KARSINOMA SERVIKS
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Senior Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
Novita Kholiswati 22010118220141
Diah ayu kusumaningrum 22010118220148
Yola Valentine Saragih 22010119220062
Kurnia Vani Saritsya 22010119220064
Kusumaningtyas Ayu A 22010119220150
Aysha Nurin Sharfina 22010119220174
Agung Satria Winahyu 22010119220193
Penguji:
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Carcinoma cervix atau kanker serviks merupakan suatu jenis kanker dengan
disebabkan oleh adanya pertumbuhan sel yang tidak teratur pada serviks yang muncul
dari leher rahim. Pada kanker serviks kemunculannya sering disebabkan oleh human
papillomavirus (HPV) yang belum terdeteksi.
Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang penderitanya di dunia cukup
banyak, hal ini dapat dilihat dari data Global Cancer Statistics pada tahun 2018 yang
memperlihatkan bahwa angka penderita adalah 569,847 orang dan angka kematian
akibat kanker serviks sebanyak 311,365. Sedangkan data penderita kanker serviks
menurutu Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah 98.692 kasus. Lalu untuk di
Kota Semarang menurut laporan yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas di
Kota Semarang pada 2014 adalah sebanyak 352 kasus.1–3
Untuk mendeteksi secara dini adanya les pra-kanker dan kanker serviks atau
dapat digunakan metode IVA dan Tes Pap smear, kedua test tersebut merupakan
pemeriksaan yang lazim untuk dilakukan sebagai bagian dari tes rutin yang dapat
dilakukan wanita secara rutin. Tes ini digunakan untuk mendeteksi sel-sel pra-kanker
dan kanker di vagina dan leher rahim. Pada pap smear Tes ini diambil sebagain
sampel kecil dari sel dikumpulkan dari permukaan serviks dengan sikat atau spatula.
Sel-sel ini kemudian dioleskan ke slide dan diperiksa di bawah mikroskop di
laboratorium untuk mengetahui pertumbuhan sel atau perubahan sel abnormal.
Sedangkan pada pemeriksaan IVA dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan
asam asetat 3-5% yang sudah diencerkan lalu dilihat adanya perubahan warna. 4
1
Pada prosedur penatalaksanaan kanker serviks dapat dilakukan dengan
menyesuaikan derajat kanker yang ada. Penilaian derajat kanker sendiri memerlukan
berbagai pemeriksaan penunjang seperti biopsi, foto thorax, CT Scan atau MRI,
BNO-IVP, dan USG. Tiga metode utama penatalaksanaan kanker adalah
pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi. Terkadang pendekatan pengobatan
terbaik menggunakan dua atau lebih dari metode-metode ini.5–10
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Anatomi Uterus.
4
sarafnya melalui ganglion Frankenhauser. Ganglion Frankenhauser merupakan
pleksus saraf utama pada panggul dan terletak di dekat ujung ligamen
sakrouterina. Vaskularisasi atau suplai darah ke serviks diberikan oleh arteri
uterina. Sistem drainase pembuluh darah venanya mengalir ke dalam vena
uterina untuk kemudian dilanjutkan ke dalam vena iliaka interna. Kelenjar getah
bening yang bertanggung jawab untuk serviks adalah kelenjar getah bening
daerah iliaka (bagian dari tulang ilium atau tulang usus), vertebra sakral, aorta
dan inguinal (selangkangan).17,20
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus.21 Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi,
registrasi data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980
sampai 2010. Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000
kasus pada tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker
serviks, dan 46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di
negara sedang berkembang.22
Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke7 secara
global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke6 di negara kurang
berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan
3,2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks
menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara
maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki
urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun
2010 dengan insidens sebesar 12,7%.23
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan
setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.23
5
Kejadian kanker serviks akan sangat mempengaruhi hidup dari penderitanya
dan keluarganya serta juga akan sangat mempengaruhi sektor pembiayaan
kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan upaya penanganan
kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat
diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.23
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas.
Akibat proses metaplasia ini, maka secara morfogenetik terdapat 2 SJC, yaitu
SJC asli dan SJC baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa
baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah
transformasi.24,25
Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel. Sel yang mengalami
mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi
kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia
6
sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai
tingkat pra-kanker. Pada tahap awal infeksi, sebelum menjadi kanker didahului
oleh adanya lesi prakanker yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN)
atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung cukup
lama yaitu memakan waktu antara 10 -20 tahun. Dalam perjalanannya CIN I
(NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II) kemudian menjadi CIN III
(NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka akan berkembang menjadi kanker
serviks. Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak
semua lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi invasif atau kanker serviks,
sehingga diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya
12% saja yang berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS
II) dan CIN III (NIS III) mempunyai risiko berkembang menjadi kanker invasif
bila tidak mendapatkan penanganan.24–26
7
Klasifikasi Lesi Prakanker hingga Karsinoma Invasif
8
Klasifikasi Sitologi Klasifikasi Histopatologi
Bethesda classification, 2015 WHO classification, 2014
Squamous lesion Squamous cell tumors and
A. Atypical squamous cells (ASC) precursor
Atypical squamous cells – A. Squamous intraepithelial lesions
undetermined significance (ASCUS) Low-grade squamous
Atypical squamous cells – cannot intraepithelial lesion (LSIL)
exclude a high-grade squamous High-grade squamous
intraepithelial lesion (ASC-H) intraepithelial lesion (HSIL)
B. Squamous intraepithelial lesion (SIL) B.Squamous cell carcinoma
Low-gradesquamous intraepithelial
lesion (LSIL)
High-grade squamous intraepithelial
lesion (HSIL) - With features
suspicious for invasion
C. Squamous cell carcinoma
Glandular lesion Glandular tumours and precursor
A. Atypical A. Adenocarcinoma in situ
Endocervical cells (NOS, or specify B. Adenocarcinoma
in comments)
Endometrial cells (NOS, or specify
in comments)
Glandular cells (NOS, or specify in
comments)
B. Atypical
Endocervical cells, favor neoplastic
Glandular cells, favor neoplastic
C. Endocervical adenocarcinoma in situ
(AIS)
D. Adenocarcinoma
Endocervical
Endometrial
Extrauterine
Not otherwise specified (NOS)
Other epithelial tumors
9
A. Adenosquamous carcinoma
B. Adenoid basal carcinoma
2.5 Gejala Klinis
Kanker serviks uteri stadium dini tidak memiliki tanda gejala yang jelas.
Adapun, gejala kanker serviks yang utama, diantaranya27:
10
menginvasi rekstum dapat timbul hematokezia, dan akhirnya timbul fistel
rektovaginal.
6. Gejala sistemik: lemah, letih, demam, berat badan menurun, anemia, oedem.
2.6 Diagnosis
Diagnosis kanker serviks didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Gejala awal dari kanker serviks yang sering dikeluhkan saat anamnesis yakni:
- perdarahan abnormal melalui vagina seringkali terjadi setelah
melakukan hubungan seksual
- rasa tidak nyaman pada vagina
- nyeri saat berkemih
- keputihan yang berbau busuk
Tumor yang terus menyebar melalui permukaan epitel dan menyebar
ke daerah rongga endometrium, sekitar epitel vagina, serta bagian lateral dari
dinding pelvis dapat mengganggu kandung kemih dan rektum sehingga gejala
yang dikeluhkan adalah konstipasi, hematuria, fistula, obstruksi ureter, dengan
atau tanpa hidroureter atau hidronefrosis.
Pada anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal untuk menilai adanya
faktor resiko. Beberapa hal yang dapat ditanyakan seperti:
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat penyakit menular seksual (HIV, herpes, klamidia
menahun, sifilis, dll)
- Riwayat merokok
- Riwayat keganasan pada anggota keluarga
- Riwayat menstruasi (usia haid pertama, siklus haid)
- Riwayat pernikahan (usia saat melakukan hubungan seksual,
riwayat pasangan dalam berhubungan, penggunaan kontrasepsi)
11
- Riwayat kehamilan dan persalinan (jumlah anak, usia saat
melahirkan, riwayat mengasihi)
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien dengan kanker serviks stadium awal, temuan pada
pemeriksaan fisik seringkali nornal. Seiring dengan perkembanganya, kanker
serviks dapat menjadi abnormal dengan adanya erosi, ulserasi ataupun massa.
Hal ini dapat menyebar pada vagina. Pemeriksaan ginekologi yang detail
dapat mengarahkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan fisik ginekologi yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan genitelia eksterna, interna, serta organ
pelvik. Pada pengamatan serviks dapat dilakukan pengamatan pada serviks
yang harus terlihat jelas, sambungan skuamokolumnar tampak jelas atau tidak,
identifikasi dengan jelas abnormalitas yang ditemui, serta dapat melakukan
pemeriksaan awal dengan asam asetat.
Pemeriksaan rektal dapat digunakan untuk menemukan massa
eksternal atau darah dari erosi tumor. Pemeriksaan bimanual seringkali
menemukan metastasis kanker serviks pada pelvis dan parametrium. Jika
kanker serviks sudah berkembang sampai pada hepar, dapat ditemukan
hepatomegali pada pemeriksaan. Edema pada tungkai dapat ditemukan yang
merupakan hasil dari obstruksi vaskular oleh tumor. Penegakkan diagnosis
definitif didasarkan oleh konfirmasi histopatologi dari hasil biopsi lesi
sebelum pemeriksaan dan tatalaksana lanjut dilakukan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinik ini meliputi kolposkopi, biopsi serviks, sistoskopi,
rektoskopi, USG, BNO-IVP, foto toraks dan bone scan, CT scan atau MRI, PET scan.
Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan
biopsi dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan
klinik.5,28
A. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
12
Metode pemeriksaan ini dilakukan dengan mengoles serviks atau leher rahim
dengan asam asetat 3-5% yang sudah diencerkan. Kemudian diamati apakah ada
perubahan warna. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks. Jika berubah warna menajdi putih (acetowhite) dengan batas
tegas mengindikasikan bahwa leher rahim dicurigai memiliki lesi prakanker.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Tes IVA
dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan,
maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.6,7
13
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum
bersifat ganas).
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan
serviks paling luar).
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke
lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).1,3
f.
C. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
14
Gambar 3. USG transabdominal Ca Cervix
15
Gambar 4. CT Scan Ca Cervix
Citra pada serviks uteri yang normal akan terlihat adanya tulang
panggul, cairan pada serviks uteri, dan organ di sekitar serviks uteri. Citra
pada keadaan normal, cairan pada serviks uteri akan ditunjukkan dengan
warna hitam, sedangkan serviks uteri dan organ disekitarnya berwarna agak
keputihan. Namun pada pasien penderita ca cerviks, terdapat bagian yang
berwarna keputihan (intensitasnya lebih putih daripada organ) pada organ
serviks uterusnya, dan hal ini menggambarkan bahwa adanya jaringan yang
rusak terkena kanker.7
(a) (b)
16
(b) gambaran potongan axial Ca Cervix stadium dengan invasi parametrium
dan vagina
d. Foto Thorax
Pemeriksaan foto thorax biasanya dilakukan untuk melihat persebaran
(metastasis) dari kanker serviks ke paru-paru.
E. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan
atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu
abnormalitas atau kanker. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang
tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor
saja.6,7
17
Gambar 6. Histopatologi serviks uteri
2.7 Stadium
Klasifikasi stadium pada kanker serviks adalaha sebagai berikut29:
Klasifikasi Stadium menurut FIGO
I Karsinoma terbatas pada serviks (ekstensi ke korpus
uterus dapat diabaikan)
IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan
mikroskop, dengan kedalamann invasi < 5 mm
IA1 Kedalaman invasi stroma < 3 mm
IA2 Kedalaman invasi stroma ≥ 3 mm dan < 5 mm
IB Karsinoma invasive dengan kedalaman ≥ 5 mm
(lebih besar dari stadium IA), lesi terbatas pada
serviks uteri
IB1 Karsinoma invasive dengan kedalaman ≥ 5 cm dan
18
ukuran terbesar < 2 cm
IB2 Karsinoma invasive dengan ukuran terbesar ≥ 2 cm
dan < 4 cm
IB3 Karsinoma invasive dengan ukuran terbesar ≥ 4 cm
II Karsinoma menginvasi diluar uterus, namun belum
ekstensi pada 1/3 bawah vagina atau pada dinding
pelvis
IIA Invasi terbatas pada 2/3 atas vagina tanpa
keterlibatan parametrium
IIA1 Karsinoma invasive dengan ukuran terbesar < 4 cm
IIA2 Karsinoma invasive dengan ukuran terbesar ≥ 4 cm
IIB Karsinoma dengan invasi ke parametrium namun
belum mengenai dinding pelvis
III Karsinoma meluas mencapai 1/3 bawah vagina
dan/atau meluas ke dinding dada dan/atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
dan/ata melibatkan limfonofi pelvis atau para-aorta
IIIA Karsinoma mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak
mencapai dinding pelvis
IIIB Karsinoma meluas sampai ke dinding pelvis dan/atau
menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
(sampai diketahui penyebab lain)
IIIC Keterlibatan limfonodi pelvis dan/atau para-aorta
IIIC Metastasis hanya ke limfonodi pelvis
1
IIIC Metastasis ke limfonodi para-aorta
2
IV Karsinoma menginvasi diluar true pelvis atau telah
19
menginvasi (dibuktikan dengan biopsy) mukosa
kadnung kemih atau rectum
IVA Metastasis ke organ pelvis lain yang berdekatan
IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada
peritoneal, keterlibatan dari kelenjar getah bening
supraklavikula, mediastinal, atau para aorta, paru
hati, atau tulang)
2.8 Terapi
I. Terapi
20
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy). 5,23,30
Residif lokal sesudah operasi. Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU) 50 Gy bila lesi
mikroskopik dan 64-66 Gy pada tumor yang besar. Eksenterasi kalau proses tidak
sampai dinding panggul. 5,23,30,31
Hal penting lain yang harus dipertimbangkan adalah mengevaluasi hasil operasi,
secara komprehensif, karena pengobatan tambahan / ajuvan didasarkan pada berbagai
faktor. Pilihan terapi adjuvan yang bisa diberikan adalah kemoradiasi, kemoterapi
atau hanya radiasi. Faktor prognosis yang digunakan saat ini meliputi faktor kliniko-
21
patologik yaitu umur,stadium, besar lesi, jenis histologi, derajat diferensiasi,deep
cervical stromal invasion, invasi limfo-vaskuler, metastase kelenjar getah bening.
Sedangkan faktor biomolekuler yang banyak diteliti adalah molekul adesi sel E-
kaderin dan katenin, Enzim protease MMP, kaptensin D Heparanase. Petanda
biomolekuler Indeks DNA, Gen supresor p53 dan berbagai proto-onkogen
misalnyaepifermal growth factor(EGFR).5,30
III. Radioterapi
Metode Radioterapi
Radiasi Eksterna
Radiasi eksterna yang mencakup lapangan anteroposterior dan
posterior (AP-PA) pelvis. Pemeberian dari 4 arah yakni AP-PA dan
laterolateral kanan dan kiri akan mengurangi dosis pada kandung kemih dan
rektum. Radiasi eksterna diberikan 46 Gy, dosis per fraksi 2 Gy, lapangan SP
(AP-PA) untuk stadium I dan IIA, dan 50 Gy, dosis per fraksi 1,8 – 2
Gyuntuk stadium III A dan IIB, setelah jeda 1 minggu, diikuti dengan
brakhiterapi sebanyak 2 kali dengan dosis masing-masing 8,5 Gy pada titik
A. Atau metode lain yaitu pemberian dosis 30 gy seluruh panggul (AP-PA),
22
per fraksi 2 Gydiikuti dengan brakhiterapi sebanyak 2 kali masing-masing 10
Gy pada titik A, untuk kemudian dilanjutkan lagi dengan pemberian ER
hanya pada parametria sebanyak 20 gy, per fraksi 2 gy. Radiasi AP-PA pada
parametria dilakukan dengan pemasangan blok uterus (central shield). Blok
Uterus dan radiasi diberikan sebanyak 200 cGy per frakasi 1 kali dalam
sehari sehingga dosis parametria mencapai 50 Gy.5,30,31
23
forniks lateral dalam bidang uterus. Titik ini mewakili struktur anatomi kritis
yang merupakan perlintasan antara ureter dan arteri uterina. Sedangkan titik
B terletak 3 cm lateral dari titik A. Pemberian dosis mengacu pada kurva
isodose 60 Gy yang mencakup uterus dan ovoid. Apabila digunakan sumber
radiasi dengan laju dosis rendah makadosis pada titik A setelah radiasi
eksterna adalah 13 Gy dilakukan 2 kali dengan masa jeda 7 hari. Sedangkan
pada pemberian laju dosis tinggi dosis tersebut. 5,30,31
24
- Invasi limfovaskuler positif
- Invasi kelenjar getah bening pelvis
25
Sebagai terapi primer pada stadium IIB-IIIB. Bentuk dan dosis radiasi :
1. Diberikan radioterapi dalam bentuk radiasi eksterna whole pelvis sebagai
terapi primer dengan dosis 45-50 Gy, 1,8-2 Gy per fraksi, 5 fraksi per
minggu, diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy (post RE 50Gy)
atau 4x7 Gy (post RE 45Gy).
2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai
radiosensitiser (kemoradiasi)
3. Apabila masih terdapat residu parametrium setelah 50 Gy,dapat diberikan
tambahan booster radiasi eksterna di daerah parametrium dengan dosis 15-
20 Gy, atau brakiterapi interstitial, atau kombinasi intrakaviter dan
interstitial
d. Stadium IVA dengan respon baik
Indikasi5,30:
Stadium IVA yang menunjukkan respon baik dari tumor yang menginfiltrasi
kandung kemih atau rektum setelah radiasi eksterna dosis 40 Gy.
Bentuk dan dosis radiasi :
1. Bila respon baik, radioterapi dilanjutkan sampai dengan dosis 45-50 Gy,
diikuti dengan brakiterapi intrakaviter 3x7 Gy atau 4x7 Gy.
2. Kemoterapi dapat diberikan bersamaan dengan radiasi sebagai
radiosensitiser (kemoradiasi)
3. Bila tidak berespon atau respon tumor < 50 % radiasi dihentikan dan
dianjurkan untuk pemberian kemoterapi dosis penuh
Radiasi Paliatif
Radiasi paliatif diberikan pada kasus metastasis tulang dan kelenjar getah bening
supraklavikula. Sasaran dan bentuk radiasi individual, tergantung keluhan yang
perlu mendapat radiasi paliatif.
Penatalaksanaan Kanker Serviks5,30
Stadium ModalitasTerapi
26
(FIGO)
Konisasi
IA 1
Bilafertilitasmasihdibutuhkan Konisasi
Histerektomiradikaltermodifikasi
(tipe II) + diseksi KGB
Histerektomiekstra facial + diseksi
LVSI negatif
KGB pelvis
IA 2
1. Konisasi + ekstra peritoneal /diseksi
KGB pelvis per laparoskopi
Bilafertilitasmasihdibutuhkan 2. Trakelektomi + ekstra
peritoneal/diseksiKGB pelvis
perlaparoskopi
< 4 cm 1. Histerektomiradikal
27
2. Radioterapi
Pasienmudauntuk ovarian Histerektomi vaginal radikal + diseksi
Preserved KGB per laparoskopi
Adjuvanpascabedah
Post op :
IB 1
- Noduspositif, parametria
II A
positifatautepioperasi
yang positif
Adjuvanwhole pelvic irradiation
- Massa yang besar, CLS
(+) dan invasi 1/3 luar
stroma serviks
28
awal, pembedahan lebih disukai daripada radioterapi karena dapat
mempreservasi fungsi ovarium dan mempertahankan fungsi vagina, karena dosis
rendah radioterapi terhadap ovarium dapat mengakibatkan infertilitas dan
kehilangan fungsi endokrin.31,32
Pemantauan Radiasi
Dilakukan setiap bulan sekali selama 6 bulan kedua dan setiap 3 bulan
selama bulan ketiga dan seterusnya.
Nilai keadaan umum, tanda-tanda metastasis kehati, tulang atau paru-
paru
Nilai tumor primer dan kelenjar-kelenjar, ada tidaknya residu tumor /
kelenjar dilakukan paling sedikit 8 minggu setelah radiasi selesai. Harus
dibedakan antara jaringan tumor dan fibrosis pasca radiasi
29
BAB III
LAPORAN KASUS
I. .IDENTITAS PENDERITA
Nama : Antong Masropah,
Umur : 40 tahun
Alamat: ahmad yani
No CM : C807578
30
II. ANAMESIS
a) Keluhan utama
b) Riwayat Penyakit Sekarang
- Benjolan
- Napsu makan menurun dan , penurunan berat badan
- Perdarahan pervaginam spontan atau pascakoitus disertai dengan bau busuk yang
khas
- Perdarahan setelah berhubungan seksual
- Pasien dapat mengeluh keluar bercak putih kekuningan dan berbau dari vagina
- Gangguan fungsi saluran pencernaan dan saluran kemih
- Gejala metastasis tergantung organ yang terkena
c) Riwayat Haid/Menarche
Usia pertama kali haid, haid teratur 28 hari atau tidak, lama haid, darah haid
bagaimana, nyeri saat haid
d) Riwayat perkawinan
Riwayat nikah berapa kali, menikah pada usia berapa, lama pernikahan berapa tahun
e) Riwayat Obstetri
f) Riwayat KB
g) Riwayat Penyakit Dahulu
h) Penyakit yang pernah diderita
31
pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka semakin sempit
jarak antara tumor dengandinding perlvis
• Pada stadium awal, Ca serviks biasanya asimtomatis atau hanya terjadi
contact bleeding/ coital bleeding dan keputihan
• Pada tahap lanjut gejala dapat berkembang sesuai infiltrasi tumor ke organ
yang terkena
a) STATUS GENERALIS
• Tanda tanda Vital
• BMI
• Pemeriksaan kepala dan leher
• Pemeriksaan thoraks
• Pemeriksaan abdomen
• Pemeriksaan ekstremitas
b) STATUS GINEKOLOGIS
Inspeksi dan Palpasi
Pemeriksaan Genitalia eksterna
Pemeriksaan dengan spekulum
Vaginal discharge jumlah, warna, konsistensi
Cervix permukaan, massa, erosi, discharge
Mukosa vagina
32
Vulva/Vagina permukaan, massa
Cervix konsistensi, mobilitas, permukaan, massa
Corpus uteri ukuran, mobilitas, konsistensi, nyeri
Adneksa
Parametrium
Cavum Douglas massa
Rectal examination
Mukosa rectum permukaan, massa, fistula
Hematokrit 33,3 % 36 – 62
MCH 28,1 pg 27 – 32
33
MCV 86,5 fL 76 – 96
34
B. X-Foto Thoraks PA Erect (Asimetris)
35
Gambar 10. X foto Thoraks PA
• Tak tampak lesi litik, sklerotik maupun destruksi pada os costae, scapulae,
dan claviculae kana kiri yang tervisualisasi.
• Kesan :
C. USG ABDOMEN
36
• USG berguna untuk mengevaluasi ukuran dan keterlibatan daerah sekitar dari
tumor serviks.
• Menilai:
Daerah hypoechoic dengan batas yang tidak tegas
Massa heterogen yang melibatkan serviks
Peningkatan vaskularisasi pada Doppler warna
Ukuran (<4 cm atau> 4 cm)
Invasi parametrium
Invasi tumor ke dalam vagina
Invasi tumor ke organ yang berdekatan
Hidronefrosis: mengimplikasikan tumor stadium IIIB.
37
Kesan :
IV.DIAGNOSIS
Ca Cervix Uteri Stadium IIIB
V. TERAPI
Pro ER I + platosin concomitan I
KSR 1 tab/8jam
Pengawasan KU, TV, PPV
38
BAB IV
PEMBAHASAN
39
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien, yaitu USG Abdomen
dengan kesan adanya penebalan inhomogen regio servix uteri, tak tampak infiltrasi ke
vesica urinaria, tak tampak nodul pada hepar, lien, maupun limfadenopati paraaorta,
serta tak tampak gambaran hidroefrosis kanan kiri. USG yang digunakan pada
karsinoma serviks digunakan untuk mengevaluasi ukuran perluasan dari tumor.
Progresi dari massa tumor dapat terlihat sebagai daerah yang hipoekoik atau isoekoik
dengan batas yang tidak jelas, atau dapat dimenifestasikan sebagai pembesaran
serviks dengan ekogenitas yang heterogen. Pasien juga telah melakukan pemeriksaan
foto thorax dengan diagnosis klinis Ca Cervix Uteri Stadium IIIB, tidak tampak
gambaran metastasis maupun kelainan pulmo dan tulang yang tervisualisasi. Foto
thorax dilakukan untuk melihat apakah adanya metastasis ke paru-paru.
40
BAB V
KESIMPULAN
Kanker serviks sering terjadi akibat dari infeksi virus Human Papilloma.
Diagnosis kanker serviks ditegakkan atas dasar anamnesis dan pemeriksaan klinik.
Diagnosis pasti ditegakkan melalui pemeriksaan histopatologi. Penatalaksanaan
kanker leher rahim meliputi radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan. Pemilihan
terapi bergantung pada stadiumnya yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan
klinik.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini mengarah pada kanker
serviks. Maka dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG Abdomen dan foto
thorax dengan diagnosis klinis Ca Cervix Uteri Stadium IIIB. Pemeriksaan
laboratorium dapat dilakukan untuk menunjukkan persyaratan hematologis apakah
pasien dapat dilakukan terapi radiasi.
Penatalaksanaan pengobatan kanker serviks uteri dapat dilakukan dengan
berbagai modalitas terapi seperti pembedahan,kemoterapi, radioterapi, dan terapi
kombinasi.
41
Kompetensi dokter umum sesuai dengan SKDI tahun 2012 pada Ca serviks
yaitu kompetensi 2. Sehingga diharapkan sebagai dokter umum Pada tingkat
pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat dilakukan program
skrining dini dengan tes IVA untuk mendeteksi secara dini gejala-gejala kanker
serviks.
DAFTAR PUSTAKA
1. Profil kesehatan kota semarang. Kota Semarang; 2014.
2. Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA, Jemal A. Global
cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality
worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin. 2018;68(6):394–
424.
3. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Kemenkes RI Jakarta.
2013;
4. Kitchen FL, Cox CM. Papanicolaou smear. In: StatPearls [Internet]. StatPearls
Publishing; 2018.
5. National Cancer Institute. Cervical Cancer Treatment [Internet]. [cited 2020
May 20]. Available from:
https://www.cancer.gov/types/cervical/patient/cervical-treatment-pdq
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta PT Bina
Pustaka. 2010;
42
7. Kampono N. Kanker Ganas Alat Genital. PT Bina Pustaka Sarwono,
Yogyakarta, Indones. 2014;
8. Primadiarti P, Lumintang H. Peran Kolposkopi dalam Mendeteksi Infeksi
Menular Seksual (Role of Colposcopy in Sexual Transmitted Infection
detection).
9. Mardjikoen P. Tumor ganas alat genital. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999. 367–403 p.
10. Weerakkody Y. Carcinoma of the Cervix [Internet]. [cited 2020 May 20].
Available from: https://radiopaedia.org/articles/carcinoma-of-the-cervix
11. he Cervix (Human Anatomy): Diagram, Definition, Conditions, & More
[Internet]. [cited 2020 May 21]. Available from:
https://www.webmd.com/women/picture-of-the-cervix#1
12. Cervix | Definition, Function, Location, Diagram, & Facts [Internet]. [cited
2020 May 21]. Available from: https://www.britannica.com/science/cervix
13. Snell RS. The upper limb. Clin Anat by Reg 9th ed Philadelphia, PA
Lippincott Williams Wilkins. 2012;285–7.
14. Cervix: MedlinePlus Medical Encyclopedia [Internet]. [cited 2020 May 21].
Available from: https://medlineplus.gov/ency/article/002317.htm
15. Pawlina W, Ross MH. Histology: a text and atlas: with correlated cell and
molecular biology. Lippincott Williams & Wilkins; 2018. 834–866 p.
16. What Does My Cervix Actually Do? [Internet]. [cited 2020 May 21]. Available
from: https://www.verywellhealth.com/what-you-need-to-know-about-your-
cervix-513843.
17. The Cervix - Structure - Function - Vascular Supply - TeachMeAnatomy
[Internet]. [cited 2020 May 21]. Available from:
https://teachmeanatomy.info/pelvis/female-reproductive-tract/cervix/
18. Barclay T. Cervix of Uterus - Anatomy Pictures and Information [Internet].
[cited 2020 May 21]. Available from:
https://www.innerbody.com/image_repfov/repo37-new.html
43
19. The cervix - Canadian Cancer Society [Internet]. [cited 2020 May 21].
Available from:
https://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-type/cervical/cervical-
cancer/the-cervix/?region=on
20. Refaey M. Cervix Radiology Reference Article [Internet]. [cited 2020 May
21]. Available from: https://radiopaedia.org/articles/cervix
21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Kanker Serviks. 2018 p.
No.HK.01.07/Menkes/349/2018.
22. European Society Gyncology Oncology (ESGO). Algorithms for management
of cervical cancer. 2011;
23. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan penatalaksanaan kanker
serviks. Jakarta Kementrian Kesehat RI. 2016;
24. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: BPSP; 2014.
25. Rasjidi I. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
26. Wahyuningsih T, Mulyani EY. Faktor Resiko Terjadinya Lesi Prakanker
Serviks Melalui Deteksi Dini dengan Metode IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat). In: Forum ilmiah. 2014. p. 12–6.
27. Desen W. Buku ajar onkologi klinis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2013.
28. Garcia A. Cervical Cancer : Overview. Gynecology Oncology [Internet]. 2010.
Available from: http://www.emedicine.com/cervical
29. Sehnal B, Kmoníčková E, Sláma J, Tomancová V, Zikán M. Current FIGO
Staging for Carcinoma of the Cervix Uteri and Treatment of Particular Stages.
Klin Onkol. 2019;32(3):224–31.
30. National Cancer Institute. Abdominal Irradiation,Managing Possible Side
Effects During Radiation Treatment [Internet]. [cited 2020 May 20]. Available
from: http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm
31. Banerjee R, Kamrava M. Brachytherapy in the treatment of cervical cancer: a
44
review. Int J Womens Health [Internet]. 2014 May 28;6:555–64. Available
from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24920937
32. Hellevik T, Martinez-Zubiaurre I. Radiotherapy and the tumor stroma: the
importance of dose and fractionation. Front Oncol [Internet]. 2014 Jan 21;4:1.
Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24478982
45