Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS UJIAN

G2P1A0, 27 TAHUN, HAMIL 41 MINGGU J1HIU


PRESKEP BELUM INPARTU DENGAN
POSTDATE

Disusun oleh:
Izzati Saidah, S. Ked
030.13.234

Pembimbing:
dr. Jaenudin, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI &


PENYAKIT GINEKOLOGI
RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL
PERIODE 23 Maret – 2 Juni 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ujian yang berjudul:


“G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu
J1HIU Preskep Belum Inpartu Dengan Postdate”

Yang disusun oleh:


Izzati Saidah
030.13.234

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing:


dr. Jaenudin, Sp.OG

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Penyakit Ginekologi
Periode 23 Maret – 2 Juni 2018

Slawi, 31 Mei 2018


Pembimbing

dr. Jaenudin, Sp.OG

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ujian yang
berjudul “G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu J1HIU Preskep Belum Inpartu
Dengan Postdate” pada kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Penyakit
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Jaenudin, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga laporan kasus ujian ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap laporan kasus ujian ini dapat menambah pengetahuan dan
memahami lebih lanjut mengenai “G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu J1HIU
Preskep Belum Inpartu Dengan Postdate” serta salah satunya untuk memenuhi
tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Penyakit
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ujian ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.

Slawi, 31 Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................................... 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 19


3.1 Pengertian Kehamilan ............................................................................................ 19
3.2 Kehamilan Postdate ............................................................................................... 19
3.2.1 Pengertian Kehamilan Postdate................................................................... 19
3.2.2 Etiologi Postdate ......................................................................................... 19
3.2.3 Patofisiologi Postdate .................................................................................. 21
3.2.4 Diagnosis Postdate ...................................................................................... 24
3.2.5 Tatalaksana Postdate ................................................................................... 27
3.2.6 Komplikasi Postdate.................................................................................... 32

BAB IV ANALISIS KASUS ......................................................................................... 34

BAB V KESIMPULAN ................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari


Pertama Haid Terakhir ( HPHT ). Post date merupakan kehamilan dalam jangka
waktu > 40 minggu sampai dengan 42 minggu. Kehamilan lewat tanggal atau
postdate merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat
terjadi komplikasi pada ibu dan janin.(1) Pada kehamilan ini mempunyai hubungan
erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal, atau makrosomia. Sementara itu
resiko bagi ibu dengan kehamilan postdate dapat berupa partus lama, inersia uteri,
dan perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetric yang menigkat.(2)

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kehamilan postterm


sebagai kehamilan yang berlangsung sampai atau lebih dari 42 minggu (294
hari).(5) Proporsi kelahiran yang terjadi pada usia kehamilan 41 minggu meningkat
secara signifikan dari 11,9% pada tahun 1980 menjadi 16,3% pada tahun 1995,
dan proporsi kelahiran yang terjadi pada usia kehamilan 42 minggu atau lebih
menurun secara signifikan dari 7,1% pada tahun 1980 menjadi 2,9% pada tahun
1995.(6)

Penentuan usia kehamilan menjadi salah satu pokok penting dalam


penegakan diagnosa kehamilan postterm. Informasi yang tepat mengenai lamanya
kehamilan marupakan hal yang penting karena semakin lama janin berada di
dalam uterus maka semakin besar pula resiko bagi janin ataupun neonatus untuk
mengalami gangguan yang berat.(3) Diagnosa kehamilan postterm berdasarkan
hari pertama haid terakhir (HPHT) hanya memiliki tingkat akurasi ±30 persen.(4)
Dengan adanya pemeriksaan ultrasonografi (USG) maka usia kehamilan dapat
ditentukan lebih tepat. Pemeriksaan USG trimester pertama harus dilakukan,
idealnya antara 11 dan 14 minggu, untuk semua ibu hamil, karena ini adalah

1
penilaian usia kehamilan yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan
berdasarkan HPHT.(6)

Cara mengakhiri kehamilan pada postdate adalah dengan menilai bishop


scor, bishop scor merupakan suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan
responsnya terhadap suatu induksi persalinan. Lima kondisi yang dinilai adalah
pembukaan, pendataran, penurunan kepala janin, konsistensi, dan posisi.(2)

Sampai saat ini, pengelolaan kehamilan postterm masih belum memuaskan


dan masih banyak perbedaan pendapat. Masalah lain penatalaksanaan kasus
kehamilan postterm adalah karena pada sebagian besar pasien saat kehamilan
mencapai 42 minggu, didapatkan serviks belum matang/unfavourable dengan skor
Bishop yang rendah sehingga tingkat keberhasilan induksi menjadi rendah.
Sementara itu, persalinan yang berlarut-larut akan sangat merugikan bayi
postmatur. Oleh sebab itu, masih menjadi kontroversi sampai saat ini apakah pada
kehamilan postterm langsung dilakukan terminasi/induksi atau dilakukan
penanganan ekspektatif sambil dilakukan pemantauan kesejahteraan janin.(3)

2
BAB II
LAPORAN KASUS

STATUS UJIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SMF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SOESELO KABUPATEN TEGAL

Nama Mahasiswa : Izzati Saidah


NIM : 030.13.234
Dokter Pembimbing : dr. Jaenudin, Sp. OG

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT
Alamat : Dukuhmaja RT/RW 01/06
Tanggal masuk RS : 23-5-2018 Tanggal keluar RS : 25-5-2018

I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Ponek pada tanggal
23 Mei 2018 pukul 13.00 WIB.

a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Ruang PONEK RSUD Dr. Soeselo tanggal 23 Mei
2018 pukul 13:00 kiriman dari Poliklinik Kandungan dengan keluhan
hamil lewat tanggal.

3
b. Keluhan Tambahan

Pasien belum merasakan kenceng-kenceng atau perut mulas dan belum


keluar lendir darah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Ponek RSUD DR Soeselo pada hari Rabu, 23 Mei
2018, pukul 13:00 WIB kiriman dari Poliklinik Kandungan dengan
keluhan hamil lewat tanggal. Pasien belum merasakan kenceng-kenceng
atau perut mulas dan belum keluar lendir darah.
Pada hari Rabu, 23 Mei 2018, pasien datang ke Puskesmas untuk
kunjungan ANC karena sudah melebihi hari perkiraan lahir (HPL) tetapi
belum ada tanda-tanda mau melahirkan. Di Puskesmas, pasien dirujuk ke
Poliklinik Kandungan RSUD Dr. Soeselo untuk memastikan usia
kehamilan dan keadaan kandungannya.
Pasien ragu dengan tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), pasien
mengaku HPHT tanggal 13 Agustus 2017. Berdasarkan HPHT, usia
kehamilannya sekarang 40 minggu 4 hari dan tanggal HPL 20 Mei 2018.
Di Poliklinik Kandungan RSUD Dr. Soeselo, pasien dilakukan
pemeriksaan USG. Dari hasil pemeriksaan tersebut dokter menganjurkan
untuk mengakhiri kehamilan dengan cara dipacu dengan obat.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat DM, HT, asma, TB, jantung, ginjal, liver, alergi (makanan,
cuaca, obat-obatan), trauma, ISK, ginekolog disangkal.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat DM, HT, asma, TB, jantung, dan alergi (makanan, cuaca, obat-
obatan) dalam keluarga pasien disangkal.
- Riwayat kehamilan serotinus dalam keluarga disangkal.

4
f. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 12 tahun, lama menstruasi 7 hari dan
teratur. Jumlah darah selama menstruasi sekitar 60 cc dan pasien
mengganti pembalut 2x sehari, disminorhea disangkal. Hari pertama haid
terakhir pasien jatuh pada tanggal 13 Agustus 2018.

g. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada usia 20 tahun. Dimana ini merupakan
pernikahan pertama, dengan usia perikahan 6 tahun.

h. Riwayat Obstetri
Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua pasien.

i. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi.

j. Riwayat ANC
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 13
kali di bidan dan puskesmas dan belum pernah ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan. Pasien pernah mendapatkan imunisasi TT
sebanyak 1 kali dan belum pernah melakukan pemeriksaan USG.

k. Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 3-4 kali sehari. Pasien juga sering makan buah-buahan,
biskuit, dan makanan ringan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan,
alkohol, dan jamu, serta tidak merokok.

l. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal serumah dengan suami dan orang tua. Suami pasien bekerja
sebagai wiraswasta.

5
m. Riwayat Dirawat dan Operasi
Pasien tidak pernah dirawat maupun operasi di Rumah Sakit.

II. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 23 Mei 2018 di Ruang PONEK
RSUD Dr. Soeselo pukul 13:15 WIB.

Keadaan Umum : Baik


Sikap : Kooperatif
Kesadaran : Composmentis
Antropometri
BB: 70 kg, TB: 158 cm, IMT: 28,11 kg/m2
Kesan gizi: Obesitas
Tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 X/menit
- Pernafasan : 20 X/menit
- Suhu : 36,8°C
- SPO2 : 99%

STATUS GENERALIS
1. Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
2. Kepala : normosefali, bentuk normal, rambut hitam dengan distribusi
merata
3. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
gerakan normal, refleks cahaya (+/+)
4. Telinga : normotia, sekret (-), darah (-), nyeri tarik helix (-), nyeri tekan
tragus (-)
5. Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), edema mukosa (-),
napas cuping hidung (-)
6. Mulut

6
- Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
- Mulut : oral hygiene baik
- Lidah : bentuk normal, simetris, hiperemis (-), deviasi (-)
- Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran normal
- Faring : hiperemis (-)
- Tonsil : T1-T1 tenang
7. Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid (-),
JVP 5+2cm
8. Thorax
- Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (+), tipe
pernapasan thorako-abdominal, ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : vocal fremitus dx = sin, ictus cordis ±1 cm di ICS VI linea
midclavicularis sin
- Perkusi : paru sonor (+/+), batas jantung kanan: ICS IV linea
parasternal dextra, batas jantung kiri: ICS VI ± 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra, batas atas jantung: ICS II linea parasternalis
sinistra, pinggang jantung: ICS III ± 1 cm lateral linea parasternal sinistra
- Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-),
S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
9. Abdomen
- Inspeksi : dinding perut tegang, bekas luka operasi (-), striae
gravidarum (+)
- Auskultasi : bising usus 3x/menit
- Palpasi : supel, pembesaran organ (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
10. Ekstremitas
- Atas : akral hangat, CRT <2”, deformitas (-), oedem -/-
- Bawah : akral hangat, CRT <2”, deformitas (-), oedem -/-

STATUS OBSTETRI
- Inspeksi : Luka bekas operasi (-)

7
- Palpasi
Leopold I : TFU 33 cm, bagian fundus teraba bagian bulat, lunak, berbenjol
benjol
Leopold II : Teraba agak rata, keras seperti papan dibagian kiri, teraba bagian
kecil lunak di bagian kanan.
Leopold III : Teraba bagian keras, bulat, melenting di bagian bawah
Leopold IV : Penurunan kepala 1/5
- Taksiran berat janin : (33-11) x 155 = 3.410 gram
- Auskultasi : DJJ 140 X/menit, teratur
- His : (-)

STATUS GINEKOLOGI
 Vagina Toucher :
- Pembukaan serviks : 0 cm
- Pendataran serviks : 0%
- Penurunan kepala : Hodge I
- Konsistensi serviks : Tebal dan Lunak
- Posisi serviks : Posterior

STATUS OBSTETRI POST PARTUM


Dilakukan Vacum Ekstraksi pada tanggal 24 Mei 2018 di Ruang Ponek RSUD Dr.
Soeselo pukul 14.10 WIB. Bayi dikeluarkan secara Vacum Ekstraksi kurang dari
10 menit, plasenta lahir secara spontan, kotiledon lengkap, dilakukan eksplorasi
tidak terdapat jaringan yang tertinggal, dan kontraksi uterus baik.

STATUS GINEKOLOGI POST PARTUM


1. Genitalia
Perineum ruptur grade II dengan perdarahan aktif, vulva tidak tampak edema.
2. Inspekulo
Tampak darah pervaginam, Lokhea Rubra dengan volume darah ± 100cc.

8
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal: 23 Mei 2018, Pukul 16:56
Nama test Hasil Unit Nilai
rujukan
Hematologi
Leukosit 11,3 ribu/uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4,4 juta/uL 3.8 – 5.2
Hemoglobin 13,0 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 36 % 35 – 47
MCV 82 fL 80 – 100
MCH 29 Pg 26 – 34
MCHC 36 g/dL 32 – 36
Trombosit 345 ribu/uL 150 – 400
Diff count:
Eosinofil 0,5 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Netrofil 77,90 % 50 – 70
Limfosit 15,70 % 25 – 40
Monosit 5,7 % 2–8
MPV 9,4 fL 7.2 – 11.1
RDW-SD 38,4 fL 35.1 – 43.9
RDW-CV 12,8 % 11.5 – 14.5
Golongan darah B
Rhesus Positif

Urin
Protein Urine Negatif Negatif
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

9
IV. RESUME

Pasien datang ke PONEK RSUD DR Soeselo pada hari Rabu, 23 Mei 2018,
pukul 13:00 WIB dirujuk dari puskesmas dengan postterm. Pasien ragu dengan
tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), pasien mengaku HPHT tanggal 13
Agustus 2017. Berdasarkan HPHT, usia kehamilannya sekarang 40 minggu 4 hari
dan tanggal HPL 2 Mei 2018. Di Poliklinik Kandungan RSUD Dr. Soeselo,
pasien dilakukan pemeriksaan USG dan dokter menganjurkan untuk mengakhiri
kehamilan dengan cara dipacu dengan obat.
Riwayat DM, HT, jantung, ginjal, liver, alergi disangkal. Pasien menikah
pertama kali pada usia 20 tahun, dimana ini merupakan pernikahan pertama,
dengan usia perikahan 6 tahun dan sudah mempunyai 1 orang anak. Anak pertama
lahir hidup dengan persalinan spontan dan berat lahir 3 kg. Riwayat kehamilan
serotinus pada anak pertama disangkal.
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 13 kali di
bidan dan puskesmas. Pasien pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali
dan belum pernah melakukan pemeriksaan USG.
Pasien tampak baik dengan kesadaran composmentis. Tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 X/menit, pernafasan 20 X/menit, dan suhu 36,8°C, SPO2 99%.
Berat badan pasien 70 kg dan tinggi badan pasien 158 cm, didapatkan IMT
sebesar 28,11 kg/m2 dengan kesan gizi berat badan lebih. Pada pemeriksaan status
generalis didapatkan conjungtiva tidak anemis, pada pemeriksaan jantung dan
paru dalam batas normal. Pemeriksaan obstetrik didapatkan TFU 33 cm,
presentasi kepala, punggung kiri, bagian terbawah sudah masuk PAP. Taksiran
berat janin 3410 gram, DJJ 140 X/mnt teratur, His tidak ada. Pada pemeriksaan
vaginal toucher ditemukan dilatasi serviks 0 cm, pendataran serviks 0%,
penurunan kepala Hodge I, konsistensi portio tebal dan lunak, posisi serviks
posterior.
Pada pemeriksaan laboratorium 23 Mei 2018 pukul 16:56 didapatkan dalam
batas normal, yaitu Leukosit : 11,3 ribu/uL, Hb 13,0 g/dL, Trombosit 345 ribu/uL,
dan HbSAg Non- reaktif.

10
V. DIAGNOSIS
 Diagnosis Masuk
G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu J1HIU Preskep Belum Inpartu
dengan Postdate

 Diagnosis Akhir
P2A0, 27 Tahun Pasca Ekstraksi Vacum ec kala II tidak maju dengan
postdate dan post induksi gastrul dan oxytocin

VI. PENATALAKSANAAN
Sikap Obstetri
 Akhiri kehamilan dengan priming misoprostol 25 Microgram atau Gastrul
1/8 fp.

Tatalaksana Medikamentosa
 VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI, pendataran 0%,
posisi posterior. Pada keadaan ini diberikan Misoprostol 25 mikrogram FP
(ke-1) jam 14.00
 VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI, pendataran 0%,
posisi posterior. Pada keadaan ini diberikan Misoprostol 25 mikrogram FP
(ke-2) jam 22.00
 VT: Ø 2cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-I, pendataran 0%,
posisi posterior. Pada keadaan ini diberikan Drip Oxytocin 5 IU jam 10.
Tatalaksana Non-Medikamentosa
 Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s ring sign, dan tanda
inpartu

VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

11
VIII. FOLLOW UP
VK 2 PONEK, 23 Mei 2018 (jam 13:00) VK 2 PONEK, 23 Mei 2018 (jam 13:00)
S Pasien kiriman dari Poli Kandungan dengan keluhan Advice Sp.OG:
hamil lewat tanggal. Gerakan janin (+).  Akhiri kehamilan dengan priming misoprostol 25 mikrogram
 IVFD RL 20 tpm
 Cek darah rutin dan protein urin
 Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s ring
sign, Tanda inpartu
O Kesadaran: Composmentis
TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC
TFU: 33 cm DJJ : 140 X/menit
His: (-)
VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI,
pendataran 0%, posisi posterior
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep belum inpartu dengan postdate
P  IVFD RL 20 tpm
 Misoprostol 25 mikrogram FP (ke-1) jam 14.00

12
VK 2 PONEK, 23 Mei 2018 (jam 22:00) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 08:30)
S Kencang-kencang jarang. Gerak janin (+) Kencang-kencang (+). Gerak janin (+)
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 100/70 mmHg, P: 20 X/menit TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 78 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 140 X/menit TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit
His: 1x10’x10’’ His: 2x10’x20’’
VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI, VT: Ø 2cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI,
pendataran 0%, posisi posterior pendataran 0%, posisi posterior
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep inpartu
belum inpartu dengan postdate dengan postdate
P  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s
ring sign, dan tanda inpartu ring sign
 IVFD RL 20 tpm  IVFD RL 20 tpm
 Misoprostol 25 mikrogram FP (ke-2)

13
VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 10:00) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 11:00)
S Kencang-kencang mulai sering. Gerak janin (+) Kencang-kencang sering. Gerak janin (+)
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 110/80 mmHg, P: 20 X/menit TD: 120/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 80 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit TFU: 34 cm DJJ : 144 X/menit
His: 2x10’x20’’ His: 3x10’x20’’
VT: Ø 2cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-I, VT: Ø 4cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-I
pendataran 0%, posisi posterior
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep inpartu
inpartu dengan postdate dengan postdate
P  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s
ring sign ring sign
 IVFD RL 20 tpm  IVFD RL 20 tpm
 Drip Oksitosin 5 IU (botol ke-1)

14
VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 11:30) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 12:30)
S Kencang-kencang mulai sering, gerak janin (+) Kencang-kencang semakin sering, gerak janin (+)
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 120/80 mmHg, P: 20 X/menit TD: 120/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 80 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit TFU: 34 cm DJJ : 144 X/menit
His: 3x10’x30’’ His: 4x10’x20’’
VT: Ø 6cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-II VT: Ø 10 cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-III
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep inpartu
inpartu dengan postdate dengan postdate
P  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s
ring sign ring sign
 IVFD RL 20 tpm  IVFD RL 20 tpm

15
VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (Jam 14:10) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (Jam 14:20)
S Ingin mengejan, gerak janin (+) Bayi lahir secara Vacum Ekstraksi: bayi lahir hidup, jenis
kelamin Perempuan, BB 3500 gram, skor APGAR 8/9/10,
plasenta lahir spontan dan utuh, air ketuban jernih
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 120/80 mmHg, P: 20 X/menit TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 82 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit
His: 4x10’x30’’
VT: Ø 10 cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-III
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep P2A0, 27 tahun PP VE ec kala II lama dengan rupture
inpartu dengan kala II lama perineum grade II
P  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV
ring sign  IVFD RL 20 tpm
 IVFD RL 20 tpm  Hecting Perineum dan IMD
 Pertolongan persalinan dengan Ekstraksi Vacum

16
Ruang Nusa Indah, Jumat 25 Mei 2018 (Jam 06:00)
S Nyeri Jahitan di vagina, ASI +, BAK + spontan, BAB -
Bayi lahir secara VE: bayi lahir hidup, jenis kelamin
perempuan, BB 3500 gram, skor APGAR 8/9/10, plasenta
lahir spontan dan utuh, air ketuban jernih
O Kesadaran: Composmentis
TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC
PPV: dbn
A P2A0 27 Tahun PP VE H+1
P  Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV
 IVFD RL 20 tpm
 Amoxicillin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg, SF
2x1 Tab, Metylet 2x1 Tab

17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3. 1 Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau
9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).(3)

3.2 Kehamilan Postdate


3. 2. 1 Pengertian Kehamilan
Post date merupakan kehamilan dalam jangka waktu > 40 minggu sampai
dengan 42 minggu.(2) Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan melewati waktu 294
hari atau 42 minggu. Kehamilan lewat dari 42 minggu ini didasarkan pada hitungan
usia kehamilan (dengan rumus neagle). Rumus neagle ini adalah untuk menghitung
tanggal kelahiran bayi yaitu (tanggal +7, bulan -3, tahun +1) atau (tanggal +7, bulan
+9, tahun +0).(8) Menurut definisi yang dirumuskan oleh American College of
Obstetricians and Gynecologists (2004), kehamilan postterm adalah kehamilan yang
berlangsung lebih dari 42 minggu (294 hari) yang terhitung sejak hari pertama
siklus haid terakhir (HPHT).(1)

3. 2. 2 Etiologi (1,2)
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses

18
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya postterm
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.

2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
member kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fsikologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu factor penyebab kehamilan possterm.

3. Teori Kortisol/ACTH Janin


Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesterone berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat
bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak
adanyakelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.

4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis pada pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.

19
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Bilamana seorang ibu mengalami kehamilan
postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.

3. 2. 3 Patofisiologi
Pada kehamilan postterm terjadi berbagai perubahan baik pada cairan
amnion, plasenta, maupun janin. Pengetahuan mengenai perubahan-perubahan
tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengelola kasus persalinan postterm.(7)

1. Perubahan pada plasenta

Disfungsi plasenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada


kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Rendahnya fungsi plasenta ini berkaitan
dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan risiko 2-4 kali lebih tinggi.
Penurunan fungsi plasenta dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol
dan plasenta laktogen. Perubahan yang terjadi pada plasenta sebagai berikut.(7)

Penimbunan kalsium. Peningkatan penimbunan kalsium pada plasenta sesuai


dengan progresivitas degenerasi plasenta. Proses degenerasi jaringan plasenta
yang terjadi seperti edema, timbunan fibrinoid, fibrosis, trombosis intervilli,
spasme arteri spiralis dan infark villi. Selapot vaskulosinsial menjadi tambah
tebal dan jumlahnya berkurang. Keadaan ini dapat menurunkan metabolisme
transport plasenta. Transport kalsium tudak terganggu tetapi aliran natrium,
kalium, glukosa, asam amino, lemak dan gamma globulin mengalami

20
gangguan sehingga janin akan mengalami hambatan pertumbuhan dan
penurunan berat janin. (7)

2. Oligohidramnion

Pada kehamilan postterm terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan


amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38
minggu, yaitu sekitar 1000 ml dan menurun menjadi sekitar 800 ml pada usia
kehamilan 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus
menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, hingga 160 ml pada usia kehamilan 42, 43,
dan 44 minggu. (7)

Penurunan jumlah cairan amnion pada kehamilan postterm berhubungan


dengan penurunan produksi urin janin. Dilaporkan bahwa berdasarkan
pemeriksaan Doppler velosimetri, pada kehamilan postterm terjadi
peningkatan hambatan aliran darah (resistance index/RI) arteri renalis janin
sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah urin janin dan pada akhirnya
menimbulkan oligohidramnion. Oleh sebab itu, evaluasi volume cairan
amnion pada kasus kehamilan postterm menjadi sangat penting artinya.
Dilaporkan bahwa kematian perinatal meningkat dengan adanya
oligohidramnion yang menyebabkan kompresi tali pusat. Pada persalinan
postterm, keadaan ini dapat menyebabkan keadaan gawat janin saat intra
partum. Selain perubahan volume, terjadi pula perubahan komposisi cairan
amnion sehingga menjadi lebih kental dan keruh. Hal ini terjadi karena
lepasnya vernik kaseosa dan komposisi fosfolipid. Pelepasan sejumlah badan
lamellar dari paru-paru janin akan mengakibatkan perbandingan Lesitin
terhadap Sfingomielin menjadi 4:1 atau lebih besar. Selain itu, adanya
pengeluaran mekonium akan mengakibatkan cairan amnion menjadi hijau atau
kuning dan meningkatkan risiko terjadinya aspirasi mekonium.(7)

21
Estimasi jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan USG. Salah
satu metode yang cukup populer adalah pengukuran diameter vertikal dari
kantung amnion terbesar pada setiap kuadran dari 4 kuadran uterus. Hasil
penjumlahan keempat kuadran tersebut dikenal dengan sebutan indeks cairan
anmion (Amnionic Fluid Index/AFI). Bila nilai AFI telah turun hingga 5 cm
atau kurang, maka merupakan indikasi adanya oligohidramnion.(7)

3. Perubahan pada janin

Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berat janin. Namun, seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi
dengan baik sehingga berat janin bertmbah terus sesuai bertambahnya umur
kehamilan. Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada
kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar.

Selain risiko pertambahan berat badan yang berlebihan, janin pada kehamilan
postterm juga mengalami berbagai perubahan fisik khas disertai dengan
gangguan pertumbuhan dan dehidrasi yang disebut dengan sindrom
postmaturitas. Perubahan-perubahan tersebut antara lain; penurunan jumlah
lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput, dan hilangnya vernik kaseosa dan
lanugo. Keadaan ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan
cairan amnion. Perubahan lainnya yaitu; rambut panjang, kuku panjang, serta
warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium. Namun
demikian, Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda
postmaturitas tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 %
neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm. Tanda
postterm dibagi dalam 3 stadium: (8)
a. Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium pada kulit.

22
c. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

3. 2. 4 Diagnosis
Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm merupakan
kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak
dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.(3)
Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm
adalah: (3)
1) Riwayat Haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana hari
pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid
yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain:
 Pasien harus yakin betul dengan HPHT-nya
 Siklus 28 hari dan teratur
 Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan

Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus


Naegele.(9) Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan
sebagai kehamilan postterm kemungkinan adalah sebagai berikut:
 Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat
menstruasi abnormal
 Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi
 Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang
berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh
penderita yang diduga kehamilan postterm).(9,10)
2) Riwayat Pemeriksaan Antenatal
Hal-hal yang diperhatikan pada pemeriksaan antenatal adalah : (3)

23
 Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik
sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan
memang telah berlangsung 6 minggu.
 Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu
pada usia kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan
sekitar usia kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada
16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah
quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau 24 minggu
pada multipara.
 Denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop Leanec, DJJ dapat
didengar mulai usia kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan
Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3
atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut:
 Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
 Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
 Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
 Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Laennec.(10)
3) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Dalam trimester pertama pemeriksaan TFU serial dalam sentimeter dapat
bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang setiap bulan.
Lebih dari 20 minggu, TFU dapat menentukan usia kehamilan secara
kasar.(10)
4) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG
pada trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegle
dapat mencapai 20%. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial

24
terutama sejak trimester pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan.
Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-
rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari
taksiran persalinan.
Pada usia kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal
(biparietal diameter/BPD) dan panjang femur (femur length/FL)
memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.
Selain CRL, BPD, dan FL, beberapa parameter dalam pemeriksaan USG
juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa
rumus yang merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan
parameter tersebut di atas. Sebaliknya, pemeriksaan sesaat setelah
trimester ketiga dapat dipakai untuk menentukan taksiran berat janin
(TBJ), keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering
berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar untuk memastikan usia
kehamilan.(9,11)
5) Pemeriksaan Radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran
epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32
minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah usia kehamilan 36
minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini
sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat penulangan
seringkali sulit, juga pengaruh radiologik yang kurang baik terhadap
janin.(3)
6) Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
 Kadar lesitin/spingomielin
Bila lesitin : spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka
usia kehamilan sekitar 22-28 minggu. Bila lesitin 1,2 kali kadar

25
spingomielin, maka usia kehamilan sekitar 28-32 minggu. Pada
kehamilan aterm, rasio menjadi 2 : 1.
Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan
postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah janin
cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan dengan mencegah
kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan.
 Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
Cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah. Aktivitas ini
meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada usia kehamilan
41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada usia kehamilan
lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila
didapat ATCA antara 42-46 detik, ini menunjukkan bahwa kehamilan
berlangsung lewat waktu. (12)
 Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%, maka
kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih, maka
usia kehamilan 39 minggu atau lebih.
 Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai
sensitivitas 75%. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat
dipakai untuk menentukan usia gestasi.(9,11)

3. 2. 5 Tatalaksana
Sampai saat ini, pengelolaan kehamilan postterm masih belum memuaskan
dan masih banyak perbedaan pendapat. Perlu ditetapkan terlebih dahulu bahwa pada
setiap kehamilan postterm dengan komplikasi spesifik seperti diabetes mellitus,
kelainan faktor Rhesus atau isoimunisasi, preeklampsia/eklampsia, dan hipertensi

26
kronis yang meningkatkan risiko terhadap janin, kehamilan jangan dibiarkan
berlangsung lewat bulan. Demikian pula pada kehamilan dengan faktor risiko lain
seperti primitua, infertilitas, riwayat obstetrik jelek.
Terdapat perbedaan pendapat dalam pengelolaan kehamilan postterm.
Beberapa kontroversi dalam pengelolaan kehamilan postterm, antara lain adalah
apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan induksi setelah
ditegakkan diagnosis postterm ataukah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara pasif
yaitu menunggu/ekspektatif. Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan
sebaiknya diakhiri pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu.(11)
Pengelolaan aktif yaitu dengan melakukan persalinan anjuran pada usia
kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil risiko terhadap janin. Pengelolaan
pasif/menunggu/ekspektatif didasarkan pandangan bahwa persalinan anjuran yang
dilakukan semata-mata atas dasar postterm mempunyai risiko/komplikasi cukup besar
terutama risiko persalinan operatif sehingga menganjurkan untuk dilakukan
pengawasan terus-menerus terhadap kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun
biokimia sampai persalinan berlangsung dengan sendirinya atau timbul indikasi untuk
mengakhiri kehamilan.(3)
Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kehamilan postterm adalah sebagai berikut :
 Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan
(postterm) atau bukan.
 Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
- Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test (NST) dan contraction
stress test (CST) dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi
terhadap gerak janin atau kontraksi uterus. Bila didapat hasil reaktif,
maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin
baik. Pemeriksaan USG untuk menentukan besar janin, denyut jantung

27
janin, gangguan pertumbuhan janin, keadaan dan derajat kematangan
plasenta, jumlah (indeks cairan amnion) dan kualitas air ketuban.
- Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan
kadar Estriol.
- Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7
kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal 10 kali/20
menit)
- Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik. Sebaliknya, air ketuban sedikit dan
mengandung mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia.(9,11)
 Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm.
Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera
dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bimana serviks telah
matang.(9,11)
Skor Bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan
responnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa
skor Bishop rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka
kegagalan induksi persalinan yang lebih tinggi dibanding serviks yang
matang.
Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah:
(1) Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama
kerja.
(2) Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher
rahim.
(3) Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi kepala

28
janin dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika, yang dapat teraba
jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.
(4) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan, seperti
sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh lagi, pada
wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang lebih tua.
(5) Posisi ostium uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior lebih
baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan peningkatan
kelahiran spontan.
Tabel Skor Bishop

 Bila serviks telah matang (skor Bishop >5), akhiri persalinan dengan
induksi persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap
jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah
matang akan menurunkan risiko kegagalan ataupun persalinan tindakan.
 Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak diakhiri:
- NST dan penilaian kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan
dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu dua
kali.

29
- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertikal
atau indeks cairan amnion < 5 cm) atau dijumpai deselerasi variabel
pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada
kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, terjadi
deselerasi lambat berulang, variabilitas abnormal (< 5/20 menit)
menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, mendorong agar janin
segera dilahirkan dengan mempertimbangkan bedah sesar. Sementara
itu, bila CST negatif kehamilan dapat dibiarkan berlangsung dan
penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
- Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang, setiap kunjungan
pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila serviks matang.(9,11)
 Induksi persalinan yang biasa dilakukan : (13)
a. Pemberian tablet Misoprostol tablet 25 mcg (1/8 tab) pervaginam,
diberikan pada skor Bishop yang masih rendah (< 5), lalu dievaluasi 6
jam kemudian. Bila skor Bishop menjadi lebih tinggi maka dilanjutkan
dengan pemberian infus oksitosin 5 IU dalam D5% atau RL. Bila skor
Bishop tetap, dapat diulang pemberian Misoprostol 25 mcg. Tetapi
pada kasus dengan ketuban pecah dini umumnya langsung pemberian
infus oksitosin. Tablet Misoprostol bisa sebagai priming dan juga
untuk induksi persalinan. Bila setelah pemberian Misoprostol terjadi
inpartu dianggap sebagai induksi, tetapi jika setelah pemberian
Misoprostol belum timbul inpartu namun skor Bishop bertambah maka
hal ini dianggap sebagai priming. Sediaan Misoprostol (Cytotex,
Gastrul) tablet: 100 mcg dan 200 mcg.
b. Infus oksitosin 5 IU dalam D5% dimulai 8 tetes per menit dapat
dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai His adekuat atau maksimal 40
tetes per menit. Pada kasus dengan hamil postterm, jika botol pertama

30
habis dilanjutkan dengan botol kedua: infus oksitosin 10 unit dalam
D5% mulai 20 tetes per menit dapat dinaikkan 4 tetes per menit sampai
His adekuat, maksimal 40 tetes per menit. Jika dengan dua botol infus
oksitosin tidak inpartu dapat diistirahatkan 24 jam, kemudian
dilakukan induksi persalinan setelah istirahat. Jika tetap tidak inpartu,
kehamilan diakhiri dengan sectio caesarea. Pada kasus dengan
ketuban pecah dini, bila dalam pemberian 2 botol infus oksitosin tidak
respon maka kehamilan diakhiri dengan sectio caesarea.

3. 2. 6 Komplikasi Kehamilan Postterm


Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu seperti korioamnionitis, laserasi
perineum, perdarahan post partum, endomiometritis dan penyakit tromboemboli.
Sedangkan komplikasi yang terjadi pada bayi seperti hipoksia, hipovolemia, asidosis,
sindrom gawat nafas, hipoglikemia, dan hipofungsi adrenal.

31
Wanita hamil ≥ 42 minggu

Periksa kesejahteraan janin USG dan KTG

KTG Reaktif KTG Non Reaktif

Induksi Persalinan
(oksitosin drip mulai 8 tpm) CST

Belum
inpartu Negatif Positif

Botol 1 habis

Belum Sectio Caesarea


inpartu

Botol 2 mulai 20 tpm

Istirahat 24 jam

Bagan Induksi Persalinan (13)

32
BAB IV
ANALISIS KASUS

Kasus Teori
Pasien Ny. S, G2 P1 A0, 27 tahun, hamil  Postdate merupakan kehamilan dalam jangka waktu >
41 minggu, janin tunggal hidup 40 minggu sampai dengan 42 minggu. Kehamilan lewat
intrauterin, preskep, belum inpartu tanggal atau postdate merupakan salah satu kehamilan
dengan postdate datang kiriman yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi
Poliklinik Kandungan dengan keluhan pada ibu dan janin.(1)
hamil lewat tanggal. Keadaan janin  Penegakkan diagnosis kehamilan postterm dapat
baik. Dokter menganjurkan untuk dilakukan dengan anamnesis mengenai riwayat haid,
mengakhiri kehamilan dengan cara riwayat pemeriksaan antenatal, pemeriksaan fisik TFU,
dipacu dengan obat. pemeriksaan penunjang USG dan laboratorium.
Keadaan serviks pasien belum matang  Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk
sehingga dilakukan priming dengan ditegakkan bilamana hari pertama haid terakhir (HPHT)
Misoprostol 25 mcg sebanyak dua kali diketahui dengan pasti.(3) Selanjutnya diagnosis
pemberian, kemudian dilanjutkan ditentukan dengan menghitung menurut rumus
induksi persalinan dengan oksitosin drip Naegele.(9)
sebanyak satu sehingga 
botol Meskipun diagnosis kehamilan postterm berhasil
pembukaan serviks menjadi lengkap, ditegakkan pada 4-19% dari seluruh kehamilan,
tetapi dari pembukaan serviks yang sebagian diantaranya kenyataanya tidak terbukti oleh
lengkap sampai 1 jam bayi belum juga karena kekeliruan dalam menentukan usia kehamilan.(1)
lahir dan ibu mengatakan sudah Oleh sebab itu, dalam penegakkan diagnosis kehamilan
kelelahan untuk mengejan, sehingga postterm membutuhkan informasi yang tepat mengenai
dilakukan Vacum Ekstraksi. lamanya kehamilan menjadi sangat penting. Hal ini
disebabkan karena semakin lama janin berada di dalam
Composmentis uterus maka semakin besar pula risiko bagi janin dan

33
Tanda-tanda vital : neonatus untuk mengalami morbiditas maupun
 TD: 110/70 mmHg mortalitas. Namun sebaliknya, pemberian
 N: 80x/menit intervensi/terminasi secara terburu-buru juga bisa
 S: 36,8° C memberikan dampak yang merugikan bagi ibu maupun
 P: 18 x/menit janin.
 SpO2: 99%
 Berdasarkan kasus Ny. S datang dengan keluhan perut
belum terasa kencang-kecang, tetapi hamil sudah lewat
TB : 158 cm BB: 70 kg
tanggal berdasarkan perkiraan hari pertama haid
IMT : 28,11 kg/m2 (obesitas)
terakhir. Berdasarkan perhitungan HPHT didapatkan
usia kehamilan lebih dari 40 minggu, yaitu 41 minggu,
TFU: 33 cm, DJJ: 140 X/menit, His: (-)
sehingga didiagnosis dengan Postdate. Hal tersebut juga
VT :
sesuai dengan definisi menurut World Health
- Pembukaan serviks : 0 cm
Organization (WHO) bahwa kehamilan postterm adalah
- Pendataran serviks : 0%
kehamilan yang berlangsung sampai atau lebih dari 42
- Penurunan kepala : Hodge I
minggu (294 hari). (5)
- Konsistensi serviks: lunak, tebal
 Kehamilan postterm mempunyai risiko bahaya lebih
- Posisi serviks : posterior
tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap
kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan
 Pemeriksaan lab : Dalam Batas
postpartum) berkaitan aspirasi mekonium dan
Normal
asfiksia.(14) Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada
Leukosit : 11,3 ribu/uL, Eritrosit 4,4 kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun
juta/uL, Hb 13,0 g/dL, Ht 36%, dan terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan
Trombosit 345 ribu/uL. dengan penurunan estriol dan plasental laktogen.
Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga

34
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di
samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan
janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.
Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi
plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin
lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian
janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin,
jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.

Tatalaksana:  Beberapa kontroversi dalam pengelolaan kehamilan


 Akhiri kehamilan dengan priming postterm, antara lain adalah apakah sebaiknya dilakukan
misoprostol 25 atau Gastrul 1/8 fp. pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan induksi setelah
Tatalaksana Medikamentosa ditegakkan diagnosis postterm ataukah sebaiknya
 IVFD RL 20 tpm dilakukan pengelolaan secara pasif yaitu
 Drip Oxytocin 5 IU menunggu/ekspektatif. Pengelolaan aktif yaitu dengan
melakukan persalinan anjuran pada usia kehamilan 41
Tatalaksana Non-Medikamentosa atau 42 minggu untuk memperkecil risiko terhadap
 Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, janin.(3)
DJJ, His, Bandl’s ring sign, Tanda  Induksi persalinan yang biasa dilakukan adalah
inpartu pemberian tablet Misoprostol tablet 25 mcg (1/8 tab)
pervaginam, diberikan pada skor Bishop yang masih
rendah (< 5), lalu dievaluasi 6 jam kemudian. Bila skor
Bishop menjadi lebih tinggi maka dilanjutkan dengan
pemberian infus oksitosin 5 IU dalam D5% atau RL.
Bila skor Bishop tetap, dapat diulang pemberian

35
Misoprostol 25 mcg. Tetapi pada kasus dengan ketuban
pecah dini umumnya langsung pemberian infus
oksitosin. Tablet Misoprostol bisa sebagai priming dan
juga untuk induksi persalinan. Bila setelah pemberian
Misoprostol terjadi inpartu dianggap sebagai induksi,
tetapi jika setelah pemberian Misoprostol belum timbul
inpartu namun skor Bishop bertambah maka hal ini
dianggap sebagai priming. Sediaan Misoprostol
(Cytotex, Gastrul) tablet: 100 mcg dan 200 mcg. Infus
oksitosin 5 IU dalam D5% dimulai 8 tetes per menit
dapat dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai His
adekuat atau maksimal 40 tetes per menit. Pada kasus
dengan hamil postterm, jika botol pertama habis
dilanjutkan dengan botol kedua: infus oksitosin 10 unit
dalam D5% mulai 20 tetes per menit dapat dinaikkan 4
tetes per menit sampai His adekuat, maksimal 40 tetes
per menit. Jika dengan dua botol infus oksitosin tidak
inpartu dapat diistirahatkan 24 jam, kemudian dilakukan
induksi persalinan setelah istirahat.(13) Jika tetap tidak
inpartu, kehamilan diakhiri dengan sectio caesarea.
 Pada kehamilan ini mempunyai hubungan erat dengan
mortalitas, morbiditas perinatal, atau makrosomia.
Sementara itu resiko bagi ibu dengan kehamilan post
date dapat berupa partus lama, inersia uteri, dan
perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetric
yang menigkat.(2) Hal tersebut sesuai dengan yang
dialami oleh pasien, dimana dimulai dari pasien datang
dalam keadaan belum inpartu, kemudian dilakukan

36
terminasi kehamilan dengan cara induksi dengan
pemberian gastrul 1/8 fp sebanyak dua kali dan drip
oxytocin 5 IU sebanyak satu kali dan di observasi
pembukaan serviks sampai lengkap dan sampai bayi
dilahirkan, maka dapat dikatakan bahwa persalinan
berlangsung lama, sehingga harus menggunakan suatu
tindakan obstetric untuk membatu ibu untuk
mengeluarkan bayinya, yaitu dengan cara Vacum
Ekstraksi.

37
BAB V
KESIMPULAN

Kehamilan postterm adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu


(294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele
dengan siklus haid rata-rata 28 hari.(3) Usia kehamilan lebih dari 40 minggu sampai
sebelum 42 minggu masih termasuk kehamilan aterm tetapi sudah lewat hari
perkiraan lahir (HPL) sehingga disebut postdate.(14) Kehamilan postterm mempunyai
risiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal
(antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan aspirasi mekonium dan
asfiksia.(14) Kehamilan postterm mempengaruhi janin, ibu, dan perubahan pada
plasenta. Pada pasien Ny. S, ditetapkan diagnosis awal G2P1A0 27 tahun hamil 41
minggu, J1HIU, presentasi kepala, belum inpartu dengan postdate karena berdasarkan
hasil USG kehamilan sudah lewat tanggal. Kesejahteraan janin pada pasien ini baik
ditunjukkan dengan DJJ yang baik. Pada pasien ini belum ada tanda-tanda inpartu
sehingga tindakan obstetric yang diambil adalah akhiri persalinan dengan induksi
persalinan. Pada pasien ini, skor Bishop <5, sehingga dilakukan pematangan serviks
terlebih dahulu dengan priming Misoprostol 25 mcg dan dievaluasi selama 6 jam
tetapi tetap his sangat jarang, sehingga melanjutkan pemberian Misoprostol yang ke
2. Setelah itu, induksi dengan pemberian oksitosin drip 5 IU mulai dari 8 tpm titrasi 4
tpm setiap 15 menit sampai His adekuat maksimal 40 tpm. Jika His belum bagus,
maka pemberian oxytosin drip dilanjut sampai botol kedua. Tetapi pada pasien ini,
setelah pemberian gastrul yang ke dua didapatkan adanya tanda-tanda inpartu,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian drip oxytocin 5 IU sehingga pembukaan
serviks menjadi lengkap . Pasien dilakukan vacum ekstraksi ec kala II lama karena
dimulai dari pembukaan serviks yang lengkap sampai bayi lahir lebih dari 1 jam pada
multigravida. Bayi lahir perempuan dengan BB 3500 gram, skor APGAR 8-9-10,
plasenta utuh, air ketuban jernih. Tidak ada tanda-tanda sindrom postterm pada bayi.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F G, et al. 2010. Postterm Pregnancy. Williams Obstetrics.


23rd Edition. New York : The McGraw-Hill Companies, 2010, Section
VII, Chapter 37.
2. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2009.
3. Prawirohardjo, Sarwono., 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka. h: 685-95
4. Mochtar, A B dan Krisnanto, H. 2004. Kehamilan Lewat Bulan.
[penyunt.] R. Hariadi. Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi 1. Surabaya :
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI, 2004, Bab VI, Bagian 58, hal.
384-391.
5. International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems, 10th revision. Geneva (CH): World Health Organization, 2006.
6. Delaney M, Roggensack A. Guidelines for the Management of Pregnancy
at 41+0 to 42+0 Weeks. SOGC Clinical Practice Guideline. 2008 Sept;
214: 800-10
7. Briscoe D, et al. Management of Pregnancy Beyond 40 Weeks’ Gestation.
2005 in: www.aafp.org/afp
8. Beckmann CRB, Ling FW, Barzanzky BM, Herbert WNP, Laube DW,
Smith RP. Obstetrics and gynecology. 6th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins; 2010.
9. Cunningham FG, et al. Postterm pregnancy. In: Williams Obstetrics. 22nd
ed. McGraw-Hill New York. 2005: 881-90
10. Pernoll ML. Benson & Pernoll handbook of obstetric and gynaecology.
10th ed. Boston. McGraw-Hill companies, 2001: 360-3
11. Wiknjosastro GH, Wibowo B. Kelainan dalam lamanya kehamilan. Ilmu
Kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1999
12. Hastwell GB. Accelerated clotting time: an amniotic fluid thromboplastic
activity index of fetal maturity. Am J Obstet Gynecol 1978; 131: 650-4
13. Pramana, Cipta. 2013. Obstetri. Semarang. h: 52-8
14. Standar pelayanan medik Obstetri dan Ginekologi. POGI, 2006

39

Anda mungkin juga menyukai