Anda di halaman 1dari 35

“ Lapkas Bangsal”

Pembimbing:
dr. RR Dyah Rikayanti N., Sp.KJ

Disusun Oleh :
Syafina Fairuz Sofiana 2017730116
Qadi Maqshudi 2017730153
01

Status Pasien
Identitas Pasien
● Nama : Nn. S
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Usia : 24 Tahun
● Agama : Islam
● Suku : Sunda
● Pendidikan Terakhir : SMK
● Status Pernikahan : Belum menikah
● Pekerjaan : Tidak bekerja
● Alamat : Langensari, Banjar, Jawa Barat
● No. Rekam Medik : 205136
● Tanggal Masuk RS : 8 Desember 2021
Anamnesis
• Rawat Jalan :
Pasien sudah pernah menjalani rawat jalan sebelumnya.
• Rawat Inap :
Pasien sudah pernah rawat inap di RS sebanyak empat kali.

Anamesis dilakukan:

Tanggal : 27 Desember 2021


Nama : Ny.S
Anamnesis

Keluhan Utama : Bicara tidak menyambung dan menyiram ibunya

Riwayat Penyakit Sekarang


9 tahun SMRS, Pasien ingin membeli lensa kontak karena malu
berkacamata. Pasien meminta ke ibunya namun ibu pasien tidak
mengijinkan sehingga pasien marah ke ibunya, mudah curiga,
melamun. Pasien dibawa konsultasi ke psikiater RSUD Kota Banjar,
mendapatkan obat. Nama, jenis, dan dosis obat tidak ingat. Pasien rutin
minum obat selama 5 tahun.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang


4 tahun SMRS, pasien berhenti kontrol dan minum obat karena pergi ke Banten untuk
bekerja, Awalnya tidak ada masalah, namun lama – lama pasien mulai mendengar bisikan,
berbicara sendiri, tertawa sendiri, mondar – mandir, tidak mau makan. Pasien dibawa
kontrol ke psikiater RSUD Banjar, dirawat selama 1 bulan di ruang Tanjung mendapatkan
obat clozapine 62 mg, Depacote 375 mg, chlororimazine 100 mg dalam kapsul dosis (1
kap – 0 – 1kap). Pasien pulang dengan perbaikan, sempat membaik 1 bulan. I bulan
kemudian pasien kambuh lagi, dibawa ke RSUD Banjar, namun ruang rawat penuh
sehingga dirujuk ke RSJ Provinsi Jawa Barat, dirawat selama 1 bulan. Pasien pulang dari
perawatan sempat membaik, namun 2 minggu kemudian pasien kambuh kembali dan
dibawa ke RSJ Provinsi Jawa Barat selama 1 bulan. Pasien pulang dari perawatan rutin
kontrol, hanya kadang obat tidak tersedia.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang

2 bulan SMRS, Karena stok obat kosong pasien mulai tidak teratur minum obat. Awalnya
masih terkendali. 1 bulan yang lalu pasien mulai melamun, tidak fokus, tertawa sendiri,
mengurung diri, mau melukai ibunya. Ibunya menemui dokter PKM, pasien disuntik dokter
PKM dan gejala membaik.
2 minggu SMRS, Pasien kambuh lagi seperti marah – marah, menyiram ibunya, berbicara
tidak nyambung, kurang tidur, tidak nafsu makan, mengambil barang ibunya termasuk HP,
menghubungi dokternya berkali – kali. Pasien dibawa ke PKM. Pasuen dibawa ke PKM
dan disarankan untuk dirujuk ke RSUD Banjar.
Riwayat Penyakit Dahulu

Gangguan Gangguan Zat


Gangguan Medik
Psikiatrik Psikoaltif
Pasien sudah pernah
Pasien tidak memiliki Pasien tidak pernah merokok
rawat inap di RS
riwayat gangguan ataupun mencoba
sebanyak 4 kali karena
medik sebelumnya. mengonsumsi alkohol.
gangguan psikiatri
Riwayat
RiwayatKeluarga
Keluarga Riwayat
RiwayatPribadi
Pribadi

• Riwayat perkembangan masa


• Pasien anak pertama dari kanak-kanak awal (0-3 tahun)
dua bersaudara Pasien tidak ada masalah
• Ibu pasien menikah 2 kali • Riwayat kanak-kanak
• Ayah kandung pasien pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tidak ada masalah dan
meninggal selalu berprestasi di sekolah
• Ibu pasien dan ayah tiri • Riwayat masa pubertas dan
pasien sudah berpisah remaja
Pasien mulai ada masalah
psikologis
Riwayat Masa Dewasa
 Riwayat pekerjaan

Pasien pernah bekerja di Banten sebagai sales HP

 Penghasilan

± Rp. 1.500.000
 Riwayat aktivitas social
Cukup Baik
 Riwayat hokum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum sebelumnya.
 Sistem nilai
Menurut keluarga, pasien orang yang rajin beribadah
Pemeriksaan Fisik
Mata
Konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik
(-/-)
KESADARAN
Hidung
Compos
Sekret (-/-), Mentis
epistaksis (-/-)
SUHU
36,7 C
TEKANAN
DARAH PERNAPASAN
110/80 mmHg 22 x/ menit

NADI Exstremitas
89 x/menit reguler Akral Hangat (+/+),
CRT < 2 detik
Status Mental
Perilaku dan aktivitas
Penampilan Sikap terhadap pemeriksa
psikomotor
Pasien seorang perempuan, Pasien tampak agitasi, roman Pasien kooperatif saat
berusia 24 tahun, tinggi ± 155 muka tampak marah atau wawancara namun
cm dan berat badan ± 45 kg. kesal. Kontak ada dan pewawancara kurang dapat
pasien berkulit sawo matang. rapport kurang adekuat, menggali informasi tentang
Cara jalan normal. Tampilan perhatian pasien distractibility. pasien.
pasien sesuai dengan Pewawancara dapat menggali
usianya. Penampilan pasien keluhan dari pasien, serta
agak lusuh. dapat menggali infromasi dari
orang tua dan paman pasien.
Status Mental

Pembicaraan (Speech) Alam Perasaan Gangguan persepsi


• Cara berbicara : Spontan agak • Mood : senang, • Halusinasi Auditorik :Tidak ada
logorhea kesal • Visual :Tidak
• Volume berbicara : Normal • Afek : Siklotimik
• •
ada
Kecepatan berbicara : Kesesuaian : Sesuai
Normal • Taktil :Tidak
• Gangguan berbicara : ada
Tidak ada afasia, tidak ada • Gustatorik :Tidak ada
disartria, tidak ekolalia • Ilusi :Tidak
ada
Gangguan Pikir
Bentuk Pikir Proses Pikir Isi Pikir

• Autistik Kontinuitas Gangguan isi pikiran


• Blocking : Tidak ada • Waham
• Assosiasi longgar : Tidak ada • Bizarre : Tidak ada
• Inkoherensia : Tidak ada • Persekutorik/paranoid : Tidak ada
• Word salad : Tidak ada • Curiga : ada
• Neologisme : Tidak ada • Grandiose : Tidak ada
• Flight of Idea : ada • Referensi : Tidak ada
• Kebesaran : Tidak ada
• Thought of insertion : Tidak ada
• Thought of broadcasting : Tidak ada
• Thought of withdrawal : Tidak ada
• Delution of kontrol : Tidak ada
• Obsesi : Tidak ada
• Kompulsi : Tidak ada
Sensorium dan Kognitif Daya Ingat

• Kesadaran: Composmentis • Daya ingat jangka panjang


• Orientasi : Baik (pasien dapat mengingat kapan
• Waktu (pasien mampu menyatakan hari kemerdekaan Indonesia)
sekarang ini siang atau sore atau • Daya ingat jangka pendek
malam) (pasien dapat mengingat menu
• Tempat (pasien dapat sarapan pagi tadi)
menyebutkan bahwa saat ini • Daya ingat yang baru-baru ini
sedang berada di rumah sakit) terjadi (pasien dapat mengingat
• Orang (pasien tahu diantar ke kapan ia datang ke RS)
rumah sakit dengan siapa dan • Daya ingat segera (pasien dapat
mampu mengingat nama anggota mengingat 3 nama benda yang
keluarga dan dokter yang disebutkan pemeriksa sebelum
memeriksa) wawancara, buku, jam, pulpen)
• Daya nilai sosial : Baik
Menurut pasien mencuri adalah perbuatan yang tidak baik.
• Uji daya nilai : Baik
Jika pasien menemukan dompet (dengan identitas pemilik) dijalan dan terdapat uang Rp.
1.000.000,- pasien akan mengembalikan dompet beserta uang tersebut.

• Tilikan
• Reality test ability (RTA)
Tilikan derajat I : Penyangkalan total atas
Pasien memiliki gangguan RTA, memiliki ide
penyakitnya.
curiga.
Ikhtisar penemuan yang bermakna

• Mood : Senang, kesal


• Afek : Siklotimik
• Gangguan persepsi : ilusi (-), halusinasi auditorik (-)
• Gangguan bentuk pikir : Autistik
• Gangguan proses pikir : Flight of idea
• Gangguan isi pikir : Ide curiga, ide grandiose
• RTA : Terganggu
• Tilikan : Tilikan derajat I
• Faktor Stressor : masalah dengan keluarga
Formulasi diagnostik
Berdasarkan PPDGJ-III kasus ini digolongkan kedalam :
AKSIS I : F25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuran
AKSIS II : Diagnosis tertunda
AKSIS III : Belum ada diagnosis
AKSIS IV : Masalah lingkungan sosial
AKSIS V : GAF SCALE 1 tahun 80-71
GAF SCALE pemeriksaan 60 – 51

• Organobiologik : Tidak ada masalah


• Psikologi : Mudah marah
• Sosial – ekonomi : Pasien tidak menarik diri dari lingkungan
sosial
• Keluarga : Masalah dengan ibu kandung
Prognosis
Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis baik
Keluarga pasien mendukung pasien untuk sembuh. Menghindari pikiran
yang terlalu banyak atau berlebihan, dan selalu menceritakan mengenai apa yang
memperberat pikiran.
Faktor - faktor yang mendukung kearah prognosis buruk:
Banyaknya pikiran, memendam isi pikiran, emosi yang labil, depresi dan cemas yang
berkelanjutan.

Kesimpulan prognosisnya adalah:


• Quo ad vitam : dubia ad
bonam
• Quo ad functionam : dubia ad
bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Tatalaksana
Tanggal 9 Desember – 10 Desember Tanggal 11 Desember 2021 Tanggal 12 Desember 2021
2021 (Bangsal Tanjung) (Bangsal Tanjung) (Bangsal tanjung)

Clozapine tablet 100 mg Clozapine tablet 100 mg


(1 tb – 0 - 1 tb) (1 tb – 0 - 1 tb)

Chlorpromazine injeksi 10 mg ampul Depakote tablet 250 mg Depakote tablet 250 mg


(1 amp- 0-2 amp) (1/2 tb -0-1 tb) (1/2 tb -0-1 tb)

Chlorpromazine 100 mg Chlorpromazine tablet 100 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd V (0 – 0 - 1 tb)
(0 – 0 – 1 kap)

Skizonoate injeksi 25 mg depo vial


(1 vial – 0 – 0)
Tatalaksana
Tanggal 13 Desember 2021 (Bangsal Tanggal 14 Desember 2021 (Bangsal Tanggal 15 Desember 2021 (Bangsal
tanjung) tanjung) Tanjung)

Clozapine tablet 100 mg Terapi obat lanjutan Clozapine 125 mg


(1 tb – 0 – 1 tb) Mf. Pulvus da in caps dtd XII
(1 kap – 0 – 1 kap)
Depakote tablet 250 mg
(1/2 tb – 0 - 1 tb) Depakote tablet 250 mg
(1 tb – 0 - 1 tb)
Chlorpromazine 100 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd V Chlorpromazine 100 mg
(0 – 0 – 1 kap) Mf. Pulvus da in caps dtd XII
(1 kap – 0 – 1 kap)
Skizonoate injeksi 25 mg Depo vial
(1 vial – 0 – 0) Chlorpromazine injeksi 10 mg ampul
(0 - 0 – 2 amp)
Tatalaksana
Tanggal 16 Desember 2021 Tanggal 17 Desember 2021 Tanggal 18 Desember – 19
(Bangsal Tanjung) (Bangsal Tanjung) Desember 2021 (Bangsal Tanjung)

Chlorpromazine 50 mg Chlorpromazine 50 mg Chlorpromazine 50 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd V Mf. Pulvus da in caps dtd V Mf. Pulvus da in caps dtd V
(1 kap – 0 – 0) (1 kap – 0 – 0) (1 kap – 0 – 0)

Chlorpromazine 100 mg Chlorpromazine 100 mg Chlorpromazine 100 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd V Mf. Pulvus da in caps dtd V Mf. Pulvus da in caps dtd V
(0 – 0 – 1 kap) (0 – 0 – 1 kap) (0 – 0 – 1 kap)
Tatalaksana
Tanggal 20 Desember 2021 (Bangsal Tanggal 21 Desember – 22 Desember
Tanggal 23 Desember 2021 (Bangsal
Tanjung) 2021 (Bangsal Tanjung)
Tanjung)

Clozapine 128,125 mg Clozapine 128,125 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd X Terapi obat dilanjutkan Mf. Pulvus da in caps dtd X
(1 kap – 0 – 1 kap) (1 kap – 0 – 1 kap)

Depakote 265,625 mg Depakote 265,625 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd X Mf. Pulvus da in caps dtd X
(1 kap – 0 – 1 kap) (1 kap – 0 – 1 kap)

Chlorpromazine 50 mg Chlorpromazine 87,5 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd V Mf. Pulvus da in caps dtd X
(1 kap – 0 – 0) (1 kap – 0 – 1 kap)

Chlorpromazine 100 mg
Mf. Pulvus da in caps dtd V
(0 – 0 – 1 kap)
Tatalaksana
Tanggal 24 Desember – 26 Desember
Tanggal 27 Desember 2021 (Bangsal
2021 (Bangsal Tanjung)
Tanjung) Tanggal 03 januari 2022 (kontrol poli)

Clozapine 128,125 mg Clozapine 128,125 mg


Terapi obat dilanjutkan Mf. Pulvus da in caps dtd XIV Mf. Pulvus da in caps dtd LX
(1 kap – 0 – 1 kap) (1 kap – 0 – 1 kap)

Depakote 265,623 mg (Cabamazepin


Depakote 265,625 mg
106,25 mg)
Mf. Pulvus da in caps dtd XIV Mf. Pulvus da in caps LX
(1 kap – 0 – 1 kap) (1 kap – 0 – 1 kap)

Chlorpromazine 87,5 mg Chlorpromazin 87,5 mg


Mf. Pulvus da in caps dtd XIV Mf. Pulvus da in caps dtd LX
(1 kap – 0 – 1 kap) (1 kap – 0 – 1 kap)

Skizonoate injection 25 mg depo ampul


diazepam
(1 amp – 0 – 0)
Tatalaksana
Psikoterapi Kognitif

Menjelaskan pada pasien


• Memotivasi pasien
tentang penyakit dan
agar minum obat
gejala penyakit, yang
teratur dan kontrol rutin
muncul akibat cara berfikir,
• Memberikan edukasi
perasaan, dan sikap
pada pasien tentang
terhadap masalah yang
obat
dihadapi.
Tatalaksana
Sosial Keluarga

Menjelaskan kepada keluarga


pasien mengenai penyakit pasien,
Melibatkan pasien secara aktif penyebabnya, faktor pencetus,
dalam kegiatan terapi aktivitas perjalanan penyakit dan rencana
kelompok di lingkungan rumah agar terapi serta memotivasi
ia dapat beraktivitas dan keluargapasien untuk selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. mendorong pasien
mengungkapkan perasaaan dan
pemikirannya.
02

Tinjauan
Pustaka
Definisi
Gangguan skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif.

• Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan pada saat bersamaan juga
memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.
• Gangguan skizoafektif terbagi atas dua yaitu: tipe manik dan tipe depresif.

Epidemiologi
Epidemiologi
• Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin berkisar
antara 0.5 sampai 0.8%.
• Pada praktik klinis, diagnosis permulaan gangguan skizoafektif sering digunakan bila seorang
klinisi tidak yakin akan diagnosis.
Etiologi
• Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi
skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup
kausa genetik dan lingkungan.

Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual telah
diajukan.
• Gangguan skizoafektif merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia atau suatu tipe
gangguan mood
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan
gangguan mood
• Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe yang tidak
berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood
• Kemungkinan terbesar, ganguan skizoafektif adalah kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi
semua tiga kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien dengan
gangguan skizoafektif Sebagai suatu kelompok heterogen.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III):
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

• Thought echo
• Delusion of control
• Halusinasi auditorik
• Waham-waham menetap jenis lainnya
• Halusinasi yang menetap dan panca indera apa saja
• Perilaku katatonik
• Arus pikiran yang terputus
• Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial
Diagnosis dan Kriteria Diagnostik (menururt PPDGJ – III)

Pedoman diagnostik gangguan skizoafektif menurut PPDGJ-III


• Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan
gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously) atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam suatu episode penyakit yang sama dan bilamana
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif
• Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif
tetapi dalam episode penyakit yang berbeda
• Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode
psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (depresi pasca-skizofrenia).
• Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0)
maupun depreif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). pasien lain mengalami satu atau
dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif.
Diagnosis dan Kriteria Diagnostik (menururt PPDGJ – III)

F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran


Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama
dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)
Tatalaksana
Tatalaksana

Injeksi
Olanzapin 2x5-10mg/hari dengan diazepam 2x10 mg/hari

Oral
Terapi kombinasi:
• Olanzapin 1x10-30 mg/hari atau risperidone 2x1-3
mg/hari atau quetiapin hari I (200 mg, hari II (400 mg),
hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1x10-
Farmakoterapi
30 mg/hari
• Litium karbonat 2x400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik
0,8-1,2 mEq/L (biasanya sicapai dengan dosisi litium karbonat
1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat
dengan dosis 3x250 mg/hari (atau konsentrasi plasma 50-125
μg/L.
• Lorazepam 3x1-2 mg/hari kalau perlu
Tatalaksana

Psikoterapi
• Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan terapi
kelompok, karena biasanya mereka sering tidak nyaman atau
kurang mampu bertoleransi dalam terapi kelompok terutama bila
dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya.
• Psikoterapi individual yang dapat diberikan berupa
psikoterapi suportif, client centered therapy, atau terapi
Psikoterapi perilaku
Edukasi keluarga
• Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi
deteorisasi yang mungkin dapat terjadi.
• Diskusi dapat tentang problem sehari-hari, hubungan dalam
keluarga dan hal-hal khusus lainnya, misalnya tentang rencana
pendidikan atau pekerjaan pasien.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai