MATERNITAS
“Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks”
Kelompok 8
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks ini timbul dari adanya gangguan yang diakibatkan dari
neoplasia intraepitel serviks atau adanya pertumbuhan jaringan baru pada lapisan
leher rahim yang disebut tumor. Kanker serviks juga dapat tumbuh menyebar jauh
dari lokasi tumor asalnya dan sebagian besar tumor atau neoplasia juga
mengakibatkan ancaman bagi penderita (Reeder, et all., 2011). Kanker serviks
disebabkan oleh HPV (Human papillomavirus), virus herpes simpleks tipe 2. Virus
tersebut dapat mengubah inti DNA sel serviks yang belum matang. Virus human
papilloma juga berkontribusi terhadap 20% kematian akibat kanker di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Penyebab kanker serviks sendiri belum pasti
tetapi berganti- ganti pasangan seksual, melakukan hubungan seksual di bawah usia
18 tahun dan adanya infeksi pada kelamin seperti infeksi klamidia menahun dapat
(Taufan & Bobby, 2014).
Faktor risiko kanker di dunia disebabkan oleh lima faktor yang berpengaruh
lebih dari 30% dari kematian akibat kanker. Lima faktor risiko tersebut adalah
perilaku dan pola makan, yaitu indeks massa tubuh tinggi, kurang konsumsi buah
dan sayur, kurang aktivitas fisik, penggunaan rokok, dan konsumsi alkohol
berlebihan. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang menyebabkan
terjadinya lebih dari 20% kematian akibat kanker di dunia (Kementrian Kesehatan
RI, 2015).
B. Rumusan Masalah
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker
serviks mulai dari pengertian, penyebab, patofisiologi, pencegahan,
pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk mterahui konsep dan pemenerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kanker serviks
2. Tujuan Khusus
a. Mengeidentifikasi konsep dasar kanker serviks
b. Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada pasien dengan kanker
serviks
c. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kanker
serviks
d. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan kanker
serviks
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, di
mana dalam keadaan ini terdapat sekelompok sel yang abnormal sehingga jaringan
tubuh tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya (Bobak, 2005).
Kanker serviks terutama dialami oleh wanita dewasa muda dan dewasa
pertengahan. Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada
wanita yang berusia kurang dari 35 tahun atau disebut dengan kanker invasif. Kanker
serviks ini 90% berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam
rahim (Taufan dan Bobby, 2014).
3. Metastasis
4. Penyebab
Infeksi penyakit menular seksual oleh virus, seperti virus Herpes simpleks tipe
2 (HSV tipe 2), virus Human papilloma (terutama tipe HPV-16, 18 dan 31), dan
perempuan dengan HPV 18 memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dan
prognosis yang lebih buruk. Aktivitas seksual yang berhubugan dengan peningkatan
risiko terjadinya kanker serviks termasuk usia dimulainya aktivitas seksual di bawah
18 tahun dan perilaku seksual dengan pasangan lebih dari satu. Banyaknya pasangan
seksual, juga memegang peranan penting dalam terjadinya kanker serviks.
Kehamilan pertama sebelum usia 18 tahun, dan kehamilan ganda membuat seorang
wanita memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya kanker serviks
(Prawirohardjo, 2006).
5. Faktor Predisposisi
Menurut Taufan dan Bobby (2014), beberapa faktor predisposisi pada kanker
serviks, antara lain:
Menurut Rahayu (2015), infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal
berlangsung tanpa gejala. Bila kanker sudah mengalami progresivitas atau stadium
lanjut, maka gejalanya dapat berupa:
a) Keputihan
Semakin lama semakin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh,
terkadang bercampur darah.
b) Perdarahan kontak
Perdarahan kontak pascakoitus merupakan gejala serviks 75-80%.
c) Perdarahan spontan
Perdarahan yang timbul akibat pecahnya pembuluh darah dan
semakin lama semakin sering terjadi.
d) Perdarahan pada wanita usia menopause
e) Anemia
f) Gagal ginjal
Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi anatomik.
g) Perdarahan vagiana yang tidak normal.
Perdarahan diantara periode regular menstruasi, periode menstruasi
yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, perdarahan setelah
pemeriksaan panggul.
h) Nyeri
Rasa sakit saat sanggama, kesulitan atau nyeri dalam berkemih,
nyeri di daerah sekitar panggul, jika kanker sudah mencapai stadium
III ke atas maka, akan terjadi edema dan nyeri pada ekstremitas
bagian bawah.
7. Patofisiologi
Kanker serviks mulai timbul di batas antara sel yang melapisi ektoserviks dan
endoserviks, kanalis serviks yang disebut skuamokolumnar junction. Pertumbuhan
kanker serviks diawali dengan sel yang mengalami mutasi kemudian berkembang
menjadi sel displastik yang disebut displasia, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang
mencakup berbagai lesi epitel yang secara sitologi atau morfologi berbeda
dibandingkan dengan sel epitel normal (Mitayani, 2011).
Pada kondisi displasia belum mengenai sel epitel basalis dan belum
menunjukkan karakteristik keganasan. Displasia dimulai dari displasia ringan,
sedang, sampai berat. Perkembangan selanjutnya adalah menjadi kanker insitu (CIS)
dan akhirnya menjadi kanker invasif (Mitayani, 2011).
Karsinoma servikal invasif atau kanker invasif dapat menginvasi atau meluas
ke dinding vagina, ligamentum kardinale, dan rongga endomentrium; invasi ke
kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian
tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks.
Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini
dapat menyebabkan sekret dan vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat-saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri ekstremitas akibat penekanan saraf
lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria, atau
perdarahan rektum (Price, Sylvia Anderson, 2006).
8. Diagnosis
Menurut Taufan dan Bobby (2014), diagnosis kanker serviks ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
a) Pap Smears
Pap smears dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat
dan akibatnya angka kematian akibat kanker serviks menurun sampai > 50%.Setiap
wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun,
sebaiknya menjalani Pap Smears secara teratur yaitu sekali/ tahun. Jika selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smears bisa dilakukan 1 kali
selama 2-3 tahun.
9. Prognosis
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer dengan pendidikan dan promosi kesehatan, vaksinasi,
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan
antibodi, vaksinasi dapat mencegah terjadinya HPV 16 dan 18 yang
menyebabkan infeksi 71% kasus kanker serviks.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dengan Pap Smears atau IVA (inspeksi visual asam
asetat). Deteksi dini dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan
kanker serviks, tetapi tidak bisa mencegah terjadinya infeksi HPV, kanker
serviks yang ditemukan pada stadium dini dan dapat disembuhkan dengan
cepat dan tepat.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah utuk mencegah komplikasi penyakit dan
pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah
ditegakkan. Terdapat dua pengobatan pada pencegahan tersier yaitu:
1) Pengobatan pada pra kanker
Konisasi yaitu memotong sebagian dari serviks yang cukup
representatif, histerektomi dan sinar laser atau radiasi.
2) Pengobatan pada kanker invasif
Tindakan pengobatan pada kanker invasif berupa terapi radiasi,
kemoterapi, histerektomi.
11. Penatalaksanaan
Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, harus ditentukan terapi apa yang
tepat untuk setiap kasus. Secara umum jenis terapi yang dapat diberikan bergantung
pada usia dan keadaan umum penderita, luasnya penyebaran, dan komplikasi lain
yang menyertai. Untuk ini drperlukan pemeriksaan fisik yang saksama. Juga
diperlukan kerja sama yang baik antara ginekologi onkologi dengan radio terapi dan
patologi anatomi (Prawirohardjo 2006).
Pada umumnya kanker stadium lanjut (stadium IIb, III, dan IV) dipilih
pengobatan radiasi yang diberikan secara intrakaviter dan eksternal, sedangkan
stadium awal dapat diobati melalui pembedahan atau radiasi. Terapi tunggal apakah
berupa radiasi atau operasi melakukan pilihan bila kanker serviks dapat didiagnosis
dalam stadium ini. Pada dasarnya untuk stadium lanjut (IIb, III, dan IV) diobati
dengan kombinasi radiasi eksterna dan intrakaviter (brakhiterapi).
a. Pembedahan
Histerektomi total: operasi pengangkatan uterus dan serviks. Jika kanker
serviks belum menyebar, histerektomi merupakan pengobatan terbaik. Kebanyakan
penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba falopi dan
ovarium juga diangkat (salpingo-oofarektom bilateral), karena sel- sel tumor bisa
menyebar ke ovarium dan sel- sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin
tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
b. Radioterapi
Terapi lokal yang akan mencakup tumor yang masuk dalam target volume
radiasi. Efek samping radiasi kadang- kadang disebut sebagai toksisitas radiasi yang
dapat terjadi secara akut atau lanjut.
Efek samping akut terjadi selama radiasi sampai kurang lebih 2 (dua) bulan
setelah selesai radiasi. Efek samping ini terdiri atas:
1) Efek samping akut umum berupa perasaan lemah, mual kadang-
kadang muntah dan perasaan panas. Penurunan HB, Leukisit, dan
Trombosit dapat terjadi bila sumsum tulang masuk dalam lapangan
radiasi.
2) Efek samping akut lokal terjadi akibat proses inflamasi dari organ
yang terlihat dalam lapangan radiasi. Untuk keganasan ginekologis, di
mana radiasi umumnya pada daerah pelvis, efek samping akut yang
mungkin terjadi adalah berupa enteritis dengan gejala diare, proktitis,
sistitis, dan dermatitis pada daerah lipatan perut atau sekitar genitalia
eksterna.
Efek samping lanjut terjadi 3- 6 bulan atau lebih setelah selesai radiasi. Efek
samping ini terdiri atas:
1) Efek samping lanjut umum, terjadi dalam jangka waktu lama sekali
setelah selesai radiasi. Dapat terjadi bentuk keganasan baru yang
diinduksi oleh radiasi tau penyakit darah berupa leukemia.
2) Efek samping lanjut lokal, terjadi struktur/ stenosi usus, proktitis
radiasi kronik yang ditandai dengan perdarahan pada saat defekasi
dengan rasa nyeri, dan sistitis kronik dengan pengurangan volume
kandung kemih yang menyebabkan pesien lebih sering buang air
kecil.
Penanganan efek radiasi bervariasi dari mulai obeservasi saja untuk
grade ringan, medikamentosa untuk grade sedang, sampai dengan
tindakan operasi untuk grade tinggi. Saai ini sudah sangat jarang
terjadi menatian akibat efek sampnig radiasi.
c. Kemoterapi
Respon tubuh yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit,
sistitis radiasi dan enteritis. Respon tubuh pada pasien berkaitan pada kemoterapi
tergantung pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering
terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan
kemoterapi yang mengandung sisplatin.
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Mitayani (2011) dan Rahayu (2015), pengkajian keperawatan
pada pasien dengan kanker serviks adalah sebagai berikut:
a. Demografi
Biasanya terjadi pada usia 30- 50 tahun. Lingkungan di rumah dan
lingkungan tempat kerja pasien seperti, apakah ada kemungkinan
terjadi pelecehan seksual, atau diskriminasi.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan
apakah mengeluarkan cairan putih dan berbau dari vagina
(keputihan). Biasanya pasien merasakan pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, pada stadium lanjut
merasakan keluhan seperti: perdarahan pervaginam yan terus-
menerus, keputihan dan rasa nyeri pada panggul dan edema pada
ekstremitas.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien dengan perkawinan yang muda, jumlah anak yang banyak,
usia pernikahan yang dini, pemberian estrogen, atau steroid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunannya. Wanita dengan memiliki riwayat
abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi
kandungan, serta adanya tumor dan adanya kemungkinan
penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan apakah ada anggota keluarga yang sebelumnya
mengalami penyakit seperti pasien atau penyakit kanker lainnya.
c. Riwayat ginekologis dan obstetri
Siklus menstruasi: terjadi perdarahan intramenstruasi (di luar siklus),
perdarahan pascakoitus, dan keputihan yang berbau busuk.
d. Aktivitas sehari hari:
1) Pola makan: kemungkinan timbul keluhan anoreksia dan
vomiting.
2) Pola eliminasi: kemungkinan terjadi inkontinensia urine dan alvi.
3) Pola aktivitas dan tidur: kemungkinan adanya gangguan pada pola
tidur dan saat beraktivitas terasa nyeri.
e. Data psikososial
Kemungkinan adanya gangguan pada konsep diri, emosi, pola
interaksi, mekanisme koping, mengingkari masalah, marah, perasaan
putus asa, tidak berdaya, depresi atau bahkan memusuhi.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Kemungkinan timbul keluhan rambut pasien rontok karena efek
dari kemoterapi, konjungtiva anemis.
2) Leher
Kemungkinan timbul pembengkakan kelenjar getah bening.
3) Abdomen
Kemungkinan timbul keluhan distensi abdomen dan teraba massa
bila sudah metastasis mis: pada hati.
4) Genitalia
Pada sistem reproduksi kemungkinan timbul keluhan pasien
keputihan, berbau, tidak bersih, dan perdarahan yang abnormal.
5) Serviks
Kemungkian pada serviks pasien terjadi dan timbul nodul, terjadi
inflamasi dan jarinagan serviks yang mulai hancur.
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Hb menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat.
Edianto Deri. Kanker Serviks. Dalam Aziz Farid M, Andrijono, Saifuddin AB.
Buku Acuan Nasional Onkologi dan Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 2006; 33: 442-455.
Mardjikoen Praswoto. Tumor Ganas Alat Genital, subbagian Karsinoma Servisis
Uteri. Dalam Ilmu Kandungan ed.2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo. Jakarta, 1999; 14:380-390
Yatim, Faisal.2008.Penyakit Kandungan.Jakarta: Pustaka Populer Obor