ASUHAN KEBIDANAN GAWAT DARURAT
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1. Novita Rahma F0G020003
2. Nabilah Saniyyah F0G020006
3. Sinta Arjanah F0G020010
4. Fitri Khasanah F0G020035
5. Rizky Sherli F0G020036
6. Irma Mutiara S F0G020038
7. Nadia Lefiani F0G020040
8. Fhany Ramadina F F0G020090
UNIVERSITAS BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur penyaji sampaikan kehadirat Allah SWT, berkat segala rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat
menyusun sebuah. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Asuhan kebidanan gawat
darurat”. Penyusun menyadari akan keterbatasan makalah yang telah disusun ini. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampuh pada mata
kuliah Asuhan kebidanan kegawatdaruratan Bunda Dara Himalaya, S.ST., M.Keb yang telah memberikan saran,
motivasi dan bimbingan kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bengkulu, 12 Febuari2022
Penyusun,
Kelompok 5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULi
KATA PENGANTARii
DAFTAR ISIiii
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang Masalah1
B. Rumusan Masalah1
C. Tujuan Masalah1
BAB II PEMBAHASAN2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi
darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Sindrom cairan ketuban adalah
sebuah gangguan langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Emboli
cairan ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang
dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang
terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat pembuluh
darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban
dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura
uteri meningkatkan kemampuan masuknya cairan ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi
pada wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun, sindrom janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi
yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus yang kuat.
Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli air
ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya
antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat. Dalam kenyataannya
memang emboli cairan ketuban jarang dijumpai, namun kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ibu
dengan cepat. Sekalipun mortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus.
75% wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak
terkendali. Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada wanita, maka akan
menyumbat aliran darah ke paru, yang bila meluas akan mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa
iskemik dan kematian jantung secara mendadak bisa terjadi. Karena wanita tersebut akan mengalami
gangguan penapasan, syok, hipotermi, Dyspnea, Batuk, Hipotensi perubahan pada membran mukosa akibat
dari hipoksia Cardiac arrest. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC
terjadi di 83% pasien.). Risiko emboli cairan ketuban tidak bisa diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli
paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain, perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang
lancar-lancar saja, bukan jaminan ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya
ibu mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus serupa. Begitu juga
sebaliknya.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang kegawatdaruratan pada kasus emboli air ketuban
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengethui tentang kegawatdaruratan pada kasus emboli air ketuban
2. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah asuhan kebidanan kegawatdaruratan
BAB II
PEMBAHASAN
Emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban yang mengandung sel-sel janin dan material
debris lainnya ke dalam sirkulasi maternal yang menyebabkan kolaps kardiorespiratori. Emboli air ketuban
merupakan suatu kasus komplikasi obstetri yang tidak dapat diprediksi dan dicegah, ditandai dengan hipoksia
peripartum akut, kolaps hemodinamik dan koagulopathi. Emboli air ketuban dapat terjadi jika air ketuban masuk
melalui pembuluh darah yang terbuka ke dalam sirkulasi ibu, seperti pada keadaan plasenta akreta, setelah
tindakan bedah sesar, ruptur uteri atau melalui robekan vena- vena di daerah endoserviks. Data terbaru
dari National Registry menunjukkan bahwa proses tersebut lebih menyerupai reaksi anafilaksis/ reaksi immun
daripada emboli. 1,3
Angka kejadian emboli air ketuban dilaporkan sekitar 1:8000 – 1: 80.000 kehamilan. Emboli air ketuban
menyebabkan kematian ibu sekitar 11%-13% di Amerika Serikat dan ini merupakan penyebab kematian
peripartum yang paling sering terjadi. Kematian ibu karena komplikasi ini mencapai 80%. Emboli air ketuban
biasanya terjadi sekitar saat persalinan, namun pernah juga terjadi setelah aborsi legal atau amniosentesis
transabdominal. Maka dari itu tujuan dari Referat ini adalah untuk memberi gambaran mengenai emboli air
ketuban yang bisa terjadi pada kehamilan dan langkah – langkah apa yang bisa kita lakukan sehingga dapat
mengurangi angka k ematian ibu.
A. CAIRAN KETUBAN
Cairan jernih yang normal yang dikumpulkan dalam rongga amnionik meningkat karena kehamilan berlanjut
sampai sekitar minggu ke-34, ketika ada penurunan dalam volume. Volume rata-rata sekitar 1000 mL ditemukan
saat kehamilan aterm, meskipun hal ini mungkin bervariasi dari beberapa mililiter sampai banyak liter dalam
kondisi abnormal.
Cairan ketuban diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada
setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan ketuban sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput
amnion. Dengan bertambahnya usiakehamilan, produksi cairan ketuban didominasi oleh kulit janin dengan cara
difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin
mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan ketuban.Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari
cairan ketuban di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea.
Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan asam urat dibandingkan plasma. Selain itu juga
mengandung sel janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini
bersifat hipotonik, maka seiring bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan ketuban berkurang. Cairan paru
memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion secara keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta
berperan membentuk sisanya. 98% cairan ketuban adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein, peptid,
karbohidrat, lipid, dan hormon.
Terdapat sekitar 38 komponen biokimia dalam cairan ketuban, di antaranya adalah protein total, albumin,
globulin, alkalin aminotransferase, aspartat aminotransferase, alkalin fosfatase, transpeptidase, kolinesterase,
kreatinin kinase, isoenzim keratin kinase, dehidrogenase laktat, dehidrogenase hidroksibutirat, amilase, glukosa,
kolesterol, trigliserida, High Density Lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), very-low-density
lipoprotein (VLDL), apoprotein A1 dan B, lipoprotein, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, sodium,
potassium, klorid, kalsium, fosfat, magnesium, bikarbonat, urea, kreatinin, anion gap , urea, dan osmolalitas.
Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor, EGF) dan faktor pertumbuhan mirip EGF,
misalnya transforming growth factor-α, terdapat di cairan ketuban. Ingesti cairan ketuban ke dalam paru dan
saluran cerna mungkin meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi jaringan-jaringan ini melalui gerakan
inspirasi dan menelan cairan ketuban.
B. ETIOLOGI
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu
dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi
paru dan menyebabkan :
2. Bronchospasme
3. Renjatan
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau
baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan
janin yang amat besar ,mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan
kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah dan
memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan
mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan
menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik
bahkan kematian mendadak.
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal ini juga
menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke
pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan
akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban
pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.
C. FISIOLOGI EMBOLI AIR KETUBAN
Ketuban (Amnion) manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah
kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap
menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion.Cairan ketuban
(amnion) pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karna adanya campuran partikel solid yang
terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion
pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada
kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml.
Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada
setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel
selaput amnion. Dengan bertambahnya usiakehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin
dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas,
ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar
500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada
penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan
cairan amnion. Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis
ginjal, akanmenyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia
esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion.
D. PATOFISIOLOGI EMBOLI AIRKETUBAN
Emboli merupakan segala sesuatu yang masuk ke sirkulasi yang dapat menyebabkan hambatan pada aliran
darah di organ tertentu. Oksigen yang dibawa oleh darah dipompa keseluruh tubuh melalui arteri dimana
arteri mempunyai cabang-cabang yang akhirnya semakin kecil secara bertahap.Jika embolus melewati
arteri maka dia akan mencapai bagian yang terdalam/terkecil sehingga menyumbat aliran darah pada organ
tempat embolus berada dan menyebabkan organ tersebut akhirnya menjadi nekrosis akibat kekurangan
oksigen. Emboli sendiri sebenarnya terdapat beberapa jenis antara lain: emboli serebral, thromboemboli,
emboli arterial, emboli vena, emboli air ketuban, emboli lengan atau kaki, dan emboli lemak. Dalam
kehamilan terdapat 3 jenis emboli yang bisa terjadi yaitu: tromboemboli paru, emboli air ketuban, dan
emboli udara vena. Presentasi tiap-tiap emboli ini memiliki insidensi dan perjalanan klinis yang
bervariasi.Sebagai contoh, emboli udara vena sering terjadi selama Seksio Sesaria. Gejala-gejalanya
bersifat transien, dan diagnosis seringkali tidak terdeteksi. Sebaliknya, emboli air ketuban jarang terjadi,
namun presentasi klinisnya bersifat berbahaya.
Pada pasien obstetrik, banyak kejadian emboli terjadi pada intrapartum atau postpartum. Anestesi paling
sering terlibat dalam resusitasi pasien. Pengenalan, diagnosis, dan penatalaksanaan dini diperlukan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitasterkait Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai kejadian
emboli selama kehamilan karena jarang terdiagnosis akibat bias dengan komplikasi syok akibat
perdarahan ataupun kejang akibat penyakit gestosis dalam kehamilan.
Cairan ketuban dan selaput ketuban merupakan mekanisme perlindungan yang penting untuk
perkembangan janin.Selama kehamilan selaput ketuban memisahkan antara cairan ketuban dan sirkulasi
ibu. Pada proses persalinan, pembuluh darah uterus di permukaan endometrium menjadi terpapar langung
dengan cairan ketuban. Biasanya kontraksi uterus sangat efetif untuk membuat pembuluh darah
mengecil. Oleh karena itu pada saat ketuban pecah, untuk terjadinya emboli air ketuban harus ada tekanan
yang menyebabkan cairan ketuban masuk ke dalam sirkulasi ibu.Tempat implantasi plasenta
merupakan salah satu tempat yang berpotensi masuknya cairan ketuban ke dalam srikulasi, terutama ketika
terjadi pelepasan plasenta. Hal ini biasanya tidak terjadi jika kontraksi uterus baik.
Di sisi lain, luka kecil pada segmen bawah rahim dan endoserviks selama kehamilan dan persalinan
sekarang dianggap sebagai salah satu tempat masuknya emboli. Yang mendukung pendapat ini. Bastein
dkk, melaporkan pada kasus kematian karena emboli air ketuban, pada pemeriksaan postmortem
mengungkapkan adanya penyumbatan oleh emboli air ketuban di pembuluh darah servikal dan paru.
Patofisiologi emboli air ketuban dianggap masih belum jelas. Cairan ketuban dan sel-sel janin masuk
sirkulasi maternal, menimbulkan dua proses. Pada fase pertama, terjadi perubahan hemodinamik yaitu
vasospasmus arteri pulmonalis dengan hipertensi pulmonal dan peningkatan tekanan ventrikel kanan
sehingga menyebabkan hipoksia.Hipoksia menyebabkan kerusakan otot jantung dan kapiler paru, gagal
jantung kiri, dan berkembang menjadi acute respiratory distress syndrome.
Tiga faktor utama yang menyebabkan masuknya air ketuban ke dalam sirkulasi ibu adalah:
1. Robekan amnion dankorion.
2. Terbukanya vena ibu baik melalui vena-vena endoserviks, sinus venosus subplasenta atau
akibat laserasi segmen bawah uterus.
3. Tekanan yang mendesak masuknya air ketuban ke dalam sirkulasi ibu. Gejalayang
ditimbulkantergantungbesarnyasumbatanpadaarteri pulmonalis.
Pada wanita yang mampu bertahan pada keadaan tersebut kemudian memasuki fase kedua yaitu
koagulopati. Hal ini merupakan fase perdarahan, ditandai dengan perdarahan masif dengan atonia uteri
dan disseminated intravascular coagulation (DIC), habisnya faktor pembekuan dapat terjadi lebih awal.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950, oleh warner dan reid yang melaporkan bahwa
koagulopati berhubungan dengan emboli air ketuban.
Penyebab terjadinya koagulopati masih dalam perdebatan. Beberapa penelitian masih terus bertentangan
dalam menyimpulkannya. Meskipun cairan ketuban mengandung faktor koagulasi II, VII dan X, konstentrasinya
masih jauh di bawah yang ditemuakan dalam serum ibu. Di sisi lain, cairan ketuban telah terbukti memiliki faktor
X yang memilki efek aktivasi seperti tromboplastin. Lockwood dkk yakin bahwa faktor jaringan yang
bertanggung terhadap efek ini, dan sejumlah jaringan ditemukan dalam cairan ketuban, misalnya kulit janin dan
sel-sel epitel dari sistem pernafasan, gastrointestinal dan genitourinaria janin. Faktor jaringan mengaktifasi jalur
extrinsik pengikatan faktor VII. Faktor ini yang dianggap memicu pembekuan dengan mengaktifasi faktor X.
Sebagian beranggapan ketika terbentuk pembekuan di pembuluh darah akanmengakibatkan pembentukan trombin
lokal dan menyebakan vasokontriksi dan thrombosis mikrovaskular.
Selama bedah sesar. Delapan puluh delapan persen terjadi setelah pecahnya selaput ketuban; jadi pada sebagian
kecil kasus, selaput ketuban masih utuh. Sebagian besar kasus ini timbul pada akhir kala I persalinan setelah atau
pada saat ketuban pecah atau kadang-kadang segera setelah anak lahir, biasanya didahului oleh his yang sangat
kuat. Beberapa keadaan yang dianggap memiliki resiko tinggi untuk terjadinya emboli air ketuban adalah : usia
kehamilan yang tua, multipara, adanya mekonium, laserasi serviks, kematian janin dalam kandungan, pengeluaran
bayi yang terlalu cepat, plasenta akreta, polihidramnion, ruptur uterin, khorioamnionitis.
Gambar 2. Komposisi air ketuban yang dapat menyebabkan emboli
Emboli air ketuban disebabkan sumbatan mendadak pada aliran darah ibu hamil
Sumbatan terjadi akibat material yang ada di dalam air ketuban. Kejadian emboli air ketuban sangat cepat
dan tidak bisa diprediksi sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa factor risiko
penyebabnya. Meningkatnya usia si ibu. Multiparitas (banyak anak). Ada mekonium (kotoran bayi di dalam
air ketuban). Laserasi serviks (lecet pada leher rahim). Kematian janin dalam kandungan. Kontraksi yang
terlalu kuat. Persalinan singkat (ari-ari melekat sangat erat di dinding rahim). Air
ketuban banyak. Rahim sobek. Riwayat alergi atau atopi pada si ibu. Infeksi pada
selaput ketuban. Ukuran bayi besar.
4. Henti kardiopulmoner
5. Sianosis
6. Koagulopati
G. Gambaran klinis
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang
proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan
yang sulit . Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang
amat besar ,mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban,
harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan
ketuban ) .Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea ,
vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut
nadi yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi .
Jika sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak
terdapat penyakit jantung ,diagnosa emboli cairan ketuban jelas sudah dapat
dipastikan.
Pada uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan
selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan
koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta.
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang
proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan
yang sulit . Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang
amat besar ,mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban,
harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan
ketuban ) .Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea ,
vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut
nadi yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi .
Jika sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak
terdapat penyakit jantung ,diagnosa emboli cairan ketuban jelas sudah dapat
dipastikan.
Pada uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan
selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan
koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta.
H. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko dalam emboli air ketuban dalah sebagai berikut
1. Meningkatnya usia ibu
3. Adanya mekoneum
4. Laserasi serviks
7. Persalinan singkat
8. Plasenta akreta
I. DIAGNOSIS EMBOLI AIRKETUBAN
Diagnosis emboli air ketuban biasanya dibuat berdasarkan gejala klinis. The National
Registry melaporkan hasil analisisnya tentang tanda dan gejala yang paling banyak adalah hipotensi,
gawat janin, edema paru dan sindroma gawat nafas. Cardiopulmonary arrest terjadi pada sejumlah kasus,
berbagai bentuk gangguan irama jantung seperti bradikardia, takikardia ventrikuler/ fibrilasi ventrikel
dan asystole. Tanda dan gejala yang lain meliputi sianosis, koagulopathi, sesak nafas, kejang, atonia uteri,
spasme bronkhus, transient hypertension, batuk, nyeri kepala dan nyeri dada (Tabel-1).
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Respirasi
HematologiUteroplasentaLain-lain
Hipotensi*Pulmonary edema†
Koagulopathi†GawatjaninKejang
Cardiopulmonary arrest
Transient hypertension
* Selalu ada
ARDSAtonia uteriNyeri
kepala
Sianosis
Tidak ada kelainan lain yang bisa menjelaskan timbulnya gejala dan tanda-tanda yangdidapat
Penatalaksanaan emboli air ketuban bersifat non spesifik dan suportif (Gambar-1). Oksigen diberikan
untuk mempertahankan saturasi oksigen yang normal, dan pemasangan pulse oximeter bermanfaat untuk
mengawasi saturasi oksigen pada pasien yang kritis. Oksigen diberikan dengan sungkup muka atau
dengan tekanan positif melalui endotracheal tube untuk pasien yang tidak sadar atau pasien yang sadar
dengan hipoksemia yangberat. Resusitasi
kardiopulmoner harus dikerjakan segera setelah
terjadi cardiorespiratory arrest. Jika pasien dengan henti jantung tidak respon terhadap tindakan resusitasi
dalam beberapa menit pertama, seksio sesarea perimortem sebaiknya dikerjakan secepat mungkin.
Bantuan hemodinamik perlu diberikan untuk mengatasi hipotensi dan syok. Penggantian volume darah
yang hilang dengan cairan kristaloid atau darah mutlak diperlukan. Obat-obat vasopressor
seperti dopamine, ephineprine dan ephedrine dapat bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah,
tetapi tidak ada obat tertentu yang lebih baikdibandingkan yang lain pada keadaan. Karena biasanya
terjadi gagal jantung kiri, pemberian obat inotropik dengan digoksin perlu diberikan pada pasien dengan
non hipoksia.Kateterisasi arteria pulmonalis dapat memberikan informasi penting terhadap penanganan
pasien dengan keadaan hemodinamik yang tidak stabil.
Syok
Hipotensi
Monitor CO
dan tekanan
darah
Oksigenasi adekuat
Hipoksemia
DIC
Penatalaksanaa
n koagulopathi
Resusitasi
Kardiopulmoner
Monitor
janin
Evaluasi Laboratorium
Penggantian
volume cairan:
kristaloid,
kolloid, kompon
endarah
Obat
vasopressor
: dopamine
norepinephr
ine
ephedrine
Obat
inotropik:
digitalis
Kateterisasi
arteria pulmonalis
(bila perlu)
Meningkatkan
FIO (mempertaha
2
nkan
PO maternal 60
2
mmHg)
face mask;
CPAP
Intubation &
mechanical
ventilation Pu
lmonary
edema:
Kortikosteroid
Penggantian
komponen
darah
PRBCs
Tro
mbo
sitF
FP
Cryoprecipitate
He
par
in
Gambar-3. Penatalaksanaan emboli air ketuban. CO, cardiac out put; FIO2, inspired
oxygen consentration, DIC, disseminated intravascular coagulation; PRBCs, pack red
blood cells,; FFP, fresh-frozen plasma; CPAP, continuous positive airway pressure.
Tabel 4. Farmakologi Obat yang Digunakan Untuk Penanganan Emboli Air Ketuban
ObatCaraKerjaDosisKeterangan
DopamineDopaminergic (0,5-5,0
1-adrenergic (5,0-1,0
g/kg/mnt) meningkatkan kontraktilitas miokardium, SV, CO
EphedrineEfek dan sympathomimetic
meningkatkan tekanan darah
K.PROGNOSIS
Retensi natrium dan hipernatremia dapat terjadi jika diberikan lebih dari 48-72 jam
Ny.P UMUR 28 th G2P1A0 UK 37 MINGGU
Di BPM RESPATI,TAJEM,SLEMAN
YOGYAKARTA
2. Anamnesa
1. Alasan datang/dirawat
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan nyeri pada perutnya disertai kenceng-kenceng, keluar darah berwarna merah kehitaman dari jalan
lahir sejak pukul 05.55
3. Riwayat menstruasi
Menarche: 12 tahun Siklus : 28 hari
Lama: 5 hari Teratur : Ya
Sifat darah : Keluhan : Tidak ada
cair 4. Riwayat
perkawinan
Status perkawinan:sah Menikah ke :1
Lama menikah :6 tahun Usia menikah pertama kali :22 tahun
5. Riwayat Obstertik : G P A Ah
2 1 0 1
Trimester I
Frekuensi: 1 kali
Trimester II
Frekuensi: 3 kali
Keluhan: pusing
Trimester III
Frekuensi: 5 kali
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular (TBC, HIV, Hepatitis),
menurun (DM, Hipertensi, Asma),dan menahun (Jantung,ginjal)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular (TBC, HIV, Hepatitis), menurun (DM, Hipertensi, Asma),dan menahun (Jantung,ginjal)
c. Riwayat keturunan kembar
operasi
Se
belum hamil
Saat hamil a.
Nutrisi
Makan
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/hari 1x/hari
Warna : kecoklatan kecoklatan
Konsistensi : lembek lembek
Keluhan : tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi : 4x/hari 7x/hari
Warna : kuning jernih kuning tua
Konsistensi : cair cair
Keluhan : tidak ada sering BAK
c. Istirahat
Tidur siang
Lama : 30 menit/hari 1 jam/hari
Keluhan: tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama: 7 jam/hari 8 jam/hari
Keluhan: tidak ada tidak ada
Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan yang mengganggu kesehatan seperti merokok, minum jamu
dan minum minuman beralkohol
11. Data psikososial, spiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan,
dukungan keluarga, hubungan dengan suami/keluarga/tetangga, perawatan bayi, kegiatan ibadah,
kegiatan sosial, keadaan ekonomi keluarga)
- Ibu mengatakan dirinya, suami dan keluarga senang dengan kehamilan ini
- Ibu mengatakan selalu mendapat dukungan dari suami dan keluarga
- Ibu mengatakan menjalin hubungan yang baik dengan suami, keluarga dan tetangga
- Ibu mengatakan berencana melahirkan di tempat bidan
- Ibu mengatakan berencana merawat bayinya sendiri dengan dibantu ibunya
- Ibu nengatakan rajin menjalankan ibadah
- Ibu mengatakan mengikuti kegiatan sosial seperti arisan yang ada di lingkungannya
- Ibu mengatakan suami adalah penopang ekonomi keluarga
- Ibu mengatakan mengerti tentang kehamilan, persalinan dan masa nifas karna ini kehamilan
kedua nya
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran: composmentis
Status emosional Tanda vital : stabil
BB : 62 Kg TB : 158 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala: mesochepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa, rambut dan kulit kepala bersih
Wajah: oval, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odema, tidak ada bekas luka, muka agak pucat.
Mata: simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, konjungtiva pucat, slkera putih, tidak juling, tidak ada sekret
Hidung: lubang hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada
secret.
Mulut: bersih, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi berlubang, lidah bersih, gigi tidak berdarah, tidak ada tanda
pembesaran pada kelenjar tonsil.
Pemeriksaan dalam:
Supra pubic:-
Osborn test:-
Auskultasi
Djj:137x/menit
remitas atas : simetris, pergerakan aktif, jumlah jari lengkap, tidak
odema, kuku tidak pucat, kuku tidak anemis, reflek patela
(+).
remitas bawah : semetris, pergerakan aktif, jumlah jari lengkap, tidak
odema, tidak ada varises, kuku tidak pucat, kuku tidak
anemis,refleks patela (+)
italia luar : terdapat pengeluaran darah berwarna merah kehitaman
±200 ml , tidak tidak ada varises, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini
tujuan : untuk mengetahui apakah ibu sudah masuk dalam persalinan atau belum
hasil : vulva uretra tenang,dinding vagina licin, porsio tipis,pembukaan 4,selket(-), ak(-),
preskeb,tidak ada moulase, penurunan kepada di 1/5 bagian, STLD(+).
3. Pemeriksaan penunjang tgl/pukul: 15 maret 2021/09.00 WIB Hb : 9,8 gr%
4. Data penunjang
Tidak ada
Ny. X umur 28 tahun G P A Ah umur kehamilan 37 minggu janin tunggal, hidup intra uterin, hamil
2 1 0 1
Data dasar:
Data subjektif:
Kesadaran : composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 80/60 mmHg Nadi : 98x/menit
Pernafasan : 27 x/menit Suhu : 36.8 C
o
Djj: 137x/menit
Wajah: oval, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odema, tidak ada bekas luka, muka agak pucat
polihidramnion
A. Mandiri
Lakukan pemasangan NaCl menggunakan tranfusi set dan menyiapkan pendonor darah (jika
diperlukan).
B. Kolaborasi Tidak ada
C. Rujukan
V. PERENCANAAN
3) Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang bahaya emboli air ketuban
VI. PELAKSANAAN
1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu TD : 80/60 mmhg, Keadaan ibu pucat,
dari jalan lahir ibu keluar darah berwarna merah kehitaman.
2) Menjelaskan keluhan yang di rasakan ibu yaitu akibat perut selalu kontraksi sehingga
mengakibatkan nyeri, timbulnya darah disebabkan karena darah mencari jalan keluar antara selaput
janin dan dinding rahim tapi tersumbat.ini dapat di katakana bahwa Ibu mengalami emboli air
ketuban yaitu penyumbatan arteri pulmoner (arteri paru-paru) ibu oleh cairan ketuban.
3) Menjelaskan pada ibu dan keluarga penyebab emboli air ketuban, yaitu akibat adanya
penghalang fisiologis antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi
maternal yang selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi paru yang menyebabkan kegagalan perfusi
secara masif, bronchospasma, dan renjatan.
4) Memberi dukungan kepada ibu agar ibu tidak cemas, memberi semangat agar ibu tetap optimis
bahwa ibu tidak akan terjadi apa-apa.
5) Menyiapakn kelengkapan merujuk seperti inform consent, transportasi, tempat merujuk,
pendamping merujuk dan melakukan rujukan ke Rumah Sakit terdekat dan memiliki fasilitas yang
lengkap.
6) Melakukan pendokumentasian pada buku register, askeb, buku kunjungan dan sebagainya. VII.
EVALUASI
1) Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
4) Ibu melakukan timbal balik dengan dukungan yang diberikan. Dengan bukti ibu semakin
bersemangat dan optimis.
5) Kelengkapan merujuk sudah disiapkan dan akan dilakukan rujukan ke Rumah Sakit.
6) Telah dilakukan pendokumentasian pada buku register, askeb, buku kunjungan dan sebagainya.
c. Ketuban pecah,jernih
d. Pembukaan 10 cm
4. Tanda-tanda vital
b. Nadi : 90x/menit
c. Suhu : 37°C
d. Pernapasan : 28 x/menit
Inpartu kala
II, dengan
emboli air
ketuban Pla
nning (P)
:
1. Melihat tanda dan gejala kala II : ada dorongan yang kuat untuk meneran, tekanan pada
anus,perineum menonjol, vulva dan vagina terbuka.
2. Memastikan kelengkapan alat dan bahan pertolongan persalinan : alat sudah lengkap
4. Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan dan mencuci tangan dengan abun
dibawah air mengalir dan keringkan dengan handukbersih
5. Memakai sarung tangan DTT
14. Memasang handuk bersih diatas perut ibu dan duk steril di bawah bokong ibu
16. Menyokong perineum saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan tangan kanan dan
menahan puncak kepala dengan tangan kiri
18. Memeriksa adanya lilitan tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat
Tanggal :
15 maret
2021jam :
10.30 wib
Data
Subjektif
(S) :
1. mengatakan perutnya terasa sangat mulas
3. mengatakan sesak nafas4. mengatakan badan terasa lemah Data Objektif (O) :
1. keadaan umum ibu Nampak lemah
Inpartu kala
III, dengan
emboli air
ketuban Plan
ning (P):
1. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin
3. Menjepit tali pusat dengan klem pertama ± 3 cm dari perut bayi, dan memasang klem kedua
± 2 cm dari klem pertama, memotng tali pusatdan mengikatnya dengan pengikat tali pusat yang
steril
4. Mengganti kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering
5. Melakukan IMD
6. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
7. Meletakkan tangan kiri di atas simphisis dan tangan kanan memegang tali pusat
8. Menunggu uterus berkontraksi kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan
tangan kanan, sementara tangan kirimelakukan tekanan pada uterus secara dorsocranial
9. Jemput plasenta dengan kedua tangan, putar plasenta searah jarum jam sampai plasenta dan
selaput ketuban lahir; plasenta dan selaputketuban lahir lengkap pukul 10.35 wib
N : 90 x/menit
P : 28 x/menit
Inpartu kala
IV, dengan
emboli air
ketuban Pla
nning (P)
:
1. Melakukan masase uterus; uterus teraba keras dan bundar
3. Memasang infuse
4. Memasang O2
5. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini dan harus dirujuk
6. Berikan suport pada ibu dengan melibatkan keluarga dan orang terdekat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emboli air ketuban merupakan kasus yang jarang terjadi, tetapi biasanya berakhir fatal. Pengenalan dini,
pengawasan pasien dan penanganan sedini mungkin dapat mencegah terjadinya kasus yang
fatal. Morbiditas dan mortalitas pada ibu sangat tinggi, walaupun dengan intervensi yang agresif.Jika henti
jantung terjadi sebelum persalinan sedangkan resusitasi tidak segera berhasil janin sebaiknya segera
dilahirkan, bila janin viable, untuk memperbaiki harapan hidup janin dengan status neurologi yang
normal.Penatalaksanaan emboli air ketuban bersifat non spesifik dan suportif. Oksigen diberikan untuk
mempertahankan saturasi oksigen yang normal,. Resusitasi kardiopulmoner harus dikerjakan segera setelah
terjadi cardiorespiratory arrest.Jika pasien dengan henti jantung tidak respon terhadap tindakan resusitasi
dalam beberapa menit pertama, seksio sesarea perimortem sebaiknya dikerjakan secepat mungkin.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca kami menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi
pembaca kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA