(IVA)
Mono Valentino Yohanes, Zurezki Yuana Yafie
PENDAHULUAN
Karsinoma serviks uteri (KSU) merupakan kanker kedua terbanyak pada
wanita di seluruh dunia dengan insidensi kurang lebih 10/100.000 wanita di
Negara maju dan 40/100.000 di negara sedang berkembang. Di Indonesia KSU
merupakan
keganasan
ginekologi tersering
dengan
insidensi
25-40/100.000
wanita pertahun dan sebagian besar penderita datang pada stadium lanjut. Angka
kejadian di RSUP Dr. Kariadi tahun 1992 untuk stadium IIB 28% dan stadium
IIIB 49%. Sedangkan angka kelangsungan hidup 5 tahun untuk stadium II 58%
dan stadium III 38%.
Faktor risiko KSU antara lain usia saat pertama kali melakukan hubungan
seksual,
pasangan
yang
intraepithelial
kanker
serviks
bermula dari daerah zona transformasi. Di daerah zona transformasi terjadi proses
perubahan sel epitel silindris menjadi sel epitel pipih yang disebut dengan
squamous metaplasia. Dengan adanya infeksi HPV akan menyebabkan displasia,
karsinoma in situ atau adenokarsinoma in situ dan akhirnya terjadi kanker serviks
invasif.1
Dengan
kemajuan
pelayanan kesehatan
di
Indonesia
semakin
baik,
khusunya dalam bidang Ginekologi, dalam kurun waktu 10-20 tahun, jumlah
kematian akibat kanker serviks cenderung menurun, hal ini karena kesadaran
penderita
dan
pemeriksaan sitologi
serviks
yang
makin
meluas. Mereka
menyadari bahwa kontrol pap smear berguna untuk mendeteksi secara dini
kanker serviks.2
Dalam laporan WHO tahun 1986 dinegara-negara yang maju dieprkirakan 4050% wanita berkesempatan untuk melakukan skrining dengan tes Pap, sementara di
negara berkembang diperkirakan hanya 5% yang berkesempatan menjalani skrining.
Hal ini disebabkan oleh karna pemeriksaan tes pap belum bisa dilaksanakan sebagai
skrining massal, akibat keterbatasan dana, sarana maupun, sumber daya manusia,
khusunya tenaga ahli patologi klinik anatomi. Pada tahun 1985 WHO
merekomendasikan suatu pendekatan alternatif bagi negara yang sedang berkembang
dengan konsep down stagging terhadap kanker serviks. Konsep ini dimaksudkan
sebagai deteksi penyakit pada stadium dini yaitu pada tahap yang masih bisa
disembukan, salah satunya adalah dengan cara inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA).
A. ANATOMI SERVIKS
Uterus adalah suatu organ muskular berongga dan berdinding tebal.
Bentuknya seperti buah pir dan bagian apeksnya membentuk serviks yang menonjol
kedalam forniks vagina. Uterus terdiri atas Korpus, isthmus dan serviks.
Serviks adalah bagian uterus yang berbentuk fusiform atau silindris,
berukuran 3 cm dari atas ke bawah,terletak mengarah ke caudal dan dorsal.
Merupakan bagian yang terletak di antara isthmus uteri dan vagina, separuh bagian
dari serviks menonjol ke dalam vagina. Proporsi jaringan otot berkurang dengan
cepat pada serviks, hanya 10 % bagian serviks adalah otot, sisanya adalah jaringan
ikat. Serviks uteri dibagi menjadi 2 bagian oleh dinding anterior vagina menjadi
portio supravaginalis yang dikelilingi fasia pelvik, yang disebut parametrium, kecuali
bagian posterior yang ditutupi peritoneum dari kantong utero rektal, dan portio
vaginalis servicis berbentuk kerucut dan menoonjol ke dalam vagina. Di ujungnya
terdapa orificium externum uteri. Bagian anteriornya membentuk labium anterius dan
bagian posterior membentuk labium posterius.
Di dalam serviks terdapat canalis cervicis uteri yang sempit dibagian caudal.
Pada dinding anterior dan dinding posterior terdapat lipatan mucosa yang dinamakan
plica palmata, letaknya sedimikian rupa sehingga tidak saling bertemu.
B. Histologi Serviks
Kanalis servikalis dilapisi oleh epitel kolumnar tinggi pengahsil mukus yang
berbeda dari epitel uterus, yang bersambungan dengannya. Epitel serviks juga dilapisi
oleh kelenjar serviks tubular bercabang yang meluas membentuk sudut terhadap
3
yang lepas dari vagina, serviks, endoserviks, dan endometrium. Suatu pemeriksaan
ginekologik harus dilengkapi dengan pemeriksaan sitologi apusan pap karna dari
pemeriksaan ini dapat diketahui ada/tidaknya proses infeksi, kelainan prakanker,
kanker di vagina dan serviks. Mengingat saat ini penyakit kanker yang banyak
dijumpai pada wanita, dengan melakukan pemeriksaan apusan pap, berarti telah
melakukan usaha pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Di samping itu
tindakan ini dapat pula mendiagnosis adanya penyakit lain di dalam vagina dan
serviks, di antaranya infeksi human papilloma virus (HPV) yang saat ini dinyatakan
sebagai penyebab timbulnya kanker serviks. Dengan mengetahui adanya penyakit
tersebut melalui pemeriksaan apusan Pap dapat dilakukan pengobatan dengan
seksama, sehingga akibat lebih lanjut berupa timbulnya kanker serviks dikemudian
hari dapat dihindari.3
Bahan pemeriksaan apusan Pap terdiri atas sekret vaginal, sekret serviks
(eksoserviks), sekret endoserviks, serviks endometrium, dan sekret forniks poterior.
Setiap sekret mempunyai manfaat yang khas. Untuk tujuan pemeriksaan sediaan
apusan tertentu, sekretnya hatus berasal dari lokasi tertentu pula. Misalnya, untuk
pemeriksaan interpretasi hormonal, bahan sediaan yang diperiksa harus berasal dari
dinding lateral vagina sepertiga bagian atas, karna bagian tersebut paling sensitif
terhadap hormon. Apabila menggunakan bahan sediaan yang berasal dari tempat lain,
hasil penilaian hormonal yang didapat menjadi kurang akurat. Skrining deteksi
kanker leher rahim memerlukan pemeriksaan terhadap sekret serviks dan
endoserviks.
5
Sekret vaginal harus berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian
atas.
Pengambilan sekret harus dilaksanakan pada keadaan vagina normal
tanpa infeksi dan tanpa pengobatan lokal, paling sedikit dalam waktu 48
jam terakhir.
Untuk penilaian
hormonal
siklus
menstruasi
pada
infertilitas,
dan 22.
Untuk penilaian post maturitas, pengambilan sekret vaginal dilakukan
bila umur kehamilan telah melewati waktu dua minggu melebihi tanggal
tafsiran partusdan ketuban janin harus masih utuh (belum pecah).
b. Bahan pemeriksaan
seseorang
wanita
dan
serviks.
Sekret endoserviks, diambil dengan menghapus permukaan mukosa
endoserviks dan daerah squamo-columnar-junction, dengan spatula
ayremodifikasi atau cytobrush. Kegunaan :
1. Mendiagnosis dan deteksi dini lesi pra kanker (displasia) dan kanker
serviks, karna predileksi kanker serviks paling sering di jumpai di
daerah squamo-columnar-junction.
seorang
wnaita,
mendiagnosis
oleh
papanicolaou,
dan
saat
ini
masih
sering
10
dari plastik yang ujungnya mempunyai sikat halus seperti sikat gigi,
yang berfungsi untuk menampung sekret endoserviks. Caranya :
a. Lekatkan sedikit kapas pada ujung alat ecouvillon rigide jika
hendak menggunakan alat tersebut. Jika menggunakan cytobrush
tidak perlu tambahan kapas.
b. Masukkan ecouvillon rigid atau cytobrush kedalam canalis
endoserviks sedalam satu atau dua sentimeter dari orifisium uteri
eksternum.
c. Putar alat tersebut 3600 untuk menghapus seluruh permukaan
mukosa endoserviks dan daerah squamo-columnar juction.
d. Pulaskan sekret yang didapat pada kaca objek secukupnya , jangan
terlalu tebal atau terlalu tipis.
e. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cairan fiksasi
alkohol 95% atau hair spray.
f. Setelah selesai di fiksasi, minimal selama 30 menit, sediaan siap
dikirim ke laboratorium sitologi
4. Sekret endometrial, diambil dengan menghapus permukaan mukosa
endometrium dalam kavum uteri dengan bantuan alat pengambil sekret
endometrium, yaitu balai endometre (sapu endometrium). Alat
pengambil sekret endometrium adalah balai endometre yang di
indonesiakan menjadi sapu endometrium, yaitu alat berbentuk seperti
sonde inseminasi yang terbuat dari plastik yang mempunyai sapu pada
bagian ujungnya, berfungsi untuk menghapus permukaan mukosa
endometrium guna menampung sekret yang berasal dari cavum uteri.
Caranya :
11
bahwa
pengambilan
bahan
pemeriksaan
ini
akan
13