguna
Bangsal Asoka dan menyuruh untuk memukul orang disekitanya
(Halusinasi auditori) dan pasien tidak bisa tidur. Ia masih
merasakan bahwa orang-orang disekitarnya menjelek-
jelekannya. ( waham Rujukan)

O: KU baik, afek sesuai, mood irritable, emosi labil, ,


kontak (+), menurut jika diarahkan, Halusinasi (+),
Waham(+)
TD: 130/80mmHg
N: 95x/menit
RR:20x/menit
T:36,7 C

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Risperidon 2x2 mg
THP 2 x 2 mg

Jumat, 23 November S: Pasien lebih tenang, bisikan masih ada, perasaan


2018 curiga terhadap orang lain mulai hilang dan pasien mau
Bangsal Asoka pulang.
O: KU baik, afek sesuai, mood irritable, emosi labil,
kontak (+), sudah bisa diarahkan, Halusinasi auditori (+)
waham (-)
TD: 120/70 mmHg
N: 90x/menit
RR:20x/menit
T: 36,8oC

7
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Risperidon 2x2 mg
THP 2 x 2 mg

Sabtu 24 November S: Pasien mengatakan ingin pulang, pasien mengatakan


2018 masih mendengar bisikan. Nafsu makan baik. Tidur
Bangsal Asoka sudah mulai nyenyak.

O: KU baik, afek sesuai, mood irritable, emosi labil,


kontak (+),sudah bisa diarahkan, Halusinasi aditorik (+)
TD: 120/80 mmHg
N: 80x/menit
RR:20x/menit
T: 36,60C

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Risperidon 2x2 mg
THP 2 x 2 mg
Minggu, 25 S: Pasien mengatakan ingin pulang, pasien mengatakan
November 2018 bisikan-bisikannya mulai hilang. Nafsu makan baik.
Bangsal Asoka Tidur sudah mulai nyenyak.

O: KU baik, afek sesuai, mood hipotimik, emosi labil,


tampak mengantuk, kontak (+), susah diarahkan,
TD: 120/70 mmHg
N: 85x/menit
RR:18x/menit
T: 36,7oC

8
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Risperidon 2x2 mg
THP 2 x 2 mg
Senin , 26 november S: pasien sudah tenang, bisikan perlahan hilang, nafsu
2018 makan baik, dan tidur sudah nyenyak dan ia ingin pulang
Bangsal Asoka O: KU baik, afek sesuai, mood hipotimik, emosi labil,
tampak mengantuk, kontak (+), Halusinasi auditorik (-)
TD: 120/70 mmHg
N: 88x/menit
RR:18x/menit
T: 36,6 C

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Risperidon 2x2 mg
THP 2 x 2 mg
Selasa , 27 November S: Pasien mengatakan tidak mendengar bisikan lagi.
2018 Pasien ingin pulang
Bangsal Bangau
O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,
kontak (+), halusinasi auditori (-)
TD: 120/80 mmHg
N: 84x/menit
RR:19x/menit
T: 36,5 C
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Risperidon 2x2 mg
THP 2 x 2 mg

Anda mungkin juga menyukai