Anda di halaman 1dari 39

Skizofrenia pada

Perempuan
Preceptor:
dr. Tendry Septa, Sp. KJ(K)
dr. Cahyaningsih Fibri R, Sp. KJ, M. Kes
dr. High Boy Kalmulrubog, Sp.KJ
dr. Jenny Maria Carolina Siagian, Sp. KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas kedokteran Universitas Lampung
RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung
2022
IDENTITAS PASIEN
Nama Pekerjaan
Nn. YR Pelajar

Umur Status
14 Tahun Belum menikah

Jenis Kelamin Alamat


Perempuan Padang Cermin, Pesawaran

Pendidikan Agama
SMP Islam
Anamnesis
Dilakukan Alloanamnesis pada orangtua pasien dan
Autoanamnesis pada pasien pada Sabtu 14 Oktober 2023

Keluhan Utama

Pasien mengalami gaduh gelisah sejak 1 tahun yang


lalu dan memberat sejak 1 bulan sebelum dibawa ke
Rumah Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang

Alloanamnesis

• Sejak 1 tahun terakhir orangtua pasien merasa bahwa pasien lebih sering mengurung diri di kamar
dan terus bermain dengan hp. Orangtua pasien menjelaskan bahwa pasien sering berbicara
sendiri dan tertawa sendiri terutama saat menggunakan hp. Lalu ketika orangtua berusaha untuk
menegur, pasien marah dan membentak orangtuanya.

• Keluhan memberat sejak 1 bulan terakhir, menurut keluarga pasien mulai sering mengamuk dan
berkata bahwa ia melihat dakjal dan berhala yang terus memaki maki pasien dan berusaha
menyakitinya. Pasien juga berkata kepada orangtuanya bahwa sebentar lagi ia akan mati dan
masuk ke dalam neraka.
Riwayat Penyakit Sekarang

Alloanamnesis

• Pasien mulai berjalan-jalan sendiri terutama saat malam hari, dan pasien sering masuk ke
dalam rumah tetangga untuk meminta diberikan makanan dan menyusun piring-piring yang
tetangganya miliki.

• Menurut ibu pasien, sikap dan prilaku pasien mulai berubah sejak pasien kehilangan ayah
kandungnya yang meninggal dunia 3 tahun yang lalu.

• Pasien tidak bersosialisasi dengan tetangga ataupun teman-temannya di sekolah. Pasien lebih
banyak diam dan sibuk dengan hp nya.
Riwayat Perjalanan Penyakit

3 Tahun SMRS 1 Tahun SMRS 1 bulan SMRS

Pasien kehilangan ayah


Pasien sering mengamuk
kandungnya yang meninggal
dan berkata bahwa ia
dunia. Mulai terjadi
Pasien mulai sering melihat dakjal dan berhala
perubahan sikap dan prilaku
berbicara dan tertawa yang memaki-maki dan
dari pasien. Pasien lebih
sendiri. Jika ditegur oleh berusaha menyakitinya.
sering menyendiri di dalam
orangtua pasien marah dan Pasien mulai berjalan-jalans
kamar dan sibuk dengan hp.
membentak orangtuanya. eendiri terutama malam hari
Tidak bersosialisasi dengan
dan masuk tanpa izin ke
tetangga ataupun teman-
dalam rumah tetangga.
teman.
Riwayat Penyakit Dahulu

 Penyakit Medis Umum


Tidak ada

 Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak konsumsi alkohol ataupun narkoba

 Penyakit Psikiatri
Tidak pernah berobat ke psikiater dan tida k memiliki riwayat penyakit psikiatri.
Riwayat Kehidupan Pribadi

Prenatal dan Perinatal


Pasien merupakan anak ke-6 dari enam bersaudara. Pasien lahir dalam cukup
11 usia kehamilan. Ibu pasien tidak memiliki keluhan selama masa kehamilan dan
pasien dilahirkan secara normal dibantu dengan dukun

Periode Bayi & Balita


12 Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia. Pasien diasuh oleh kedua
orangtua kandung.
Riwayat Kehidupan Pribadi

Periode Masa Kanak-Kanak (6-11 tahun)


13 Pasien diasuh oleh kedua orangtua kandung. Berinteraksi dengan cukup baik
dengan keluarga dan teman-temannya di sekolah, tidak pernah tinggal kelas.

Periode Masa Remaja (11-14 tahun)


Pasien kehilangan ayah kandungnya yang meninggal dunia. Pasien diasuh oleh
14 ibu kandung dan ayah tiri. Pasien mulai sering menyendiri di kamar. Interaksi
dengan orangtua dan teman sebaya mulai terbatas. Pasien lebih sering bermain
dengan hp.
Riwayat Kehidupan Pribadi
 Riwayat Pendidikan
Pendidikan yang sedang ditempuh saat ini adalah kelas 3 SMP.

 Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah dilaporkan ke polisi maupun melakukan pelanggaran hukum

 Riwayat Ekonomi
Kebutuhan sehari-hari pasien tercukupi. Pasien belum memiliki penghasilan sendiri dan
masih dibiayai oleh kedua orangtua pasien.

 Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama islam. Pasien rutin melaksanakan sholat 5 waktu, tetapi pasien terbiasa
melaksanakan sholatnya diakhir waktu. Pasien juga gemar membaca Al-Qur’an.
Riwayat Kehidupan Pribadi

 Kondisi Sekarang di Lingkungan Tempat Tinggal


Pasien tinggal Bersama dengan ibu kandung dan ayah tiri. Pasien sangat jarang
bersosialisasi dengan tetangga.

 Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke-6 dari 6 bersaudara dan diasuh oleh orangtuanya sejak lahir.
Terdapat saudara dari ibu pasien yang juga pernah mengidap keluhan yang sama dan telah
berobat selama 24 tahun hingga sembuh total

 Stressor Psikososial
Pasien kehilangan ayah kandungnya yang meninggal dunia sejak pasien berusia 11 tahun.
Genogram

Pasien merupakan anak Ke-6 dari enam bersaudara dan saat ini tinggal serumah dengan Ibu dan
Ayah tiri. Ayah kandung pasien sudah meninggal dunia.
Status Mental
Deskripsi Umum
Kesadaran Sikap Terhadap Pemeriksa

Compos mentis Kooperatif terhadap pemeriksa

Penampilan

Pasien perempuan berusia 14 tahun tampak


Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
sesuai usia, tampak tenang, berperawakan
seang, warna kulit kuning langsat, perawatan Tenang, kontak mata tidak adekuat, dan tidak
diri kurang baik (berpakaian kurang rapih), ada gerakan-gerakan involunter lainnya.
dan tidak memakai kerudung.
Status Mental
Deskripsi Umum
Persepsi
Mood & Afek
- Halusinasi : Visual, Auditorik, Taktil,
Mood : Disforik
Gustatori, Somatik
Afek : terbatas
- Ilusi : Tidak ada
Keserasian : Mood dan Afek serasi
- Depersonalisasi : Tidak ada
- Derealisasi : Tidak ada

Pembicaraan Pikiran

Pasien berbicara spontan dan lancar, volume - Produktivitas : Produktif


kecil, intonasi cukup, artikulasi jelas, kuantitas - Bentuk pikir : Dereistik
dan kualitas cukup, dapat menjawab sesuai - Arus pikir : Lancar
pertanyaan. - Proses pikir : Koheren
- Isi pikir : Waham Kejar
Status Mental
Pengendalian Impuls
Sensorium & Kognisi
Pasien tenang, dapat mengontrol
- Kesadaran : Composmentis mood dan psikomotornya selama
Orientasi : Tempat, waktu dan orang wawancara.
baik
- Daya ingat : Jangka segera,
pendek, sedang, panjang baik Daya Nilai & Tilikan
- Konsentrasi & Perhatian : Baik
- Membaca : Baik Daya Nilai : Baik
- Visuospasial : Baik Tilikan : Derajat 2, ambivalensi terhadap
- Pikiran Abstrak : Baik penyakitnya
- Intelegensi & Informasi : Baik
- Kemampuan menolong diri Taraf Dapat Dipercaya
sendiri : Baik
Secara umum, jawaban dapat dipercaya
Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
Status Generalis
Tingkat kesadaran compos mentis, keadaan umum tampak tidak
sakit, status generalis kesan dalam batas normal.

Takanan Darah : 110/70mmhg


Nadi : 80x/m
RR : 20x/menit
Suhu : 36.6
SpO2 : 99%

Status Internus
Pada pemeriksaan kepala, mata, THT, leher, paru, jantung, abdomen,
dan ekstremitas kesan dalam batas normal.
Pemeriksaan Laboratorium
Ikhtisar
Penemuan
Bermakna
Anamnesis
Pasien sering mengurung diri di kamar, berbicara dan
tertawa sendiri saat bermain hp, marah dan
Identitas membentak orangtua, mengamuk dan berkata bahwa
ia melihat dakjal dan berhala yang terus memaki dan
berusaha menyakitinya sejak 1 bulan smrs.
Nn. YR, berusia 14 tahun,
islam, belum menikah, pelajar Hasil pemeriksaan bermakna :
• Halusinasi auditorik : pasien merasa
mendengar bisikan yang menghinda dirinya
• Halusinasi visual : pasien melihat berhala,
dakjal, dan bayangan-bayangan
Keluhan Utama • Halusinasi taktil : pasien merasa ada yang
bergerak di tubuhnya
Gaduh gelisah yang • Halusinasi gustatori : pasien merasa jika
memberat sejak 1 bulan melihat makanan lidahnya tidak enak
SMRS • Halusinasi somatik : pasien merasa terdapat
cacing di dalam tubuhnya
• Waham Kejar : pasien merasa ada berhala yang
ingin menyakiti dirinya
Anamnesis

Terdapat stressor psikososial yaitu kematian ayah kandung pasien 3 tahun yang lalu saat
pasien masih berusia 11 tahun.

Pada pemeriksaan status mental bermakna : Mood pasien disforik, afek terbatas, mood
dan afek serasi. Pasien memiliki halusinasi visual, auditorik, gustatorik, taktil, dan somatik.
Bentuk pikir dereistik. Pasien memiliki waham kejar. Sensorium dan kognisi pasien baik.
Pengendalian impuls saat diwawancara baik. Daya nilai pasien baik. Tilikan pasien derajat 2
yaitu ambivalensi terhadap penyakit. Kesan pasien dapat dipercaya. Reality Testing Ability
(RTA) terganggu karena terdapat halusinasi dan waham.
Formulasi Diagnosis
Menyingkirkan
Tidak ditemukan adanya gangguan pada
Gangguan mental organik (F.0)
kondisi medis umum

Menyingkirkan
Tidak ditemukan riwayat penggunaan Gangguan mental dan perilaku akibat
alkohol dan obat-obatan terlarang penggunaan zat psikoaktif (F.1)

Terdapat keluhan berupa gangguan


halusinasi dan waham yang sudah ada Skizofrenia (F.20)
sejak 1 tahun yll

Pasien halusinasi auditorik dan waham


Skizofrenia Paranoid (F.20,0)
kejar
Formulasi Diagnosis
Menyingkirkan
Tidak didapatkan gangguan suasana
Gangguan perasaan (F.3)
maupun gejala depresi

Menyingkirkan Gangguan neurotik, gangguan


Tidak ditemukan gangguan-gangguan
neurotik, somatoform, dan gangguan somatoform, gangguan yang
terkait stress. berhubungan dengan stress(F.4)

Tidak ditemukan adanya gangguan


makan, gangguan tidur non-organik, Menyingkirkan
faktor psikologis dan perilaku yang
Gangguan fisiologi dan faktor fisik(F.5)
berhubungan dengan penyakit, serta
penyalahgunaan dan ketergantungan
zat
Formulasi Diagnosis
Pada saat wawancara tidak ditemukan Menyingkirkan
Gangguan kepribadian dan prilaku masa
adanya gangguan kepribadian dan dewasa (F.6)
perilaku

Menyingkirkan
Tidak ditemukan gangguan kognitif Retardasi mental (F7)

Aksis II tidak ada Diagnosis


Formulasi Diagnosis
Pasien tidak terdapat riwayat
penyakit atau kelainan medis Aksis III tidak ada Diagnosis
umum

Terdapat faktor psikologi, hendaya Aksis IV


Pasien memiliki masalah terkait psikososial
sosial, dan hubungan interpersonal
karena pasien kehilangan ayah kandungnya
yang kurang baik
dan pasien lebih banyak menyendiri dan
membatasi hubungan sosial dengan orang
sekitar. Pasien juga memiliki hubungan
yang kurang baik dengan ibu dan bapak
tirinya.

Pasien mengalami gejala dan disabilitas


sedang Aksis V GAF current 65-51
Evaluasi Multiaksial
Aksis I :F20.0 Aksis III
Skizofrenia Paranoid Belum ada diagnosis

Aksis II
Belum ada diagnosis Aksis IV
Terdapat faktor psikologis, hendaya sosial
dan hubungan interpersonal yang kurang
baik
Aksis V
GAF current 65-51
Daftar Masalah
1 Organobiologik Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan

2 Genetik Ditemukan adanya riwayat keluarga dengan gangguan jiwa.


Saudara ibu pasien.

3 Psikologik Pada pasien ditemukan adanya halusinasi visual, audiotorik,


taktil, somatic, dan waham kejar

4 Sosiologik Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial teman dan


keluarga
Tatalaksana Farmakologi Tatalaksana Nonfarmakologi

1. Risperidone 2x1mg 1. Psikoedukasi pada pasien dan


2. Trihexyphenidile 1x1mg keluarga
3. Haloperidol IM 2.5 mg (jika 2. Sosioterapi
agitasi)
4. Diazepam IM 5 mg (jika
agitasi)
Prognosis

Quo ad vitam : Ad Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : malam
DISKUSI
Nn. YR
Skizofrenia Paranoid
Pasien Nn. YR diangkat sebagai laporan kasus dikarenakan, pasien merupakan
pasien skizofrenia paranoid yang berada di bangsal Melati RSJD Provinsi Lampung.
Skizofrenia Paranoid (F20.0) adalah tipe yang paling stabil dan tipe yang sering
dijumpainya. Awitan subtipe ini biasanya terjadi lebih tertunda dibandingkan dengan
bentuk-bentuk skizofrenia lain.

Pada Nn. YR didapatkan keluhan yang menonjol berupa perubahan perilaku yang
dirasakan dalam 1 tahun sebelum masuk rumah sakit dan memberat dalam 1 bulan
terakhir. Perubahan perilaku berupa gaduh gelisah. Pada pasien ditemukan
halusinasi auditorik, visual, taktil, dan somatik. Pasien juga memiliki waham kejar.
Turut ditemukan gejala negatif dan kognitif skizofrenia.
Nn. YR
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia adalah penyakit mental yang ditandai dengan gejala positif (gangguan
pikiran, halusinasi ,delusi, perilaku tidak teratur), gejala negatif (menarik diri dari
sosial, apatis) dan gejala kognitif (fungsi eksekutif dan memori yang buruk). Hal ini
sering mengikuti perjalanan kronis dan dikaitkan dengan penurunan fungsi sosial
dan penurunan kemampuan untuk bekerja (Blackman & MacCabe, 2020).

Skizofrenia menyerang kurang lebih 24 juta orang atau 1 dari 300 orang (0,32%) di
seluruh dunia. Prevalensi atau angka kejadian pada Provinsi Lampung pada tahun
2018 sendiri adalah 6.01 permil atau ada 6 orang penderita skizofrenia dalam 1000
penduduk (Kemenkes RI, 2019).
PPDGJ III : Skizofrenia

1 gejala jelas dan 2 atau lebih gejala bila kurang jelas (a-d) atau setidaknya 2 gejala yang
harus ada secara jelas (e-h), yang berlangsung 1 bulan atau lebih.

a. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting


b. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion perception
c. Halusinasi auditorik
d. Waham menetap
e. Halusinasi menetap
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala negatif
Klasifikasi ICD 10 Tahun 2016

1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)


2. Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
3. Skizofrenia Katatonik (F20.2)
4. Skizofrenia tak terinci (F20.3)
5. Depresi pasca skizofrenik (F20.4)
6. Skizofrenia Residual (F20.5)
7. Skizofenia simpleks (F20.6)
8. Skizofrenia lainnya (F20.8)
9. Skizofrenia tidak tergolongkan (F20.9)
Nn. YR

o Pada Aksis II dinyatakan belum ada diagnosis, karena pada wawancara psikiatri
dan pemeriksaan status mental pasien tidak ditemukannya gangguan
kepribadian paranoid, skizoid, disosial, emosional tidak stabil, histrionik,
anankastik, cemas, dan dependen pada pasien.

o Pada aksis III berdasarkan anamnesis saat ini, tidak ditemukan riwayat penyakit
atau kelainan medis umum berupa.
Nn. YR

o Pada aksis IV, pasien memiliki masalah yang berkaitan dengan psikososial dan
lingkungan berupa membatasi diri dalam berinteraksi harian dengan teman-
teman sebaya terutama di lingkungan sekolah.

o Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan menggunakan


GAF (Global Assessment of Functioning). GAF pasien saat dilakukan
pemeriksaan yaitu 65-51.
Tatalaksana
Berikut adalah algoritma terapi pada penyakit skizofrenia.

Stage 1A Stage 1B

Individu dengan skizofrenia Sebelumnya diobati dengan antipsikotik untuk


pertama kalinya skizofrenia, dan pengobatan dimulai kembali.

••• •••

Setiap monoterapi Semua antipsikotik kecuali clozapine.


antipsikotik kecuali klozapin Antipsikotik yang sebelumnya memberikan
(aripiprazole, risperidone dan efek yang buruk atau intoleransi tidak boleh
digunakan
ziprasidone)

Stage 2

Pasien memiliki respon klinis yang tidak


memadai dengan antipsikotik yang digunakan
pada stadium 1A atau 1B.

•••

Monoterapi antipsikotik apapun, kecuali


clozapine, yang tidak digunakan pada stadium
1A atau 1B. Dapat mempertimbangkan
clozapine pada pasien dengan keinginan
bunuh diri yang parah.

Gunakan
Stage 3 antipsikotik
injeksi kerja
Pasien memiliki respon klinis yang tidak lama pada
memadai dengan dua uji antipsikotik yang stadium 2 atau 4
sesuai. jika diperlukan
••• untuk kepatuhan
pasien yang
Monoterapi clozapine direkomendasikan buruk atau
karena preferensi

Stage 4

Pilihan pengobatan untuk pasien yang belum


menerima respon pengobatan yang memadai
dengan clozapine.

•••

Monoterapi antipsikotik alternatif mungkin


sama baiknya dengan augmentasi atau
kombinasi antipsikotik.

Gambar 2. Algoritma Terapi Skizofrenia (Wells & Dipiro, 2015)


Tatalaksana
o Perawatan Awal dalam Episode Psikotik
Bertujuan untuk :
- Mengurangi potensi bahaya
- Mengurangi agitasi dan ketidakkooperatifan
- Mengurangi keparahan gejala positif

o Terapi Stabilisasi
Bertujuan untuk :
- Optimalisasi obat
- Edukasi kepatuhan minum obat
- Terapi wawasan untuk membantu pasien memahami penyakit dan obat

o Terapi Perawatan (Maintenance)


Berujuan untuk : Terapi obat pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan
Daftar Pustaka
Alldredge BK, Corelli RL, Ernst ME, Guglielmo BJ, Jacibson PA, Kradjan WA. 2013. Koda-kimble and young’s applied therapeutics: the
clinical use of drugs (10th ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
Blackman G, & MacCabe JH. 2020. Schizophrenia. Medicine (United Kingdom), 48(11), 704–708.
Dipiro, Joseph T, Yee GC, Posey LM, Haines ST, Nolin TD, & Ellingrod V. 2020. Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach, 11th
edition. In Annals of Pharmacotherapy (11th ed.). McGraw Hill.
Frankenburg FR. 2021. Schizophrenia. [diakses online] [pada 17 oktober 2023]. https://emedicine.medscape.com/article/288259-
overview#a3
Kemenkes RI. 1993. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa.
Kemenkes RI. 2019. Riskesdas 2018 Provinsi Lampung. Kemenkes RI.
Mueser KT, & Jeste DV. Penyunting. 2008. Clinical handbook of schizophrenia. Guildford press.
Patel KR, Cherian J, Gohil K, & Atkinson D. 2014. Schizophrenia: overview and treatment options. P and T, 39(9), 638–645.
Wells, BG, & Dipiro JT. 2015. Pharmacotherapy handbook (9th ed.). McGraw Hill.
WHO. 2019. International statistical classification of diseases and related health problems 10th revision (icd-10)-who version [diakses
online] [pada 17 oktober 2023]. Tersedia dari : https://icd.who.int/browse10/2019/en#/F20.
WHO. 2022. Schizophrenia. [diakses online] [pada 17 oktober 2023]. Tersedia dari :
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia.
Zeind CS, & Carvalho MG. 2018. Applied therapeutics : the clinical use of drugs (11th ed.). Wolters luwer.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai