Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal dan dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk
organ reproduksi perempuan yang terdiri dari payudara, uterus, ovarium, dan vagina.
Menurut World Health Organization (WHO), kanker adalah penyebab kematian kedua
secara global, dan bertanggung jawab atas sekitar 10 juta kematian per tahun. Secara global
juga, sekitar 1 dari 6 kematian disebabkan oleh kanker, dan sekitar 70% kematian akibat
kanker terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2021).
Salah satu kanker yang paling banyak terjadi pada wanita adalah kanker serviks.
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000 kasus. Data ini
didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi data vital, dan data otopsi
verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks
meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian
terkait kanker serviks, dan 46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di
negara sedang berkembang [CITATION Kem17 \l 1033 ].
Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10
pada negara maju atau urutan ke-5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki
urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010
dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini,
jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Data-data diatas menunjukkan bahwa
jumlah penderita kanker serviks di Indonesia sangat besar dan merupakan beban yang sangat
berat untuk dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua
tenaga kesehatan yang ada [CITATION Kem17 \l 1033 ].
Beberapa gejala yang ditimbulkan pada kanker serviks antara lain adalah perdarahan
melalui vagina, misalnya setelah melakukan koitus (pasca senggama), atau perdarahan
menstruasi yang lebih banyak dan lebih sering, ataupun timbul perdarahan diantara siklus
menstruasi. Selain itu terdapat pula gejala keputihan, terjadi perdarahan pervaginam
meskipun telah memasuki masa menopause dan timbul nyeri [ CITATION Kan \l 1033 ].
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui teori tentang kanker
serviks yang mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala,
diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama bidang
Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang kanker serviks.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca mengenai
kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Serviks

Serviks atau leher rahim merupakan bagian sistem reproduksi perempuan yang

letaknya di bagian ujung depan rahim yang menghubungkan antara vagina dan rahim.

Serviks membentuk bagian inferior dari uterus, berbentuk seperti silinder yang lebar,

dengan panjang 2 – 3,5 cm dengan saluran sempit di tengahnya yang disebut kanalis

servikalis yang menghubungkan uterus dengan rahim (Gambar 2.1). Serviks uteri

terbentuk oleh jaringan ikat, otot polos, pembuluh darah dengan konsistensi kenyal.

Bagian utama pada serviks terdiri atas bagian ektoserviks dan endoserviks.

Ektoserviks adalah bagian dari serviks yang dapat dilihat dari dalam vagina

selama pemeriksaan ginekologi. Ektoserviks ditutupi oleh epitel skuamosa berwarna

mengkilat dan merah muda pada forniks kanan, kiri, depan dan belakang.

Endoserviks adalah bagian serviks yang berada di dalam yang menutupi permukaan

kanalis servikalis dan tidak dapat dilihat selama pemeriksaan ginekologi.

Pada bagian tengah serviks terdapat 2 lubang yang disebut lubang mulut leher

rahim luar (orificium uteri externa) dan lubang mulut leher rahim dalam (orificium

uteri interna). Kedua lubang tersebut dihubungkan oleh kanalis servikalis. Orificium

uteri externa menghubungkan serviks dan vagina sedangkan orificium uteri interna

yang merupakan terusan dari bagian endoserviks atau kanal endoserviks

menghubungkan serviks dengan rahim.


Gambar 2.1 Anatomi Serviks
Sumber: Norseth HM et al (2018).
2.2 Histologi Serviks

Saat lahir, leher rahim biasanya ditutupi oleh epitel skuamosa atau epitel

berlapis gepeng. Namun seiring berjalannya waktu, karena faktor hormon steroid

ovarium maka akan menyebabkan terjadinya penambahan, pematangan, dan

pelepasan sel epitel tersebut secara terus menerus yang menyebabkan terbentuknya

epitel baru.

Secara histologi, serviks uteri terdiri atas epitel skuamosa berlapis, epitel

kolumnar selapis bersilia dan area peralihan antara dua epitel tersebut yang disebut

sambungan skuamo-kolumnar (SSK) atau zona transformasi (Gambar 2.2). Epitel

skuamosa berlapis adalah epitel yang melapisi bagian ektoserviks. Epitel ektoserviks

mempunyai beberapa lapisan. Pada lapisan bawah terdapat lapisan basal yang

berbatasan dengan jaringan ikat (stroma). Lapisan basal ini memegang peranan

penting karena fungsinya sebagai regenerasi sel yang akan tumbuh ke atas kemudian

menjadi
sel-sel epitel skuamosa yang matang. Diatas lapisan basal, secara berurut dari bawah

sampai keatas terdapat lapisan sel parabasal, sel menengah, sel superfisial, dan

lapisan yang terkelupas (Gambar 2.3).

Bagian endoserviks dilapisi oleh epitel kolumnar selapis bersilia yang salah

satu fungsi utamanya adalah menghasilkan sekret. Sekret akan dihasilkan dari

pengaruh hormon esterogen. Sekret akan banyak di produksi pada saat fase ovulasi,

sedangkan pada saat fase luteal produksinya akan berkurang. Epitel endoserviks

mempunyai lapisan yaitu jaringan ikat (stroma), membran basal, dan epitel kolumnar

yang tersusun dari satu lapis musin (Gambar 2.4). Di antara epitel skuamosa dan

epitel kolumnar terdapat suatu jembatan atau sambungan yang disebut sambungan

skuamo- kulumnar (SSK).

SSK ialah bidang atau garis yang menjadi penyatuan antara lapisan epitel

skuamosa dengan epitel kolumnar. Secara morfogenetik, terdapat 2 macam SSK yaitu

SSK asli dan SSK palsu. Hal tersebut disebabkan karena epitel serviks akan

mengalami perubahan seiring dengan proses kehidupan pada wanita. Epitel kolumnar

akan digantikan oleh epitel skuamosa. Proses pergantian epitel disebut metaplasia.

Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas karena pengaruh

pH vagina yang rendah.

SSK asli yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa asli dengan

epitel kolumnar, sedangkan SSK palsu merupakan tempat pertemuan epitel skuamosa

metaplastik dan epitel kolumnar.


Gambar 2.2 Histologi Ektoserviks, Zona Transformasi dan Endoserviks
Sumber: Mescher AL (2016).

Gambar 2.3 Epitel Ektoserviks Normal. CT=Jaringan ikat, BM=Membran basal, L1=Lapisan
sel basal, L2=Lapisan sel parabasal, L3=Lapisan sel menengah, L4=Lapisan sel
superfisial, L5=Lapisan yang terkelupas.
Sumber: Mescher AL (2016).
Gambar 2.4 Epitel Endoserviks Normal. A=Epitel kolumnar yang tersusun dari satu lapis musin,
B=Membran basal, C=Stroma.
Sumber: Malpica A (2014).

2.3 Fisiologi Serviks

Serviks merupakan bagian bawah dari uterus, serviks akan menonjol ke dalam

vagina dan memiliki lubang sempit ditengahnya yang disebut kanalis servikalis.

Fungsi dari kanalis servikalis ialah sebagai jalan lahir untuk keluarnya bayi dari

uterus karena kanalis ini dapat berdilatasi saat melahirkan serta berfungsi sebagai

jalur untuk sperma melintasi uterus agar dapat melakukan pembuahan di tuba fallopii,

dibantu dengan sekret yang di produksi oleh kelenjar serviks (Sherwood, 2014).

Umumnya sekresi kelenjar serviks uteri adalah encer berair selama fase

proliferasi siklus menstruasi. Sekret encer berair ini mempunyai fungsi

mempermudah
sperma masuk melalui kanalis servikalis untuk masuk ke dalam uterus. Sebaliknya

selama fase luteal, siklus menstruasi dan kehamilan, sekresi kelenjar serviks menjadi

kental dan akan membentuk sumbatan mukus di kanalis servikalis uteri yang

bertujuan untuk menghambat jalan sperma ataupun mikroorganisme yang berasal dari

vagina ke dalam uterus (Sherwood, 2014).

2.3 Definisi Kanker Serviks

Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya selsel abnormal pada jaringan

leher rahim (serviks), di mana sel – sel permukaan (epitel) tersebut mengalami

penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal (American Cancer

Society, 2020).

2.4 Epidemiologi Kanker Serviks

Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke7 secara

global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke6 di negara kurang

berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%

mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia) (Kemenkes RI, 2018).

Kanker serviks merupakan kanker ginekologi tersering pada wanita dan

merupakan penyebab kematian nomor 1 di negara berkembang (Suryapratama SA,

2012). Tiap tahunnya, sekitar 11.000 wanita di Amerika Serikat mengalami kanker

serviks invasif, dan sekitar 4.000 kematian karenanya (Pollard, 2012). Menurut data

Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama dengan

persentase 16% dari jenis kanker yang banyak menyerang perempuan Indonesia

(Fitriana NA et al, 2012). Pada tahun 2006 di Provinsi Jawa Tengah, kasus penyakit

kanker yang ditemukan sebanyak 22.857 kasus (7,13 per 1.000 penduduk), dan kasus
kanker serviks tercatat sebanyak 2,08 per 1.000 penduduk. Kasus kanker serviks

tertinggi di Jawa tengah terdapat di Kota Semarang yaitu 4.132 kasus (Romadhoni et

al, 2012).

Daftar Pustaka

American Cancer Society. (2020, July 30). About Cervical Cancer. Retrieved March 28,
2021 from cancer.org:
https://www.cancer.org/content/dam/CRC/PDF/Public/8599.00.pdf

Fitriana, N.A dan Ambarini, T.K. 2012. Kualitas Hidup Pada Penderita Kanker Serviks
Yang Menjalani Pengobatan Radioterapi. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan
Mental Vol 1 No.02 hal 123-129

Kampono, N. (2011). Kanker Ganas Alat genital. In M. Anwar, A. Baziad, & P. Prabowo,
Ilmu Kandungan Sarwono. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Kemenkes, R. (2018). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Serviks. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Mescher AL. Junqueira’s basic histology: Text and atlas (14th Edition). New York, USA:
McGraw-Hill Education; 2016.

Norseth H, Ndhlovu P, Kleppa E, Randrianasolo B, Jourdan P, Roald B, et al. The


Colposcopic Atlas of Schistosomiasis in the Lower Female Genital Tract Based on
Studies in Malawi, Zimbabwe, Madagascar and South Africa. PLoS Negl Trop Dis.
2018;11(8):20

Romadhoni, Yazid, N. & Aviyanti, D., 2012, Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker
Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan, Jurnal Kedokteran Muhammadiyah,
vol.1, hal. 38-41.

Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. 8th ed. Jakarta: EGC; 2014.

Suryapratama, S. A. (2012). Karakteristik Penderita Kanker Serviks di RSUP Dr. Kariadi


Semarang Tahun 2010. Diakses tanggal 28 Maret 2021, dari
https://core.ac.uk/download/files/379/11736067.pdf
WHO. (2021, March 3). Cancer Detail Fact Sheets. Retrieved March 28, 2021 from World
Health Organization: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer

Anda mungkin juga menyukai