Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN RISIKO TINGGI SOLUSIO

PLASENTA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1:

1. Laila Nur Afni (14.401.17.047)


2. Laili Amalia (14.401.17.048)
3. Lailil Hasanih (14.401.17.049)
4. Lidya Fantasi Alami (14.401.17.050)
5. Lilik Nur Safitri (14.401.17.051)
6. Liya Mega Kristanti (14.401.17.052)
7. Luvi Dwi Krisdayanti (14.401.17.053)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Asuhan keperawatan ibu hamil dengan risiko tinggi solusio
plasenta”.
Dalam penyelesaian makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka
kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya pada dosen
pembimbing mata kuliah keperawatan maternitas.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, meskipun demikian
kami merasa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami  mengharapkan kritik
dan saran sehingga dapat lebih menyempurnakannya.

Krikilan,11 September 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................4
1.4 Manfaat.........................................................................................................4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian solusio plasenta...........................................................................5
2.2 Klasifikasi solusio plasenta...........................................................................5
2.3 Etiologi solusio plasenta...............................................................................6
2.4 Patofisiologi solusio plasenta........................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis solusio plasenta...............................................................10
2.6 Penatalaksanaan solusio plasenta..................................................................10
2.7 Komplikasi solusio plasenta..........................................................................11
2.8 Asuhan keperawatan sulosio plasenta...........................................................13
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................20
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plasenta adalah separasi premature plasenta dengan implantasi normalnya di uterus
(korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir.
Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat
nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa
kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan
tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas. Frekuensi solusio plasenta adalah
sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada
seberapa cepat wanita mendapat pertolongan.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta
previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal
yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilahsebenarnya yang membuat solusio
plasenta lebih berbahaya karena dalamkeadaan yang demikian seringkali perkiraan
jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu
berada dalam keadaan syok Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti,
tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler
menahun, dan15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut
berperansebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas
danmakin bertambahnya usia ibu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian solusio plasenta?
2. Bagaimana klasifikasi solusio plasenta ?
3. Bagaimana etiologi solusio plasenta ?
4. Bagaimana patofisiologi solusio plasenta ?
5. Apa saja manifestasi Klinis solusio plasenta ?
6. Komplikasi solusio plasenta ?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan solusio plasenta ?
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui pengertian solusio plasenta
2. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui klasifikasi solusio plasenta
3. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui etiologi solusio plasenta
4. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui patofisiologi solusio plasenta
5. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui manifestasi Klinis solusio plasenta
6. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui komplikasi solusio plasenta
7. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui konsep asuhan keperawatan solusio
plasenta

1.4 Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan ibu hamil dengan risiko solusio
plasenta
2. Untuk Pembaca
Agar menambah wawasan tentang asuhan keperawatan ibu hamil dengan risiko
solusio plasenta
3. Untuk Institusi
Untuk menambah referensi dan wawasan untuk diaplikasikan kepada mahasiswa
khususnya AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA, agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan dalam keperawatan maternitas dengan baik dan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian solusio plasenta


Solusio plasenta adalah Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak (Mitayani, 2012).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa
jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan
uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang,
darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus
serta menyebabkan perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau
parsial (Sarwono, 2011).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya
sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas
22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (Hutahaean, 2012).

2.2 Klasifikasi solusio plasenta


1. Solusio plasenta ringan
Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta kurang dari seperlima
bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di raba. Tanda gawat
janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.
2. Solusio plasenta sedang 
Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian dengan perdarahan
sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit di raba. Janin sudah
mengalami gawat janin berat sampaiIUFD. Pemeriksaan dalam menunjukkan
ketuban tegang. Tanda persalinantelah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2
jam.
3. Solusio plasenta berat 
Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut nyeri dan tegang
dan bagian janin sulit diraba, perut seperti papan. Janin sudah mengalami gawat
janin berat sampai IUFD. Pemeriksaandalam ditemukan ketuban tampak tegang.
Darah dapat masuk otot rahim,uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri
serta perdarahan pascapartus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen
kurang dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai Nampak.
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu:
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum adatanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 150 mg%.2.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat
janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma 120-150 mg%.3.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan (Hutahaean,
2012).

2.3 Etiologi solusio plasenta


Belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik,
trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor
uterus, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahan kokain, serta obstruksi
vena kava inferior dan vena ovarika.
Sebab primer Solutio Plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat
disebabkan karena:
1. Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsia,
eklamsia)
2. Multiparitas, umur ibu yang tua.
3. Tali pusat pendek.
4. Uterus yang tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemelli anak ke-2).
5. Tekanan pada vena cava inferior.
6. Defisiensi gizi, defisiensi asam folat.
7. Trauma
Disamping itu ada pengaruh:
1. Umur lanjut
2. Multi Paritas
3. Defisiensi gizi
4. Merokok
5. Konsumsi alkohol
6. Penyalahgunaan kokain (Mitayani, 2012).

2.4 Patofisiologi solusio plasenta


Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis
dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah
miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi
penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan
tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan
darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-
menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu
berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya
hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di
dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar
melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau
mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah
Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh
permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi
seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan
mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan
pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum
yang hebat.
Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan
tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat
pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar
persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada
keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di
uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya (Hutahaean, 2012).
Pathway : Solusio Plasenta

Solusio Plasenta

Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta

Faktor Predisposisi : Faktor Etiologi :

-His yang kurang baik -Hipertensi dalam kehamilan

-umur ibu yang tua

-tali pusat pendek

-uterus yang tiba-tiba mengecil

Tanda dan Gejala :

- Adanya satu atau lebih lobus yang tertinggal Penanganan :


- Pendarahan berlanjut - Tindakan spesifik
- Adanya jaringan yang masih melekat - tindakan bedah
- Uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif

Komplikasi 1 Komplikasi 2 Komplikasi 3

- Pendarahan - Infeksi - Kehilangan Vaskuler


berlebihan

Syok Tindakan 2

- Pemberian Antibiotik Kekurangan Syok

Tindakan 1 Volume Hipovolemi

- Pemenuhan cairan

Tindakan 3

- Pemenuhan Cairan
2.5 Manifestasi Klinis solusio plasenta
1. Solutio plasenta ringan
Terjadi rupture sinus masrginalis. Bila terjadi perdarahan pervaginamwarna merah
kehitaman, perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang.Tetapi bagian-
bagian janin masih teraba
2. Solution plasenta sedang 
Plasenta telah terlepas seperempat sampai duapertiga luas permukaan.Tanda dan
gejala dapat timbul perlahan seperti pada solution plasenta ringan ataumendadak
dengan gejala sakit perut terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukar di raba.,
BJA sukar di raba dengan stetoskop biasa. Sudah dapat terjadi kelainan pembekuan
darah atau ginjal.
3. Solution plasenta berat 
Plasenta telah lepas lebih duapertiga luas permukaannya, terjadi tiba-tiba,ibu syok
janin meningggal. Uterus tegang seperti papan dan sangat nyeri.Perdarahan
pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu. Besar kemungkinan telah terjadi
gangguan pembekuan darah dan ginjal (Sarwono, 2011)

2.6 Penatalaksanaan sulosio plasenta


a. Tindakan darurat
jika terjadi difisiensi mekanisme pembekuan harus di pilihkan sebelum melakukan
upaya apapun untuk melahirkan bayi. Berikan kriopresipitat,FFP, atau darah segar
berikan terapi anti syok dan pantau janin terus menerus
pecahkan selaput ketuban jika mungkin terlepas dari kemungkinan cara pelahiran
yang akan di pakai
b. Tindakan spesifik
1.) Drajat 1
Jika pasien tidak dalam persalinan tindakan menunggu dengan pengawasan ketat
merupakan indikasi karena pada banyak kasus perdarahan akan berhenti dengan
spontan, jika persalinan mulai terjadi siap kan persalinan pervagina jika tidak ada
komplikasi lebih lanjut.
2.) Derajat 2
Siap kan persalinan pervagia jika persalinan diperkirakan akan terjadi dalam
waktu sekitar 6 jam terutama jika janin mati, seksio cesaria sebaiknya di lakukan
jika terdapat bukti kuat adanya gawat janin dan bayi mungkin hidup.
3.) Derajat 3
Pasien selalu dalam keadaan syok, janin sudah mati, uterus tetanik dan mungkin
terdapat defek koagulasi. Setelah memperbaiki koagulasi lahirkan pervagina jika
dapat lahir 6 jam, persalinan pervagina sangat baik untuk pasien multipara jika
terjadi masalah maka menggunakan SC.
c. Tindakan tindakan bedah
Seksio cesaria merupakan indikasi jika persalinan di perkirakan akan berlangsung
lama >6 jam, jika perdarahan tidak memberi respon terhadap amniotomi dam
pemberiaan oksitoksin encer secara hati hati dan jika terjadi gawat janin dan janin
mungkin hidup, histerektomi jarang di perlukan. Uterus couvelaire sekalipun akan
berkontraksi dan perdarahan akan berhenti jika defek koagulasi sudah di perbaiki.

2.7 Komplikasi solusio plasenta


1. Syok hemoragik
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya
masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu
karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat
nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan
persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)
5. Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium dan terkadang  juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru
atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat
atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan
perdarahan (Kusmaryanto, 2014).
2.8 Konsep asuhan keperawatan solusio plasenta
1. Pengkajian
a. Biodata
Pada biodata yang perlu dikaji berhubungan dengan solusio plasenta antara
lain :Nama, Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Alamat
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami pelepasan
plasenta.
c. Keluhan utama
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri, Rahim keras seperti papan
dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul
dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang, Perdarahan yang berulang-ulang.
d. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau
pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
e. Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali
pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a.) Kesadaran : composmetis s/d coma
b.) Postur tubuh : biasanya gemuk
c.) Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
d.) Raut wajah : biasanya pucat
2) Tanda-tanda vital
a.) Tensi : normal sampai turun (syok)
b.) Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
c.) Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
d.) RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
3) Head to toe
a.) Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas
rambut biasanya rontok / tidak rontok.
b.) Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
c.) Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
d.) Mata : conjunctiva anemis
e.) Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da dangkal,
hiperpegmentasi aerola.
f.) Abdomen
(1) Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut,
terlihat linea alba dan ligra
(2) Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
(3) Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
g.) Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang
merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
h.) Ekstremitas
Akral dingin, tonus otot menurun.
4) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Haemoglobin : 11 gr%
3. Protein urine : tidak dilakukan
4. Reduksi urine : tidak dilakukan

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Syok Hipovolemik (PPNI, 2016)
Definisi : berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh
yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.
Factor resiko
1) Hipoksemia
2) Hipoksia
3) Kekurangan volume cairan
4) Sindrom respons inflmasi sistemik ( systemic inflammatory response
syndrome SIRS)
Kondisi klinis terkait
1) Perdarahan
2) Sindrom respons inflmasi sistemik ( systemic inflammatory response
syndrome SIRS)
b. Nyeri akut
Definisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( mis, inflamasi, iskemia, neoplasma )
2) Agen pencedera kimiawi ( mis, terbakar, bahan kimia iritan )
3) Agen pencedera fisik ( mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
mengeluh nyeri
Objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif : ( tidak tersedia )
Objektif :
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis
c. Gangguan mobilitas fisik
Definisi :
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara
mandiri.
Penyebab
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolism Ketidak bugaran fisik
3) Penurunan Kendal iotot
4) Penurunan massa otot
5) Penurunan kekuatan otot
6) Program pembatasan gerak
7) Nyeri
8) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
9) Kecemasan
10) Gangguan kognitif
11) Keengganan melakukan pergerakan
12) Ganggua sensor persepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas
Objektif
Kekuatan otot menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif
Gerakan tidak terkoordinasi
3. Intervensi
a. Resiko syok hipovolemik
Tujuan /kriteria evaluasi
1) TTV dalam rentang normal untuk pasien
2) Halauran urine normal
3) Asupan dan halauran seimbang
4) Kulit hangat dan kering
Aktivitas keperawatan
1) Pantau kondisi yang dapat mebgarah ke hipovolemia
2) Kaji kondisi jantung
3) Kaji kondisi sirkulasi
4) Pantau asupan dan haluaran, termasuk luka, drain, muntah, dan diare.
5) Pantau TTV
6) Pantau warna dan kelembapan kulit
Penyuluhan kepada pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien/keluarga tentang mencegah infeksi
2) Ajarkan tanda dan gejala syok
Aktivitas lain
1) Siapkan untuk memberikan cairan, elektrolit, koloid, atau darah/produk
darah untuk masalah volume yang bersirkulasi
2) Berikan nutrisi oral, enteral, atau parenteral
3) Gunakan metode aseptic ketat untuk mencegah infeksi
Aktivitas kolaboratif
1) Berikan medikasi yang diprogramkan untuk menangani factor resiko
2) Rujuk ke dokter gizi jika diperlukan diet khusus untuk meningkatkan
kesehatan atau penyembuhan system imun
b. Nyeri akut
Tujuan / kriteria evaluuasi
1) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan
2) Mempertahankan tingkat nyeri pada skala yang rendah
Aktivitas keperawatan
1) Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10
2) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi, frekunsi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan
factor presipitasinya.
3) Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi yang efektif
Penyuluhan kepada pasien/ keluarga
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanannakibat proedur
Aktivitas lain
1) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa
lalu, seperti distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/dingin
2) Lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi
3) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televise, radio, tape,
dan interaksi dengan pengunjung
Aktivitas kolaboratif
1) Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di
masa lalu
c. Gangguan mobilitas fisik
Tujuan atau kriteria evaluasi
1) Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan
2) Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secaa mandiri dengan alat bantu
Aktivitas keperawatan
1) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh yang
benar saat melakukan aktivitas
2) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan
kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
3) Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh yang benar
4) Ubah posisi pasien yang imobilisasi atau sangga bagian tubuh yang terkena,
5) Awasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan
6) Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
7) Dukung pasien dan keluarga untuk memandang keterbatasan dengan
realistis
8) Gunakan sabuk penyokong saat memberikan bantuan ambulasi atau
perpindahan
9) Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas. Kaji
kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dari lembaga kesehatan
dirumah dan alat kesehatan yang tahan lama
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum
janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Beberapa
jenis perdarahan akibat solusio plasenta biasanya merembes diantara selaput ketuban dan
uterus dan kemudian lolos keluar menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang,
darah tidak keluar dari tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dn uterus
serta menyebabkan perdarahan yang tersembunyi. Solusio plasenta dapat total atau
parsial.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i Jurusan Keperawatan, hendaknya mengetahui mengenai konsep
intranataldengan benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Hutahaean, S. (2012). Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Kusmaryanto. (2014). Kontroversi Aborsi. Jakarta: PT. Grasindo.

Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka.

Anda mungkin juga menyukai