Anda di halaman 1dari 21

TUTOR 7

Kata asing
• Spirometri: salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi
fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru dengan menggunakan alat
spirometer
• Wheezing: suara khas yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui
saluran napas yang menyempit
• Audit: kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang atau evaluasi pada
laporan keuangan agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi
Rumusan masalah
1. 7 langkah diagnosis PAK menurut skenario
2. Diagnosis banding penyakit skenario (beserta penyebab lainnya)
3. Penyebab (etiologi) dan patofisiologi
4. Pencegahan dan tatalaksana diagnosis skenario
5. Upaya pengendalian risiko PAK
7 langkah diagnosis PAK menurut skenario
1. Penegakan diagnosis klinis
Anamnesis:
RPS: batuk semenjak 1 bulan dan bertambah berat, sesak bertambah saat hari
hari pertama bekerja dan sesak berkurang saat pulang
RPD: tidak ada asma, tidak ada tbc
RPP: akuntan di perusahaan pembuat roti semenjak 1 bulan dengan waktu
kerja 8 jam per hari selama 5 hari kerja, tidak merokok, lingkungan tidak
berpengaruh, di belakang ruangan kerja banyak debu
PF: sesak dan wheezing +
PP: lab dan rontgen normal, spirometri obstruksi ringan
2. Menentukan pajanan yang dialami
Pajanan biologi yang berupa debu yang berasal dari tepung roti.

3. Menentukan hubungan pajanan dengan diagnosis klinis


Pajanan debu tepung roti dapat menyebabkan ganggguan kesehatan pada pekerjanya, debu tepung
roti memiliki kemampuan sensitisasi dan hiperreaktivitas saluran pernapasan yang dapat
menyebabkan asma

4. Menentukan besarnya pajanan


Dapat dilakukan secara kuantitatif dengan cara melihat data pengukuran lingkungan dan masa kerja
pada skenario pasien telah bekerja menjadi akuntan selama 1 bulan dengan durasi kerja 8 jam
perhari selama 5 hari kerja

5. Ada atau tidaknya faktor individu yang berperan


Tidak terdapat riwayat alergi maupun asma, gaada riwayat tbc tapi pasien tidak menggunakan apd
sperti masker ketika bekerja
6. Ada tidaknya pajanan diluar kerja
Ruangan kerja bersih, rumah masih dilingkungan sama sejak 20 tahun yang lalu,
tidak memiliki hobi baru

7. Penentuan diagnosis PAK


Menurut ACCP mengeluarkan kriteria diagnostik sebagai berikut:
- Riwayat yang sesuai dengan asma kerja
- Terdapat keterbatasan aliran udara dengan reversibilitasnya
- Pada keadaan tidak tedapat keterbatasan aliran udara, terdapat hiperresponsif
saluran napas nonspesifik
- Uji obyektif menunjukkan asma yang berhubungan dengan pekerjaan

- DIAGNOSIS: ASMA AKIBAT KERJA (ASMA OCCUPATIONAL)


2. Diagnosis banding penyakit skenario
(beserta penyebab lainnya)
1. Hipersensitivity pneumonitis : disebabkan oleh hipersensitifitas yang cell mediated (tipe 4). dibagi menjadi farmer lung(disebabkan
dari jamur yang ada di padi-padi) dan bird breeder lung (berasal dari antigen protein yang ada di burung). Bagassosis (gejala sama
tapi biasanya mengenai pekerja tempat gula, mikroorganisme terdapat banyak di tebu). X-ray: bronkus, bronkiolus ada corakan yang
mirip fibrosis paru, gambaran honeycomb
2. Pneumoconiosis : zat nya mengiritasi parenkim parunya contoh sliconiosis (diakibatkan karna SiO2 yang ada di debu) ,
asbestosis(debu serat asbes biasanya di industri besi, gejalanya batuk batuk berdahak, menimbulkan manfes ujung ujung jari
tampak membesar dan melebar. Pemeriksaan penunjang akan ada debu asbes pada dahak), bisinosis (disebabkan oleh pencemaran
debu kapas di udara, pada pabrik kapas atau tekstil), antracosis (disebabkan oleh debu batu bara, ditemukan pada pekerja pusat
listrik tenaga uap bahan bakar batu bara)
3. Rhinitis
4. Bronkoliosis
5. PPOK : ciri khas pasien merokok, pf tipe emphyema kulit kemerahan, sianosis. Ciri khas nya FEV1 <20% ada obstruksi, dibedakan
dengan bronkodilator test perbaikan lebih dari 12% maka positif asma, <12% positif ppok.
6. TBC : keluhan disertai batuk berdarah, bb menurun, kontak dengan penderita tbc
7. Bronkitis

Risiko bahaya potensial pada Pabrik tepung-> ada benda benda elektronik memiliki hazard bisa terjatuh ke dalamnya, kesetrum. Tepung
bisa tercampur dengan zat lain sehingga menyebabkan keracunan.
3. Penyebab (etiologi) dan patofisiologi
Penyebab (etiologi):
Debu organik : kayu, dari tumbuhan -> biologi
Debu anorganik: asbes -> kimia
Debu gas: nitrogen dioksida atau SiO2
Berdasarkan berat molekul
-tinggi : polisakarida (>5000 dalton)
-rendah: aldehid (<5000 dalton)
Asma akibat kerja dibagi jadi
-irritant induced occupational asthma (langsung ada saat sekali paparan, ada efek terbakar langsung dan tidak ada keterkaitan pada imunitas tubuh,
diakibatkan oleh paparan tingkat tinggi, gaada periode laten jadi langsung menunjukkan gejala asma. Langsung mengiritasi bisa menyebabkan iritasi
pernapasan) dan
-allergic occupational asthma (terdapat alergi pada tempat kerja, 90% pada PAK, ada periode laten selama beberapa minggu-tahun. Hipersensitivitas 1:
sebelum histamin dikeluarkan ada tahap sensitisasi jadi alergen masuk akan dikenalkan dengan sel B lalu akan memberikan antigen alergen ke sel T helper yang
akan mengaktivitasi mengubah sel B jadi sel B plasma dan akan menghasilkan igE akan berikatan dengan sel mast ketika sudah berikatan maka igE akan
berikatan dengan alergen akan muncul prostaglandin dan histamin)

Patofisiologi:
Histamin dan leukotrien membuat prostaglandin mengalir di aliran ke paru sehingga histamin menjadi lebih banyak sehingga menghasilkan mukus banyak
menyebabkan lumen menjadi sempit, ketika penderita asma inspirasi sehingga inspirasi tidak maksimal
Dengan munculnya histamin berarti ada alergen masuk ke tubuh. Histamin merupakan jawaban rangsangan dari tubuh sebagai respon imunitas tubuh.
4. Pencegahan dan tatalaksana diagnosis
skenario
Pencegahan:
- Jika disebabkan oleh agen sensitif maka paparan harus dihilangkan karna akan menybabkan peningkatan asma
dan obstruksi saluran napas yang irreversibel
- Jika disebabkan oleh iritan bisa dieliminasi paparan atau reduksi paparan
- jika pendektan masih gagal bisa pemindahan kerja
- tempat bekerja dijauhkan dari tempat produksi
- Alat pelindung diri seperti masker
- Tes kesehatan terlebih dahulu (untuk mengidentifikasi adanya obstruksi paru)

- Pencegahan primer: tes kesehatan (riwayat atopi atau merokok), menurunkan substitusi (mengurangi bahan
yang berbahaya dengan mengganti menjadi yang lebih baik)
- Pencegahan sekunder: deteksi dini penyakit asma
- Pencegahan tersier: pencegahan kerusakan permanen dengan melakukan pengobatan penderta asma dengan
metode skrining
5 tingkat pencegahan umum
1: health promotion (pengenalan lingkungan kerja)
2: specific protection (melakukan pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala selang
waktu 6 bulan pertahun, APD (masker), dilarang merokok)
3: early diagnosis dan terapi segera (mencari tenaga kerja yang memiliki risiko penyakit paru,
kapasitas maksimal oksigen sehingga bisa mentaksir kesehatan paru tenaga kerja, tes spirometri,
tes skrining)
4: dsability limtation (memberikan terapi untuk menghentikan penyakit dan mencegah
komplikasi dan antispasi komplikasi, memberkan cuti untuk pegawai sakit)
5: rehabilitasi (menempatkan tenaga kerja yang sakit ke tempat yang lebih aman, perlindungan
ekstra untuk menghindari paparan alergen)

Primer: 1 dan 2
Sekunder: 3
Terser: 4 dan 5
Farmakologis:
1. Bisa diberikan b agonis konsep cepat untuk mengontrol gejala <3x
per minggu
2. Kortikosteroid dosis rendah yang dihirup untuk mengobati
peradangan, bisa dikombinasi dengan golongan b agonis
3. Meningkatkan kortikosteroid inhalasi ke dosis tinggi dan ditambah
golongan b agonis inhalasi long acting atau teofilik
4. Kortikosteroid oral

*b agnois akan lebih baik jika dikombinasi dengan ipratropium bromide


Upaya pengendalian risiko PAK
5 level prevention PAK :
1. Eliminasi: menghilangkan sumber bahaya
2. Substitusi: mengganti input atau hazard dengan bahan yang lain
3. Pengendalian teknis: rekayasa teknik pada alat, bangunan (seperti
menjauhkan pasien dengan ruangan produksi), ventilasi
4. Pengendalian administratif: mengurangi risiko bahaya seperti
pemasangan safety sign (pengurangan jumlah jam kerja perhari),
rotasi waktu (jam audit jangan saat proses produksi)
5. APD: masker, face shield, topi, baju pelindung
LO
1. food safety yang baik secara global
TUTOR 7
Pertemuan 2
Food safety yang baik secara global
• Definisi : uud no 18  kondisidan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan pencemaran atau kontaminasi yg berupa biologi fisik atau kimia dan benda lain yg
bs merugikan dan ganggu Kesehatan.
• Who : ilmu yg membahas ttg persiapan, penanganan, makanan dan minuman agar tdk terkena
pencemaran
• Tujuan dari food safety utk mencegah makanan dan minuman agar tdk kontaminasi benda asing
dan mengurangi potensi sakit akibat

• 5 key principles:
• Mencegah pencemaran pangan dari manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya
• Pisahkan makanan mentah dan matang utk mencegah tercemarnya makanan yg sdh dimasak (penyimpanan)
• Masak dgn suhu yg tepat untuk membunuh kuman yg berbahaya (pengolahan bhn makanan)
• Menyimpan makanan pd suhu yg tepat (penyiapan)
• Gunakan air dan bahan makanan yg aman spt tdk berwarna dan tdk berbau (penyiapan)
• Pengangkutan
• Penyajian makanan
• Food safety management system
• Pengendalian dan eliminasi bahaya dari makanan dari prduksi sampai
konsumsi
• Faktor2 bahaya potensial: biologis (cemaran bakteri, virus, jamur, bisa
hepatitis, protozoa, cacing); kimia (residu pestisida, bahan2 kimia tertentu pd
produksi, residu hormone); fisik (srbuk, krikil pasir, potongan kayu pd
makanan)
• Indikator : bau (biasa baunya bisa busuk, menyengat, spt makanan yg
terkontaminasi bhn kimia spt formalin atau pengawet lainnya), pot. Kayu,
pasir
• 2 cara menjamin mutu food safety
• Konvensional dgn pengujian laboratorium  produk akhir diuji di lab tp byk
kekurangan krn waktu lama dan biaya byk
• HACCP  produksi, distribusi, penyajian dilihat proses dan dianalisis
bahayanya

• Cara lain ada SSOP (standar operasional prosedur sanitasi) untuk mencegah
terjadinya pencemaran pd maknan
• GMP  menghasilkan pangan sesuai standar mutu dan menjamin keamanan
pangan
• Ketidakamanan pangan biasanya terjadi pd saat produksi misalnya spt
mikroorganisme pathogen, bisa pd penyimpnan bahan, pd pengolahan spt
efek samping, bahan pengemas, zat aditif. , bisa terjadi pd transportasi, dan
penyajian.
• Kontaminasi biologi : oleh mikrooganisme spt bakteri, jamur, virus,
dsb. Faktor2 : intrinsic dari makanan itu sendiri spt gizi, suhu, dll
ekstrinsik  penyimpanan makanan , implisit  dari mikrobanya
sendiri, pengolahan  pemanasan dan pendinginan
• Kimia : bisa dari sisa pestisida, sisa pupuk ; logam, sanitizer, zat2
pembersih, lapisan dari alat2 yg dipakai
• Fisik : benda asing di makanan spt kerikil, pasir, batu, dll
• HACCP : pendekatan pencegahan sistematis dari bahaya biologis, fisik, dan kimia dlm
proses produksi
• 7 prinsip:
• Analisis hazard  misal dari proses pembuatan roti , penympanan jeli. Bisa cek kemungkinan
terjadinya hazard dlm proses dan severity nya. Kemungkinan terjadi ( tinggi: sering terjadi dlm sector
produksi tsb, sedang: minim terjadi namun prnh terjadi, rendah: tdk pernah terjadi pd sector tsb).
Hazard severity (tinggi : bs mengancam nyawa dan penyakit kronis, sedang : kecelakaan dan
intoleransi, rendah: efek minor atau durasi pendek bahkan tdk ada efek)
• Identifikasi critical control point --> masuk kemana biologi, fisik atau kimia. Dari pembuatan roti ini
termasuk biologi dan chemical. Bisa jadi reservoir dari bakteri, atau pengaturan keasaman. Bisa saja
jeli adalah bahan organic
• Tetapkan batas kritis  penyimpanan jeli missal suhunya hrs dingin, cek label kadaluarsa
• Tetapkan bagaimana kita monitoring/pantau HACCP  pengecekan suhu, gunakan thermometer, cek
dmn, siapa yg cek, apa saja yg harus di crosscheck
• Tetapkan Tindakan korektif  jika ada penyimpangan pd prinsip ke 4, jika terlalu pnas/dingin maka
ada penyimpangan. Jika tll dingin bisa dinaikkan suhu kulkas, atau jika kadaluarsa perlu diganti
• Tetapkan prosedur apakah HACCPnya berjalan atau tdk  verifikasi analisis mikroba pd jelinya. Jika
ada pertumbuhan mikroba maka HACCP nya kurang baik
• Tetapkan prosedur catatan HACCP  setiap analisis perlu disimpan catatan
• Tingkat rumah tangga/masyarakat:
• Jaga maknan dari kontaminasi dari pathogen (sanitasi yg baik)
• Memperkecil pertumbuhan mikroba pd makanan ( mengatur komposis dari
makanan, jika habis dimasak bs segera dimakan, masukkan makanan ke
freezer jk belum mau dimakan)
• Mendidik masyarakat agar lebih peduli pd pencegahan penyakit akibat
makanan

Anda mungkin juga menyukai