Anda di halaman 1dari 62

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN DENGAN KOMPLIKASI”


(EMBOLI CAIRAN dan KELAINAN PLASENTA)

OLEH :
KELOMPOK 12
Indri Arimurti 1711316046
Putri Geofani 1711316047
Indah Lestari 1711316048
Harlina Pratiwi H 1711316049

Dosen Pembimbing : Ns. Vetty Prsicilla, M.Kep,Sp.Mat.MPH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan
yang akut dan shock.  Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka
dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Emboli
cairan ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam
sirkulasi darah ibu. Komponen yang dimaksud disini ialah unsur-unsur yang
terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan
lemak janin, dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat pembuluh darah dan
mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama masuknya
cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat robek
sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan
masuknya cairan ketuban. (Sarwono, 2009).
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding
pembuluh darah dan dapat terjadi pada  wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun,
sindrom janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus
yang kuat. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal
dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 :
80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
Dalam kenyataannya memang emboli cairan ketuban jarang dijumpai, namun
kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ibu dengan cepat. Sekalipun mortalitas
tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita

2
meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan
yang tidak terkendali.
Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada
wanita, maka akan menyumbat aliran darah ke paru, yang bila meluas akan
mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa iskemik dan kematian jantung
secara mendadak bisa terjadi. Wanita tersebut akan mengalami gangguan
penapasan, syok, hipotermi, dyspnea, batuk, hipotensi perubahan pada membran
mukosa akibat dari hipoksia cardiac arrest. Koagulopati atau pendarahan parah
karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.). Risiko emboli
cairan ketuban tidak bisa diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli paling sering
terjadi saat persalinan. Dengan kata lain, perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan
yang lancar-lancar saja, bukan jaminan ibu aman dari ancaman EAK. Sementara
bila di persalinan sebelumnya ibu mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan
selanjutnya akan mengalami kasus serupa.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan air ketuban?


2. Apa yang dimaksud dengan emboli air ketuban?
3. Apa saja penyebab timbulnya emboli air ketuban?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari emboli air ketuban?
5. Bagaimana patofisiologi dari emboli air ketuban?
6. Bagaimana penatalaksanaan klinis dari emboli air ketuban?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari emboli air ketuban?
8. Bagaimana WOCdari emboli air ketuban?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan emboli air ketuban?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

3
Mahasiswa mampu memahami materi dan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan emboli air ketuban.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dan fungsi air ketuban
b. Mengetahui definisi emboli air ketuban
c. Mengetahui penyebab timbulnya emboli air ketuban
d. Mengetahui manifestasi klinis dari emboli air ketuban
e. Mengetahui patofisiologi dari emboli air ketuban
f. Mengetahui penatalaksanaan dari emboli air ketuban
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang klinis dari emboli air ketuban
h. Mengetahui WOC dari emboli air ketuban
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan emboli cairan ketuban

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Cairan Ketuban


Merupakan semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan memiliki
berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di antaranya, memungkinkan janin dapat
bergerak dan tumbuh bebas ke segala arah, melindungi terhadap benturan dari luar,
barier terhadap kuman dari luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia
juga membantu proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat persalinan
berlangsung maupun sebagai alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan
amniosentesis. Air ketuban mulai terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu dan berasal
dari sel darah ibu. Namun sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air
ketuban dan mengeluarkan air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan usia
kehamilan, air ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni janin. Pada kehamilan
normal, saat cukup bulan, air ketuban jumlahnya sekitar 1.000 cc.
Fungsi air ketuban adalah memberikan kesempatan tumbu kembang janin
secara seimbang ke segala aah di intrauteri. Dalam pertumbuhan organ janin air
ketuban diduga berperan penting karena mengandung. Epidermmal Growth factor
(EGF). (Manuaba, 2007). Komposisi air ketuban menurut (Manuaba,2007) adalah
sebagai berikut :
1. Kandungan air sekitar 98%
2. Berat jenisnya sekitar 1.007-1.008.
3. Terdiri dari bagian padat dan protein

Fungsi cairan amnion adala :


1. Mempertahankan suhu yang merata dalam uterus
2. Memungkinkan gerakan bagian-bagian Janin secara bebas

5
3. Melindungi janin terhadap cidera, cairan amniodan berfungsi sebagai peredam
kejutan
4. Membilas saluran genitalia bawah ketika terjadi rupture membrane amnion

B. Defenisi Emboli Air Ketuban


Emboli air ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke
dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini ialah unsur-unsur yang
terdapat di air ketuban, seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan
lemak janin, dan musin/cairan kental.Secara keseluruhan, insiden berkisar antara 1
dalam 8000 sampai 1 dalam 80000 kehamilan. Di Amerika, emboli air ketuban
menempati 10 persen dari penyebab kematian ibu, sedangkan di Inggris, persentasenya
berkisar 16 persen. Sebagian besar penderita emboli air ketuban yang selamat,
menderita gangguan neurologis. Emboli air ketuban dapat terjadi saat persalinan, baik
normal maupun melalui operasi Caesar. Pada saat persalinan, terdapat risiko untuk
terjadinya emboli air ketuban karena banyak pembuluh darah balik yang terbuka, yang
memungkinkan air ketuban masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyumbat pembuluh
darah balik (Manuaba, 2007).
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang
akut dan shock. Sekitar 25%  wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam
waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus
tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obstetrik, perdarahan post partum atau
edema pulmoner akut. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi
darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada
persalinan normal ) dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan
masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di
jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG  Emboli air ketuban (EAK) adalah
masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang

6
dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban  seperti
lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan
kental. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus
yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran.
Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah dilaporkan. Sesudah
tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
EAK umumnya terjadi pada kasus aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia
kehamilan 12 minggu. Bisa juga saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan cara
mengambil sampel air ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang mengalami
trauma / benturan berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus EAK yang
paling sering terjadi justru saat persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan
(postpartum). Baik persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin aman dari
risiko EAK, karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena yg terbuka, yang
memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli air ketuban
merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian. Bagi yang
selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf (Sarwono, 2009).

C. Etiologi
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi
kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion
memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan
menyebabkan kegagalan perfusi secara massif, bronchospasme, renjatan. Emboli air
ketuban disebabkan sumbatan mendadak pada aliran darah ibu hamil. Sumbatan terjadi
akibat material yang ada di dalam air ketuban. Kejadian emboli air ketuban sangat
cepat dan tidak bisa diprediksi sebelumnya. Beberapa faktor resiko dari emboli cairan
ketuban diantaranya:
1. Multiparitas dan  Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang
proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit.
Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar,

7
mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ).
2. Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture arteri saat persalinan, sehingga cairan ketuban pun dapat
masuk melalui pembuluh darah.
3. Kematian janin intrauteri
Kondisi ini menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar
ketuban akan pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyumbat
aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan
pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan
akan menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan
segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
4. Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau
rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan
vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang
nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan
akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
5. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan
hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.

Faktor – faktor predisposisi , meliputi


a. Kelahiran yang tergesa – gesa
b. Multiparitas
c. Kematian janin intrauteri .
d. Meconium dalam cairan amnion.
e. Kelahiran operatif dan plasenta previa.

Kemungkinan emboli air ketuban terjadi kalau:

8
a. Ketuban sudah pecah
b. His kuat
c. Pembuluh darah yang terbuka ( SC, ruptura uteri ).
D. Manifestasi Klinis
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita
yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit.
Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar ,
mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, sehingga
menimbulkan kecurigaan, mungkin mengalami emboli cairan ketuban. Jika sesak juga
didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea, vomitus, gelisah, dan lain-lain
disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat.
Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi, jika sekarang dengan cepat timbul
edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung, diagnosa emboli
cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Hal yang perlu ditambahkan adalah hasil pemeriksaan selanjutnya yang
menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan koagulasi darah
pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta. Tanda dan gejala embolisme
cairan amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
1. Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan reaksi anafilaktik terhadap adanya bahan-
bahan air ketuban dalam darah terutama emboli meconium bersifat lethal.
2. Gawat janin ( bila janin belum dilahirkan )
3. Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa
4. Cardiact arrest
5. Sianosis
6. Koagulopati
7. Dispnea / sesak nafas yang sekonyong – konyongnya
8. Kejang , kadang perdarahan akibat KID merupakan tanda awal.

E. Patofisiologi

9
Saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama)
vena, terbuka akibat tekanan yang tinggi. Air ketuban beserta komponennya masuk
kedalam sirkulasi darah. Pada giliran berikutnya, aliran ketuban dapat menyumbat
pembuluh darah di paru – paru ibu, jika sumbatan di paru – paru meluas, lama
kelamaan akan menyumbat aliran darah kejantung, akibatnya timbul dua gangguan
sekaligus yaitu pada jantung dan paru – paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya
air ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis.
Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung
menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan
pernafasan. Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini
adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony
dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ).
Kondisi tersebut bisa diperberat dengan terjadinya gangguan pembekuan darah.
Adanya penyumbatan pada vena, secara otomatis akan mendorong tubuh
mengeluarkan zat – zat anti beku darah untuk membuka sumbatan tersebut. Jika
didiamkan zat anti beku darah akan habis, padahal habisnya zat penting ini bisa
berujung pada perdarahan di jalan lahir / dibagian tubuh lainnya, ini yang disebut
dengan gangguan bekuan darah. Jika tidak dapat pertolongan segera, ibu akan
mengalami kejang karena otaknya akan kekurangan oksigen, bahkan bisa
mengakibatkan kematian ibu. Masalah koagulasi sekunder mempengaruhi sekitar 40%
ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara
cairan amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme
air ketuban atau kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi
koagulasi intravaskuler (Manuaba, 2007).
F. WOC
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.
2. Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada
kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular
cairan amninon.

10
3. Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin,
produk pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal ,
menunjukkan DIC.
4. EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.
5. Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6. Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru
dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
1. Terapi krusnal meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek
yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
2. Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia &
perdarahan .
3. Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
4. Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
5. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat
proses perbekuan
6. Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme .
7. Isoproternol di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah
sistolik kira – kira 100 mmHg
8. Oksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif (PEEP)
mungkin diperlukan.
9. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian
trombosit.
10. Terapi tambahan yang dapat diberikan antara lain:
a. Resusitasi cairan
b. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
d. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma

11
e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian tehadap kesehatan pasien sangat diperlukan dalam menindaklanjuti suatu
intervensi keperawatan kepada pasien. Dengan adanya pengkajian yang menyeluruh
maka intervensi keperawatan kepada pasien akan semakin optimal, hal ini di awali
dengan Menetapkan kapan gejala mulai timbul, Menetapkan kapan gejala timbul, apa
yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala
tersebut dan apa yang memperburuk gejala adalah bagian dari pengkajian, juga
mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.

1. Identifikasi klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama pendidikan,
pekerjaan, alamat, No MR, dan diagnose medis. Biasanya terjadi pada ibu yang
hamil diatas 30 tahun.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien datang dengan lemas, sesak nafas, nyeri dada, wajah kebiruan,
sianosis, gangguan sirkulasi jantung, tensi darah mendadak turun, bisa kejang/tidak
dan penurunan kesadaran.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Pengkajian meliputi apakah ibu pernah mengalami benturan/trauma saat kehamilan,
melahirkan dengan operasi, kehamilan yang keberapa dan lain-lain.

4. Riwayat kesehatan keluarga

12
Apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit jantung, DM dan penyakit
keturunan lainnya.

5. Pemeriksaan fisik
a. Kondisi umum
Bisa terjadi penurunan kesadaran/tidak
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah turun/normal, nadi teraba halus cepat/normal, suhu tubuh turun
menunjukan tanda-tanda syok dan peningkatan suhu menunjukkan proses infeksi,
pernapasan cepat/klien tampak sesak napas.
c. Wajah
Wajah tampak pucat, kadang kebiruan.
d. Mata
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
e. Mulut
Sianosis/tidak, membran mukosa kering.
f. Hidung
Terdapat pernapasan cuping hidung
g. Thorax

1) Jantung

Jantung kanan mengalami dilatasi / tidak

Aspirasi dari sisi kanan untuk memperhatikan adanya elemen – elemen cairan
ketuban.

2) Paru-paru

Biasanya terdapat tarikan dinding dada

Edema perdarahan alveolar

13
Emboli yang tersusun dari partikel bahan dalam cairan ketuban ( skuama ,
debris amorf, mucin , vernix dan lanugo )
Pembuluh darah pulmonalis yang berdilatasi pada daerah embolisasi.

h. Abdomen

Terjadinya penurunan tonus uterus / tidak, apakah ada nyeri tekan/tidak.

i. Genetalia

Darah berwarna hitam dari vagina

Peningkatan pendarahan vagina dan tempat yang mengalami trauma pada saat
melahirkan.

Cairan amnion kehijauan karena ada mekonium.

Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir.

j. Ekstremitas

Ekstremitas tampak pucat, teraba dingin, CRT >2 detik, ekstremitas bawah edema.

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.


a. Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek
yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi )
b. Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia
& perdarahan .

14
c. Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia
uteri.
d. Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
e. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan
menghambat proses perbekuan
f. Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada
bronkospasme .
g. Isoproternol di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan
darah sistolik kira – kira 100 mmHg
h. Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
i. oksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif
(PEEP) mungkin diperlukan .
j. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan
sedian trombosit.
2. Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah
keadaan umum ibu stabil
3. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium
kanan dan ventrikel kanan.
4. Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
5. Terapi tambahan :
a. Resusitasi cairan
b. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
d. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
f. Segera rawat di ICU

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia, penurunan aliran dari
vena.

15
2. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan hiperventilasi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan kadar oksigen dalam
sirkulasi menurun
4. Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan hipoksia jaringan pendarahan
dan profil darah abnormal.
5. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada diri sendiri janin
transmisi interpersonal.
6. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perfusi ventilasi

C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Penurunan curah jantung a. Cardiac Pump Cardiac Care
effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri
berhubungan dengan
Indikator : dada(intensitas, lokasi,
hipovolemia, penurunan 1) Systolic blood pressure durasi).
dalam rentang normal 2. Catat adanya disritmia
aliran dari vena.
2) Diastolic blood pressure jantung.
dalam rentang normal 3. Catat adanya tanda dan
3) Tidak ada disritmia gejala penurunan cardiac
4) Tidak ada bunyi jantung output.
abnormal 4. Monitor status
5) Tidak terjadi angina kardiovaskuler.
6) Tidak ada edema perifer 5. Monitor status
7) Tidak ada edema paru pernafasan yang
8) Tidak dispnea saat menandakan gagal
istirahat jantung
9) Tidak dispnea ketika 6. Monitor abdomen
latihan sebagai indicator
10) Tidak terjadi penurunan fungsi
hepatomegali 7. Monitor balance cairan
11) Aktivitas toleran 8. Monitor adanya
12) Tidak sianosis perubahan tekanan darah
9. Istirahatkan klien
b. Circulation Status dengan tirah baring

16
Indikator : optimal
1) Systolic blood pressure 10. Berikan oksigen
dalam rentang normal tambahan sesuai dg
2) Diastolic blood pressure indikasi
dalam rentang normal 11. Kolaborasi untuk diit
3) Pulse pressure dalam jantung
rentang normal 12. Kolaborasi untuk
4) CVP (Central Venous pemberian obat
Pressure) tidak diuretik, vasodilator,
meningkat morfin sulfat, dan
5) MAP dalam rentang antikoagulan
normal 13. Monitor respon pasien
6) AGD (PaO2 dan PaCO2) terhadap efek
dalam rentang normal pengobatan antiaritmia
7) Saturasi O2 dalam 14. Atur periode latihan
rentang normal dan istirahat untuk
8) Tidak asites menghindari kelelahan
15. Monitor adanya
c. Vital signs dispneu, ortopneu, dan
Indikator : takipnue
1) Denyut jantung apikal 16. Anjurkan untuk
dalam rentang normal menurunkan stress
2) Irama denyut jantung
Vital Sign Monitoring
dalam rentang normal
1. Monitor TD, nadi, suhu
3) Denyut nadi radial
dan RR
dalam rentang normal
2. Catat adanya fluktuasi
4) Tekanan Systole dan
tekanan darah
Diastole dalam rentang
3. Monitor vital sign
normal
pasien saat berbaring,
duduk atau berdiri
4. Auskultasi tekanan
darah pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD,nadi, RR,
sebelum, selama,dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas nadi
7. Monitor adanya pulsus
paradoksus
8. Monitor jumlah dan
irama jantung
9. Monitor bunyi jantung
10. Monitor suara paru
11. Monitor pola

17
pernapasan abnormal
12. Monitor sianosis
periferIdentifikasi
penyebab dari
13. perubahan vital sign
2 Ketidakefektifan pola a.Respiratory Status : Airway management
Ventilation 1. Buka jalan nafas.
pernapasan yang
Indikator : 2. Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan 1) Respiratory rate dalam memaksimalkan
rentang normal ventilasi.
hiperventilasi
2) Tidak ada retraksi 3. Identifikasi pasien
dinding dada perlunya pemasangan
3) Tidak mengalami alat jalan nafas.
dispnea saat istirahat 4. Lakukan fisioterapi
4) Tidak ditemukan dada bila perlu
orthopnea 5. Auskultasi suara
5) Tidak ditemukan nafas , catat adanya
atelektasis suara tambahan
6. Monitor respirasi dan
b. Respiratory Status : status O2
Airway Patency Oxygen Therapy
Indikator : 1. Pertahankan jalan
1) Respiratory rate dalam nafas yang paten
rentang normal 2. Atur peralatan
2) Pasien tidak cemas oksigenisasi
3) Menunjukkan jalan 3. Monitor aliran oksigen
nafas yang paten 4. Pertahankan posisi
pasien
5. Observasi adanyan
tanda – tanda
hipoventilasi
6. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenisasi

Vital Sign Monitoring


1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor vital sign saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
4. Monitor TD, nadi, RR

18
sebelum, selama dan
setelak aktivitas
5. Monitor kualitas nadi
6. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
7. Monitor suara paru
8. Monitor pola
pernapasan abnormal
9. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit.
10.Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
3 Ketidakefektifan perfusi a. Circulation Status a. Oxygen Therapy
Indikator : 1. Pertahankan kepatenan
jaringan perifer
1) Systolic blood pressure jalan nafas
berhubungan dengan dalam rentang normal 2. Atur peralatan
2) Diastolic blood pressure oksigenasi
kadar oksigen dalam
dalam rentang normal 3. Monitor aliran oksigen
sirkulasi menurun 3) Pulse pressure dalam 4. Pertahankan posisi
rentang normal pasien
4) CVP dalam retang 5. Observasi adanya
normal tanda-tanda
5) MAP dalam rentang hipoventilasi
normal 6. Monitor adanya
6) Saturasi O2 dalam kecemasan pasien
rentang normal terhadap oksigenasi
7) Tidak asites b. Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, Nadi,
b. Tissue Perfusion : Suhu, dan RR
Peripheral 2. Catat adanya fluktuasi
Indikator : tekanan darah
1) CRT (jari tangan dan 3. Monitor kualitas nadi
kaki) dalam batas 4. Monitor suara paru
normal 5. Monitor pola
2) Suhu kulit ekstremitas pernapasan yang
dalam rentang normal banormal
3) Kekuatan denyut nadi 6. Monitor suhu, warna,
(karotis kanan dan dan kelembapan kulit
kiri;brachial kanan dan c. Peripheral Sensation
kiri; femur kanan dan Management
kiri, radialis kanan dan 1. Monitor adanya daerah
kiri) dalam rentang tertentu yang hanya
normal peka terhadap

19
4) Blood pressure dan panas/dingin/tajam,tu
MAP dalam rentang mpul
normal 2. Monitor adanya
paratese (kesemutan)
3. Batasi gerakan kepala,
leher, dan punggung
4. Monitor adanya
tromboplebitis dan
vena tromboembolism
4 Resiko tinggi cedera pada NOC:
Risk Kontrol
ibu berhubungan dengan
Kriteria Hasil
hipoksia jaringan a) Klien terbebas dari cidera
b) Klien mampu
pendarahan dan profil
menjelaskan cara atau
darah abnormal. metode untuk mencegah
cidera
c) Klien mampu
menjelaskan faktor resiko
dari lingkungan
d) Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
e) Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan

5 Ansietas yang NOC: Anxiety Reduction


a) Anxiety self-control (penurunan kecemasan)
berhubungan dengan
b) Anxiety level a) Gunakan pendekatan
krisis situasi ancaman c) Coping yang menenangkan
b) Nyatakan dengan jelas
pada diri sendiri janin Kriteria hasil:
harapan terhadap
transmisi interpersonal. a) Klien mampu pelaku pasien
menidentifikasi dan c) Jelaskan semua
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
cemas dirasakan selama
b) Mengidentifikasi, prosedur
mengungkapkan dan d) Pahami perspektif
menunjukkan teknik pasien terhadap situasi
untuk mengontrol cemas stress
c) Vital sign dalam batas e) Temani pasien untuk
normal memberikan keamanan
d) Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi rasa
wajah, bahasa tubuh dan takut

20
tingkat aktivitas f) Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya kecemasan g) Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
h) Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
i) Instruksikan kepada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
j) Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
6 Gangguan pertukaran gas a. Respiratory status : Gas Respiratory monitoring
exchange 1. Monitor rata – rata,
yang berhubungan dengan
Indikator : kedalaman, irama dan
perfusi ventilasi 1) PaO2 dan PCO2 dalam usaha respirasi.
rentang normal 2. Cata pergerakan dada,
2) Saturasi oksigen dalam amati kesimetrisan,
rentang normal penggunaan otot
3) pH arteri dalam rentang tambahan, retraksi otot
normal supraclavicular dan
4) kesimbangan perfusi intercostal.
ventilasi dalam rentang 3. Monitor suara nafas
normal seperti dengkur.
5) tidak terjadi dispnea saat 4. Ponitor pola nafas :
istirahat atau sedang bradipnea, takipnea,
melakukan aktivitas hiperventilasi, cheyne
b. Respiratory status : stokes.
ventilation 5. Monitor kelelahan otot
Indikator : diafragma
1) Respiratory rate dalam 6. Auskultasi suara nafas,
rentang normal catat area penurunan /
2) Tidak ada retraksi tidak adanya ventilasi
dinding dada dan suara tambahan
3) Tidak mengalami
dispnea saat istirahat Oxygen Therapy
4) Tidak ditemukan 1. Observasi aliran O2
orthopnea 2. Berikan therapy O2
5) Tidak ditemukan sesuai indikasi
atelektasis

21
Asuhan Keperawatan pada Ny. X umur 40 tahun dengan diagnose G:4 P:3 A:0 H 38
minggu parturien Kala I dengan Emboli Air Ketuban

Identitas
Nama ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. M
Umur : 40 Tahun Umur : 42 tahun
Lama nikah : +/- 12 tahun lama nikah : +/- 12 Tahun
Suku : jawa/Indonesia Suku : Jawa/indonesia
Agama : islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jln.manuruki 2, No.5 Alamat : Jln. Manuruki 2, no.5

Data Subjektif (S):


1. Hamil ke-empat dan tidak pernah keguguran G4P3A0
2. Terakhir haid(HPHT) tanggal 3 Januari 2012
3. Nyeri perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan lender dan darah sejak 27
september 2012 pukul 23.00 wib
4. Sifat nyeri hilang timbul
5. Berusaha mengatasi nyeri dengan mengelus-elus pinggang

22
6. Ibu mengatakan merasa cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya.

Data Objektif(O):
1. KU ibu baik, kesadaran CM
2. Tanda-tanda vital :
a.TD : 120/70 mmHg
b. Pols : 80x/menit
c.Temp: 36,5ºC
d. RR: 18x/menit
3. Kepala dan wajah
a.Ekspresi wajah ibu Nampak cemas
b. Tidak ada oedema pada wajah
c.Tidak ada nyeri tekan
d. Konjungtiva merah muda, sclera putih bersih
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar thyroid
5. Payudara
a.Simetris kiri dan kanan
b. Putting susu terbentuk, bersih , hipermegmentasi pada putting susu dan areolla
c.Tidak ada nyeri tekan
d. ASI keluar bila putting dipencet
6. Abdomen
a.Tidak ada
b. Tonus otot perut tegang
c.Palpasi
1) TFU 33 cm, punggung kanan, teraba kepala, kepala sudah masuk PAP
2) Lingkar perut 98 cm
3) TBBJ : 3432 gr
4) DJJ terdengar jelas dan teratur pada kuadran kanan bawah
5) Kontraksi uterus 3x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik

23
6) Tidak ada nyeri tekan saat di palpasi

7. Genetalia (VT) pukul 06.15 wib


a.Vulva/vagina tidak ada kelainan
b. Portio lunak dan tebal
c.Ketuban (+)
d. Pembukaan 5 cm
e.Presentasi kepala
f. Molase tidak ada
g. Tidak ada penumbungan
h. Penurunan kepala hodge II
i. Panggul normal
j. Pengeluaran darah dan lender

8. Ekstremitas
Tidak ada oedema dan varices

9. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb : 10,8 gr %
b. Albumin: (-)
c. Reduksi : (-)

Assessment (A):
Inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan janin baik

Planning (P):
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu mengerti keadaannya.
2. Memberi support dan motifasi pada ibu
3. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kanan atau ke kiri ; ibu tidur miring ke kiri

24
4. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri dalam persalinan. Ibu dapat beradaptasi
dengan nyeri yang timbul.
5. Menajarkan teknik relasksasi dna pengaturan napas saat timbul kontraksi yang dengan
menarik napas melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut, ibu
melakukannya.
6. Memberi hidrasi dan intake yang cukup ; ibu makan nasi dan minum air putih
7. Mengobservasi kemajuan persalinan serta keadaan ibu dan janin

KALA II
Data Subjektif (S):
1. Mengatakan perutnya sangat mulas-mulas yang sangat kuat ( His yang muncul
diraskan ibu terus menerus.
2. Mengatakan mual muntah dan sangat gelisah
3. Merasakan dorongan yang kuat untuk meneran saat timbul kontraksi
4. Merasa ingin BAB

Data Objektif ( O) :
1. Kontraksi uterus 5-7 kali dalam 10 menit, durasi > 40 detik
2. DJJ 136x / menit
3. Hasil pemeriksaan dalam pukul 10.15 wib
a. Vulva/vagina tidak ada kelainan
b. Portio tidak teraba
c. Ketuban pecah ,jernih.
d. Pembukaan 10 cm.
e. Presentasi kepala, ubun-ubun kecil kanan tepat di bawah simfisis
f. Molase tidak ada
g. Penumbungan tiidak ada
h. Penurunan kepala di Hodge IV
i. Panggul normal
j. keluar lender , darah dan air jernih

25
4. TTV
a. TD : 100/70 mmHg
b. Pols : 90x/menit
c. Suhu : 37ºC
d. RR : 28x/menit

5. Perineum tampak menonjol


6. Vulva dan anus terbuka

ASESSMENT (A) :
Inpartu Kala II, Dengan Emboli Air Ketuban

Planning (P)
1. Melihat tanda dan gejala Kala II : ada dorongan yang kuat untukmeneran, tekanan
pada anus perineum menonjol , vulva danvagina menonjol
2. Memastikan kelengkapan alat dan bahan pertolongan persalinan ; alat sudah lengkap
3. Memakai celemek
4. Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan dan mencuci tangan dengan
sabun dibawah air yang mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT
6. Mengisi spuit dengan oksitosin 10 IU
7. Membersihkan vulva dan perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam
9. Mendekontaminasi sarung tangan
10. Megobservasi DJJ 136x/menit
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap keadaan janin baik
12. Membantu ibu mengambil posisi meneran; ibu mengambil posisi litotomi

26
13. Memimpin ibu meneran saat ada His
14. Memasang handuk bersih di atas perut ibu dan duk steril dbawah bokong ibu
15. Memakai handscoen steril/ DTT
16. Menyokong perineum saaat kepala bayi membuka vulva 5-6cm dengan tangan kanan
dan menahan puncak kepala dengan tangan kiri
17. Setelah kepala keluar , membersihkan muka ,mulut dan hidung bayi dengan kasa steril.
18. Memeriksa adanya lilitan tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat
19. Menunggu kepala melakukan putar paksi luar
20. Melahikan bayi dengan cara kedua tangan di letakkan secara biparietal pada kepala
bayi lalu menarik kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu depan dan menarik
kepala ke atas untuk melahirkan bahu belakang kemudian melahirkan bayi secara
sangga susur. Bayi lahir pukul 06.25 wib jenis kelamin laki-laki
21. Menilai bayi segera setelah lahir : menangis spontan,kulit kemerahan , pergerakan
aktif
22. Mengeringkandanmenyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering
23. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan janin tunggal : janin tunggal

KALA III
DATA SUBJEKTIF (S) :
1. Ibu Mengatakan perutnya terasa sangat mulas
2. Ibu mengatakan terasa mual dan mau muntah
3. Ibu mengatakan sesak nafas
4. Ibu mengatakan badan terasa lemah

DATA OBJEKTIF (O) :


1. Keadaan Umum ibu tampak lemah
2. Kala II berlangsung 10 menit
3. Bayi Lahir pukul 06.25 wib , dengan jenis kelamin laki-laki
4. TFU setinggi pusat
5. Kontraksi uterus baik, uterus teraba keras dan bundar

27
6. Tali pusat bertambah panjang

ASSESMENT (A) :
Inpartu Kala III dengan emboli air ketuban
Planning ( P ) :
1. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin
2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM 1/3 paha atas bagian luar
3. Menjepit tali pusat dengan klem pertama +/- 3 cm dari perut bayi dan memasang klem
kedua +/- 2 cm dari klem pertama , memootong tali pusat dan mengikatnya dengan
pengikat tali pusat yang steril.
4. Mengganti pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering
5. Melakukan IMD
6. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak5-10 cm darri vulva
7. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis dan tangan kanan memegang tali pusat
8. Menunggu uterus berkontraksi kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali
dengan tangan kanan sementara tangan kiri melakukan tekanan pada uterus secara
dorso cranial
9. Jemput plasenta dengan kedua tangan, putar plasenta searah jarum jam sampai plasenta
dan selaput ketuban lahir ; plasenta dan selaput ketubahn lahir lengkap pukul 06.30
wib

KALA IV
DATA SUBJEKTIF (S):
2. Ibu mengatakan perut masih terasa mulas
3. Ibu mengatakan masih sesak nafas
4. Ibu mengatakan badan terasa lemah

DATA OBJEKTIF (O) :


1. Plaseta lahir pukul 06.30 wib
2. Ibu Nampak pucat , sianosis dan lemah

28
3. Tanda-tanda vital :
TD : 90/70 mm Hg
Pols : 90x/menit
RR : 20x / menit
TFU 2 jari dibawah pusat
4. Kontraksi
Kontraksi uterus kuat
Perdarahan +/- 300 cc mengalir

ASSESMENT (A) :
Inpartu kala IV dengan emboli air ketuban
Planning (P) :
1. Melakukan masase uterus, uterus terasa keras dan bundar
2. Memeriksa robekan jalan lahir, ada robekan jalan lahir tingkat II
3. Memasang infuse
4. Memasang O2
5. Jelaskan pada ibu dankeluarga tentang keadaan ibu saat ini dan harus segera dirujuk
6. Berikan support pada iibu dengan melibatkan keluarga dan orang terdekat
7. Persiapan rujukan dengan BAKSOKU
8. Merujuk ibu ke RS yang memiliki fasilitas yang lengkap.

Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : PO2 menurun 60 mmHg
2. EKG dilatasi atrium jantung bagian kanan.
3. Photo torax terlihat adanya edema pulmonal
4. Pemeriksaan darah lengkap terdapat kegagalan koagulasi.

29
1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema pulmonal.
b. Ansietas berhubungan dengan sesak nafas.
c. Resiko perdarahan berhubungan gangguan koagulasi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perfusi jaringan menurun.

2. Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC / Tujuan Intervensi
keperawatan KH NIC Aktivitas
Gangguan pertukaran KH: Manajemen a.       identifikasi kebutuhan
gas berhubungan a.       Mempunyai fungsi paru jalan nafas pasien terhadap
dengan edema dalam batas normal pemasangan oksigen
pulmonal. b.      Memiliki ekspansi paru b.      auskultasi suara nafas
Ds : yang simetris c.       pantau status
a.       Pasien mengatakan c.       PO2 dalam normal pernafasan dan
sesal d.      tidak menggunakan otot oksigenasi sesuai
Do: bantu dalam bernafas kebutuhan
a.       PO2 menurun d.      atur posisi untuk
memaksimalkan
potensial ventilasi
e.       atur posisi
mengurangi dispnea
f.        kolaborasikan ke
tenaga medis untuk

30
pemberian oksigen
Ansietas berhubungan KH: Penurunan a.       Sediakan informasi
dengan sesak nafas. a.       TTV dalam batas normal Ansietas factual menyangkut
Ds: b.      Menunjukkan untuk diagnosis
a.       Pasien mengatakan berfokus pada pengetahuan b.      Instruksikan pasien
terasa sesak kesehatan yang dialami tantang penggunaan
Do: c.       Mampu menggunakan teknik relaksasi
a.       Pernafasan teknik relaksasi mengatasi c.       Jelaskan semua
28x/menit ansietas prosedur yang akan
dilakukan
d.      Damping pasien dan
beikan ketenangan serta
rasa nyaman.
e.       Damping pasien
selama prosedur untuk
meningkatkan keamanan
dan mengurasi rasa takut
f.        Kolaborasikan untuk
pemberian obat
menurunkan ansietas
jika perlu
Intoleransi aktivitas a. Energy conservation Energy 1. Tentukan
Indikator : Management keterbatasan pasien
berhubungan ketidak
1) Menunjukkan terhadap aktivitas
mampuan perfusi keseimbangan antara 2. Tentukan penyebab
aktivitas dengan istirahat lain dari kelelahan
jaringan
2) Menggunakan teknik 3. Dorong pasien untuk
3) Mengenali keterbatasan mengungkapkan
energi perasaan tentang
4) Menyesuaikan gaya keterbatasannya
hidup sesuai tingkat 4. Observasi nutrisi
energi sebagai sumber
5) Mempertahankan gizi energi yang adekuat
yang cukup 5. Observasi respon

31
6) Melaporkan aktivitas jantung-paru
yang sesuai dengan terhadap aktivitas
energi (misalnya takikardia,
b. Activity tolerance disritmia, dispnea,
Indikator : pucat, dan frekuensi
1) Saturasi oksigen saat pernafasan)
melakukan aktivitas 6. Batasi stimulus
membaik/dalam rentang lingkungan
normal (misalnya
2) nadi saat melakukan pencahayaan, dan
aktivitas dalam rentang kegaduhan)
normal 7. Dorong untuk
3) tidak sesak napas saat lakukan periode
melakukan aktivitas aktivitas saat pasien
4) tekanan darah saat memiliki banyak
melakukan aktivitas tenaga.
dalam rentang normal 8. Rencanakan periode
5) mudah melakukan ADL aktivitas saat pasien
memiliki banyak
tenaga
9. Hindari aktivitas
selama periode
istirahat
10. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas
sesuai sumebr energi
11. Instruksikan pasien
atau keluarga untuk
mengenal tanda dan
gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan
aktivitas.
12. Bantu pasien atau
keluargauntuk
menentukan tujuan
akhir yang realistis
13. Evaluasi program
peningkatan tingkat
aktivitas

Activity 1. Kolaborasikan
Therapy dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik

32
dalam merencakan
program terapi yang
tepat
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan
3. Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivasi
seperti kursi roda
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8. Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguat
positif bagi yang
aktif beraktifitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang
akut dan shock. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah
maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan
normal) dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya
cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai,
kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Beberapa faktro
risiko emboli cairan ketuban antara lain kematian janin intrauteri, janin besar
intrauteri, multiparitas dan  usia lebih dari 30 tahun, meconium dalam cairan ketuban,
kontraksi uterus yang kuat, dan insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi,
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran
darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila meluas akan
terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya
gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang
sudah tua. Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien

34
akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi
segera, pasien dapat mengalami syok.

B. Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep
teori beserta asuhan keperawatan pada pasien dengan emboli cairan ketuban, meskipun
emboli cairan ketuban jarang ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap
waspada akan terjadinya emboli cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat
mengurango mortalitas ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Ascula Plus

Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku Panduan Paktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Farrer, Helen. 2005. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono, R. Prawiro. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Saifudin, Abdul dan Rochimhadi Trijatmo . 2007 . Ilmu Kandungan . Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

35
BAB I
PENDAHULUAN

36
A. Latar Belakang
Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan plasenta makin lama
makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan
sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada
baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan
ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan
yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL).
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta
akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
informasi kepada pembaca mengenai Kelainan Placenta.

C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Kelainan dan Penyakit Placenta

BAB II
PEMBAHASAN

37
A. Pengertian Plasenta
Plasenta merupakan  organ berbentuk cakram yg menghubungkan janin dengan
dinding rahim yang menjadi jalan perantara bagi pernapasan, pemberian makanan,
dan pertukaran zat buangan antara janin dan darah ibu

B. Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan
ini di butuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari
ibu ke janin, dan pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran
darah ibu.

Dapat di kemukakan bahwa fungsi plasenta adalah :


1. Sebagai alat yang memberi makanan pada janin (nutritif)
2. Sebagai alat yang mengeluarkan bekas metabolisme (ekskresi)
3. Sebagai alat yang memberi zat asam, dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
4. Sebagai alat yang membentuk hormone
5. Sebagai alat menyalurkan berbagai antibodi ke janin, dan
6. Mungkin hal-hal yang belum di ketahui.

C. Plasenta Normal
1. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk bundar/oval
b. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
c. Berat rata-rata 500-600 gram
d. Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/
sentrali, disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis.
e. Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basalis
f. Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion)
menuju tali pusat. Orion diliputi oleh amnion

38
g. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat
600 cc – 7000 cc/menit (aterm)
2. Keadaan Plasenta

a. Pemukaan Maternal

1) Permukaan yang menghadap ke dinding rahim


2) Warnanya merah tua
3) Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi dalam
beberapa belah yang disebut kotiledon
4) Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon
5) Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus.
Desidua basalis pada plasenta matang disebut lempeng korionik (basal),
di mana sirkulasi utero plasenter berjalan ke ruang-ruang intervili melalui
tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah.
Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran yang berlangsung secara
osmosis dan alterasi fisiko-kimia.
3. Permukaan Fetal
Adalah permukaan menghadap kearah janin.
a. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening sehingga
kelihatan membayang dibawahnya pembuluh darah yang bercabang
b. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasent
c. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang
tidak sama tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga
pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis.
d. Terdiri dari korion frondosum dan vili

D. Kelainan Plasenta
Kelainan plasenta adalah keadaan dimana plasenta, baik secara anatomic maupun
fisiologik tidak mampu untuk memberi makan dan oksigen kepada fetus juga untuk
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara normal.

39
E. Faktor risko kelainan plasenta
a. Ibu dengan takanan darah tinggi, DM, Jantung.
b. Wanita hamil di atas usia 40 tahun
c. Ketuban yang pecah lebih cepat sebelum waktu bersalin
d. Gangguan pembekuan darah
e. Wanita yang mengandung bayi kembar
f. Wanita yang pernah menjalani operasi rahim
g. Wanita pengguna obat-obatan terlarang
h. Wanita yang pernah mengalami trauma perut seperti terjatuh atau cedera perut
i. Pernah mengalami gangguan plasenta pada kehamilan sebelumnya
F. Kelainan Plasenta
Kelainan Bentuk Dan Bobot
a. Kelainan Berat
1) Lebih berat dan besar sampai 1/3 berat badan janin dijumpai pada diabetes
melitus dan sifilis.
2) Lebih kecil sampai 1/9 berat badan janin dijumpai pada penyakit jantung,
ginjal, dan sebagainya.
b. Kelainan Ukuran
Plasenta membranasea: plasenta sangat tipis sehingga hampir memenuhi
dinding cavum uteri dengan diameter 30 – 40 sentimeter dan dapat mencapai
segmen bawah rahim sehingga menyebabkan gejala plasenta previa
c. Kelainan Bentuk
1). Plasenta Bilobata/ Plasenta Kembar

adalah kelainan dimana uri atau plasenta terdapat dua bagian. Kasus plasenta
kembar bisa menyebabkan perdarahan kala ibu memenjalani persalinan.
Pasalnya, dokter/bidan yang menangani biasanya tidak mengira ibu memiliki
dua plasenta, sehingga setelah plasenta pertama keluar menyusul kelahiran
bayi, plasenta satunya dibiarkan tertinggal di dalam. Inilah yang menyebabkan

40
terjadinya perdarahan, infeksi, dan ukuran rahim tetap besar sekalipun telah
lewat 40 hari.

2). Plasenta Marginata (Sirkumvalata)

Kelainan dimana pada tepi atau pinggir plasenta/uri terdapat satu lingkaran
jaringan tebal yang berwarna putih dengan panjang 4-5 cm. Jaringan putih ini
sebenarnya adalah lipatan dari jaringan selaput janin. Disini selaput janin
tidak melekat pada tepi jaringan plasenta tetapi agak ke tengah. Kemungkinan
masalah yang timbul adalah adanya perdarahan sebelum persalinan. Klinis:
dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan

3). Plasenta Suksenturiata

adalah suatu kelainan dimana disamping terdapat plasenta yang normal, juga
terdapat uri tambahan dan ada hubungan pembuluh darah dengan plasenta
yang normal.

41
4). Plasenta bipartite

Plasenta terdiri dari 2 bagian yang sama besar yang dihubungkan dengan
selaput ketuban. Talipusat mengadakan insersi di salah satu lobus dan cabang
cabang pembuluh talipusat berjalan didalam selaput ketuban menuju ke lobus
yang lain

d. Kelainan Posisi
Yaitu Plasenta Previa
Plasenta previa ialah suatu keadaan dimana plasenta menutupi atau berada
sangat dekat dengan ostium uteri internum. Keadaan ini dibagi menjadi empat
bagian yaitu:
1) Plasenta previa totalis: dimana ostium uteri internum tertutup seluruhnya
oleh plasenta.

42
2) Plasenta previa parsialis: dimana ostium uteri internum sebagian ditutupi
oleh plasenta.
3) Plasenta previa marginalis: dimana bagian tepi dari plasenta berada di
pinggir dari ostium uteri internum.
4) Plasenta letak rendah: dimana plasenta berimplantasi pada segmen bawah
rahim, tetapi tepi dari plasenta tidak mencapai ostium uteri internum,
namun berada didekatnya.

e. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah tertahanya placenta atau belum lahirnya placenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002:178).

1) Jenis-jenis Plasenta
a) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion placenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
b) Placenta akreta adalah implantasi jonjot korion placenta hingga memasuki
bagian lapisan miometrium.
c) Placenta inkreta adalah implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/
memasuki miometrium.

43
d) Placenta perkreta adalah implantasi jonjot korion placenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
e) Plasenta inkarserata adalah tertahannya placenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.

2) Predisposisi retensio plasenta


a) Grandemultipara
b) Bekas operasi pada uterus
c) Plasenta previa karena dibagian ishmus uterus, pembuluh darah sedikit
sehingga perlu masuk jauh kedalam
d) Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang sedikit
luas
e) Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis

3) Penyebab retensio placenta


a) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
b) Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karenta tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III)
c) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korelasi
menembus desidua sampai mimetrium sampai di bawah peritoneum
(plasenya akreta-pakreta)
d) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
4) Patofisiologi
Pada persalinan kala III, fisiologis plasenta yang normal dan pelaksanaan
manajemen aktif kala III yang benar menjadi penyebab kelahiran plasenta
secara normal. Saat dimana terjadi kesalahan penanganan kala III dan atau
kontraksi uterus ditemukan tidak bekerja dengan baik (atona uteri) maupun
terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta tidak dapat lahir karena
terhalang cincin rahim, maka didapatkan bahwa plasenta telah lahir
sebagian, dan yang memperparah keadaan ini adalah perdarahan yang

44
banyak dan terus-menerus jika tidak segera diberi pertolongan. Sementara
plasenta akreta, inkreta, perkerata akan menyebabkan plasenta tidak dapat
lahir seluruhnya karena fisiologis plasenta yang tidak normal sehingga
menyebabkan kontraksi jelek dan perlu dilakukan penanganan lebih khusus
yaitu histerektomi untuk mengatasinya.

5) WOC

45
G. Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif kala III : Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan
mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan
angka kejadian retensio plasenta.
Tiga langkah utama manajemen aktif kala III : pemberian oksitosin/uterotonika
segera mungkin, melakukan penegangan tali pusatterkendali (PTT), rangsangan
taktil pada dinding uterus atau fundus uteri.
Penegangan tali pusat terkendali: Berdiri disamping ibu, pindahkan jepitan semula
tali pusat ke titik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit terseebut, letakan
telapak tangan (alas dengan kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding
uterus dan suprasimpisis, pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil
tekan tali uterus ke dorsokranial, ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum
dapat dilahirkan (jangan dilakukan pemaksaan)

Batasan :

 kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban
 kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
setelah itu

Syarat : janin tunggal/memastikan tidak ada lagi janin di uterus

Tujuan : membuat kontraksi uterus efektif

Keuntungan :

a. lama kala III lebih singkat


b. jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan
postpartum
c. menurunkan kejadian retensio plasenta

46
Fisiologis kala III :

 Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti


berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi
 Penyusutan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di


bawah ini :

 Perubahan bentuk dan tinggi fundus


 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba-tiba

Manajemen aktif kala III terdiri dari :

a. Pemberian oksitosin
b. Penegangan tali pusat terkendali
c. Masase fundus uteri

Menurut Depkes RI (2008), melakukan manajemen aktif kala III meliputi :


1) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
2) Meletakkan 1 tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
3) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah bawah sambil
tangan yang lain mendorong utrus kea rah belakang atas (dorso-kranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversion uteri) jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu
4) Mengeluarkan plasenta

47
a) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kea rah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10
cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan
c) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras)
5) Pemeriksaan plasenta
a) Selaput ketuban utuh atau tidak
b) Plasenta : ukuran plasenta
Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon
Bagian fetal : utuh atau tidak
c) Tali pusat : jumlah arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi
plasenta suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral, marginal, serta
panjang tali pusat.
6) Menilai perdarahan
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantong plastic atau tempat khusus.
b) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

48
H. Pemeriksaan Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan memeriksa jumlah
kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon). Periksa dengan seksama bagian pinggir
plasenta apakah kemungkinan masih ada hubungan dengan plasenta lain (plasenta
susenturiata)
Amati apakah ada bagian tertentu yang seperti tinggal atau tidak utuh, jika
kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa
plasenta.
I. Penanganan plasenta secara umum
a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan dan jika
merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan lakukan kateterisasi
kandung kemih.
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit iM, jika belum dilakukan
kala III.
d. Jangan berikan orgometrin karena dapat menyebabkan kontraksi uterus yang
tonik yang bias memperlambat pengeluaran plasenta.
e. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus
terasa berkontraksi lakukan penarikan tali pusat terkendali.
f. Jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan
plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji
pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7
menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
koagulpati.
g. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan
antibiotic untuk metritis.

J. Asuhan Keperawatan Teoritis Persalinan dengan Retensio Plasenta (plasenta


separasi/ akreta pasrisal, plasenta inkarserata, plasenta akreta)

49
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien : meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin, usia, agama
dll.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : biasanya ibu mengatakan perdarahan. Ibu mengatakan
adanya kontraksi di rahim. Ibu mengeluh badan terasa lemah.
b) Keluhan saat pengkajian :
biasanya terjadi perdarahan pervaginam, fundus uteri masih rendah, bagian
bawah janin belum turun, kulit tampak pucat/ anemis
c) Riwayat kehamilan dan persalinan
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan
nifas yang lalu. Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan
persiapan persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala
faktor yang mempengaruhi persalinan. Mencakup :
- Jumlah Kehamilan dan kelahiran: G (gravida), P (para), A (abortus),
H (hidup)
- Data ini digunakan untuk mengetahui riwayat kehamilan dan
kelahiran pasien.
- Golongan Darah
Data ini menjelaskan golongan darah pasien, hal ini dilakukan untuk
sumber informasi jika ketika kehamilan atau persalinan mengalami
pendarahan penanganan penggantian darah yang keluar melalui
transfusi darah lebih cepat dilakukan.

d) Riwayat persalinan
Jika persalinan dahulu terdapat penyulit seperti perdarahan, sectio
saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan dapat terjadi
atau timbul pada persalinan sekarang.
e) Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan

50
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul
sewaktu hamil dan melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya.
f) Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang
lalu (perdarahan, feloris).

c. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum Ibu :
Biasanya ibu dengan plasenta separasi/ akreta parsial akan terjadi syok,
pada plasenta inkarserata terjadi jarang syok, pada plasenta akreta jarang
sekali ibu akan syok kecuali dengan indikasi penyakit lain yang
menyertainya.
b) Tinggi Fundus :
- Plasenta separasi/ akreta parsial tinggi fundus sepusat
- Plasenta inkarserata 2 jari bawah pusat
- Plasenta akreta sepusat
c) Bentuk Fundus
- Plasenta separasi/ akreta pasrisal Diskoid
- Plasenta inkarserata agak globuler
- Plasenta akreta discoid
d) Perdarahan Pervaginam :
- Terjadi perdarahan di vagina, pada plasenta separasi/ akreta parsial
perdarahan sedang-banya, pada plasenta inkarserata perdarahan
sedang, plasenta akreta perdarahan sedikit/ tidak ada.
- konsistensi uterus pada separasi/akreta parisal kenyal, pada plasenta
inkarserata keras, pada plasenta akreta konsistensi uterus cukup.
e) Tali Pusat

51
Pada plasenta separasi/ akreta parsial terjulur sebagian, pada plasenta
inkarserata tali pusat terjulur, pada plasenta akreta tali pusat tidak
terjulur.
f) Ostium Uteri
Pada plasenta separasi/akreta ostium uteri terbuka, pada plasenta
inkarserata ostium uteri konstriksi, pada plasenta akreta ostium uteri
terbuka
g) Separasi Plasenta
Pada plasenta separasi/ akreta parsial terjadi lepas sebagian, pada
plasenta inkarserata terjadi sudah lepas, pada plasenta akreta terjadi
melekat seluruhnya.

DIAGNOSA
Berdasarkan Nanda NOC dan NIC tahun 2017 diagnosa yang mungkin muncul
yaitu :
1. Resiko Perdarahan berhubungan dengan komplikasi kehamilan
2. Ketidaefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar
hemoglobin
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko perdarahan NOC NIC
Definisi : Beresiko Bleeding precautions
 Blood lose severity
mengalami
 Blood koagulation  Monitor ketat tanda-tanda
penurunan volume darah
perdarahan
yang dapat mengganggu
 Catat nilai Hb dan HT
kesehatan Kriteria Hasil :
sebelum dan sesudah

52
terjadìnya perdarahan
Faktor Resiko :  Tidak ada hematuria
 Monitor nilai lab
dan hematemesis
(koagulasi) yang meliputi
 Aneurisme  Kehilangan darah
PT, PTT, trombosit
 Sirkumsisi yang terlihat
 Monitor TTV ortostatik
 Defisiensi pengetahuan  Tekanan darah dalam
 Pertahankan bed rest
 Koagulopati batas normal sistol
selama perdarahan aktif
intravaskuler dan diastole
 Kolaborasi dalam
diseminata  Tidak ada perdarahan
pemberian produk darah
 Riwayat jatuh pervagina
(platelet atau fresh frozen
 Gangguan  Tidak ada distensi
plasma)
gastrointestinal abdominal
 Lindungi pasien dari
 (mis.,penyakit ulkus  Hemoglobin dan
trauma yang dapat
lambung, polip, hematrokrit dalam
menyebabkan perdarahan
varises) batas normal
 Hindari mengukur suhu
 Gangguan fungsi hati  Plasma, PT, PTT
lewat rectal
(mis, sirosis, hepatitis) dalam batas normal
 Hindari pemberian aspirin
 Koagulopati inheren
dan anticoagulant
(mis, trombositopenia)
 Anjurkan pasien untuk
 Komplikasi
meningkatkan intake
pascapartum (mis,
makanan yang banyak
atoni uteri, retensi
mengandung vitamin K
plasenta)
 Hindari terjadinya
 Komplikasi terkait
konstipasi dengan
kehamilan (mis,
menganjurkan untuk
plasenta previa,
mempertahankan intake
kehamilan mola,
cairan yang adekuat dan
solusio plasenta)
pelembut feses
 Trauma
 Efek samping terkait Bleeding reduction

53
terapi (mis,
 Identifikasi penyebab
pembedahan,
perdarahan
pemberian obat,
 Monitor trend tekanan
pemberian produk
darah dan parameter
darah defisiensi
hemodinamik
trombosit, kemoterapi)
(CVP,pulmonary
capillary / artery wedge
pressure
 Monitor status cairan
yang meliputi intake dan
output
 Monitor penentu
pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2, SaO2 dan
level Hb dan cardiac
output)
 Pertahankan patensi IV
line

Bleeding reduction:
wound/luka

 Lakukan manual pressure


(tekanan) pada area
perdarahan
 Gunakan ice pack pada
area perdarahan
 Lakukan pressure
dressing (perban yang

54
menekan) pada area luka
 Tinggikan ekstremitas
yarg perdarahan
 Monitor ukuran dan
karakteristik hematoma
 Monitor nadi distal dari
area yang luka atau
perdarahan
 Instruksikan pasien untuk
menekan area luka pada
saat bersin atau batuk
 Instruksikan pasien untuk
membatasi aktivitas

Bleeding reduction :
gastrointestinal

 Observasi adanya darah


dalam sekresi cairan
tubuh: emesis, feces,
urine, residu lambung,
dan drainase luka
 Monitor complete blood
count dan leukosit
 Kolaborasi dalam
pemberian terapi :
lactulose atau vasopressin
 Lakukan pemasangan
NGT untuk memonitor
sekresi dan perdarahan

55
lambung
 Lakukan bilas lambung
dengan NaCI dingin
 Dokumentasikan warna,
jumlah dan karakteristik
feses
 Hindari pH lambung yang
ekstrem dengan
kolaborasi pemberian
antacids atau histamine
blocking agent
 Kurangi faktor stress
 Pertahankan jalan nafas
 Hindari penggunaan
anticoagulant
 Monitor status nutrisi
pasien
 Berikan cairan Intravena
 Hindari penggunaan
aspirin dan ibuprofen

Ketidakefektifan perfusi Setelah diberikan Peripheral Sensation


jaringan perifer perawatan pasien akan : management (Manajemen
Defenisi : Penurunan menunjukkan sensasi perifer)
sirkulasi darah ke perifer keseimbangan cairan,
yang dapat menganggu integritas jaringan : kulit Monitor adanya pretase
kesehatan. dan membrane mukosa Gunakan sarung tangan untuk
dan perfusi jaringan proteksi
Batasan Karakteristik : perifer yang dibuktikan Kolaborasi pemberian

56
Penurunan nadi perifer oleh indicator sebagai analgetik
Nyeri ekstremitas berikut : Monitor adanya
Tidak ada nadi perifer Gangguan ekstrem tromboplebistis
Perubahan tekanan darah di Berat Mengobservasi kulit jika ada
ekstremitas Sedang laserasi
Warna kulit pucat saat Ringan
elevasi Tidak ada gangguan
Risiko Infeksi NOC : NIC :
Definisi : Mengalami Immune Status Infection control (Kontrol
peningkatan risiko terserang Knowledge : Infection Infeksi)
organisme patogenik control Pertahankan teknik isolasi
Risk control Bersihkan lingkungan setelah
Faktor risiko : dipakai pasien lain
Prosedur Invasif Kriteria Hasil: Cuci tangan setiap sebelum
Klien bebas dari tanda dan dan sesudah tindakan
gejala infeksi keperawatan
Mendeskripsikan proses Gunakan baju, sarung tangan,
penularan serta sebagai alat pelindung
penatalaksanaanya Tingkat Intake nutrisi
Menunjukkan kemampuan Monitor tanda dan gejala
untuk mencegah timbulnya infeksi local
infeksi Instruksikan pasien untuk
Jumlah leukosit dalam minum obat antibiotic sesuai
batas normal resep
Menujukkan perilaku
hidup sehat
Kecemasan  Nursing Interventions
berhubungan dengan Classification (NIC): - Anxiety Reduction
-    Faktor keturunan, Krisis -Anxiety Level (penurunan kecemasan)
situasional, Stress, - Social Axiety level - Gunakan pendekatan yang

57
perubahan status kesehatan, Kriteria Hasil: menenangkan
ancaman kematian, - Klien mampu - Nyatakan dengan jelas
perubahan konsep diri, mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
kurang pengetahuan dan mengungkapkan gejala pasien
hospitalisasi cemas - Jelaskan semua prosedur dan
DO/DS: - Mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
-    Insomnia mengungkapkan serta prosedur
-    Kontak mata kurang menunujukan teknik untuk - Pahami prefektif pasien
-    Kurang istirahat mengontrol cemas terhadap situasi stres
-    Berfokus pada diri sendiri - Vital sign dalam - Temani pasien untuk
-    Iritabilitas mengontrol cemas memberikan keamanan dan
-    Takut - Postur tubuh, expresi mengurangi takut
-    Nyeri perut wajah dan tingkat aktifitas - Lakukan Back/ Neck rub
-    Penurunan TD dan denyut menunjukan berkurangnya - Dengarkan dengan penuh
nadi kecemasan. perhatian
-    Diare, mual, kelelahan -Identifikasi tingkat
-    Gangguan tidur kecemasan
-    Gemetar - Bantu pasien mengenal
-    Anoreksia, mulut kering situasi yang menimbulkan
-    Peningkatan TD, denyut kecemasan
nadi, RR - dorong pasien untuk
-    Kesulitan bernafas mengungkapkan perasaan,
-    Bingung ketkutan dan persepsi
-    Bloking dalam - Instruksikan pasien
pembicaraan menggunakan teknik relaxasi
-    Sulit berkonsentrasi Relaxation Therapy
- Jelaskan alasan untuk
mengenal relaxasi dan
manfaat, batas dan jenis
relaksasi yang tersedia

58
- Menciptakan lingkungan
yang tenang, dengan cahaya
redup dan suhu sentyaman
mungkin

IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti
dan dilakukan.
Di dalam tahap ini, perawat melakukan observasi sesuai dengan kriteria
yang telah direncanakan. Bila perawat perlu memberikan infus atau pemberian obat,
maka tindakan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu perhatian didalam tahap pelaksanaan ini adalah: Intervensi
yang dilakukan harus berdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan.
Pengamatan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan kriteria
evaluasi yang ditetapkan.
Pengandalian keadaan pasien atau klien sehingga berangsur-angsur menuju
kondisi kesehatan yang diharapkan.
 Membantu ibu untuk istirahat dengan menyiapkan tempat mengatur posisi
yang nyaman.
 Memberitahu ibu makanan-makanan untuk pemenuhan gizi ibu dan janin
 Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang berwenang dalam hal ini
dokter obsgin untuk mencegah perdarahan yang dapat mengancam jiwa ibu.
(jika sudah terjadi abortus)
 Melakukan penanganan jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi)

EVALUASI

59
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

60
Bayi dalam kandungan membutuhkan makanan dan nutrisi yang cukup dalam masa
tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan alat yang sangat penting bagi janin, karena
plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya, melalui
plasenta bayi bias mendapatkan makanan, nutrisi serta alat untuk melakukan
pernafasan. Plasenta dari hari kehari semakin membesar seiring membesarnya janin
dalam rahim.

Dari penjelasan diatas maka kita dapat mengetahui bahwa plasenta berperan penting
dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup bayi. Plasenta atau
biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Ia lalu
tumbuh dan berkembang bersama janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi,
plasenta merupakan bagian dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi
sperma. Tanpa plasenta, janin mustahil bertahan hidup. Plasenta merupakan organ
yang telah memiliki letak,bentuk,ukuran,bagian-bagian dan fungsi yang apabila
semuanya terbentuk dan melakukan fungsinya dengan baik,maka akan menjamin
kehidupan dan pertumbuhan janin yang berkembang di dalam rahim

B. Saran
Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan bayi dalam rahim,
oleh karena itu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta gizi harus tercukupi melalui ibu
yang sedang mengandung. Proses pertumbuhan plasenta sangat berpengaruh besar
bagi kehidupan janin dalam kandungan, pasokan makanan pada ibu sangat
mempengaruhi tumbuh kembang pada plasenta, kerusakan pada plasenta juga
merupakan akibat dari buruknya pasokan makanan yang dikonsumsi ibu. Oleh sebab
itu perlu bagi ibu yang sedang mengandung untuk mengetahui proses pertumbuhan
plasenta, organ yang merupakan hubungan pengikat antara ibu dan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

61
Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .
Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan
Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Mochtar, Rustan. 1998. Sinopsis Obstetri.Jakarta ; EGC.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Sholehah, KJLFA.2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3rd
.ed). Bandung ; Sekeloa
Publisher.
Sinclair, Constance. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta ; EGC
Wash, Linda. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta; EGC.

62

Anda mungkin juga menyukai