Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh:
Amalia Rizkiannur Putri 1910017065
Cristian Bungin 1910017071
Mita Maulida Rifqiya F. 1910017062
Olga Fanny Tantiwi N. 1910017063
Miranda Shaqilla Antareztha 2010017023
Adi Winata 2010017020
Bimbi Zulkifli 2010017013
Pembimbing:
dr. Andi Satya Adi Saputra, Sp.OG., M.Kes
Puji dan syukur penyusun panjatkan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan Tutorial Klinik
tentang “Perdarahan Antepartum”. Laporan ini disusun dalam rangka tugas
Kepaniteraan Klinik di Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
Dalam penulisan ini, penyusun juga ingin menghaturkan banyak terima
kasih kepada dr. Andi Satya Adi Saputra, Sp.OG., M.Kes atas waktunya untuk
membimbing penyusun di sela-sela kesibukannya. Banyak ilmu yang penyusun
dapat dari arahan beliau yang bisa membantu dalam kehidupan penyusun.
Penyusun sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh
sebab itu penyusun mengharapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik yang
dapat membangun demi perbaikan laporan ini. Akhirnya, penyusun berharap agar
laporan ini dapat bermanfaat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
kegawatdaruratan dalam obstetri dan menjadi bekal di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
2.1 Identitas........................................................................................................3
2.2 Anamnesis....................................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................5
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................6
2.5 Diagnosis......................................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................7
2.7 Follow Up di Ruang Mawar.........................................................................7
2.7.1 Follow Up di Ruang VK
Mawar...........................................................................................................7
2.7.2 Follow Up di Ruang Nifas
Mawar.........................................................................................................11
BAB IV PENUTUP...............................................................................................28
4.1 Kesimpulan......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Plasenta previa adalah plasenta yang melekat pada bagian segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai
dengan perdarahan diatas usia 22 minggu kehamilan tanpa ada nyeri (Saifuddin,
Rachimhadhi, & Wiknjosastro, 2014). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk mengangkat kasus tentang plasenta previa yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah menambah wawasan mengenai
perdarahan antepartum.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui teori tentang kasus-kasus perdarahan antepartum, seperti
plasenta previa, solusio plasenta, dan vasa previa.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Umum
Memperkaya khasanah ilmiah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama di bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya mengenai materi
perdarahan antepartum.
1.3.2 Manfaat Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai kasus perdarahan antepartum.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Keluar darah dari jalan lahir
3
Darah yang keluar berwarna merah segar. Pasien memiliki riwayat masuk
RS sebanyak 2 kali dengan keluhan yang sama, terakhir 22 Januari 2021 dan
dirawat selama 2 hari dengan diagnosa plasenta letak rendah. Keluhan
seperti nyeri atau perut terasa kencang, mual, muntah, kesulitan untuk buang
air kecil dan buang air besar, serta demam tidak dialami pasien.
Riwayat Menstruasi:
Menarche pada usia 13 tahun, lama haid 7 hari, siklus haid 28 hari, dalam
sehari mengganti pembalut 2-3 kali, selama haid tidak ada nyeri haid dan
aktivitas pasien tidak terganggu. Hari pertama haid terakhir, tanggal 02 Juni
2020. Taksiran persalinan, tanggal 09 Maret 2021.
Riwayat Perkawinan:
Pasien menikah 1 kali, menikah pertama pada usia 24 tahun dan lama
pernikahan dengan suami sekarang 11 tahun.
Riwayat Obstetri
G4P2002A100
No Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit JK/BB Keadaan
Kehamila Persalinan Lahir
n
1 2011 Bidan Aterm Normal Bidan - L/350 Hidup
0
2 2012 RS 4 Bulan Kuret Dokter - - Mati
3 2017 RS Aterm Normal Bidan - P/3200 Hidup
4 2021 Hamil ini
4
Riwayat Antenatal Care
Pasien 8 kali kontrol kehamilan, 6 kali kontrol di klinik bidan dan 2 kali di
RS Bakti Nugraha. Pasien rutin kontrol setiap bulan. Saat kontrol ke 7 kali
didapatkan hasil USG janin tunggal hidup dengan plasenta letak rendah.
Riwayat Kontrasepsi:
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan selama 1,5 tahun.
5
- Leopold I : Bokong
- Leopold II : Punggung di kanan
- Leopold III : Kepala
- Leopold IV : Belum masuk PAP
Auskultasi : DJJ 148 kali/menit
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginal Toucher : Tidak dilakukan
6
Janin tanggal, DJJ (+), presentasi kepala, air ketuban cukup, plasenta
sebagian posisi di ostium uteri internum.
2.5 Diagnosis Kerja
G4P2002A100 janin tunggal hidup intrauterin gravid 34 minggu + plasenta
previa letak rendah.
2.6 Penatalaksanaan
1. IVFD Ringer Laktat 20
tetes/menit
2. Inj. Asam tranexamat 500
mg/8 jam/IV
3. Injeksi Dexamethasone 5
mg/12 jam/ IV selama 2 hari
4. Observasi keadaan umum,
tanda vital, perdarahan
2.7 Follow Up di Ruang Mawar
2.7.1 Follow Up di Ruang VK
Rencana tindakan
Tanggal Follow up
dan penatalaksanaan
30/01/2021 Menerima pasien dari IGD - Observasi keadaan
13.45 S: Perdarahan dari vagina sejak jam 6 umum, tanda vital,
pagi berupa cairan segar banyaknya 1 perdarahan, DJJ
pembalut. dan His
O: KU : Sedang, kesadaran : - Inj. Asam
7
Composmentis, terpasang infus RL tranexamat 500
20 tetes/menit, TD: 110/70 mmHg, N: mg/8 jam/IV
88 x/menit, - Inj.
T: 36,4 oC, RR: 20 x/menit, Dexamethasone 5
DJJ: 148 x/menit, TFU : 29 cm mg/12 jam/IV
His (-) - Rencana USG
A: G4P2002A100 gravid 34 minggu +
plasenta previa letak rendah
30/01/2021 S: Keluar flek-flek darah - Observasi keadaan
21.50 O: KU : Sedang, kesadaran : umum, tanda vital,
composmentis, terpasang infus RL 20 perdarahan, DJJ
tetes/menit, TD: 120/70 mmHg, N: 82 dan His
x/menit, - Inj. Asam
T: 36,7 oC, RR: 20 x/menit, tranexamat 500
DJJ: 142 x/menit, mg/8 jam/IV
His (-)
A: G4P2002A100 gravid 34 minggu +
plasenta previa letak rendah
30/01/2021 - Inj.
01.30 Dexamethasone 5
mg/12 jam/IV
31/01/2021 S: Masih keluar flek-flek darah - Observasi keadaan
06.00 O: KU : Sedang, kesadaran : umum, tanda vital,
Composmentis, Terpasang infus RL perdarahan, DJJ
20 tetes/menit, TD: 110/70 mmHg, N: dan His
82 x/menit, - Inj. Asam
T: 36oC, RR: 20 x/menit, tranexamat 500
DJJ: 138 x/menit, mg/8 jam/IV
His (-)
A: G4P2002A100 gravid 34 minggu +
plasenta previa letak rendah
31/01/2021 S: Masih keluar flek-flek darah - Observasi keadaan
13.30 O: KU : Sedang, kesadaran : umum, tanda vital,
8
Composmentis, Terpasang infus RL perdarahan, DJJ
20 tetes/menit, TD: 100/70 mmHg, N: dan His
80 x/menit, - Inj.
T: 36oC, RR: 20 x/menit, Dexamethasone 5
DJJ: 142 x/menit, His (-) mg/12 jam/IV
Tampak darah di softek ± 3 cc - Inj. Asam
A: G4P2002A100 gravid 34 minggu + tranexamat 500
plasenta previa letak rendah mg/8 jam/IV
10
plasenta previa letak rendah - Puasa
02/02/2021 Jam : 13.22, BB : 2.415 gr, PB : 46 cm, - Operasi SC a/i
13.00 Jenis kelamin : Perempuan, LK : 32 HAP
cm, LD : 30 cm, LP : 28 cm, ketuban - Terapi Post OP
jernih, cacat (-), anus (+) - RL drip Oxytosin
2 amp + tramadol
1 amp selama 24
jam
- Inj. Ceftriaxone 1
gr/12 jam/IV
02/02/2021 S: Menjemput pasien dari ruang post - Puasa sampai
15.30 operasi dan keluhan nyeri post bising (+)
operasi - Rencana cek Hb
O: KU : Sedang, kesadaran : post OP
composmentis, terpasang infus - Rencana ganti
asering drip Oxytosin dan Tramadol, balut luka hari 3
TD: 110/70 mmHg, TFU : 1 jari post OP
dibawah pusat, kontraksi uterus :
baik, perdarahan dalam batas normal
A: P2103A100 Post SC hari 0 a/i HAP
02/02/2021 - Ambil darah untuk
17.00 cek darah lengkap
02/02/2021 Hb : 11 g/dL, Hct : 33 %, WBC : 13 x - Hasil lab terlampir
19.00 103 /µL, RBC : 3,48 x 106/ µL, PLT : - Pemindahan
189 x 103/ µL pasien ke ruang
Nilai normal nifas
Hb : 11-16 g/dL, Hct : 37-54 %, WBC :
4,8-10,8 x 103 /µL, RBC : 4,2-5,4 x
106/ µL, PLT : 150-450 x 103/ µL
11
21.30 O: KU : Sedang, kesadaran : umum, tanda vital,
composmentis, terpasang infus RL dan keluhan
drip Oxytosin + Tramadol 20
tetes/menit, TD: 110/70 mmHg,
TFU : 1 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus : keras, perdarahan dalam batas
normal
A: P2103A100 Post SC hari 0 a/i HAP
03/02/2021 - Inj. Ceftriaxone 1
01.00 gr/12 jam/IV
- Kaltrofen supp
1/8 jam/rektal
03/02/2021 S: Nyeri daerah luka operasi mulai - Observasi
09.00 berkurang keadaan umum,
O: KU : Sedang, kesadaran : tanda vital, dan
Composmentis, TD : 120/70 mmHg, keluhan
N: 77 x/menit, T : 36 oC Terpasang - Inj. Ceftriaxone 1
infus dan kateter, TFU : 1 jari gr/12 jam/IV
dibawah pusat, kontraksi uterus : - Kaltrofen supp
keras, perdarahan dalam batas normal 1/8 jam/rektal
A: P2103A100 Post SC hari 1 a/i HAP
03/02/2021 - Lepas infus dan
10.00 venflon masih
terpasang
- Lepas kateter urin
03/02/2021 - Asam mefenamat
13.00 3 x 500 mg
03/02/2021 S: Nyeri luka operasi berkurang - Kaltrofen supp
17.00 O: KU : Sedang, kesadaran : 1/8 jam/rektal
composmentis, TD : 110/70 mmHg,
N: 98 x/menit, RR : 20 x/menit, T : 36
o
C, terpasang venflon
A: P2103A100 Post SC Hari 1 a/i HAP
03/02/2021 S: Nyeri luka operasi berkurang dan - Observasi
12
21.00 mulai menyusui aktif keadaan umum,
O: KU : Sedang, kesadaran : tanda vital, dan
composmentis, terpasang venflon, keluhan
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi - Asam mefenamat
uterus baik, perdarahan dalam batas 3 x 500 mg
normal - Cefadroxil 2 x
A: P2103A100 Post SC Hari 1 a/i HAP 500 mg
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis
fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan
dikompensasi dengan kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO
akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi
pada perokok berat (> 20 batang/hari) (Faiz & Annath, 2003).
15
D. Insidensi
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran di
seluruh dunia. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa
merupakan penyebab terbanyak. Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan
dengan paritas tinggi dari pada usia diatas 30 tahun dan lebih sering pada
kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal (Cunningham, 2014).
Kejadian plasenta previa pada beberapa rumah sakit di Indonesia memiliki
insidensi yang bervariasi dengan kisaran 1,7 sampai 2,9%. Penggunaan
ultrasonografi dalam obstetrik yang meluas memungkinkan deteksi yang lebih
dini sehingga insidensi plasenta previa dapat lebih tinggi (Chalik, 2010).
E. Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan) (Chalik, 2010;
Cunningham, 2014) :
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi
dilahirkan secara normal, karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat
besar, dan biasanya janin tetap tidak dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang
menutupi jalan lahir. Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko
perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga
dangerous placenta adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang
2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap
plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar,
dan janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.
F. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim,
16
tampak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
bertumbuh menjadi bagian dari uteri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta.
Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka
(dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan
terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruang intervillus
dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu
perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable
bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh
karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah
pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti
karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari
plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh
karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikian
perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar
berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less) (Chalik, 2010).
Perdarahan pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum terjadi
lebih awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu
mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi
cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama
sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh
kejadiannya pada kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan
terletak pada dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah
mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematom retroplasenta yang mampu
merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi
17
maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa
(Chalik, 2010).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya
elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala
tiga karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau
setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik (Chalik, 2010)
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan, antara lain:
a. Anamnesis
- Perdarahan pada usia kehamilan > 22 minggu, tanpa
nyeri (painless), tanpa sebab (causeless), dan berulang (recurrent).
- Riwayat operasi uterus sebelumnya dan faktor risiko
lainnya (Kementerian Kesehatan RI, 2013; Saifuddin, Rachimhadhi, &
Wiknjosastro, 2014).
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
jika telah berdarah banyak maka ibu akan kelihatan anemis bahkan
syok[ CITATION Kem13 \l 1033 ].
Palpasi
- Bagian terendah janin masih tinggi diatas simfisis atau
belum masuk pintu atas panggul. Biasanya kepala masih goyang
atau terapung (floating).
18
- Letak janin tidak dalam letak memanjang.
- Tidak ada kontraksi uterus.
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan
pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus
(Kementerian Kesehatan RI, 2013; Saifuddin, Rachimhadhi, &
Wiknjosastro, 2014).
Pemeriksaan dalam
Sangat berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan masif
sehingga kontraindikasi untuk dilakukan, kecuali fasilitas operasi segera
tersedia. Jika USG tidak tersedia dan usia kehamilan ≥ 37 minggu,
Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi (PDMO) atau double set-up
examination dapat dilakukan dengan cara melakukan perabaan plasenta
secara langsung melalui pembukaan serviks. Tindakan ini tidak
dianjurkan pada kondisi perdarahan banyak dan ibu dengan anemia
berat [ CITATION Sai142 \l 1033 \m Cun18].
Pemeriksaan inspekulo
- Adanya darah dari ostium uteri eksernum.
- Plasenta dapat ditemukan menonjol melalui ostium
serviks[ CITATION Cun18 \l 1033 ]
19
c. Pemeriksaan dengan Alat
Pemeriksaan USG:
₋ USG transabdominal dengan keakuratan berkisar 96 – 98 % dalam
keadaan kandung kemih yang dikosongkan. Hasil positif-semu
umumnya disebakan oleh distensi kandung kemih, sehingga
pemeriksaan harus diulangi setelah kandung kemih dikosongkan
(Saifuddin, Rachimhadhi, & Wiknjosastro, 2014; Cunningham, et
al., 2018).
20
Gambar 3.3. USG transvaginal A) Plasenta anterior sepenuhnya
menutupi ostium serviks internal yang digariskan oleh panah. B)
plasenta posterior (panah) yang baru mencapai tingkat ostium
servikalis interna [ CITATION Cun18 \l 1033 ].
MRI juga dapat digunakan untuk diagnosis plasenta previa, tetapi
penggunaannya tidak praktis terlebih dalam suasana yang mendesak
(Saifuddin, Rachimhadhi, & Wiknjosastro, 2014).
21
Penanganan pasif/penanganan ekspektatif
1. Tatalaksana Umum
- Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia
kesiapan untuk seksio caesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan
secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
- Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl
0,9% atau Ringer Laktat); dan
Lakukan penilaian jumlah perdarahan. Jika perdarahan banyak dan
berlangsung, persiapkan seksio sesarea tanpa memperhitungkan
usia kehamilan.
Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi ekspektatif (Cunningham et al,
2015).
2. Tatalaksana Khusus
Terapi Ekspektatif
Perdarahan pada plasenta previa dapat terjadi sebelum paru-paru janin
matang. Dalam kasus ini, kelangsungan hidup janin di intrauterine dapat tetap
dipertahankan dengan terapi ekspektatif. Pada awal kehamilan, diperlukan
transfusi untuk menggantikan kehilangan darah serta terapi tokolitik untuk
mencegah terjadinya persalinan prematur, hingga kehamilan mencapai usia
32-34 minggu. Setelah 34 minggu, manfaat pematangan harus
dipertimbangkan terhadap terjadinya resiko perdarahan yang lebih besar.
Selain itu penting juga untuk dipertimbangkan resiko terjadinya perdarahan
kembali yang disertai dengan retardasi pertumbuhan janin intrauterin.
Sebagian besar kasus plasenta previa sekitar 75% dilakukan terminasi
kehamilan pada usia 36-40 minggu (Cunningham et al, 2015).
Syarat terapi ekspektatif:
- Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik;
- Belum ada tanda inpartu; dan
- Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal).
- Janin masih hidup dan kondisi janin baik;
22
- Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis;
- Lakukan pemeriksaan USG untuk memastikan letak plasenta;
- Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
MgSO4 4 gr/iv dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam; atau
Nifedipin 3 x 20 mg/hari. Pemberian tokolitik dikombinasikan
dengan betamethason 2x12 mg IM dalam 24 jam atau
deksametason 6 mg/12 jam IV atau IM diberkan sebanyak 4 kali
dalam 48 jam untuk pematangan paru janin bila usia kehamilan
antara 24-34 minggu.
Persiapan transfusi bila Hb ibu < 11g%
Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin.
Pastikan tersedianya sarana transfusi; dan
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali
ke rumah sakit jika terjadi perdarahan[ CITATION Cun \l 1033 ].
Penanganan aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika: (1) Usia kehamilan cukup bulan; (2)
Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya (misalnya anensefali); dan (3) Pada perdarahan aktif dan banyak, segera
dilakukan terapi aktif tanpa memandang usia kehamilan [ CITATION Cun \l 1033
].
Adapun kriteria untuk dilakukan penanganan aktif yaitu berupa umur
kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan banyak 500 cc atau lebih,
ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien tidak baik, ibu anemis (Hb < 8
gr%) (Cunningham et al, 2015).
Persalinan spontan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan
anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah agak besar
(4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah, diberikan oksitosin drips.
Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC. Tindakan versi Braxton-
23
Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau
tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada
keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk
melakukan operasi (Cunningham et al, 2015).
Seksio Sesaria
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan
untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Persiapan darah pengganti untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pasca bedah termasuk
pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar
(Cunningham et al, 2015).
Tujuan seksio sesarea
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis
dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi
sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot
dengan korpus uteri.
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam.
Indikasi seksio sesarea :
- Plasenta previa totalis.
- Plasenta previa pada primigravida.
- Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
- Anak berharga dan fetal distress
- Plasenta previa lateralis jika :
Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
Sebagian besar ostium uteri interna ditutupi plasenta.
Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.
3. Perawatan Pascaoperatif
a. Analgesia
24
Pemberian analgesia setelah bedah sangat penting.
Analgesia yang diberikan :
₋ suppositoria ketoprofen 2x/12 jam atau tramadol;
₋ oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol;
₋ injeksi : petidin 50-75 mg tiap 6 jam bila perlu.
b. Fungsi Gastrointestinal
Fungsi gastrontestinal pada pasien obstetri yang tindakannya tidak terlalu
berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.
Jika tindakan bedah tidak berat, berikan diet cair.
Jika ada tanda infeksi, atau jika seksio sesarea karena partus macet
atau ruptura uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat.
Pemeberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
Jika pemberian infus > 48 jam, berikan cairan elektrolit untuk balans
(misalnya : KCl 40 mEq dalam 1 L cairan infus).
Sebelum keluar rumah sakit pasien sudah harus bisa makanan biasa.
c. Perawatan luka
Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak, jangan mengganti pembalut:
₋ Perkuat pembalutnya.
₋ Pantau keluarnya cairan dan darah.
₋ Jika perdarahan tetap bertambah atau sudah membasahi setengah
atau lebih dari pembalutnya, buka pembalut, inspeksi luka, atasi
penyebabnya, dan ganti pembalut baru.
Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tapi berikan plaster
untuk mengencangkan.
Luka dijaga tetap kering dan bersih sampai ibu diperbolehkan pulang
dari rumah sakit.
d. Perawatan fungsi kandung kemih
Semakin cepat melepas kateter, akan lebih baik untuk mencegah
kemungkinan infeksi dan lebih cepat memudahkan mobilisasi.
25
Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau sesudah
semalam.
Jika urin tidak jernih, biarkan kateter dipasang sampai urin jernih.
Jika sudah tidak memakai antibiotika, berikan nitrofurantion 100 mg
per oral per hari sampai kateter dilepas (untuk mencegah sistitis).
e. Antibiotika
Jika ada tanda infeksi atau pasien demam berikan antibiotika sampai
bebas demam selama 48 jam.
Sebagai pertahanan pertama pada infeksi serius, berikan kombinasi;
₋ Ampisilin 2 g IV/6 jam
₋ Gentamisin 5 mg/KgBB IV/24 jam
₋ Metronidazol 500 mg IV/8 jam
Jika tidak begitu parah, amoksisilin 500 mg per oral/8 jam sebagai
pengganti ampisilin, metronidazol juga diberikan per oral.
f. Mengambil Jahitan
Melepas jahitan kulit 5 hari pascaoperasi.
g. Demam
Suhu ≥ 38℃ pascaoperasi harus dicari penyebabnya
Pastikan pasien tidak panas minimal 24 jam sebelum keluar rumah
sakit.
h. Ambulasi/mobilisasi
Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam,
dan menstimulasi fungsi gastrointestinal normal.
Dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera
mungkin, biasanya dalam 24 jam.
i. Memulangkan pasien
2 hari pascaoperai berencana tanpa komplikasi
Perawatan 3 – 4 hari cukup untuk pasien. Berikan instruksi mengenai
perawatan luka (mengganti kasa).
Pasien diminta datang untuk kontrol 7 hari pasien pulang.
Pasien perlu datang segera bila terdapat perdarahan, demam, dan nyeri
perut berlebihan.
26
Edukasi
Pada pasien dengan plasenta previa sebaiknya dilakukan edukasi kepada
pasien mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak
dilakukan. Guideline terbaru untuk penanganan plasenta previa menyebutkan
bahwa pasien diharuskan untuk: (1) Menghindari aktivitas seksual karena hal ini
akan memicu orgasme pasien yang nantinya akan berkaitan dengan kontraksi
uterus dan hal ini akan memicu terjadinya perdarahan; (2) Menghindari segala
kegiatan yang berkaitan dengan mengangkat barang berat dan atau berdiri terlalu
lama dalam satu periode tertentu karena dapat memicu kelahiran bayi prematur.
Hal ini telah dibuktikan dalam sebuah studi statistik dalam meta-analisis studi
observasional; (3) Pasien harus diedukasi jika perdarahan terjadi kembali harus
segera ke fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas operasi caesarea yang darurat
[ CITATION Lum17 \l 1033 ].
I. Komplikasi
1. Prolaps tali pusat
2. Retensio plasenta
3. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
4. Perdarahan dan syok
5. Infeksi karena perdarahan yang banyak
6. Bayi prematur atau lahir mati
7. Anemia [ CITATION Lum17 \l 1033 ].
J. Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan
morbiditas pada ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan
mortalitas janin 50-80%.Sekarang penangan relatif bersifat operatif dini sehingga
angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal
menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan
trauma karena tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25% terutama
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan
atau tindakan [ CITATION Lum17 \l 1033 ].
27
28
BAB IV
PEMBAHASAN
29
endometrium misalnya bekas bedah
sesar, kuretase, miomektomi.
- Kehamilan ganda
- Merokok
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Belum masuk
PAP
₋ Auskultasi : DJJ 148
kali/menit
₋ Inspekulo : Tidak dilakukan
₋ Vaginal Toucher: Tidak
30
dilakukan
4.4 Diagnosis
Kasus Teori
G4P2A1 janin tunggal hidup Diagnosis dapat ditegakkan bila telah
intrauterine gravid 34 minggu + dilakukan anamnesis, pemeriksaan
plasenta previa letak rendah. fisik dan pemeriksaan penunjang
(USG).
4.5 Penatalaksanaan
Kasus Teori
Pre operasi: Terapi Umum:
31
- Infus RL 20 tetes/menit ₋ Perbaiki kekurangan cairan/darah
- Inj. Kalnex (asam traneksamat) 500 dengan infus cairan intravena
mg/8 jam/IV (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat);
- Inj. Deksametasone 5 mg/12 jam/IV ₋ Jika perdarahan banyak dan
Seksio sesarea atas indikasi berlangsung, persiapkan seksio
perdarahan antepartum sesarea tanpa memperhitungkan
usia kehamilan.
₋ Jika perdarahan sedikit dan
berhenti, dan janin hidup tetapi
prematur, pertimbangkan terapi
ekspektatif.
Terapi ekspektatif:
₋ Rawat inap, tirah baring
₋ Betamethason 2 x 12 mg/24 jam
IM atau deksametason 4 x 6 mg/12
jam IM dalam 48 jam untuk
pematangan paru janin bila usia
kehamilan antara 24 - 34 minggu.
Terapi aktif :
Rencanakan terminasi kehamilan jika:
₋ Usia kehamilan cukup bulan;
₋ Janin mati atau menderita anomali
₋ Pada perdarahan aktif dan banyak,
segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan.
Post operasi: Perawatan pasca operatif
- Infus asering drip oxytosin 2 amp Pemberian Analgesia
+ tramadol 1 amp selama 24 jam Pemberian antibiotika
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV Perawatan luka
- Kaltrofen supo/8jam/rektal Perawatan fungsi kandung kemih
- Cefadroxil 2 x 500 mg Perawatan fungsi gastrointestinal
- Asam mefenamat 3 x 500 mg Ambulasi/mobilisasi
32
- Ganti balut luka hari ketiga
Saat pulang :
₋ Cefadroxil 2 x 500 mg
₋ Asam Mefenamat 3 x 500 mg
BAB V
33
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menangani kasus kegawatdaruratan obstetri diperlukan
kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab kegawatdaruratan tersebut
beserta dengan penanganannya. Penanganan yang dilakukan bersifat
segera untuk menghindari dampak buruk terhadap ibu dan janin, termasuk
kematian.
Kasus kegawatdaruratan obstetri meliputi perdarahan, infeksi,
preeklampsia/eklampsia, dan distosia. Kasus kegawatdaruratan obstetri
dapat terjadi secara tiba-tiba pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
Adapun kasus kegawatdaruratan dalam obstetri meliputi abortus,
kehamilan ektopik, mola hidatidosa, plasenta previa, solusio plasenta,
atonia uteria, retensio plasenta, rest plasenta, robekan jalan lahir, inversio
uteri, perdarahan akibat gangguan pembekuan darah,
preeklampsia/eklampsia, ruptur uteri, distosia, infeksi puerperalis, dan
prolaps tali pusat.
Masing-masing kasus yang menyebabkan kegawatdaruratan obstetri
memiliki etiologi, faktor risiko, gejala klinis, hingga pengelolaan yang
berbeda. Sehingga perlu dilakukan penegakkan diagnosa yang yang tepat
dan cepat untuk mengurangi risiko pada ibu dan janin.
34
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ and Spong CY.
Obstetri Williams, 23rd Ed, Vol 2. Terj. Pendit BU, Setia R. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC,2014 hal: 795-845.
Faiz AS and Ananth CV. Etiology and risk factors for placenta previa: An
overview and meta-analysis of observational studies. Journal of Maternal-
Fetal and Neonatal Medicine, 2003 13 hal: 175-190.
Norvilaitė, K., Peštenytė, A., Bužinskienė, D., Drąsutienė, G., Arlauskienė, A.,
Poškus, T., & Ostapenko, A. (2016). Vasa praevia: a case report and literature
review. Acta Medica Lituanica, 23(1), 11–16.
https://doi.org/10.6001/actamedica.v23i1.3265
35