Anda di halaman 1dari 30

Pembimbing :

Dr. Oktavianus Ch Salim, MS


One Health merupakan sebuah
pendekatan untuk menghadapi Konsep One Health memiliki tujuan
tantangan yang kompleks antara hewan, untuk mengurangi risiko dampak
manusia, dan kesehatan lingkungan tinggi penyakit pada ekosistem
termasuk penyakit darurat pandemi, hewan-manusia.
krisis panganglobal, dan perubahan iklim
BAB I
PENDAHULUAN
 Akhir-akhir ini, dunia kembali dikejutkan dengan terjadinya
wabah flu tipe A/H5N1 dan H1N1. Kasus infeksi H5N1 pada
manusia pertama kali terjadi di Hong Kong, China pada tahun
1997 mengakibatkan 18 orang positif terinfeksi dengan 6
orang meninggal dan kemudian menyebar ke seluruh dunia
termasuk Indonesia.

WHO pada bulan November 2004 menyatakan bahwa pada


serbuan pertama pandemi wabah H5N1 ini sebagian besar
negara berkembang tidak bisa mengakses vaksin sehingga
pandemi diperkirakan akan menyebar dan meluas dengan
cepat.
AP A I TU F LU
B UR UNG ?

PEN YAKIT

MENULAR

 D I S EBA BK AN OL EH VI R U S AVIAN INFLUEN ZA


TIPE A
 DITULARKAN OLEH UNGGAS
 DA PA T ME NY ERANG MANUSIA
Virus H5N1, seperti virus flu pada umumnya, sangatlah mudah
bermutasi atau berevolusi. Jika virus H5N1 menginfeksi
manusia, maka kemungkinan terjadinya pertukaran genetik
antara gen virus dengan gen manusia selama co infeksi
sangatlah mungkin terjadi dan secara berangsur-angsur akan
terjadi mutasi adaptif dari virus sehingga membentuk cluster
kecil virus jenis ini .6
PENYEBARAN FLU BURUNG

Kejadian flu burung di Asia Tenggara terjadi pada 2004, kejadian paling
banyak pada Vietnam.

Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan


demikian Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong,
Thailand, Vietnam dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia.
Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada
manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan
atau PCR.
Patogenesis Flu Burung

Replikasi
virus influenza

• Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus
respiratorius.
• Pada dosis infeksius, sekitar 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan
menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan
bronkus.5
• Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam
sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan
menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat
meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain.
CARA PENULARAN

• Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum


dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak
tidak langsung.3 Sebagian besar kasus infeksi virus flu burung
pada manusia disebabkan penularan virus dari unggas ke
manusia .1,7,8

• Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara


memberi makan binatang seperti kucing, macan, ataupun
macan tutul dengan unggas yang terinfeksi dengan H5N1
terbukti bahwa binatang pemakan daging tersebut dapat
mengalami kelainan paru berupa pneumonia, severe diffuse
alveolar damage, dan dapat menyebabkan kematian.
CARA PENULARAN ANTAR UNGGAS
PENULARAN FLU BURUNG KE
MANUSIA
GEJALA FLU BURUNG PADA MANUSIA

demam tinggi flu diare, muntah, sakit perut


GEJALA FLU BURUNG PADA MANUSIA

• Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh


demam, sakit kepala, sakit otot, batuk, pilek dan kadang-
kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak.
• Gejala-gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan
rasa dingin. Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk
beberapa hari dan hilang dengan spontan. Badan dapat
mengatasi infeksi virus influenza melalui mekanisme produksi
zat anti dan pelepasan interferon.1
• Kenaikan level cytokinin dalam tubuh akan menyebabkan
timbulnya gejala demam, kedinginan, muntah, dan sakit
kepala.1 Masa inkubasi pada Unggas : 1 minggu, pada
Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5
hari sesudah timbul gejala, pada anak sampai 21 hari.5
GEJALA FLU BURUNG PADA UNGGAS

Lemas dan tidak


mau makan

Mati mendadak Jengger Bengkak


dan warna kebiruan

Terdapat darah
keluar dari mulut
unggas
Jika ada gejala 
periksa ke Dokter/
puskesmas/
Rumas sakit
sebelum 2 X 24 jam

Sampaikan ke dokter /
perawat apabila ada
unggas yang sakit/mati
mendadak di
lingkungan
Diagnosis
• Diagnosis pasti penyakit influenza
dapat diperoleh melalui isolasi virus
maupun pemeriksaan serologis.

• Untuk mengisolasi virus diperlukan


usap tenggorok atu usap hidung dan
harus diperoleh sedini mungkin,
biasanya pada hari-hari pertama sakit.

• Diagnosis serologis dapat diperoleh


melalui uji fiksasi komplemen atau
inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat
ditunjukkan kenaikan titer sebanyk 4
kali antara serum pertama dengan
serum konvalesen atau titer tunggal
Perbedaan flu burung dengan demam biasa yang tinggi.
Diagnosis
• Diagnosis cepat lainnya dapat juga diperoleh dengan pemeriksaan
antibodi fluoresen yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A.

Uji Konfirmasi :
1. Kultur dan identifikasi virus H5N1.
2. Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
3. Uji serologi :
a. Imunofluorescence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan
menggunakan antibodi monoklonal Influensa A H5N1.
b. Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influensa
A/H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi.
c. Uji penapisan :
a). Rapid Test untuk mendeteksi Influensa A.
b). HI Test dengan darah kuda untik mendeteksi H5N1.
c). Enzyme Immunoassay (ELISA) untuk mndeteksi H5N1.
Diagnosis Banding
Banyak penyakit yang memiliki gejala yang menyerupai flu (flu like
syndrom) sehingga influenza dapat didiagnosis banding : 1

1. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrom)


• Perbedaan dengan influenza adalah cara penularannya, yaitu dengan
kontak langsung membran mukosa, serta pada gejala pernapasan
rasa sesak lebih berat dirasakan di banding pada influenza yang tidak
terdapat sesak napas.

2. Common cold (selesma)


• suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara besar
yang disebabkan oleh rhinovirus (80%). Gejala-gejala penyakit ini
biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan dapat
muncul saat gejala, dan gejala-gejala yang lain tidak sehebat
influenza.
Diagnosis Banding
3. Infeksi saluran pernapasan atas
• penyakit infeksi pada saluran pernapasan atas yang banyak
disebabkan oleh virus dan mempunyai gejala-gejala seperti flu,
akan tetapi pada infeksi saluran pernapasan atas mempunya
gejala-gejala lain seperti rhinitis, sinusitis, nasopharyngitis,
pharyngitis, epiglotitis, laryngitis, laringotrakeitis dan trakeitis.
4. Infeksi parainfluenza virus juga mempunyai gejala yang hampir
sama dengan infeksi virus influenza dimana yang terdiri dari HPIV-
1, HPIV-2, HPIV-3 dan HPIV-4 yang
5. Meningitis
• Dimana gejala awal dari penyakit ini menyerupai flu seperti
demam, sefalgia, nausea, vomitus, photofobia sedangkan pada
pemeriksaan fisik terdapat kaku kuduk positif.
Penatalaksanaan
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan
petunjuk seperti :

• Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg


selama 5 hari, simtomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
• Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg
selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman
tipik dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus
pneumonia berat, ARDS. Respiratory Care di ICU sesuai indikasi.
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tinggi, digunakan
Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama 7 hari
sampai 6 minggu.
Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza seperti :

1. Pneumonia influenza primer, ditandai dengan batuk yang


progresif, dispnea, dan sianosis pada awal infeksi. Foto
rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral tanpa
konsolidasi, dimana menyerupai ARDS.

2. Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi


beberapa bakteri (seperti Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza)
Pencegahan

• Pencegahan infeksi virus H5N1 dapat dilakukan dengan


memberi vaksin. Namun, vaksin yang tersedia sekarang belum
mencukupi untuk mengatasi serangan H5N1 jika terjadi
pandemi. Beberapa jenis vaksin yang tersedia sekarang adalah
ACAM-FLU-A, fluzone, influvac live attenuated (flumist).

• PHBS merupakan cara yang paling murah untuk mencagah


terjadinya penularan H5N1. Mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir setelah memegang unggas dan sebelum makan,
menggunakan sarum tangan saat memegang unggas,
menggunakan masker saat memasuki kandang unggas, dan
memasak daging unggas sampai matang (<80°C).
Pencegahan
• Pencegahan lain untuk avian influenza adalah :
1. Penggunaan antiviral chemoprophylaxis
• Orang yang telah terpapar virus H5N1 bisa diberikan antiviral
ini sebagai upaya pencegahan menyebarnya virus H5N1 dalam
tubuh.
2. Imunisasi
• Vaksin untuk menonaktifkan H5 telah berhasil dikembangkan.
H5 hemagglutinin merupakan unsur yang ada dalam tubuh
virus yang mempunyai kemampuan untuk melemahkan
imunogen manusia.
• Vaksin bersifat terbatas, artinya seseorang yang telah
mendapatkan vaksin ini tidak selamanya aman dan bebas dari
virus H5N1. Hal ini dikarenakan virus ini sangat mudah
bereplikasi.
Prognosis
• Prognosis dari infeksi H5N1 tergolong buruk.

• Kematian rata-rata terjadi anatara 9-10 hari setelah penyakit


muncul (rentan 6-30 hari) dan kebanyakan pasien meninggal
karena kegagalan sistem pernafasan.

• Angka kematian yang cukup tinggi untuk sebuah penyakit


infeksi, sampai sekarang perkiraan case mortality rate menurut
WHO untuk kasus ini masih tinggi, yaitu sebesar 60%.1
Penemuan Kasus dan Tata Cara Pelaporan Penyakit
Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah
ONE HEALTH APPROACH
Sumber Topik Tanggung Program Kebijakan Pemangku
jawab pementingan

Vektor (Hewan)

Unggas Pengendali Kementrian • Relokasi peternakan • UU No. 4 Dinas


an hewan kesehatan jauh dari pemukiman tahun 1984 Peternakan
Kementrian penduduk yang Mengenai
padat
lingkungan wabah
• Memperketat lalu
hidup lintas ternak penyakit
Kementrian (khususnya unggas), menular
peternakan mengawasi
pemasukan uanggas • UU No.36
dari negara atau tahun 2009
daerah positif Flu Mengenai
burung ke wilayah kesehatan
Indonesia secara
ilegal
• Melakukan vaksinasi
Lingkungan
Kebersihan • Kementrian • Menjaga • Permenkes • Kader
lingkungan kesehatan kebersihan RI No. 82 masyarakat
• Kementrian lingkungan Tahun 2014 • Kepala desa
lingkungan pemukiman tentang • Tenaga
hidup dan penanggulan kesehatan Dinas
pertenakan gan penyakit lingkungan hidup
menular

Manusia
• Pencega Kementrian • Partisipasi • Permenkes RI • Kader
han kesehatan masyarakat dalam No. 82 Tahun masyarakat
penular pengendalian flu 2014 • Kepala desa
an Flu burung Mengenai • Tenaga
burung • Penyuluhan tentang penanggulanga kesehatan
• Penangg flu burung n penyakit Dinas
-ulangan • Pemantauan menular Kesehatan
Flu surveilen • Permenkes RI • Dokter
burung No.45 tentang puskesmas
penyelenggara • Dinas
an surveilens kesehatan
kesehatan
BAB III
LAPORAN PENYULUHAN
Penyuluhan Flu Burung

Pukul : 08.00-08.30 WIB


Tempat : PKM Kelurahan Pejaten Timur
Target :
• Pemegang program kesehatan lingkungan Puskesmas Kelurahan Pejaten
Timur
• Warga kelurahan Pejaten Timur

Materi : Flu Burung


Tujuan : Meningkatkan pengetahuan para Warga daerah Pejaten Timur
mengenai Flu Burung

Media : Presentasi menggunakan Flipchart


Dokumentasi Penyuluhan
DAFTAR PUSTAKA
1. Biegel H dkk. 2005. Avian Influenza A (H5N1) Infection in Humans. The New England
Journal of Medicine; N Engl Med 2005;353:1374-85.

2. Braunwald dkk. 2003. Harrisson’s 15th edition; Principles of Internal Medicine volume I.
The Mc Graw-Hill Comparies, Inc. New Delhi, India.

3. Bridges CB. 2003. Transmission of influenza : implecation for control in health care
setting. Clin Infect Dis; 37 : 1094 – 1101.

4. DerletR.2007. nfluenza. Tersedia dalam http://www.emedicine.com/influenza. Diakses


tgl 15 Maret 2012.

5. Ghafar A dkk. 2008. Update on Influenza A (H5N1) Virus Infection in Humans. The New
England Journal of Medicine; 358:261-73.

6. Mahardika, dkk. 2005. Aspek Epidemiologi Virus Avian Influenza. Denpasar. Tersedia
dalam http://www.uplek.org/pdf/aspek_epidemologi. Diakses tgl 16 Maret 2012.

7. Nainggolan L., dkk., 2006. Influenza Burung. Buku Ajar Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta.

8. Nelwan RHH, 2006. Influenza dan Pencegahannya. Buku Ajar Penyakit Dalam. FKUI:
Jakarta.
9. Peiris JS dkk. 2004. Re-emergence of fatal human influenza A subtype H5N1 disease.
Lancet; 363: 617-619.

10. Russel CJ dkk. 2005. The genesis og a pandemic influenza virus. Science Cell. 123(3):
368-371.

11. WHO. 2005. Responding to The Avian Influenza Pandemic Threat; Recomended
Strategic Action. WHO/CDS/CSR/GIP/2005.8. Diakses tanggal 7 Maret 2010

12. World Health Organization. Human leptospirosis: Guidance for diagnosis, surveilance
and control. Geneva: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data. 2003.

13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82


Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2014.

14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1501 Tahun 2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010.

Anda mungkin juga menyukai