Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

RETENSIO PLASENTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF OBGYN
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh :
Hazma Wildani Hasibuan. S.Ked
2106111054

Preseptor :
dr. Jeri Indrawan, Sp.OG

BAGIAN SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan
kesempatan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul " Retensio Plasenta". Penyusunan laporan kasus ini merupakan pemenuhan
syarat untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian SMF
Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya refarat ini, dengan rasa hormat
dan rendah hati saya sampaikan terimakasih kepada:
1. Pembimbing, dr., Sp.OG atas arahan dan bimbingannya dalam penyusunan
referat ini.
2. Sahabat-sahabat kepaniteraan klinik senior di Bagian SMF Ilmu
Kandungan dan Kebidanan Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara, yang telah membantu dalam
bentuk motivasi dan dukungan semangat.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, saya menyadari bahwa
dalam penyusunan referat ini masih jauh dari sempurna. Saya sangat
mengharapkan banyak kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Aceh Utara, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS...................................................................................2
2.1 Identitas Pasien.................................................................................................2
2.2 Anamnesis.........................................................................................................2
2.2.1 Keluhan Utama......................................................................................2
2.2.2 Keluhan Tambahan...............................................................................2
2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang...................................................................2
2.2.4 Riwayat Persalinan................................................................................2
2.2.5 Riwayat Kontrasepsi.............................................................................3
2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu......................................................................3
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga...................................................................3
2.2.6 Riwayat Kebidanan...............................................................................3
2.2.7 Riwayat ANC........................................................................................3
2.2.8 Riwayat Sosial Ekonomi.......................................................................3
2.2.9 Riwayat Penggunaan Obat....................................................................4
2.3 Pemeriksaan Fisik.............................................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................6
2.5 Diagnosis...........................................................................................................6
2.6 Penatalaksanaan................................................................................................6
2.7 Prognosis...........................................................................................................7
2.8 Follow Up Pasien..............................................................................................7
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
3.1 Retensio Placenta..............................................................................................8
3.1.1 Definisi..................................................................................................8
3.1.2 Epidemiologi.........................................................................................8
3.1.3 Etiologi..................................................................................................9
3.1.4 Patogenesis..........................................................................................10
3.1.5 Diagnosis..............................................................................................11
3.1.6 Tata Laksana.........................................................................................12

ii
3.1.7 Komplikasi..........................................................................................15
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................16
BAB 5 KESIMPULAN........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di


dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan
perdarahan pasca melahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan terbagi
dalam tiga tahap. Pada tahap pertama ibu hamil akan mengalami kontraksi, yang
memicu pembukaan pada leher rahim. Kemudian, ibu hamil memasuki tahap
kedua atau proses persalinan. Pada tahap ini, ibu mulai mendorong bayi keluar
setelah bayi lahir, plasenta akan keluar beberapa menit setelah bayi dilahirkan (1).
Proses keluarnya plasenta ini adalah tahap ketiga atau tahap terakhir.
Plasenta tidak keluar didalam rahim bahkan hingga lewat dari 30 menit.adalah
organ yang terbentuk didalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini
berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta membuang
limbah sisa metabolisme dari darah. Retensio plasenta dapat menyebabkan
perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%)
kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43% (2).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 810 wanita
meninggal dunia karena komplikasi kehamilan atau persalinan diseluruh dunia
setiap harinya. Antara tahun 2000 dan 2017, rasio kematian ibu turun sekitar 38%
diseluruh dunia. Pada tahun 2017 kematian ibu diperkirakan 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu
dinegara berkembang pada tahun 2017 adalah 462/100.000 kelahiran hidup
dibanding 11/100.000 kelahiran hidup dinegara maju. Dilaporkan bahwa 15 - 20%

kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8 sampai 1,2%
untuk setiap kelahiran (3,4).
Tingginya angka kematian ibu akibat retensio placenta menunjukkan
pentingnya pengetahuan dan penatalaksanaan yang cepat dan tepat untuk

1
menghindari komplikasi pada ibu. Berdasarkan latar belakang ini lah penulis
membuat laporan kasus Retensio Placenta
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Suryani
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Rekam Medis : 01.41.08
Tanggal Masuk : 18 Mei 2022
Tanggal Lahir : 15 Juli 1996
Usia : 25 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah (Istri)
Suku : Aceh
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Lam Juhang, Kec. Lhong, Aceh Utara
Golongan Darah : AB

2.2 Anamnesis

2.2.1 Keluhan Utama

Ari-ari tertinggal

2.2.2 Keluhan Tambahan

Keluar darah dari vagina, nyeri perut, pusing.

2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien perempuan berusia 25 tahun datang ke RSUD Cut Meutia dengan


keluhan ari-ari tertinggal setelah melakukan persalinan sebelumnya pada pukul
22.00 WIB. Keluhan disertai keluar darah melalui vgina, nyeri perut dan pusing.

2
2.2.4 Riwayat Persalinan

Pasien sudah pernah melakukan persalinan sebanyak 3 kali dan tidak


pernah mengalami abortus (P3A0).

2.2.5 Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak sedang menggunakan kontrasepsi dan pernah kontrasepsi


dalam bentuk pil (hormonal).

2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu

1. Hal yang serupa : (-)


2. Riwayat darah tinggi : (-)
3. Riwayat kejang di kehamilan sebelumnya : (-)
4. Riwayat asma : (-)
5. Riwayat kencing manis (DM) : (-)
6. Riwayat penyakit jantung : (-)
7. Riwayat operasi : (-)
8. Riwayat HIV : (-)
9. Riwayat perdarahan ante-post partum : (-)
2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Tidak terdapat anggota keluarga
yang mengalami keluhan dan gejala yang sama dengan pasien.

2.2.6 Riwayat Kebidanan

Menarche : 10 tahun
Haid : Teratur
Siklus : Teratur (28 – 30 hari)
Lama Haid : 3 – 7 Hari
Dismenorrhea : Haid hari pertama

2.2.7 Riwayat ANC

Selama kehamilan, pasien melakukan pemeriksaan kehamilan di Posyandu


sebanyak 3 kali pada tiap trimester.

3
2.2.8 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan.
Sumber penghasilan keluarga berasal dari suami pasien penghasilan Rp
500.000,00. – Rp 1.000.000,00. per bulan. Biaya pengobatan ditanggung oleh
BPJS.

2.2.9 Riwayat Penggunaan Obat

Pasien tidak pernah mengonsumsi obat – obatan tertentu. Pasien hanya


mengonsumsi obat seperti paracetamol yang dibeli di warung.

2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda fisik :
GCS : E4V5M6
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Baik
Heart Rate : 83 kali per menit
Respiratory rate : 20 kali per menit
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Suhu : 36oC
SpO2 :
98%

2. Status gizi :
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 145 cm
Indeks masa tubuh : 23,80 kg/m2

3. Status Generalis
Kulit
1. Warna : Sawo matang
2. Turgor : Normal
3. Sianosis : Tidak ada
4. Ikterus : Tidak ada

4
5. Oedema : Tidak ada
6. Anemia : Tidak ada
Kepala
1. Rambut : Hitam, distribusi merata
2. Wajah : Simetris, tidak dijumpai deformitas dan oedema
3. Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+).
4. Telinga : Sekret (-/-), darah (-/-)
5. Hidung : Deviasi septum (-/-), sekret (-/-)
6. Mulut : Bibir pucat (-)
Leher
1. Inspeksi : Simetris
2. Palpasi : Pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-)
Thoraks
1. Paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak dada simetris kiri-kanan, tidak
ada retraksi
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, nyeri tekan (-), massa (-)
c. Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
d. Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

2. Jantung
a. Inspeksi : Bentuk dada normal, gerak simestris, ictus cordis tidak
terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi : Batas jantung normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk abdomen normal
b. Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba
c. Perkusi : Timpani

5
d. Auskultasi : Peristaltik usus normal
Ekstremitas : Akral hangat

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium tanggal 18 Mei 2022


Nama Test Hasil Test Nilai Normal
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) 11.64 12.0-16.0 g/dl
Eritrosit (RBC) 3.80 4.5-6.5 juta/uL
Hematokrit (HCT) 31.50 37.0-47.0 %
MCV 82.87 79-99 fL
MCH 29.72 27.0-31.2 pg
MCHC 34.66 33.0-37.0 g/dl
Leukosit (WBC) 21.71 4.0-11.0 ribu/uL
Thrombosit (PLT) 201 150-450 ribu/uL
RDW-CV 10.89 11.5-14.5%
Golongan darah AB
Glukosa Darah
Gula Stik 118 70-125 mg/dl

2.5 Diagnosis

Retensio Placenta

2.6 Penatalaksanaan

Tata Laksana di Ponek :


 Manual Placenta
 IVFD RL 20 gtt/i
 Drip Oksitosin 1 ampul
 Metargin 1 amp
 Inj. Cefotaxime 1 gr/12 j
 Inj. Rantidin/12 j
 Inj. Ketorolac/8 jam
Tata laksana Ruangan :

6
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
Inj. Ranitidine 1Amp/12jam
Inj. Ketorolac 1Amp/8jam

2.7 Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam

2.8 Follow Up Pasien

Tanggal SOAP Terapi


18/5/2022 S/ Nyeri perut, ari-ari tertinggal -Manual Placenta
O/ -IVFD RL 20 gtt/i
GCS : E4M6V5 -Drip Oksitosin 1 ampul
TD : 90/60 mmHg -Metargin 1 amp
HR : 83 x/menit -Inj. Cefotaxime 1 gr/12 j
RR : 22x/menit -Inj. Rantidin/12 j
T : 36oC -Inj. Ketorolac/8 jam
SpO2 : 98%
A/ Retensio Placenta
P/ Manual plasenta
19/5/2022 S/ Pasien cemas dengan keadaan IVFD RL 20 tetes/menit
nya Inj. Ranitidine 1Amp/12 jam
O/ Inj. Ketorolac 1Amp/8 jam
TD : 110/80 mmHg
HR : 101x/menit
RR : 21x/menit
T : 36oC
SpO2 : 99%
A/ Retensio Placenta
P/ -
20/05/2022 S/ Keadaan umum membaik Cetirizine tab 2x1
O/ Ranitidin 3x1
TD : 120/75 mmHg Asam mefenamat 3x1
HR : 82x/menit Methylprednisolon 3x1
RR : 19x/menit
T : 36.3oC

7
SpO2 : 99%
A/ Retensio Placenta
P/ PBJ

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Retensio Placenta

3.1.1 Definisi

Retensio Plasenta adalah kondisi tertahannya atau belum lahirnya plasenta


selama 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan
oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila sebagian kecil plasenta
masih tertinggal dalam uterus dan dapat menimbulkan perdarahan post partum
primer atau lebih sering sekunder. Proses kala III didahului dengan tahap
pelepasan atau separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara
pelepasan Duncan) atau plasenta sudah lepas tetapi tidak keluar pervaginam (cara
pelepasan Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir. Sebagian
plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak
(perdarahan kala tiga) dan harus diantisipasi dengan segera melakukan manual
plasenta, meskipun kala uri belum lewat setengah jam. Pada beberapa kasus dapat
terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta) (1).

3.1.2 Epidemiologi

Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan


merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan
di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43% (5).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), sekitar 810 wanita
meninggal dunia karena komplikasi kehamilan atau persalinan diseluruh dunia

8
setiap harinya. Antara tahun 2000 dan 2017, rasio kematian ibu turun sekitar 38%
diseluruh dunia. Pada tahun 2017 kematian ibu diperkirakan 295.000 wanita
meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan. Rasio kematian ibu
dinegara berkembang pada tahun 2017 adalah 462/100.000 kelahiran hidup
dibanding 11/100.000 kelahiran hidup dinegara maju. Dilaporkan bahwa 15 - 20%

kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8 sampai 1,2%
untuk setiap kelahiran (3,6).

3.1.3 Etiologi

Penyebab retensio plasenta (7,8) :


 His kurang kuat (Penyebab terpenting).
 Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya
(Plasenta membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang
sangat kecil).
 Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas disebut plasenta
adhesiva.
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya retensio adalah umur,
paritas, uterus terlalu besar, jarak kehamilan yang pendek, dan sosial
ekonomi. Selain itu pendidikan, riwayat komplikasi persalinan, dan
status anemia juga menjadi faktor risiko retensio plasenta (9,10).
Retensio Plasenta diklasifikasikan sebagai (2) :
1. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.

9
4. Plasenta Perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5. Plasenta Inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

Menurut American Pregnancy Association, Retensio placenta dibedakan menjadi


(11) :
1. Placenta Adherens, terjadi ketika kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk
mengeluarkan plasenta sepenuhnya. Hal ini menyebabkan plasenta tetap
longgar menempel pada dinding rahim. Ini adalah jenis retensi plasenta
yang paling umum.
2. Trapped Placenta, terjadi ketika plasenta berhasil terlepas dari dinding
rahim tetapi gagal dikeluarkan dari tubuh wanita itu dianggap sebagai
plasenta yang terperangkap. Ini biasanya terjadi sebagai akibat dari
penutupan serviks sebelum plasenta dikeluarkan. Plasenta yang
terperangkap tertinggal di dalam rahim.
3. Plasenta Akreta, terjadi ketika plasenta menempel pada dinding otot
rahim, bukan pada lapisan dinding rahim. Persalinan menjadi lebih sulit
dan sering mengakibatkan perdarahan hebat. Transfusi darah dan bahkan
histerektomi mungkin diperlukan.

3.1.4 Patogenesis

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium


sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area
plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari
dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat
berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan
membantu pemisahan. Kontraksi uterus selanjutnya juga membantu melepaskan
plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran

10
selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. Adanyan gangguan pada proses
ini dapat menyebabkan terjadinya retensio plasenta (2).

Gambar : Pathway Retensio Plasenta

3.1.5 Diagnosis

Tanda dan gejala dari retensio plasenta yaitu (8):


1. Terjadinya perdarahan segera
2. Uterus tidak berkontraksi
3. Tinggi Fundus Uteri tetap atau tidak berkurang
4. Plasenta belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir.
Tanda dan gejala kadang – kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjut.

11
3.1.6 Tata Laksana

Gambar 2.2 : Alur penatalaksanaan Retensio Plasenta


Plasenta yang belum lahir dalam 30 menit harus segera dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan dan dapat menyebabkan infeksi karena
dianggap benda asing. Dalam prakteknya bidan mempunyai kewenangan-
kewenangan dan kompetensi untuk melakukan prosedur plasenta. Adapun teknik
manual placenta yaitu (12,13) :
a. Manual plasenta
Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya
keluar dari kavum uteri. Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari
tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri
secara manual. Arti dari manual disini adalah dengan menggunakan tangan,
dimana tangan dari penolong persalinan akan dimasukkan langsung ke dalam
kavum uter. Dalam melakukan prosedur plasenta manual harus diperhatikan

12
tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding
uterus, infeksi dan inversio uteri.
Prosedul Manual Plasenta dengan perdarahan >500cc, maka perlu
langsung melakukan plasenta manual.
a) persiapan
1. Memasang infusan (2)Berikan 20-40 IU oksitosin dalam 1000ml
larutan NaCl 0.9% atau ringer laktat dengan kecepatan 60
tetes/menit dan 10 IU IM.
2. Menjelskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan (4)Melakukan
anastesi verbal/analgesic per rektal
3. Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
b) Teknik plasenta manual :
1. Alat kemaluan bagian luar pasien didisinfeksi begitu pula tangan
dan lengan bawah si penolong.
2. Pakai sarung tangan.
3. Lakukan kateterisasi kandung kemih untuk mengosongkan
kandung kemih.
4. Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
5. Secara obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan ke
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian
bawah.
6. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk
memegang kocher, kemudian tangan lain penolong menahan
fundus uteri.
7. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
8. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke pangkal jari telunjuk)
c) Melepas plasenta dari dinding uterus
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.

13
(a) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di
sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah
(posterior ibu)
(b) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali
pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior
ibu)
2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus,
maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan
dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga perlekatan plasenta
terlepas dari dinding uterus.
d) Mengeluarkan plasenta.
(1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
(2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya
percikan darah)
(3) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis)
uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan
plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.
e). Pencegahan infeksi pasca tindakan
(1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan
(2) Lepaskan dan rendam sarung tangan serta peralatan lainnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
(3) Cuci tangan.

14
3.1.7 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada retensio plasenta yaitu (14) :
1. Atonia Uteri, keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
2. Ruptur Uteri, yaitu robekan dinding rahim akibat dilampauinya
daya regang myometrium
3. Inversio Uteri, keadaan dimana lapisan uterus (endometrium) turun
dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat
inkomplit sampai komplit

15
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis diketahui pasien datang dengan keluhan ari-
ari tidak keluar setelah kurang lebih 30 menit pasca melahirkan di praktek bidan
mandiri. Keluhan disertai keluar darah dari vagina dan nyeri perut. Pasien
kemudian dibawa ke RS Cut Meutia ke bagian IGD Ponek. Sesampai di ponek
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan menstabilkan kondisi pasien dengan
pemasangan infus RL 20 gtt/i. selanjutnya dilakukan tindakan manual plasenta
atas indikasi retensio plasenta. Menurut kondisi dan keadaan pada pasien maka
pasien di diagnosiskan mengalami Retensio plasenta. Berdasarkan teori, retensio
plasenta disebabkan oleh his kurang kuat (Penyebab terpenting), plasenta sukar
terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya (Plasenta
membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil) dan
plasenta yang sukar lepas karena penyebab tersebut disebut sebagai plasenta
adhesiva.
Ditinjau dari umur pasien, dapat dikategorikan dalam umur yang tidak
terlalu beresiko untuk mengalami retensio plasenta. Faktor usia berpengaruh
terhadap faktor power dan passage dalam kaitannya dengan fungsi dan morfologi
sistem reproduksi. Retensio plasenta pada ibu bersalin juga dapat dipengaruhi
oleh usia ibu. Usia kehamilan yang berisiko adalah <20 tahun dan > 35 tahun.
Faktor usia yaitu karena kehamilan di usia <20 tahun secara biologis organ
reproduksinya masih belum matang. Ditinjau dari paritas, pasien sudah menjalani
persalinan sebanyak 3 kali dan termasuk kedalam multipasra. Multipara adalah
seorang wanita yang telah menyelesaikan dua atau lebih kehamilan hingga
viabilitas. Semakin sering ibu melahirkan maka elastisitas uterus akan semakin
terganggu, sehinga risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan akan semakin
tinggi.

16
Retensio plasenta dapat ditegakkan setelah memenuhi kriteria dimana
plasenta tidak lahir. Jika dilihat pada kondisi pasien diketahui bahwa pasien
datang ke rumah sakit dengan keluhan plasenta belum lahir selama kurang lebih
30 menit setelah bayi lahir. Selain itu keluhan disertai dengan perdarahan pada
vagina dan nyeri perut. Adapun tatalaksana yang diberikan kepada pasien yaitu
IVFD RL 20 gtt/I, kemudian diberikan Drip Oksitosin 1 ampul dan Metargin 1
ampul untuk memperbaiki kontraksi uterus ibu. Pasien juga dilakukan manual
plasenta untuk mengeluarkan plasenta dari uterus. Kemudian diberikan Inj.
Cefotaxime 1 gr/12 j, Inj. Rantidin/12 j dan Inj. Ketorolac/8 jam. Kondisi pasien
membaik dan kemudian diperbolehkan pulang setelah kondisinya stabil.

17
BAB 5
KESIMPULAN
Retensio Plasenta adalah kondisi tertahannya atau belum lahirnya plasenta
selama 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum
lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan
oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Bila sebagian kecil plasenta
masih tertinggal dalam uterus dan dapat menimbulkan perdarahan post partum
primer atau lebih sering sekunder. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
retensio adalah umur, paritas, uterus terlalu besar, jarak kehamilan yang
pendek, dan sosial ekonomi. Selain itu pendidikan, riwayat komplikasi
persalinan, dan status anemia juga menjadi faktor risiko retensio plasenta
Plasenta yang belum lahir dalam 30 menit harus segera dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan dan dapat menyebabkan infeksi karena
dianggap benda asing. Pengeluaran plasenta dapat dilakukan dengan cara manual
plasenta. Selain itu juga dilakukan beberapa tindakan untuk menstabilkan kondisi
ibu dan obat untuk memperbaiki kontraksi. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat
mampu menghasilkan prognosis yang baik pada pasien.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Perlman NC, Carusi DA. Retained placenta after vaginal delivery: risk
factors and management. Int J Womens Health [Internet]. 2019 Oct
7;11:527–34. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31632157

2. Syalfina A, Priyanti S, Irawati D. Manajemen Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Dengan Retensio Plasenta. J Manaj Kesehat Yayasan RSDr Soetomo. 2021
Oct 30;7:150.

3. Gulmezoglu M, Souza JP, Chou D, Hill S, Mathai M, Abalos E. WHO


guidelines for the management of postpartum haemorrhage and retained
placenta. 2009;1–62. Available from:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/44171/9789241598514_en
g.pdf;jsessionid=35589E36A4C915F2AFF7840C35CA2E1E?sequence=1

4. Franke D, Zepf J, Burkhardt T, Stein P, Zimmermann R, Haslinger C.


Retained placenta and postpartum hemorrhage: time is not everything. Arch
Gynecol Obstet [Internet]. 2021;304(4):903–11. Available from:
https://doi.org/10.1007/s00404-021-06027-5

5. Kurniawan A. Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016. 103 p.

6. Cheung WMC, Hawkes A, Ibish S, Weeks AD. The retained placenta:


Historical and geographical rate variations. J Obstet Gynaecol (Lahore)
[Internet]. 2011 Jan 1;31(1):37–42. Available from:
https://doi.org/10.3109/01443615.2010.531301

7. Sastrawinata S. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC; 2005.

8. Weeks AD. The retained placenta. Best Pract Res JournalGynaecology


[Internet]. 2008;22(6):1103–17. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.bpobgyn.2008.07.005

19
9. Misnawati, A. dan R. Analisis Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta
pada Ibu Bersalin di RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone. Indones J Heal
Promot. 2021;2(2):192–9.

10. Coviello EM, Grantz KL, Huang C-C, Kelly TE, Landy HJ. Risk factors
for retained placenta. Am J Obstet Gynecol. 2015 Dec;213(6):864.e1-
864.e11.

11. American Pregnancy Association. Retained Placenta [Internet]. American


Pregnancy Association. 2021 [cited 2022 May 26]. Available from:
https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/labor-and-birth/retained-
placenta/

12. Robert. Retained Placenta Management. J Obstet Gynecol. 2018


864.e11.2018;(June).

13. Cummings K, Doherty DA, Magann EF, Wendel PJ, Morrison JC. Timing
of manual placenta removal to prevent postpartum hemorrhage: is it time to
act? J Matern Neonatal Med [Internet]. 2016 Dec 16;29(24):3930–3.
Available from: https://doi.org/10.3109/14767058.2016.1154941

14. Shinar S, Anteby M, Many A. Short and long term complications of


retained placenta after vaginal delivery. Am J Obstet Gynecol [Internet].
2017;216(1):S416.

20

Anda mungkin juga menyukai