Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

SECTIO CAESAREA PADA ODHA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara

Oleh:
Sania Audry Nasution, S.Ked
2106111062

Preseptor:
dr. Iskandar Albin, Sp. OG

BAGIAN/SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Sectio Caesarea Pada ODHA” sebagai salah satu
tugas dalam menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian/SMF Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten
Aceh Utara.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada dr. Iskandar Albin, Sp. OG sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya member arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di
bagian/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Cut
Meutia Kabupaten Aceh Utara.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
lapkas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan lapkas ini. Semoga
lapkas ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Lhokseumawe, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS..................................................................................3
2.1 Identitas Pasien.................................................................................3
2.2 Anamnesis..........................................................................................3
2.2.1 Keluhan Utama........................................................................3
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang...................................................3
2.2.3 Riwayat Obstetri.....................................................................4
2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu.......................................................5
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga....................................................5
2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat.....................................................5
2.2.7 Riwayat Gizi dan Sosial Ekonomi..........................................5
2.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................5
2.3.1 Status Generalis.........................................................................5
2.3.2 Pemeriksaan Status Obstetri......................................................7
2.3.3 Pemeriksaan Satus Ginekologi..................................................7
2.4 Diagnosis..........................................................................................10
2.5 Penatalaksaanaan...........................................................................10
2.6 Prognosis..........................................................................................11
2.7 Resume.............................................................................................11
2.8 Follow Up Pasien.............................................................................12
BAB III ANALISA KASUS.................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................19
KESIMPULAN.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang


menginfeksi sistem imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran ataupun
gangguan fungsi sistem tersebut. Jika kerusakan fungsi imunitas seluler berlanjut,
akan menimbulkan berbagai infeksi ataupun gejala sindrom Acquired
ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS) (1).
Jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada
usia reproduksi. Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi
perinatal dari ibunya. Laporan CDC (Central for Disease Control) Amerika
memaparkan bahwa seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0%-1,7%,
pada saat persalinan 0,4%-2,3% dan 9,4-29,6% pada ibu hamil yang biasa
menggunakan narkotika intravena. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
kehamilan dapat memperberat kondisi klinik wanita dengan infeksi HIV.
Penelitian di Amerika Serikat dan Eropa menunjukkan bahwa risiko transmisi
perinatal pada ibu hamil adalah 20-40%. Transmisi dapat terjadi melalui plasenta,
perlukaan dalam proses persalinan atau melalui ASI (2).
Transmisi vertikal dari ibu ke anak atau lebih dikenal dengan istilah
Mother to Child Transmission (MTCT), telah meningkatkan jumlah anak hidup
dengan HIV, di daerah sub Sahara Afrika, 88% anak berusia kurang dari 15 tahun
terinfeksi HIV, tetapi hanya 28%-nya yang menerima terapi ARV. Pelayanan
MTCT di Indonesia makin menjadi perhatian karena epidemi HIV/AIDS yang
terus meningkat (3).
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi sampai kurang dari
5% melalui kombinasi langkah-langkah pencegahan penularan dari ibu ke anak
atau yang dikenal dengan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission),
termasuk terapi ARV (antiretroviral) untuk ibu hamil dan anak yang baru lahir.
PMTCT dimulai selama ANC (antenatal care), ketika wanita melakukan tes HIV
dan menerima hasilnya bahwa dia positif HIV. Rekomendasi di bagian sub-Sahara
Afrika adalah terapi ARV diberikan pada wanita selama kehamilan, saat

1
persalinan, dan selama masa nifas atau sementara pemberian ASI eksklusif. Bayi
juga harus menjalani tes HIV secara berkala dan minum obat untuk mencegah
penularan virus sementara ia disusui (3).

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. M
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Tgk. Di Dama, Banda Baro, Aceh Utara
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM : 014351
Tgl Masuk RS : 22 Mei 2022
Tgl Keluar RS : 26 Mei 2022

2.2 Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis di Ruang Bersalin tanggal 23 Mei 2022.
2.2.1 Keluhan Utama
Nyeri perut disertai dengan nyeri pinggang ± 8 jam SMRS.
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien usia 23 tahun (G1P0A0) datang ke PONEK RSU Cut Meutia pada
tanggal 22 Mei 2022 pukul 21.00 WIB atas rujukan Puskesmas Banda Baro
dengan keluhan nyeri perut disertai nyeri pinggang ± 8 jam SMRS, lendir
bercampur darah (-). Gerak janin dirasakan ibu. Pasien mengetahui terinfeksi HIV
sejak 1 tahun lalu saat melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap. Pasien telah
mendapatkan pengobatan ARV dan melakukan kontrol kehamilan di RSU Cut
Meutia.

2.2.3 Riwayat Obstetri


 Riwayat Haid
Menarche : 15 tahun
4

Siklus haid : teratur, 27 hari


Lama haid : 6-7 hari
Nyeri haid (Dismenorrhea) : (-)
Penggunaan pembalut : 2-3 kali ganti dalam 1 hari

 Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dengan usia pernikahan 1 tahun.
 Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi.
 Riwayat Reproduksi

- Pasien G1P0A0

- Pasien mengatakan belum memiliki anak dan tidak pernah mengalami


abortus.

- HPHT pasien 4 September 2021 dengan taksiran kelahiran 11 Juni 2022.

 Riwayat Persalinan
-
 Riwayat ANC
Selama kehamilan, pasien melakukan pemeriksaan ANC rutin setiap 1
bulan sekali di Bidan, dan beberapa kali di RSU Cut Meutia.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu


Berdasarkan hasil autoanamnesis, pasien mengaku tidak pernah memiliki
riwayat abortus, hipertensi dan diabetes mellitus saat kehamilan. Pasien
menyatakan memiliki riwayat terinfeksi HIV sejak ± 1 tahun yang lalu. Penyakit
obstetri dan ginekologi lainnya disangkal.

2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan keterangan pasien dan keluarga, riwayat penyakit seperti
hipertensi, Diabetes Mellitus, dan penyakit lain disangkal.
5

2.2.6 Riwayat Penggunaan Obat


Riwayat penggunaan obat ARV baik sebelum dan selama kehamilan
diakui oleh pasien.

2.2.7 Riwayat Gizi dan Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Biaya kehidupan sehari-hari
ditanggung oleh suami yang bekerja sebagai petani. Biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS. Makanan yang dikonsumsi oleh pasien bervariasi dan dilakukan
sebanyak 3 kali sehari.

2.3 Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 23 Mei 2022.
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis= E 4 M 6 V 5
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 81 x/i, reguler
Pernapasan : 21 x/i
Suhu tubuh : 36,8°C
SpO2 : 99%
Antropometri : BB: 50 kg
TB: 155 cm
a. Kulit
Warna : kuning langsat
Turgor : kembali dengan cepat
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada
b. Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : hitam, tidak mudah putus
6

Mata : edema palpebra (-/-), ptosis (-/-), konjungtiva


anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Telinga : normoaurikula, deformitas (-/-), serumen (-/-),
darah (-/-), cairan (-/-)
Hidung : deviasi septum (-/-), sekret (-/-), mukosa hiperemis
(-/-), konka hipertrofi (-/-)
Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-)
c. Leher
Trakea : terletak ditengah
Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran
KGB : tidak ditemukan pembesaran pada KGB pre- dan
post-aurikuler, sub-mandibula, supraklavikula,
axilla. KGB inguinal tidak dilakukan pemeriksaan.
d. Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris pada keadaan statis, dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler di seluruh lapang paru, wheezing (-/-),
dan rhonki (-/-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas kiri pada ICS V linea midclavikula sinistra
Batas kanan pada ICS V linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (+), regurgitasi (-), gallop (-)
e. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk abdomen normal, simestris
2) Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan
pada perut bagian bawah
7

3) Perkusi : Timpani
4) Auskultasi : Peristaltik usus normal
f. Ekstremitas : Akral hangat
g. Genitalia : Bengkak (-), merah (-), nyeri (-)
2.3.2 Pemeriksaan Status Obstetri
Inspeksi : Tidak ada kelainan
VT : Tidak dilakukan
DJJ : 145 x/i
His : (+) sesekali
TFU : 31 cm
2.3.3 Pemeriksaan Status Ginekologi
Abdomen :
- Inspeksi : abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-
tanda peradangan, tidak ada bekas operasi.
- Palpasi : Teraba tinggi fundus uteri 31 cm, balotement (-), teraba
bagian janin.
- Inspekulo : Tidak dilakukan.

Pemeriksaan Laboratorium (22.00 WIB, 22 Mei 2022 di RSU Cut Meutia,


Aceh Utara)
Nama Test Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 8.16 12 – 16 g/dl
Eritrosit (RBC) 3.37 4,0 – 5,0 Juta/uL
Hematokrit (HCT) 23.29 44 – 72 %
MCV 69.09 80 – 100 fL
MCH 24.21 26 – 34 Pg
MCHC 35.03 32 – 36 g/dl
Leukosit (WBC) 11.15 4,5 – 12,5 ribu/uL
8

Trombosit (PLT) 331 150 – 450 ribu/uL


RDW-CV 13.42 11,5 – 14,5 %
Golongan Darah O - -
Bleeding Time 1’30” 1–3 menit
Clothing Time 7’30” 9 – 15 menit
Serologi/Imunologi
HBsAg Qualitative Negatif - Negatif
Anti HCV Kualitatif Negatif - Negatif
Anti HIV Reaktif - Non Reaktif
VDRL Non Reaktif - Non Reaktif
Gula Darah
Glukosa Darah
Gula Stik 114 70 – 125 mg/dL

2.4 Diagnosis
G1P0A0 + Hamil aterm dengan HIV

2.5 Penatalaksaanaan
Non-medikamentosa
a. Pasien direncanakan persalinan secara SC pada tanggal 23 Mei 2022
pukul 09:30 WIB
b. Pasien dipuasakan sebelum operasi
c. Pemasangan kateter sebelum operasi

Laporan operasi:
Posisi operasi: supine
Jenis operasi: sectio caesarea
Jenis anestesi: regional anestesi dengan subarachnoid block (spinal)
Durasi operasi: 60 menit
Operator: dr. T. Yudhi Iqbal, Sp.OG
9

Medikamentosa
a. IVFD RL 20 gtt/i
b. Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
c. Inj. Ranitidine 1A/12 jam
d. Bromocriptine 2x1

2.6 Prognosis
Ibu: dubia ad bonam
Anak: dubia ad bonam

2.7 Resume
Pasien berusia 23 tahun datang ke PONEK RSU Cut Meutia dengan usia
kehamilan 38-40 minggu (G1P0A0), disertai dengan keluhan nyeri perut menjalar
hingga ke pinggang ± 8 jam SMRS, disertai mules-mules (+), lendir bercampur
darah (-). Pasien dirujuk dari Puskesmas Banda Baro atas indikasi tripel eliminasi
berupa HIV (reaktif). Pasien mengetahui terinfeksi HIV sejak 1 tahun lalu saat
melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap. Berdasarkan hasil autoanamnesis,
pasien menyangkal adanya riwayat penyakit lain seperti DM, hipertensi, dan
penyakit obstetri dan ginekologi lain sebelumnya, baik pada pasien maupun
keluarga. Pasien telah mendapatkan pengobatan ARV selama kehamilan di RSU
Cut Meutia.
Pemeriksaan fisik umum menunjukkan pasien tampak sakit ringan dengan
status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan obstetrik menunjukkan TFU 31
cm, DJJ 145 x/menit dan teratur, HIS (+) sesekali. Pasien kemudian diindikasikan
untuk dilakukan persalinan secara SC.
10

2.8 Follow Up Pasien


Hari Perawatan SOAP Terapi
S/ nyeri perut menjalar hingga IVFD RL 20 gtt/i
ke pinggang, mules (+) O2 3-4 L/menit
O/ KU: sakit ringan
TD: 120/70 mmHg
N: 84 x/i, regular
RR: 20 x/i
T: 36,8°C
22 Mei 2022
SpO2: 99%
H+1, VK
TFU: 31 cm
His : (+) sesekali
DJJ : 144 x/menit
A/ G1P0A0 hamil 38-40
minggu dengan HIV
P/ Observasi di ruangan +
rencana SC (besok)
S/ pasien mengeluhkan cemas, IVFD RL 20 gtt/i
nyeri perut menjalar hingga ke O2 3-4 L/menit
pinggang (+), mules (+)
/O ARV 1x1
P
O/ KU: sakit ringan
TD: 109/60 mmHg
N: 86 x/i
RR: 19 x/i
T: 36,7°C
23 Mei 2022
SpO2: 98%
H+2, Pre-op
TFU: 31 cm
His: (+) sesekali
DJJ: 145 x/i
A/ G1P0A0 hamil 38-40
minggu dengan HIV
P/ Observasi KU
Pantau DJJ
Dorong OK
24 Mei 2022 (08:00 WIB) IVFD RL 20 gtt/I
H+3 S/ nyeri pada luka operasi, Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
POD I lemas
jam
O/ KU: lemah
TD: 110/70 mmHg Inj. Ketorolac 1A/8 jam
11

N: 80 x/i Inj. Ranitidin 1A/12 jam


RR: 20 x/i /O ARV 1x1
P

T: 36,7°C
Bromocriptine 2x1
A/ Post SC POD I a/i ODHA
P/ Mobilisasi (mika-miki dan
duduk), makan-makanan yang
bergizi, menjaga personal
hygiene
(15:00 WIB)
S/ nyeri pada luka operasi,
lemas
O/ KU: lemah
TD: 120/80 mmHg
N: 79 x/i
RR: 19 x/i
T: 36,8°C
A/ Post SC POD I a/i ODHA
P/ Transfusi PRC 2 bag
(20:00 WIB)
S/ nyeri pada luka operasi
O/ KU: lemah
TD: 120/80 mmHg
N: 80 x/i
RR: 20 x/i
T: 36,6°C
A/ Post SC POD I a/i ODHA
P/ Mobilisasi (mika-miki dan
duduk), makan makanan yang
bergizi, menjaga personal
hygiene
25 Mei 2022 (08:00 WIB) IVFD RL 20 gtt/I
H+4 S/ Pasien mengatakan Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
POD II keadaannya sudah membaik,
jam
nyeri pada luka operasi
berkurang Inj. Ketorolac 1A/8 jam
O/ KU: baik Inj. Ranitidin 1A/12 jam
TD: 110/80 mmHg
/O ARV 1x1
P
N: 83 x/i
RR: 21 x/i
T: 36,7°C
12

A/ Post SC POD II a/i ODHA


P/ Mobilisasi, makan-makanan
yang bergizi, menjaga personal
hygiene
(15:00 WIB)
S/ Pasien mengatakan
keadaannya sudah membaik,
nyeri pada luka operasi
berkurang
O/ KU: baik
TD: 110/80 mmHg
N: 82 x/i
RR: 19 x/i
T: 36,6°C
A/ Post SC POD II a/i ODHA
P/ Mobilisasi, makan-makanan
yang bergizi, menjaga personal
hygiene
(20:00 WIB)
S/ Pasien mengatakan
keadaannya sudah membaik,
nyeri pada luka operasi
berkurang
O/ KU: baik
TD: 120/70 mmHg
N: 78 x/i
RR: 20 x/i
T: 36,6°C
A/ Post SC POD II a/i ODHA
P/ Mobilisasi, makan-makanan
yang bergizi, menjaga personal
hygiene
26 Mei 2022 (08:00 WIB) IVFD RL 20 gtt/I
H+5 S/ pasien mengatakan Inj. Ceftriaxone 1 gr/12
POD III keadaannya sudah membaik
jam
O/ KU: baik
TD: 110/70 mmHg Inj. Ketorolac 1A/8 jam
N: 80 x/i Inj. Ranitidin 1A/12 jam
RR: 20 x/i
/O ARV 1x1
P
T: 36,7°C
13

A/ Post SC POD III a/i ODHA


P/ Mobilisasi, makan-makanan
yang bergizi, menjaga personal
hygiene, GV, aff kateter urin,
rencana PBJ
(15:00 WIB) P
/O Cefadroxil 500 mg
S/ pasien mengatakan 2x1
keadaannya sudah membaik
Asam mefenamat 3x1
O/ KU: baik
TD: 110/70 mmHg Ranitidine 2x1
N: 80 x/i ARV 1x1
RR: 20 x/i
T: 36°C
A/ Post SC POD III a/i ODHA
P/ PBJ
BAB III
ANALISA KASUS
Teori Kasus
HIV atau Human Immunodeficiency Virus Pasien G1P0A0 datang ke
adalah retrovirus yang menginfeksi sistem PONEK RSU Cut Meutia
imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran dengan keluhan nyeri perut
ataupun gangguan fungsi sistem tersebut. Jika yang menjalar hingga ke
kerusakan fungsi imunitas seluler berlanjut, pinggang disertai mules.
akan menimbulkan berbagai infeksi ataupun Pasien dirujuk dari Puskesmas
gejala sindrom Acquired ImmunoDeficiency Banda Baro atas indikasi tripel
Syndrome (AIDS). eliminasi yaitu ditemukannya
Diperkirakan pula bahwa 1,8 juta orang baru pemeriksaan HIV reaktif,
terinfeksi HIV setiap tahunnya dan 1,4 juta sifilis dan hepatitis B non
wanita dengan infeksi HIV hamil setiap tahun. reaktif saat dilakukan
pemeriksaan laboratorium.
WHO telah merekomendasikan penggunaan Pada pemeriksaan
alat tes cepat/rapid diagnostic test (RDT) yang laboratorium didapatkan hasil
bermutu untuk skrining dan diagnosis HIV. Di berupa HIV reaktif, Hepatitis
Indonesia, RDT banyak digunakan karena B dan Sifilis non reaktif.
mudah digunakan, cepat mengeluarkan hasil,
dan relatif murah harganya. RDT dapat
digunakan untuk pemeriksaan skrining
berbagai penyakit infeksi termasuk HIV,
HBV, HCV, sifilis, dan malaria. Pada
umumnya harga RDT murah, cara
penyimpanannya mudah, dan waktu yang
diperlukan untuk proses pemeriksaan
spesimennya relatif singkat, memiliki
sensitivitas (>99%) dan spesifitas
(>98%) yang cukup tinggi dan akurat.
Terapi medikamentosa pada pasien HIV yang  Pasien mengonsumsi

14
15

hamil menggunakan regimen triple ART yang regimen ART sesuai


terdiri dari kombinasi 2 NRTI, 1 NNRTI atau pedoman regimen berupa
1 atau lebih golongan PI. triple ART.

Pilihan metode persalinan pada ibu hamil  Pasien diindikasikan untuk


dengan HIV terbagi menjadi dua, yaitu secara dilakukan persalinan SC
pervaginam dan perabdominal. Sesuai dengan karena mempertimbangkan
panduan POGI, persalinan SC elektif dengan faktor maternal dengan
tripel eliminasi pada pasien HIV (+) HIV dimana jumlah viral
dilakukan saat usia kehamilan ≥38 minggu load ibu tidak diketahui
untuk mencegah penyebaran secara vertical serta konsumsi ARV tidak
dari ibu ke bayi. Persalinan pervaginam yang teratur.
aman pada pasien HIV (+) dapat dilakukan
jika ibu telah mengonsumsi ARV (minimal 6
bulan) dan memiliki jumlah viral load <50
HIV RNA copies/mL pada usia kehamilan 36
minggu dan tanpa komplikasi obstetri lain
Bagi wanita dengan viral load < 50 copies/mL
tanpa kontraindikasi obstetrik, disarankan
persalinan per vaginam. Bagi wanita dengan
viral load > 400 copies/mL, disarankan
persalinan dengan seksio sesarea. Untuk
wanita dengan viral load 50 – 399 copies/mL
pada usia gestasi 36 minggu seksio sesarea
dapat dipertimbangkan sesuai perkiraan viral
load, lama terapi, faktor obstetrik, dan
pertimbangan pasien. Bagi wanita dengan
riwayat seksio sesarea dan viral load <50
copies /mL, dapat dicoba persalinan per
vaginam. Saat seksio sesarea yang disarankan
adalah pada usia gestasi 38 hingga 39 minggu.
16

Pada wanita dengan viral load yang tidak


diketahui, persalinan pervaginam tidak dapat
dilakukan oleh karena risiko terdapatnya viral
load yang tinggi, yang dapat mengakibatkan
penularan HIV pada anak selama proses
persalinan. Persalinan secara perabdominal
diindikasikan oleh ACOG (American
Congress of Obstetricians and Gynecologists)
pada ibu yang belum menerima terapi ART
selama masa antepartum, hanya menerima
ART monoterapi sebelumnya, memiliki viral
load >400 copies HIV RNA/mL, tidak pernah
mengikuti antenatal care sebelumnya, dan
apabila pasien meminta untuk dilakukan
persalinan perabdominal. Rekomendasi oleh
ACOG adalah ibu hamil yang terkonfirmasi
infeksi HIV dengan viral load >400 copies
HIV RNA/mL dapat dilakukan persalinan
perabdominal terjadwal.
BAB IV
KESIMPULAN

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan bayi


terinfeksi HIV. Salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah viral load
(jumlah virus yang ada di dalam darah) ibunya. Risiko penularan lebih tinggi
terjadi pada saat persalinan karena bayi tersentuh oleh darah dan cairan vagina ibu
saat melalui jalan lahir. Intervensi untuk membantu persalinan yang dapat melukai
bayi, misalnya vakum, dapat meningkatkan risiko. Selain itu, penularan HIV pada
bayi juga dapat terjadi melalui air susu ibu yang dikonsumsi oleh bayi. Proses
menyusui merupakan salah satu sumber infeksi potensial bagi bayi dan tidak
dianjurkan di negara-negara maju bagi perempuan yang hidup dengan HIV;
namun, di negara-negara berpkembang, rekomendasinya adalah pemberian ASI
eksklusif terkait dengan mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi akibat diare,
malnutrisi dan pneumonia pada bayi yang diberi susu formula. Jika menyusui
harus dilakukan, maka sebaiknya dilakukan saat nilai viral load minimum dan
pemakaian anti retroviral dilanjutkan sampai bayi disapih (tidak disusui lagi).
Telah dilaporkan suatu kasus dengan triple eliminasi, dengan hasil
pemeriksaan laboratorium pertama yaitu HIV reaktif, sifilis dan Hepatitis B non
reaktif pada ibu dengan usia kehamilan 38-40 minggu (G1P0A0). Pada
pemeriksaan fisik umum dalam batas normal, pemeriksaan obstetrik luar
ditemukan TFU 31 cm, DJJ 145 x/menit dan teratur, HIS (+) . Selanjutnya pasien
akan direncanakan persalinan secara SC.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ruiter A, Taylor GP, Clayden P, Dhar J, Gandhi K. British HIV


association guidelines for the management of HIV infection in pregnant
women. HIV medicine. 2014;15(Suppl. 4):1–77.
2. CDC. HIV Transmission. 2016. [Cited 3 Desember 2021]. Available
from :https://www.cdc.gov/hiv/basics/transmission.html
3. Kourtis AP, Bulterys M. Mother-to-Child Transmission of HIV:
pathogenesis, mechanisms and pathways. Clin Perinatol. 2010;37:721–37.

18
19

19

Anda mungkin juga menyukai