Anda di halaman 1dari 25

Bed Side Teaching

ULKUS KORNEA ET CAUSA INFEKSI BAKTERI

Diajukan sebagai salah tugas dalam Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu


Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Oleh

Nuzla Emira Ramadhany, S. Ked

04084822226092

Pembimbing
dr. Linda Trisna, Sp.M(K), Subsp. POS

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Bed Side Teaching


ULKUS KORNEA ET CAUSA INFEKSI BAKTERI

Oleh:
Nuzla Emira Ramadhany, S.Ked
0408482326092

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya /
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 22 Mei – 18 Juni
2023.

Palembang, Juni 2023


Pembimbing,

dr. Linda Trisna, Sp.M(K), Subsp. POS

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Bed Side Teaching dengan judul “Ulkus
Kornea et causa infeksi bakteri”. Laporan Bed Side Teaching ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 22 Mei - 18 Juni 2023.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dr. Linda Trisna, Sp.M(K), Subsp. POS selaku pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian Bed Side Teaching
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para dokter residen, yang telah
membantu dalam menyelesaikan Bed Side Teaching ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Bed Side Teaching ini masih
jauh dari sempurna, baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan Bed Side
Teaching ini. Semoga Bed Side Teaching ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Juni 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iv

BAB 1 STATUS PASIEN ........................................................................................5

1.1. Identifikasi .....................................................................................................5

1.2 Anamnesis Keluhan Utama ............................................................................5


1.2.1 Keluhan Utama ...............................................................................................5

1.2.2 Riwayat Perjalan Penyakit ..............................................................................5

1.2.3 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga ................................................................6

1.2.4 Riwayat Pengobatan .......................................................................................6

1.3. Pemeriksaan Fisik ..........................................................................................6

1.3.1. Status Generalis .............................................................................................6

1.3.2. Status Oftalmologis ........................................................................................7

1.4. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................8

1.5. Diagnosis Banding .........................................................................................8

1.6. Diagnosis Kerja ..............................................................................................8

1.7. Tatalaksana ....................................................................................................8

1.8. Prognosis ........................................................................................................9

BAB 2 ANALISIS KASUS ....................................................................................10

LAMPIRAN ............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................18

iv
BAB 1
STATUS PASIEN

1.1. Identifikasi
Nama : Tn. J
Tanggal lahir/Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani kebun karet
Alamat : Desa Seri kembang, Ogan Ilir, Sumatera Selatan
Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2023

1.2 Anamnesis
1.2.1 Keluhan Utama
Pasien mengeluh bintik putih pada bagian hitam mata kanan sejak 4 hari lalu.

1.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak 4 hari lalu pasien mengeluh mata kanan tampak merah setelah terkena
getah karet saat bekerja tanpa menggunakan pelindung mata. Nyeri pada mata
kanan ada, mata berair ada. Pasien belum berobat.

Sejak 2 hari lalu pasien mengeluh timbul bintik putih pada bagian hitam mata
kanan, mata kanan tampak merah, pandangan mata kanan kabur ada, rasa
mengganjal pada mata kanan ada, mata berair ada, dan kotoran mata ada. Pasien
mengaku merasa silau terutama saat siang hari. Riwayat mata dicuci dengan air
mengalir disangkal dan dicuci dengan sirih disangkal.

Sejak 1 hari lalu bintik putih dirasakan semakin membesar. Pasien berobat ke
RSUD BARI dikatakan infeksi pada mata. Pasien kemudian di rujuk ke RSMH
untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

5
1.2.1 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat memakai kacamata disangkal.
- Riwayat pemakaian lensa kontak disangkal.
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat diabetes melitus disangkal.
- Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.

1.2.2 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.

1.2.3 Riwayat Pengobatan


Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya disangkal.

1.3. Pemeriksaan Fisik


1.3.1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Nadi : 75 kali/menit, regular, isi dan, tegangan cukup

Frekuensi Napas : 20 kali/menit

Suhu : 36,0o C

Berat badan : 62 kg
Tinggi badan : 170 cm

6
1.3.2. Status Oftalmologis

Okuli Dekstra Okuli Sinistra


Visus 1/~ PSS 6/7.5 ph 6/6
Tekanan Tidak dilakukan 18,5 mmHg
intraocular

KBM Ortoforia
GBM

Baik ke segala arah Baik ke segala arah


SEGMEN ANTERIOR
Palpebra Blefarospasme (+) Tenang
Edema (+)
Konjungtiva Mix injeksi (+) Jernih
Kornea Keruh, tampak defek bergaung Jernih
pada seluruh kuadran kornea,
ukuran 11 mm, kedalaman
>1/3 stroma, tampak infiltrat
(+), FT (+) pada keseluruhan
Kornea
BMD Dangkal Sedang
Hipopion (+) <1/3 BMD
Iris Tidak dapat dinilai Gambaran baik
Pupil Tidak dapat dinilai Bulat, central, refleks cahaya
(+), diameter 3 mm
Lensa Tidak dapat dinilai Jernih

7
SEGMEN POSTERIOR
Refleks RFOD (-) RFOS (+)
Fundus
Papil Tidak dapat dinilai Bulat, batas tegas, warna
merah, c/d ratio 0.3, a/v 2:3
Makula Tidak dapat dinilai Refleks fovea (+)
Retina Tidak dapat dinilai Kontur pembuluh darah baik

1.4. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan dengan slit lamp
2. Pemeriksaan Fluorescein = Positif
3. Pemeriksaan scrapping kornea pewarnaan gram dan KOH 10% OD
- Gram = tidak ditemukan bakteri pada pewarnaan
- KOH = tidak didapatkan elemen jamur
4. Pemeriksaan kultur resistensi antibiotik
- Terdapat bakteri basil gram negatif
- Jenis bakteri = Pseudomonas aeruginosa
5. USG Ocular Transpalpebra
- Vitreous: echofree
- Koroid: tidak menebal
- Retina: intak

1.5. Diagnosis Banding


- Ulkus kornea OD ec infeksi bakteri
- Ulkus kornea OD ec infeksi jamur

1.6. Diagnosis Kerja


Ulkus kornea OD ec infeksi bakteri

1.7. Tatalaksana
1. Non Farmakologi: Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

8
- Menjelaskan bahwa daerah mata pasien yang terkena adalah kornea, yaitu
lapisan terluar pada mata berupa selaput bening berbentuk kubah yang
menutupi bagian depan mata yang berfungsi untuk penglihatan.
- Menjelaskan bahwa ulkus kornea merupakan penyakit mata dimana terdapat
luka terbuka pada kornea yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi, dalam
kasus ini infeksi bakteri.
- Menjelaskan mengenai obat-obatan yang digunakan dan lama pengobatan,
serta meminta pasien menggunakan obat sesuai aturan pakai untuk
mengoptimalkan kesembuhan pasien.
- Menjelaskan untuk menjaga kebersihan mata dan sekitarnya, serta tidak
mengucek atau menyentuh mata.
- Menjelaskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun dan
air mengalir atau hand sanitizer sebelum menyentuh daerah sekitar mata.
- Menjelaskan untuk menggunakan pelindung mata ketika bekerja sebagai
pencegahan masuknya getah karet atau benda asing lain pada mata.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa perlu dilakukan penanganan yang lebih
intensif sehingga pasien perlu dirawat di rumah sakit.
- Memberikan informasi kepada pasien bahwa diperlukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan pewarnaan gram, pemeriksaan KOH 10% dan
melakukan kultur resisten untuk dapat memastikan etiologi infeksi. Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa penyebab terjadinya ulkus kornea
disebabkan oleh bakteri.
- Menjelaskan mengenai obat-obatan yang digunakan dan lama pengobatan,
serta meminta pasien menggunakan obat sesuai aturan pakai untuk
mengoptimalkan kesembuhan pasien.
- Melakukan monitoring ulang pada mata jika dirasakan tidak ada perubahan
setelah mendapat pengobatan atau keadaan mata dirasakan semakin parah.
2. Farmakologi
- Spooling ringer laktat + povidone iodine 0,5%/24 jam OD
- Acetazolamide 3x250 mg PO
- Potassium klorida 1x600 mg PO
- Levofloksasin ED 1 gtt/jam OD
- Timolol 0,5% ED 1 gtt/12 jam OD

9
3. Pembedahan
Pro amnion membrant transplant + irigasi aspirasi hipopion OD

1.8. Prognosis

Quo ad vitam : bonam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

10
BAB 2
ANALISIS KASUS

Pasien Tn. J, berusia 35 tahun datang ke poli klinik mata RSMH


Palembang dengan keluhan timbul bintik putih yang semakin membesar
disertai nyeri dan pengelihatan kabur pada mata kanan. Sejak 4 hari lalu pasien
mengeluh mata kanan merah setelah terkena getah karet saat bekerja tanpa
menggunakan pelindung mata. Nyeri ada, mata berair ada. Pasien belum
berobat.
Sejak 2 hari lalu pasien mengeluh timbul bintik putih pada mata kanan,
mata merah ada, pandangan mata kanan kabur ada, rasa mengganjal pada
mata kanan ada, mata berair ada, dan kotoran mata ada. Riwayat mata dicuci
dengan air mengalir disangkal dan dicuci dengan sirih disangkal. Sejak 1 hari
lalu bintik putih dirasakan semakin membesar. Pasien berobat ke dokter IGD
dikatakan infeksi pada mata. Pasien kemudian di rujuk ke RSMH untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien baik dengan
tanda vital normal. Pada pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus OD 1/~
PSS dan visus OS 6/7.5 ph 6/6. Tekanan intraokular OD didapatkan P=N+0
sedangkan tekanan intraokular OS 18.5 mmHg. Kedudukan kedua bola mata
pasien simetris. Gerakan kedua bola mata pasien baik ke segala arah. Palpebra
OD terdapat blefarospasme dan edema, sedangkan palpebra OS tenang. Pada
konjungtiva OD terdapat mix injeksi dan 4 jahitan interruptus, jahitan baik
simpul di dalam, sedangkan konjungtiva OS jernih. Pada kornea OD keruh,
tampak defek bergaung pada seluruh kuadran kornea, kedalaman >1/3 stroma,
tampak infiltrat (+), FT (+) pada keseluruhan kornea, dan didapatkan
desmetokel, sedangkan OS jernih, Pada BMD OD dangkal sedangkan BMD
OS sedang. Iris, pupil, dan lensa OD tidak dapat dinilai, sedangkan iris, pupil,
dan lensa OS dalam batas normal. Pada segmen posterior OD, didapatkan
refleks fundus (-) sehingga tidak dilakukan pemeriksaan pada papil, makula,
dan retina. Sementara pada segmen posterior OS, didapatkan refleks fundus
(+), papil, makula dan retina dalam batas normal.
Beberapa diagnosis banding gejala mata merah dan penurunan visus
mendadak adalah ulkus kornea, keratitis, glaukoma akut, uveitis anterior, dan
endoftalmitis. Diagnosis glaukoma akut dapat disingkirkan karena pada
glaukoma akut terdapat mata merah dengan penurunan visus mendadak
disertai mual muntah, pandangan seperti dalam terowongan, dan terdapat
peningkatan tekanan intraokular. Penemuan ini tidak dijumpai pada pasien.
Pada uveitis anterior, akan ditemukan gambaran iris yang tidak teratur dan
warna iris yang berubah, sedangkan pada pasien gambaran iris mata baik.
Pada pasien tidak ditemukan keseluruhan dari trias keratitis yaitu
blefarospasme, fotofobia dan mix injeksi. Selain itu pemeriksaan fluorescein
test didapat hasil positif (+) pada pasien sehingga menunjukkan adanya ulkus
kornea pada kornea dan diagnosis keratitis dapat disingkirkan.1,2
Kornea atau selaput bening mata merupakan jaringan transparan yang
menutup bola mata sebelah depan. Kornea berfungsi sebagai membran
pelindung dan media refraksi yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju
retina.1 Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, membran
Bowman, jaringan stroma, membran descemet dan lapisan endotel.2 Kornea
merupakan bagian media refraksi.3,4 Kornea merupakan jaringan yang
avaskular, bersifat transparan, berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm
vertikal, tebal + 1 mm (0,54 - 0,65 mm) dengan kekuatan bias 43 dioptri, serta
memiliki indeks refraksi. Dalam nutrisinya kornea bergantung pada difusi
glukosa dari aqueos humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air
mata. Kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.1,2 Barrier utama
mata terhadap infeksi mikroba meliputi barier anatomis berupa orbital rim,
palpebra, konjungtiva dan epitel kornea. Selanjutnya terdapat barier mekanis
seperti lapisan air mata dan sistem lakrimal, serta barier antimikroba seperti
konstituen film air mata IgA, komponen komplemen, laktoferin, lisozim, dan
conjunctiva associated lymphoid tissue (CALT). Ketika penghalang ini
terganggu, dapat menyebabkan ulkus kornea.5
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat
terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea termasuk dalam kondisi yang
mengancam penglihatan dan menyebabkan kerusakan progresif dengan
perforasi kornea serta infeksi di jaringan sekitarnya. Penyebab dari ulkus
kornea adalah infeksi, non infeksi dan sistem imun (reaksi hipersensitivitas).
Penyebab infeksi antara lain yaitu infeksi bakteri, jamur, dan, virus,
sedangkan untuk non-infeksi yaitu bahan kimia yang bersifat asam atau basa,
radiasi, suhu, sindrom Sjorgen, defisiensi vitamin A, penggunaan obat-obatan
(kortikosteroid, anastesi topikal, immunosupresif), kelainan dari membran
basal (misalnya karena trauma), pajanan dan neurotropik.6
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi
tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gambaran klinik ulkus
kornea dapat berupa gejala subjektif dan gejala objektif. Gejala subjektif yang
timbul berupa adanya sekret, mata merah, merasa ada benda asing di mata,
pandangan kabur, mata berair, bintik putih pada kornea, silau, dan nyeri.
Gejala objektif yang timbul yaitu berupa mix injeksi, hilangnya epitel kornea,
dan adanya infiltrat, serta hipopion. Pada kasus didapatkan gejala subjektif
dan objektif ulkus kornea pada pasien yang mengarahkan pada diagnosis
ulkus kornea.4,7
Keluhan munculnya bintik putih di tengah mata merupakan hipopion.
Hipopion didefinisikan sebagai pus steril yang terdapat pada bilik mata depan.
Hipopion dapat terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian
bawah bilik mata depan karena adanya gravitasi. Komposisi dari pus biasanya
steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya mikroorganisme patogen, seperti
bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi inflamasi
terhadap toksin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu
sendiri. Hal ini terjadi akibat peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam
cairan aqueous.8
Pada palpebra menunjukan blefarospasme, yang menandakan pasien
berkedip secara involunter akibat adanya defek epitel kornea sehingga saraf di
kornea bereaksi hebat dan glandula lakrimalis memproduksi banyak air mata
untuk mengurangi iritasi lalu palpebral superior mengedipkan mata lebih
sering secara involunter untuk memastikan air mata dihantar ke seluruh
mata.6,8 Pada konjungtiva mata kanan, terdapat mix injeksi (injeksi
konjungtiva dan injeksi siliar). Injeksi konjungtiva berasal dari arteri
konjungtiva posterior dan berlokasi dari perifer ke sentral (dari forniks ke arah
limbus) sedangkan injeksi siliar berasal dari arteri siliaris anterior dan
berlokasi dari limbus ke arah perifer. Konjungtiva hiperemis menandakan
adanya trauma. Injeksi konjungtiva dapat terjadi akibat benda asing yang
mengenai epitel kornea kemudian merangsang terjadinya reaksi inflamasi
yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah arteri konjungtiva.
Injeksi/kongesti adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi
akumulasi eritrosit dalam darah yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi
pada pembuluh darah. Injeksi timbul jika dilatasi pembuluh arteriol dan arteri
menyebabkan peningkatan aliran darah ke dalam jaringan kapiler dengan
terbukanya kapiler-kapiler yang tidak aktif. Dilatasi pembuluh darah ini
disebabkan oleh lepasan zat-zat vasoaktif. Disini rangsang saraf vasodilator
atau hambatan hantaran saraf vasokonstriktor akan menyebabkan pelebaran
pembuluh darah.4,7
Mata berair pada kasus ini disebabkan kerusakan pada kornea akan
menstimulasi nosiseptor kornea, lalu nosiseptor akan menstimulasi jalur
afferent (saraf trigeminal) yang mana berhubungan dengan jalur efferent yaitu
saraf fasial (palpebra) yang stimulasi ke kelenjar lakrimal dan terjadi tearing.
Mata berair merupakan proteksi dimana ketika terdapat benda asing, mata
akan mengeluarkan air mata yang mengandung lisozim untuk menetralisir zat
asing, apabila zat asing tersebut tidak dapat diatasi oleh air mata, maka zat
asing tersebut akan menetap dan air mata akan keluar terus menerus.6
Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri oleh karena paparan terhadap saraf
oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea
menimbulkan rasa sakit. Rasa nyeri yang sering terjadi umumnya muncul
bersamaan dengan inflamasi kornea dan terjadi karena stimulasi ujung-ujung
saraf sensorik nervus trigeminus cabang siliaris, di lapisan subepitelial
kornea.3
Pandangan kabur disebabkan oleh kekeruhan pada media refraksi.
Invasi bakteri difasilitasi oleh protease (eksotoksin yang dapat degradasi
membran basalis dan matriks ekstraseluler) menyebabkan stromal melting
dan menyebabkan reaksi antigen antibody yang memicu infiltrate sel PMN
akibat inflamasi. Hal ini menyebabkan terjadinya bintik putih yang akan
menghalangi masuknya cahaya untuk dapat masuk ke dalam pupil dan retina.
Karena bintik putih pada kasus ini sudah menutupi visual aksis maka dapat
menyebabkan visus 1/~ PSS pada kasus ini.3,7
Sensasi benda asing atau seperti mengganjal atau nyeri pada mata
terutama saat berkedip disebabkan oleh kerusakan pada epitel kornea sehingga
ketika kelopak mata bersentuhan dengan bagian kornea yang mengalami
kerusakan akan timbul sensasi tidak nyaman atau nyeri pada mata. Pada
kornea tampak defek bergaung dari hasil fluorescein test positif yaitu zat
warna telah terserap ke stroma sehingga warna hijau tidak lagi muncul di
daerah defek. Epitel kornea yang rusak akan mengeluarkan enzim lisozym
yang bersifat basa sehingga akan mengikat zat fluorescein (natrium
fluorescein, derivat xantin) dan dengan memakai filter kobalt biru, terlihat
warna hijau kekuningan pada epitel kornea yang rusak yaitu pada kasus ini
terdapat warna hijau di tepi lesi.4,6
Ulkus kornea bakteri memiliki awitan akut yaitu kurang dari 1 minggu,
dengan karakteristik ulkus terletak disentral, warna kuning/mukopurulen,
dasar ulkus dilapisi jaringan nekrotik, disertai sekret berwarna kekuningan.
Ulkus kornea virus umumnya memiliki awitan sekitar 5 hari, ulkus terletak
disentral, terdapat lesi dendritik atau ameboid, yaitu lesi yang memiliki
cabang linier khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus terminalis pada
ujungnya dan sekret mata yang tampak jernih. Pasien dengan ulkus kornea
jamur memiliki onset 10-14 hari dengan karakteristik ulkus yang terletak di
sentral, berwarna putih keabuan dengan tepi irreguler, infiltrat dapat tampak
kering, permukaan kotor, berbentuk lesi satelit disekitar ulkus dan tampak
seperti bulu/filamen atau feathery finger-like. Gambaran klinis dari ulkus
kornea akibat jamur bergantung dari jenis jamur yang menginfeksi, dan sulit
dibedakan dengan ulkus kornea akibat bakteri.6,9
Dari karakteristik defek kornea yang ditemukan dapat dipikirkan
kemungkinan jenis mikroorganisme penyebab. Biasanya kokus gram positif,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoni akan memberikan
gambaran ulkus yang berbatas tegas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna
putih abu-abu dan bersifat supuratif. Bila ulkus disebabkan pseudomonas
maka ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, purulen berwarna kuning
hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus. Bila ulkus disebabkan oleh
virus, umumnya gambaran ulkus akan tampak dendritik atau mirip ranting
kayu yang bercabang. Bila ulkus disebabkan jamur filamentosa, seperti
Fusarium, Aspergillus, dan Curvularia, umumnya akan tampak infiltrat
stromal berwarna putih keabuan dengan tepi irregular dan feathery serta
permukaan ulkus yang tampak kering. Sedangkan pada ulkus yang disebabkan
oleh jamur non-filamentosa, infiltrat stroma akan tampak berwarna putih
kekuningan, dengan permukaan ulkus yang tampak basah. Ulkus yang
disebabkan oleh jamur dapat disertai dengan adanya lesi satelit dan reaksi
segmen anterior mata.6
Ulkus kornea bakterial dapat terjadi setelah kerusakan pada epitel
kornea, sehingga memberikan jalan masuk bagi bakteri. Episode traumatis
seperti abrasi kecil dari benda asing kecil, atau mungkin akibat dari penyebab
seperti insufisiensi air mata, malnutrisi, atau penggunaan lensa kontak. Pada
kasus pasien sebelumnya mengalami kemasukan debu pada mata kirinya.
Gambaran klinis ulkus bakteri menunjukkan adanya lesi ulkus yang
cenderung berlokasi di seluruh kornea berbentuk bulat dengan batas yang
tegas, infiltrat yang lebih tebal atau terlokalisir, supurasi stromal, dan
kekeruhan kornea sekitar ulkus yang lebih terlihat dibandingkan pada ulkus
kornea jamur.8,9
Pada ulkus kornea akibat bakteri ditemukan gambaran klinis seperti lesi
ulkus yang cenderung berlokasi di sentral, berbatas tegas, memiliki infiltrat
yang lebih tebal atau terlokalisir, supurasi stromal, kekeruhan kornea dengan
onset akut <7 hari. Untuk mengetahui diagnosis pasti penyebab ulkus harus
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan gram dan KOH 10%
serta kultur resisten jika dugaan diagnosis karena bakteri terbukti, sehingga
dapat diketahui apabila terdapat resistensi terhadap antibiotik. Pemeriksaan
sensibilitas kornea juga dapat membantu membedakan etiologi dari ulkus
kornea, sensibilitas akan meningkat pada etiologi jamur, menurun pada
etiologi virus, dan dapat normal atau menurun pada etiologi bakteri.6,10,11
Pada kasus diketahui bakteri penyebab yaitu Pseudomonas aeruginosa.
Ulkus kornea yang disebabkan oleh P. aeruginosa dimulai sebagai infiltrasi
abu-abu di epitel kornea. Nyeri yang cukup hebat sering terjadi pada kasus ini.
Lesi cenderung menyebar dengan cepat ke segala arah karena enzim proteolitik
yang dihasilkan oleh bakteri. Meskipun awalnya ulkus dangkal, ulkus dapat
dengan cepat mengenai seluruh kornea dengan konsekuensi yang
menghancurkan, termasuk kehilangan stroma yang luas, perforasi kornea, dan
infeksi intraokular. Seringkali terdapat hipopion besar yang cenderung
membesar seiring dengan perkembangan ulkus. Kerokan dari ulkus mungkin
mengandung batang gram negatif yang panjang, tipis, dan sering kali hanya
berjumlah sedikit.3
Komplikasi yang sering timbul pada ulkus kornea berupa kebutaan
parsial atau komplit karena endoftalmitis, endoftalmitis dan panoftalmitis
karena perforasi kornea berlanjut, cum hipopion, prolaps iris, sikatrik kornea,
katarak dan glaukoma sekunder.8
Tujuan penatalaksanaan ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari
ulkus kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat
destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi
komplikasi, serta memperbaiki tajam penglihatan. Ulkus kornea yang luas
memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena jaringan kornea yang
bersifat avaskuler.4 Pasien diedukasikan untuk mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain bersih, menjaga
kebersihan mata dan tidak menggosok (mengucek) mata ketika terasa
mengganjal, perih ataupun gatal dan sebaiknya bila ada sekret yang
terbentuk dibersihkan empat kali dalam satu hari. Pasien dianjurkan untuk
menggunakan kacamata pelindung yang bertujuan untuk mengurangi risiko
trauma pada mata, terutama saat pasien bekerja.4,7
Tatalaksana awal kasus ini adalah irigasi dengan RL dan povidon
iodine 0.5% dengan tujuan untuk membersihkan mata dari sekret dan kotoran
mata serta benda asing. Penatalaksanaan yang diberikan dapat berupa non
medikamentosa dan medikamentosa. Terapi non-medikamentosa berupa
edukasi yaitu menjelaskan pada pasien penyakit yang dialaminya sehingga
penglihatan kabur, menjelaskan pada pasien untuk tidak memegang atau
menggosok-gosok mata yang sakit, mencegah penyebaran infeksi dengan
mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau
kain yang bersih, mata yang sakit tidak boleh ditutup atau dibebat karena akan
menambah risiko infeksi dan menjelaskan pada pasien komplikasi apa saja
yang dapat terjadi.8
Tatalaksana farmakologis yang diberikan pada pasien adalah
Levoflokasin ED 1 gtt/jam OD yang digunakan untuk mengobati infeksi mata
dan mengeradikasi patogen yang dicurigai disebabkan oleh bakteri, kotoran
dan debu udara. Pemberian levofloksasin berguna sebagai antibiotik spektrum
luas golongan fluorokuinolon yang aktif pada bakteri gram positif dan negatif.
Pasien juga diberikan sediaan tetes mata dengan kandungan Dexamethason +
Neomisin + Polymyxin B Sulfate ED 1 gtt/4 jam OD. Neomisin merupakan
antibiotik yang memiliki sifat bakterisidal terhadap basil gram negatif aerob
dan anaerob. Polymyxin B merupakan antibiotik golongan polipeptida yang
berguna untuk memperlambat atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Obat
ini bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri akan
mati.7,8 Pemberian kortikosteroid pada kasus ulkus kornea, dalam kasus ini
Dexamethasone, masih menjadi kontroversi karena berisiko memperberat
infeksi, namun pemberian kombinasi kortikosteroid dan antibiotik topikal
dipertimbangkan pada saat infeksi sudah teratasi dan etiologi sudah
didapatkan dari hasil kultur dan sensitivitas antibiotik serta diperlukan
monitoring yang ketat.7 Pemberian Timolol dan Acetazolamide pada pasien
dengan ulkus kornea bertujuan untuk mengurangi tekanan intraokular
sehingga tidak terjadi lepas atau bocornya lapisan kornea dikarenakan adanya
defek pada sentral kornea.7 Pasien juga diberikan artificial tears seperti
potasium klorida dan sodium klorida untuk membantu meningkatkan proses
re-epitelisasi kornea.11 Pemberian Sulfas Atropine memiliki efek sedatif untuk
menghilangkan rasa sakit, dekongestif untuk menurunkan tanda radang, dan
siklopegik yang menyebabkan paralisis m. siliaris, dan m. konstriktor pupil.
Dalam keadaan lumpuhnya m. siliaris, mata tidak mempunyai daya
akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat.6,10
Tatalaksana selanjutnya adalah pembedahan berupa amnion graft
(AMG) oculi dextra. Membran amnion merupakan lapisan dalam dari
placenta dan terdiri dari membran basement yang tebal dan stromal matrix
avaskular. Transplantasi membran amnion dapat digunakan sebagai graft
untuk mengganti permukaan stroma yang rusak. Efek secara klinis yaitu
memfasilitasi epitelisasi, mempertahankan fenotipe epitel normal,
menurunkan inflamasi, menurunkan vaskularisasi, dan menurunkan scarring.
Amnion graft dapat mempercepat penyembuhan ulkus kornea, lebih baik
daripada flap konjungtiva atau tarsoraphy karena secara kosmetik lebih dapat
diterima. Indikasi untuk dilakukannya tindakan amnion graft pada pasien
ulkus kornea adalah impending corneal perforation, descemetokel, PED
(persistent epithelial damage) dan ulkus dalam (mengenai stroma).12
Keuntungan dilakukannya tindakan amnion graft pada pasien ulkus kornea:12
- Sebagai jembatan (bridge) pada proses re-epitelisasi.
- Sebagai deposit obat-obatan.
- Sebagai barier terhadap masuknya bakteri atau kuman.
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapatkan pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya,
serta ada tidaknya komplikasi yang timbul. Prognosis kesembuhan ulkus
kornea bakteri ditentukan oleh terapi lebih dini, tingkat keparahan ulkus dan
ketepatan serta kecepatan terapi yang diberikan. Selain itu prognosis dapat
juga dipengaruhi oleh ocular surface disorder dan faktor sistemik dari
pasien.7 Usia pasien juga dapat berpengaruh pada prognosis. Pasien yang
lebih tua mungkin memiliki prognosis dan hasil yang lebih buruk
dibandingkan dengan pasien yang lebih muda kemungkinan disebabkan oleh
penurunan imunitas pada orang tua serta peningkatan waktu untuk re-
epitelisasi.7
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini bonam dikarenakan tanda vital
pasien dalam batas normal. Quo ad functionam pada pasien dubia ad malam
karena pada pasien ini ulkus terletak di bagian sentral kornea yang dapat
mengganggu aksis visual sehingga dapat menimbulkan gangguan tajam
penglihatan. Ulkus kornea juga kemungkinan akan meninggalkan bekas
berupa sikatrik. Quo ad sanationam pada pasien dubia ad bonam dikarenakan
pasien bekerja sebagai petani kebun sawit sehingga risiko kembali terkena
trauma akibat material dari bahan tumbuhan yang menjadi faktor risiko
penyakit masih ada, namun pasien bisa mengantisipasi dengan penggunaan
kacamata pelindung.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata FKUI. 4th ed. Jakarta: FKUI; 2013.
2. Khurana A. Coprehensive Opthalmology. 4th ed. New Age International (P) Ltd;
2007.
3. Al-Maskari A, Larkin F. Cornea. In: Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology.
19th ed. McGraw-Hill Education; 2018. p. 282–5.
4. Susiyanti M, Aziza Y. Keratitis. In: Buku Ajar Oftalmologi FKUI. Edisi Pert.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2020. p. 149–60.
5. Shukla U, Patel B. Congenital Ptosis. Treasure Isl [Internet]. 2023; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568688/
6. Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ulkus Kornea Bakteri.
Kementrian Kesehat Republik Indones. 2019;
7. PERDAMI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ulkus Kornea Bakteri.
Perhimpun Dr Spes Mata Indones. 2021;
8. Mahardika NP, Himayani R. Ulkus Kornea Cum Hipopion Berhubungan Trauma
Tumbuhan pada Mata. Bandar Lampung; 2019.
9. Christine R. Ulkus Kornea dengan Penyebab Bakteri; Sebuah Laporan Kasus. In:
Bunga Rampai Saintifika FK UKI (Nomer 7). 2018. p. 67–8.
10. WHO. Guidelines for the Management of Corneal Ulcer at Primary, Secondary &
Tertiary Care health facilities in the South- East Asia Region. 2004.
11. Zhang Y, Lu X, Hu R, Fan F, Jin X. Evaluation of Artificial Tears on Cornea
Epithelium Healing. Int J Ophtalmol. 2018;11(7):1096–101.
12. Holland E, Mannis M. Ocular Surface Disease Medical and Surgical Management.
New York: Springer-Verlag; 2002.
LAMPIRAN

Gambar 1. Okuli dekstra dan sinistra kondisi terbuka

Gambar 2. Okuli dekstra dan sinistra kondisi tertutup

Gambar 3. Okuli dekstra Gambar 4. Okuli sinistra


Gambar 5. Hasil pemeriksaan Slit Lamp okuli dekstra

Gambar 6. Hasil pemeriksaan Fluorescent Test okuli dekstra

Gambar 7. Hasil pemeriksaan gram okuli dekstra


Gambar 8. Hasil pemeriksaan Gram, KOH, dan kultur resistensi bakteri dengan sampel
swab kornea.

Gambar 9. Hasil pemeriksaan USG Ocular Transpalpebra.

Anda mungkin juga menyukai