Disusun oleh:
Izzati Saidah, S. Ked
030.13.234
Pembimbing:
dr. Jaenudin, Sp.OG
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ujian yang
berjudul “G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu J1HIU Preskep Belum Inpartu
Dengan Postdate” pada kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Penyakit
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Jaenudin, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga laporan kasus ujian ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap laporan kasus ujian ini dapat menambah pengetahuan dan
memahami lebih lanjut mengenai “G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu J1HIU
Preskep Belum Inpartu Dengan Postdate” serta salah satunya untuk memenuhi
tugas yang diberikan pada kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Penyakit
Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ujian ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
penilaian usia kehamilan yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan
berdasarkan HPHT.(6)
2
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT
Alamat : Dukuhmaja RT/RW 01/06
Tanggal masuk RS : 23-5-2018 Tanggal keluar RS : 25-5-2018
I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Ponek pada tanggal
23 Mei 2018 pukul 13.00 WIB.
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Ruang PONEK RSUD Dr. Soeselo tanggal 23 Mei
2018 pukul 13:00 kiriman dari Poliklinik Kandungan dengan keluhan
hamil lewat tanggal.
3
b. Keluhan Tambahan
4
f. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 12 tahun, lama menstruasi 7 hari dan
teratur. Jumlah darah selama menstruasi sekitar 60 cc dan pasien
mengganti pembalut 2x sehari, disminorhea disangkal. Hari pertama haid
terakhir pasien jatuh pada tanggal 13 Agustus 2018.
g. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada usia 20 tahun. Dimana ini merupakan
pernikahan pertama, dengan usia perikahan 6 tahun.
h. Riwayat Obstetri
Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua pasien.
i. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi.
j. Riwayat ANC
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 13
kali di bidan dan puskesmas dan belum pernah ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan. Pasien pernah mendapatkan imunisasi TT
sebanyak 1 kali dan belum pernah melakukan pemeriksaan USG.
k. Riwayat Kebiasaan
Pasien makan 3-4 kali sehari. Pasien juga sering makan buah-buahan,
biskuit, dan makanan ringan. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan,
alkohol, dan jamu, serta tidak merokok.
5
m. Riwayat Dirawat dan Operasi
Pasien tidak pernah dirawat maupun operasi di Rumah Sakit.
STATUS GENERALIS
1. Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), ikterik (-)
2. Kepala : normosefali, bentuk normal, rambut hitam dengan distribusi
merata
3. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
gerakan normal, refleks cahaya (+/+)
4. Telinga : normotia, sekret (-), darah (-), nyeri tarik helix (-), nyeri tekan
tragus (-)
5. Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), edema mukosa (-),
napas cuping hidung (-)
6. Mulut
6
- Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
- Mulut : oral hygiene baik
- Lidah : bentuk normal, simetris, hiperemis (-), deviasi (-)
- Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran normal
- Faring : hiperemis (-)
- Tonsil : T1-T1 tenang
7. Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, teraba kelenjar tiroid (-),
JVP 5+2cm
8. Thorax
- Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (+), tipe
pernapasan thorako-abdominal, ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : vocal fremitus dx = sin, ictus cordis ±1 cm di ICS VI linea
midclavicularis sin
- Perkusi : paru sonor (+/+), batas jantung kanan: ICS IV linea
parasternal dextra, batas jantung kiri: ICS VI ± 1 cm lateral linea
midclavicularis sinistra, batas atas jantung: ICS II linea parasternalis
sinistra, pinggang jantung: ICS III ± 1 cm lateral linea parasternal sinistra
- Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-),
S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
9. Abdomen
- Inspeksi : dinding perut tegang, bekas luka operasi (-), striae
gravidarum (+)
- Auskultasi : bising usus 3x/menit
- Palpasi : supel, pembesaran organ (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
10. Ekstremitas
- Atas : akral hangat, CRT <2”, deformitas (-), oedem -/-
- Bawah : akral hangat, CRT <2”, deformitas (-), oedem -/-
STATUS OBSTETRI
- Inspeksi : Luka bekas operasi (-)
7
- Palpasi
Leopold I : TFU 33 cm, bagian fundus teraba bagian bulat, lunak, berbenjol
benjol
Leopold II : Teraba agak rata, keras seperti papan dibagian kiri, teraba bagian
kecil lunak di bagian kanan.
Leopold III : Teraba bagian keras, bulat, melenting di bagian bawah
Leopold IV : Penurunan kepala 1/5
- Taksiran berat janin : (33-11) x 155 = 3.410 gram
- Auskultasi : DJJ 140 X/menit, teratur
- His : (-)
STATUS GINEKOLOGI
Vagina Toucher :
- Pembukaan serviks : 0 cm
- Pendataran serviks : 0%
- Penurunan kepala : Hodge I
- Konsistensi serviks : Tebal dan Lunak
- Posisi serviks : Posterior
8
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal: 23 Mei 2018, Pukul 16:56
Nama test Hasil Unit Nilai
rujukan
Hematologi
Leukosit 11,3 ribu/uL 3.6 – 11.0
Eritrosit 4,4 juta/uL 3.8 – 5.2
Hemoglobin 13,0 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 36 % 35 – 47
MCV 82 fL 80 – 100
MCH 29 Pg 26 – 34
MCHC 36 g/dL 32 – 36
Trombosit 345 ribu/uL 150 – 400
Diff count:
Eosinofil 0,5 % 2–4
Basofil 0.20 % 0–1
Netrofil 77,90 % 50 – 70
Limfosit 15,70 % 25 – 40
Monosit 5,7 % 2–8
MPV 9,4 fL 7.2 – 11.1
RDW-SD 38,4 fL 35.1 – 43.9
RDW-CV 12,8 % 11.5 – 14.5
Golongan darah B
Rhesus Positif
Urin
Protein Urine Negatif Negatif
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
9
IV. RESUME
Pasien datang ke PONEK RSUD DR Soeselo pada hari Rabu, 23 Mei 2018,
pukul 13:00 WIB dirujuk dari puskesmas dengan postterm. Pasien ragu dengan
tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT), pasien mengaku HPHT tanggal 13
Agustus 2017. Berdasarkan HPHT, usia kehamilannya sekarang 40 minggu 4 hari
dan tanggal HPL 2 Mei 2018. Di Poliklinik Kandungan RSUD Dr. Soeselo,
pasien dilakukan pemeriksaan USG dan dokter menganjurkan untuk mengakhiri
kehamilan dengan cara dipacu dengan obat.
Riwayat DM, HT, jantung, ginjal, liver, alergi disangkal. Pasien menikah
pertama kali pada usia 20 tahun, dimana ini merupakan pernikahan pertama,
dengan usia perikahan 6 tahun dan sudah mempunyai 1 orang anak. Anak pertama
lahir hidup dengan persalinan spontan dan berat lahir 3 kg. Riwayat kehamilan
serotinus pada anak pertama disangkal.
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak 13 kali di
bidan dan puskesmas. Pasien pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali
dan belum pernah melakukan pemeriksaan USG.
Pasien tampak baik dengan kesadaran composmentis. Tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 80 X/menit, pernafasan 20 X/menit, dan suhu 36,8°C, SPO2 99%.
Berat badan pasien 70 kg dan tinggi badan pasien 158 cm, didapatkan IMT
sebesar 28,11 kg/m2 dengan kesan gizi berat badan lebih. Pada pemeriksaan status
generalis didapatkan conjungtiva tidak anemis, pada pemeriksaan jantung dan
paru dalam batas normal. Pemeriksaan obstetrik didapatkan TFU 33 cm,
presentasi kepala, punggung kiri, bagian terbawah sudah masuk PAP. Taksiran
berat janin 3410 gram, DJJ 140 X/mnt teratur, His tidak ada. Pada pemeriksaan
vaginal toucher ditemukan dilatasi serviks 0 cm, pendataran serviks 0%,
penurunan kepala Hodge I, konsistensi portio tebal dan lunak, posisi serviks
posterior.
Pada pemeriksaan laboratorium 23 Mei 2018 pukul 16:56 didapatkan dalam
batas normal, yaitu Leukosit : 11,3 ribu/uL, Hb 13,0 g/dL, Trombosit 345 ribu/uL,
dan HbSAg Non- reaktif.
10
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Masuk
G2P1A0, 27 Tahun, Hamil 41 Minggu J1HIU Preskep Belum Inpartu
dengan Postdate
Diagnosis Akhir
P2A0, 27 Tahun Pasca Ekstraksi Vacum ec kala II tidak maju dengan
postdate dan post induksi gastrul dan oxytocin
VI. PENATALAKSANAAN
Sikap Obstetri
Akhiri kehamilan dengan priming misoprostol 25 Microgram atau Gastrul
1/8 fp.
Tatalaksana Medikamentosa
VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI, pendataran 0%,
posisi posterior. Pada keadaan ini diberikan Misoprostol 25 mikrogram FP
(ke-1) jam 14.00
VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI, pendataran 0%,
posisi posterior. Pada keadaan ini diberikan Misoprostol 25 mikrogram FP
(ke-2) jam 22.00
VT: Ø 2cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-I, pendataran 0%,
posisi posterior. Pada keadaan ini diberikan Drip Oxytocin 5 IU jam 10.
Tatalaksana Non-Medikamentosa
Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s ring sign, dan tanda
inpartu
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
11
VIII. FOLLOW UP
VK 2 PONEK, 23 Mei 2018 (jam 13:00) VK 2 PONEK, 23 Mei 2018 (jam 13:00)
S Pasien kiriman dari Poli Kandungan dengan keluhan Advice Sp.OG:
hamil lewat tanggal. Gerakan janin (+). Akhiri kehamilan dengan priming misoprostol 25 mikrogram
IVFD RL 20 tpm
Cek darah rutin dan protein urin
Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s ring
sign, Tanda inpartu
O Kesadaran: Composmentis
TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC
TFU: 33 cm DJJ : 140 X/menit
His: (-)
VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI,
pendataran 0%, posisi posterior
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep belum inpartu dengan postdate
P IVFD RL 20 tpm
Misoprostol 25 mikrogram FP (ke-1) jam 14.00
12
VK 2 PONEK, 23 Mei 2018 (jam 22:00) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 08:30)
S Kencang-kencang jarang. Gerak janin (+) Kencang-kencang (+). Gerak janin (+)
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 100/70 mmHg, P: 20 X/menit TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 78 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 140 X/menit TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit
His: 1x10’x10’’ His: 2x10’x20’’
VT: Ø 0cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI, VT: Ø 2cm, portio tebal lunak, penurunan kepala HI,
pendataran 0%, posisi posterior pendataran 0%, posisi posterior
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep inpartu
belum inpartu dengan postdate dengan postdate
P Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s
ring sign, dan tanda inpartu ring sign
IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
Misoprostol 25 mikrogram FP (ke-2)
13
VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 10:00) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 11:00)
S Kencang-kencang mulai sering. Gerak janin (+) Kencang-kencang sering. Gerak janin (+)
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 110/80 mmHg, P: 20 X/menit TD: 120/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 80 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit TFU: 34 cm DJJ : 144 X/menit
His: 2x10’x20’’ His: 3x10’x20’’
VT: Ø 2cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-I, VT: Ø 4cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-I
pendataran 0%, posisi posterior
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep inpartu
inpartu dengan postdate dengan postdate
P Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s
ring sign ring sign
IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
Drip Oksitosin 5 IU (botol ke-1)
14
VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 11:30) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (jam 12:30)
S Kencang-kencang mulai sering, gerak janin (+) Kencang-kencang semakin sering, gerak janin (+)
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 120/80 mmHg, P: 20 X/menit TD: 120/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 80 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit TFU: 34 cm DJJ : 144 X/menit
His: 3x10’x30’’ His: 4x10’x20’’
VT: Ø 6cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-II VT: Ø 10 cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-III
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep inpartu
inpartu dengan postdate dengan postdate
P Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s
ring sign ring sign
IVFD RL 20 tpm IVFD RL 20 tpm
15
VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (Jam 14:10) VK 2 PONEK, 24 Mei 2018 (Jam 14:20)
S Ingin mengejan, gerak janin (+) Bayi lahir secara Vacum Ekstraksi: bayi lahir hidup, jenis
kelamin Perempuan, BB 3500 gram, skor APGAR 8/9/10,
plasenta lahir spontan dan utuh, air ketuban jernih
O Kesadaran: Composmentis Kesadaran: Composmentis
TD: 120/80 mmHg, P: 20 X/menit TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC N: 82 X/menit, S: 36,6ºC
TFU: 34 cm DJJ : 142 X/menit
His: 4x10’x30’’
VT: Ø 10 cm, portio tebal lunak, penurunan kepala H-III
A G2P1A0, 27 tahun, Hamil 41 minggu J1HIU preskep P2A0, 27 tahun PP VE ec kala II lama dengan rupture
inpartu dengan kala II lama perineum grade II
P Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV, DJJ, His, Bandl’s Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV
ring sign IVFD RL 20 tpm
IVFD RL 20 tpm Hecting Perineum dan IMD
Pertolongan persalinan dengan Ekstraksi Vacum
16
Ruang Nusa Indah, Jumat 25 Mei 2018 (Jam 06:00)
S Nyeri Jahitan di vagina, ASI +, BAK + spontan, BAB -
Bayi lahir secara VE: bayi lahir hidup, jenis kelamin
perempuan, BB 3500 gram, skor APGAR 8/9/10, plasenta
lahir spontan dan utuh, air ketuban jernih
O Kesadaran: Composmentis
TD: 110/70 mmHg, P: 20 X/menit
N: 80 X/menit, S: 36,8ºC
PPV: dbn
A P2A0 27 Tahun PP VE H+1
P Pengawasan KU, TD, N, P, S, PPV
IVFD RL 20 tpm
Amoxicillin 3x500 mg, Asam Mefenamat 3x500 mg, SF
2x1 Tab, Metylet 2x1 Tab
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau
9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester pertama berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).(3)
3. 2. 2 Etiologi (1,2)
1. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormone progesterone dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
18
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya postterm
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.
2. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm
member kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fsikologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu factor penyebab kehamilan possterm.
4. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis pada pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
19
5. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan
pada kehamilan berikutnya. Bilamana seorang ibu mengalami kehamilan
postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.
3. 2. 3 Patofisiologi
Pada kehamilan postterm terjadi berbagai perubahan baik pada cairan
amnion, plasenta, maupun janin. Pengetahuan mengenai perubahan-perubahan
tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengelola kasus persalinan postterm.(7)
20
gangguan sehingga janin akan mengalami hambatan pertumbuhan dan
penurunan berat janin. (7)
2. Oligohidramnion
21
Estimasi jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan USG. Salah
satu metode yang cukup populer adalah pengukuran diameter vertikal dari
kantung amnion terbesar pada setiap kuadran dari 4 kuadran uterus. Hasil
penjumlahan keempat kuadran tersebut dikenal dengan sebutan indeks cairan
anmion (Amnionic Fluid Index/AFI). Bila nilai AFI telah turun hingga 5 cm
atau kurang, maka merupakan indikasi adanya oligohidramnion.(7)
Bila terjadi perubahan anatomik yang besar pada plasenta, maka terjadi
penurunan berat janin. Namun, seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi
dengan baik sehingga berat janin bertmbah terus sesuai bertambahnya umur
kehamilan. Risiko persalinan bayi dengan berat lebih dari 4000 gram pada
kehamilan postterm meningkat 2-4 kali lebih besar.
Selain risiko pertambahan berat badan yang berlebihan, janin pada kehamilan
postterm juga mengalami berbagai perubahan fisik khas disertai dengan
gangguan pertumbuhan dan dehidrasi yang disebut dengan sindrom
postmaturitas. Perubahan-perubahan tersebut antara lain; penurunan jumlah
lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput, dan hilangnya vernik kaseosa dan
lanugo. Keadaan ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan
cairan amnion. Perubahan lainnya yaitu; rambut panjang, kuku panjang, serta
warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium. Namun
demikian, Tidak seluruh neonatus kehamilan postterm menunjukkan tanda
postmaturitas tergantung fungsi plasenta. Umumnya didapat sekitar 12-20 %
neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm. Tanda
postterm dibagi dalam 3 stadium: (8)
a. Stadium 1 : Kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa
kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium 2 : Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium pada kulit.
22
c. Stadium 3 : Pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
3. 2. 4 Diagnosis
Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan postterm merupakan
kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak
dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.(3)
Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm
adalah: (3)
1) Riwayat Haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana hari
pertama haid terakhir (HPHT) diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid
yang dapat dipercaya, diperlukan beberapa kriteria antara lain:
Pasien harus yakin betul dengan HPHT-nya
Siklus 28 hari dan teratur
Tidak minum pil antihamil setidaknya 3 bulan
23
Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik
sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan
memang telah berlangsung 6 minggu.
Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu
pada usia kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan
sekitar usia kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada
16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah
quickening ditambah 22 minggu pada primigravida atau 24 minggu
pada multipara.
Denyut jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop Leanec, DJJ dapat
didengar mulai usia kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan
Doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12 minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan postterm bila didapat 3
atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut:
Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan Doppler
Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali dengan
stetoskop Laennec.(10)
3) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Dalam trimester pertama pemeriksaan TFU serial dalam sentimeter dapat
bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang setiap bulan.
Lebih dari 20 minggu, TFU dapat menentukan usia kehamilan secara
kasar.(10)
4) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia gestasi sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan USG
pada trimester pertama. Kesalahan perhitungan dengan rumus Naegle
dapat mencapai 20%. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial
24
terutama sejak trimester pertama, hampir dapat dipastikan usia kehamilan.
Pada trimester pertama pemeriksaan panjang kepala-tungging (crown-
rump length/CRL) memberikan ketepatan kurang lebih 4 hari dari
taksiran persalinan.
Pada usia kehamilan sekitar 16-26 minggu, ukuran diameter biparietal
(biparietal diameter/BPD) dan panjang femur (femur length/FL)
memberikan ketepatan sekitar 7 hari dari taksiran persalinan.
Selain CRL, BPD, dan FL, beberapa parameter dalam pemeriksaan USG
juga dapat dipakai seperti lingkar perut, lingkar kepala, dan beberapa
rumus yang merupakan perhitungan dari beberapa hasil pemeriksaan
parameter tersebut di atas. Sebaliknya, pemeriksaan sesaat setelah
trimester ketiga dapat dipakai untuk menentukan taksiran berat janin
(TBJ), keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasenta yang sering
berkaitan dengan kehamilan postterm, tetapi sukar untuk memastikan usia
kehamilan.(9,11)
5) Pemeriksaan Radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Gambaran
epifisis femur bagian distal paling dini dapat dilihat pada kehamilan 32
minggu, epifisis tibia proksimal terlihat setelah usia kehamilan 36
minggu, dan epifisis kuboid pada kehamilan 40 minggu. Cara ini
sekarang jarang dipakai selain karena dalam pengenalan pusat penulangan
seringkali sulit, juga pengaruh radiologik yang kurang baik terhadap
janin.(3)
6) Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
Kadar lesitin/spingomielin
Bila lesitin : spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka
usia kehamilan sekitar 22-28 minggu. Bila lesitin 1,2 kali kadar
25
spingomielin, maka usia kehamilan sekitar 28-32 minggu. Pada
kehamilan aterm, rasio menjadi 2 : 1.
Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan kehamilan
postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah janin
cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan dengan mencegah
kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan.
Aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA)
Cairan amnion mempercepat waktu pembekuan darah. Aktivitas ini
meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada usia kehamilan
41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-65 detik, pada usia kehamilan
lebih dari 42 minggu didapatkan ATCA kurang dari 45 detik. Bila
didapat ATCA antara 42-46 detik, ini menunjukkan bahwa kehamilan
berlangsung lewat waktu. (12)
Sitologi cairan amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10%, maka
kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih, maka
usia kehamilan 39 minggu atau lebih.
Sitologi vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (indeks kariopiknotik >20%) mempunyai
sensitivitas 75%. Perlu diingat bahwa kematangan serviks tidak dapat
dipakai untuk menentukan usia gestasi.(9,11)
3. 2. 5 Tatalaksana
Sampai saat ini, pengelolaan kehamilan postterm masih belum memuaskan
dan masih banyak perbedaan pendapat. Perlu ditetapkan terlebih dahulu bahwa pada
setiap kehamilan postterm dengan komplikasi spesifik seperti diabetes mellitus,
kelainan faktor Rhesus atau isoimunisasi, preeklampsia/eklampsia, dan hipertensi
26
kronis yang meningkatkan risiko terhadap janin, kehamilan jangan dibiarkan
berlangsung lewat bulan. Demikian pula pada kehamilan dengan faktor risiko lain
seperti primitua, infertilitas, riwayat obstetrik jelek.
Terdapat perbedaan pendapat dalam pengelolaan kehamilan postterm.
Beberapa kontroversi dalam pengelolaan kehamilan postterm, antara lain adalah
apakah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara aktif yaitu dilakukan induksi setelah
ditegakkan diagnosis postterm ataukah sebaiknya dilakukan pengelolaan secara pasif
yaitu menunggu/ekspektatif. Bila dilakukan pengelolaan aktif, apakah kehamilan
sebaiknya diakhiri pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu.(11)
Pengelolaan aktif yaitu dengan melakukan persalinan anjuran pada usia
kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil risiko terhadap janin. Pengelolaan
pasif/menunggu/ekspektatif didasarkan pandangan bahwa persalinan anjuran yang
dilakukan semata-mata atas dasar postterm mempunyai risiko/komplikasi cukup besar
terutama risiko persalinan operatif sehingga menganjurkan untuk dilakukan
pengawasan terus-menerus terhadap kesejahteraan janin, baik secara biofisik maupun
biokimia sampai persalinan berlangsung dengan sendirinya atau timbul indikasi untuk
mengakhiri kehamilan.(3)
Sebelum mengambil langkah, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kehamilan postterm adalah sebagai berikut :
Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan
(postterm) atau bukan.
Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
- Pemeriksaan kardiotokografi seperti nonstress test (NST) dan contraction
stress test (CST) dapat mengetahui kesejahteraan janin sebagai reaksi
terhadap gerak janin atau kontraksi uterus. Bila didapat hasil reaktif,
maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin
baik. Pemeriksaan USG untuk menentukan besar janin, denyut jantung
27
janin, gangguan pertumbuhan janin, keadaan dan derajat kematangan
plasenta, jumlah (indeks cairan amnion) dan kualitas air ketuban.
- Beberapa pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan seperti pemeriksaan
kadar Estriol.
- Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7
kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal 10 kali/20
menit)
- Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik. Sebaliknya, air ketuban sedikit dan
mengandung mekonium akan mengalami risiko 33% asfiksia.(9,11)
Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Kematangan serviks ini
memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm.
Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera
dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bimana serviks telah
matang.(9,11)
Skor Bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan
responnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa
skor Bishop rendah artinya serviks belum matang dan memberikan angka
kegagalan induksi persalinan yang lebih tinggi dibanding serviks yang
matang.
Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah:
(1) Pembukaan (Dilatation) yaitu ukuran diameter leher rahim yang
terenggang. Ini melengkapi pendataran, dan biasanya merupakan
indikator yang paling penting dari kemajuan melalui tahap pertama
kerja.
(2) Pendataran (Effacement) yaitu ukuran regangan sudah ada di leher
rahim.
(3) Penurunan kepala janin (Station) yaitu mengambarkan posisi kepala
28
janin dalam hubungannya dengan jarak dari iskiadika, yang dapat teraba
jauh di dalam vagina posterior (sekitar 8-10 cm) sebagai tonjolan tulang.
(4) Konsistensi (Consistency) yaitu dalam primigravida leher rahim
perempuan biasanya lebih keras dan tahan terhadap peregangan, seperti
sebuah balon sebelumnya belum meningkat. Lebih jauh lagi, pada
wanita muda serviks lebih tangguh dari pada wanita yang lebih tua.
(5) Posisi ostium uteri (Position) yaitu posisi leher rahim perempuan
bervariasi antara individu. Sebagai anatomi vagina sebenarnya
menghadap ke bawah, anterior dan posterior lokasi relatif
menggambarkan batas atas dan bawah dari vagina. Posisi anterior lebih
baik sejajar dengan rahim, dan karena itu memungkinkan peningkatan
kelahiran spontan.
Tabel Skor Bishop
Bila serviks telah matang (skor Bishop >5), akhiri persalinan dengan
induksi persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap
jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah
matang akan menurunkan risiko kegagalan ataupun persalinan tindakan.
Bila serviks belum matang, perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila
kehamilan tidak diakhiri:
- NST dan penilaian kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan
dapat dibiarkan berlanjut dan penilaian janin dilanjutkan seminggu dua
kali.
29
- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2 cm pada kantong yang vertikal
atau indeks cairan amnion < 5 cm) atau dijumpai deselerasi variabel
pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada
kontraksi (CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, terjadi
deselerasi lambat berulang, variabilitas abnormal (< 5/20 menit)
menunjukkan penurunan fungsi plasenta janin, mendorong agar janin
segera dilahirkan dengan mempertimbangkan bedah sesar. Sementara
itu, bila CST negatif kehamilan dapat dibiarkan berlangsung dan
penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
- Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang, setiap kunjungan
pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila serviks matang.(9,11)
Induksi persalinan yang biasa dilakukan : (13)
a. Pemberian tablet Misoprostol tablet 25 mcg (1/8 tab) pervaginam,
diberikan pada skor Bishop yang masih rendah (< 5), lalu dievaluasi 6
jam kemudian. Bila skor Bishop menjadi lebih tinggi maka dilanjutkan
dengan pemberian infus oksitosin 5 IU dalam D5% atau RL. Bila skor
Bishop tetap, dapat diulang pemberian Misoprostol 25 mcg. Tetapi
pada kasus dengan ketuban pecah dini umumnya langsung pemberian
infus oksitosin. Tablet Misoprostol bisa sebagai priming dan juga
untuk induksi persalinan. Bila setelah pemberian Misoprostol terjadi
inpartu dianggap sebagai induksi, tetapi jika setelah pemberian
Misoprostol belum timbul inpartu namun skor Bishop bertambah maka
hal ini dianggap sebagai priming. Sediaan Misoprostol (Cytotex,
Gastrul) tablet: 100 mcg dan 200 mcg.
b. Infus oksitosin 5 IU dalam D5% dimulai 8 tetes per menit dapat
dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai His adekuat atau maksimal 40
tetes per menit. Pada kasus dengan hamil postterm, jika botol pertama
30
habis dilanjutkan dengan botol kedua: infus oksitosin 10 unit dalam
D5% mulai 20 tetes per menit dapat dinaikkan 4 tetes per menit sampai
His adekuat, maksimal 40 tetes per menit. Jika dengan dua botol infus
oksitosin tidak inpartu dapat diistirahatkan 24 jam, kemudian
dilakukan induksi persalinan setelah istirahat. Jika tetap tidak inpartu,
kehamilan diakhiri dengan sectio caesarea. Pada kasus dengan
ketuban pecah dini, bila dalam pemberian 2 botol infus oksitosin tidak
respon maka kehamilan diakhiri dengan sectio caesarea.
31
Wanita hamil ≥ 42 minggu
Induksi Persalinan
(oksitosin drip mulai 8 tpm) CST
Belum
inpartu Negatif Positif
Botol 1 habis
Istirahat 24 jam
32
BAB IV
ANALISIS KASUS
Kasus Teori
Pasien Ny. S, G2 P1 A0, 27 tahun, hamil Postdate merupakan kehamilan dalam jangka waktu >
41 minggu, janin tunggal hidup 40 minggu sampai dengan 42 minggu. Kehamilan lewat
intrauterin, preskep, belum inpartu tanggal atau postdate merupakan salah satu kehamilan
dengan postdate datang kiriman yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi
Poliklinik Kandungan dengan keluhan pada ibu dan janin.(1)
hamil lewat tanggal. Keadaan janin Penegakkan diagnosis kehamilan postterm dapat
baik. Dokter menganjurkan untuk dilakukan dengan anamnesis mengenai riwayat haid,
mengakhiri kehamilan dengan cara riwayat pemeriksaan antenatal, pemeriksaan fisik TFU,
dipacu dengan obat. pemeriksaan penunjang USG dan laboratorium.
Keadaan serviks pasien belum matang Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk
sehingga dilakukan priming dengan ditegakkan bilamana hari pertama haid terakhir (HPHT)
Misoprostol 25 mcg sebanyak dua kali diketahui dengan pasti.(3) Selanjutnya diagnosis
pemberian, kemudian dilanjutkan ditentukan dengan menghitung menurut rumus
induksi persalinan dengan oksitosin drip Naegele.(9)
sebanyak satu sehingga
botol Meskipun diagnosis kehamilan postterm berhasil
pembukaan serviks menjadi lengkap, ditegakkan pada 4-19% dari seluruh kehamilan,
tetapi dari pembukaan serviks yang sebagian diantaranya kenyataanya tidak terbukti oleh
lengkap sampai 1 jam bayi belum juga karena kekeliruan dalam menentukan usia kehamilan.(1)
lahir dan ibu mengatakan sudah Oleh sebab itu, dalam penegakkan diagnosis kehamilan
kelelahan untuk mengejan, sehingga postterm membutuhkan informasi yang tepat mengenai
dilakukan Vacum Ekstraksi. lamanya kehamilan menjadi sangat penting. Hal ini
disebabkan karena semakin lama janin berada di dalam
Composmentis uterus maka semakin besar pula risiko bagi janin dan
33
Tanda-tanda vital : neonatus untuk mengalami morbiditas maupun
TD: 110/70 mmHg mortalitas. Namun sebaliknya, pemberian
N: 80x/menit intervensi/terminasi secara terburu-buru juga bisa
S: 36,8° C memberikan dampak yang merugikan bagi ibu maupun
P: 18 x/menit janin.
SpO2: 99%
Berdasarkan kasus Ny. S datang dengan keluhan perut
belum terasa kencang-kecang, tetapi hamil sudah lewat
TB : 158 cm BB: 70 kg
tanggal berdasarkan perkiraan hari pertama haid
IMT : 28,11 kg/m2 (obesitas)
terakhir. Berdasarkan perhitungan HPHT didapatkan
usia kehamilan lebih dari 40 minggu, yaitu 41 minggu,
TFU: 33 cm, DJJ: 140 X/menit, His: (-)
sehingga didiagnosis dengan Postdate. Hal tersebut juga
VT :
sesuai dengan definisi menurut World Health
- Pembukaan serviks : 0 cm
Organization (WHO) bahwa kehamilan postterm adalah
- Pendataran serviks : 0%
kehamilan yang berlangsung sampai atau lebih dari 42
- Penurunan kepala : Hodge I
minggu (294 hari). (5)
- Konsistensi serviks: lunak, tebal
Kehamilan postterm mempunyai risiko bahaya lebih
- Posisi serviks : posterior
tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap
kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan
Pemeriksaan lab : Dalam Batas
postpartum) berkaitan aspirasi mekonium dan
Normal
asfiksia.(14) Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada
Leukosit : 11,3 ribu/uL, Eritrosit 4,4 kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun
juta/uL, Hb 13,0 g/dL, Ht 36%, dan terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan
Trombosit 345 ribu/uL. dengan penurunan estriol dan plasental laktogen.
Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta
tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
34
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di
samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan
janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.
Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi
plasenta dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin
lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian
janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin,
jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
35
Misoprostol 25 mcg. Tetapi pada kasus dengan ketuban
pecah dini umumnya langsung pemberian infus
oksitosin. Tablet Misoprostol bisa sebagai priming dan
juga untuk induksi persalinan. Bila setelah pemberian
Misoprostol terjadi inpartu dianggap sebagai induksi,
tetapi jika setelah pemberian Misoprostol belum timbul
inpartu namun skor Bishop bertambah maka hal ini
dianggap sebagai priming. Sediaan Misoprostol
(Cytotex, Gastrul) tablet: 100 mcg dan 200 mcg. Infus
oksitosin 5 IU dalam D5% dimulai 8 tetes per menit
dapat dinaikkan 4 tetes tiap 15 menit sampai His
adekuat atau maksimal 40 tetes per menit. Pada kasus
dengan hamil postterm, jika botol pertama habis
dilanjutkan dengan botol kedua: infus oksitosin 10 unit
dalam D5% mulai 20 tetes per menit dapat dinaikkan 4
tetes per menit sampai His adekuat, maksimal 40 tetes
per menit. Jika dengan dua botol infus oksitosin tidak
inpartu dapat diistirahatkan 24 jam, kemudian dilakukan
induksi persalinan setelah istirahat.(13) Jika tetap tidak
inpartu, kehamilan diakhiri dengan sectio caesarea.
Pada kehamilan ini mempunyai hubungan erat dengan
mortalitas, morbiditas perinatal, atau makrosomia.
Sementara itu resiko bagi ibu dengan kehamilan post
date dapat berupa partus lama, inersia uteri, dan
perdarahan pasca persalinan ataupun tindakan obstetric
yang menigkat.(2) Hal tersebut sesuai dengan yang
dialami oleh pasien, dimana dimulai dari pasien datang
dalam keadaan belum inpartu, kemudian dilakukan
36
terminasi kehamilan dengan cara induksi dengan
pemberian gastrul 1/8 fp sebanyak dua kali dan drip
oxytocin 5 IU sebanyak satu kali dan di observasi
pembukaan serviks sampai lengkap dan sampai bayi
dilahirkan, maka dapat dikatakan bahwa persalinan
berlangsung lama, sehingga harus menggunakan suatu
tindakan obstetric untuk membatu ibu untuk
mengeluarkan bayinya, yaitu dengan cara Vacum
Ekstraksi.
37
BAB V
KESIMPULAN
38
DAFTAR PUSTAKA
39