Anda di halaman 1dari 27

TUGAS INDIVIDU

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PATOLOGI


DENGAN MASALAH SOLUSIO PLASENTA PADA NY“M”

G1P0A0 USIA KEHAMILAN 32 MINGGU

DI PUSKESMAS KOLAKA

TANGGAL 15 MEI 2022

DISUSUN OLEH:

 MARISA ISMAIL

AKADEMI KEBIDANAN MENARA BUNDA KOLAKA


YAYASAN PENDIDIKAN HINO BIOHANIS

KOLAKA
KATA PENGANTAR

Syukur alhamduliilah senantiasa kami panjatkan puji syukur kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna emenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah “ASKEB KEGAWATDARURATAN MATERNAL

NEONATAL” dengan judul manajemen asuhan kebidanan

intranatal patologi dengan masalah solusio plasenta

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, dikarenakan terbatasanya pengalaman dan pengetahuan yang

kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran

serta kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................

A. Latar belakang .........................................................................


B. Rumusan masalah ..................................................................
C. Tujuan ......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................

A. Solusio plasenta .....................................................................


1. Definisi ...............................................................................
2. Etiologi ...............................................................................
3. Klasifikasi ...........................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS ...............................................................

A. SOAP .......................................................................................

BAB IV PENUTUP .............................................................................

A. KESIMPULAN .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

B.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) memperkirakan diseluruh dunia


terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian
tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%.
Sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai peluang besar untuk
dicegah dengan meningkatnya kerja sama antara pemerintah, swasta
dan badan-badan sosial lainnya.

Terdapat beberapa istilah untuk solusio plasenta yaitu abruption


placentae, ablation placentio separation of the normally implanted
placenta (pelepasan dini uri yang implantasinya normal).Bila terjadi
pada kehamilan dibawah 20 minggu gejala kliniknya serupa dengan
abortus iminens. Secara definitive diagnosisnya baru bisa ditegakkan
setelah partus jika terdapat hematoma pada permukaan maternal
plasenta.

Solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada plasenta


previa bagi ibu hamil dan janinnya. Pada perdarahan tersembunyi
(concealed hemorrhage) yang luas dimana perdarahan retroplasenta
yang banyak dapat mengurangi sirkulasi utero plasenta dan
menyebabkan hipoksia janin. Disamping itu, pembentukan hematoma
retroplasenta yang luas bisa menyebabkan koagulopati konsumsi
yang fetal bagi ibu
B. RUMUSAN MASALAH
1. Dalam penulisan laporan tugas makalah ini adalah “bagaimana
menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan solusio
plasenta

C. TUJUAN
1. Adapun tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan solusio plasenta
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SOLUSIO PLASENTA

1. Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh


permukaan maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal
pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum
anak lahir.

Solusio plasenta dalam bahasa inggris disebut concealed


hemorrhage atau perdarahan tersembunyi dalam bahasa indonesia,
pada solusio plasenta darah tersimpan dalam kavum uteri. hal ini
disebabkan oleh lepasnya plasenta. plasenta dapat terlepas secara
komplit (20% kasus) maupun inkomplit (80% kasus).

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan


plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan
20 minggu dan sebelum janin lahir.

2. Etiologi

Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa factor


yang menjadi predisposisi

1) Faktor kardio-reno-vaskular

Glomerulonefritis kronik, hipertensi esensial, sindroma


preeklampsia dan eklampsia. pada penelitian di parkland ditemukan
bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta
berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai
penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh
kehamilan.

2) Faktor trauma
a) dekompresi uterus pada hidramnion dan gemeli
b) tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin
yang
c) banyak atau bebas, versi luar atau tindakan pertolongan
persalinan
d) trauma langsung, seperti jatuh, kena tentang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara daripada primipara.


beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu
makin kurang baik keadaan endrometrium

4) Faktor usia

Makin tua usia ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)

Leiomioma uteri dapat menyebabkan solusio plasenta apabila


plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.

6) Faktor pemggunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah


atau peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab
atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
terlepasnya plasenta. namun, hipotesis ini belum terbukti secara
definitif.

7) Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang merokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus


solusio plasenta sampai dengan 25% yaitu pada ibu yang merokok ≥
1 bungkus perhari, ini dapat diterangkan sebagi berikut, pada ibu
yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas, dan
terdapat beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.

8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya


jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki
riwayat solusio plasenta.

9) Pengaruh lain

Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada


vena kava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanya kehamilan, dan lain-lain.

3. Klasifikasi

Trijatmo rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat


pelepasan plasenta. Solusio plasenta totalis (plasenta terlepas
seluruhnya), solusio plasenta partialis (plasenta terlepas sebagian),
ruptura sinus marginalis.

Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk


perdarahan, solusio plasenta dengan perdarahan keluar, solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi yang membentuk
hematoma (retroplacenter), solusio plasenta yang perdarahannya
masuk ke daman kantong amnion. (sebagian kecil pinggir plasenta
yang terlepas).

Plasenta dapat terlepas dari pinggirnya saja (rupture sinus


marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis),
atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas (solusio
plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan
merembes antara plasenta dan myometrium untuk seterusnya
menyelinap dibawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan
ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina (revealed hemorrhage)
akan tetapi ada kalanya walaupun jarang perdarahan tersebut tidak
keluar melalui vagina (concealed hemorrhage).

a) Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding


Rahim
b) Selaput ketuban masih melekat pada dinding Rahim.
c) Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput
ketuban pecah karenanya.
d) Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada
segmen bawah rahim.

Solusio plasenta di bagi kedalam berat ringannya gambaran klinik


sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas yaitu:

1. Plasenta tingkat ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang
menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. jumlah darah yang keluar
biasanya kurang dari 250 ml berwarna kecoklatan. komplikasi pada
ibu dan janin belum ada. hal 504 pada keadaan yang sangat ringan
tidak ada gejala kecuali hematoma yang berukuran beberapa
sentimeter terdapat pada permukaan maternal plasenta, rasa nyeri
pada perut masih ringan dan darah yang keluar masih sedikit, tanda-
tanda vital dan keadaan umum ibu ataupun janin masih baik, pada
saat palpasi sedikit terasa nyeri local pada tempat terbentuknya
hematoma dan perut sedikit tegang tapi bagian-bagian janin masih
dapat dikenal.

2. Plasenta tingkat sedang

Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% tetapi belum


separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih dari 250 ml tetapi
belum mencapai 1.000 ml berwarna kehitaman. tanda dan gejala
pada tingkat sedang sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut terus
menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukan gawat
janin, perdarahan tampak keluar lebih banyak, takikardia, hipotensi,
kulit dingin dan berkeringat, oluguria mulai ada, nyeri dan tegang pada
perut ketika dipalpasi, sulit menentukan bagian-bagian janin ketika
leopold, rasa nyeri datangnya akut kemudian menetap tidak bersifat
hilang timbul seperti pada his yang normal.

3. Plasenta tingkat berat

Luas plasenta yang terlepas telah melibihi 50%. jumlah darah


yang keluar mencapi 1.000 ml atau lebih. tanda gejala pada tingkat
berat ini diantaranya keadaan umum penderita buruk disertai syok,
perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai
perdarahan berwarna hitam, rahim kelihatan membulat dan kulit
diatasnya kencang dan mengkilat, denyut jantung janin tidak
terdengar, hipofibrinogenemia
4. Patofisiologi

Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu


proses yang bermula dari suatu kaadaan yang mampu memisahkan
vili-vili korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua
basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya
bergantung pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas
karena robeknya pembuluh darah di desidua.

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel atau


apoktosis yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua
penyakit ibu yang dapat menyebabkan pembentukan thrombosis
dalam pembuluh darah desidua atau dalam vascular vili dapat
berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan
kematian sejumlah sel yang mengakibatkan perdarahan sebagai hasil
akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas
kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada myometrium. Dengan
demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri atas
pembentukan hematom yang bisa menyebabkan pelapasan yang
lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian plasenta
sekelilingnya yang berdekatan. Pada awalnya mungkin belum ada
gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang
baru lahir.

Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta


disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua hematoma
retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari
sirkulasi maternan atau plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas
atau banyak sampai kepinggir sehingga darah yang keluar merembes
antara selaput ketuban dan myometrium untuk selanjutnya keluar
melalui serviks ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak
bisa berhenti Karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu
berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus.
Walaupun jarang terdapat perdarahan tinggal terperangkap didalam
uterus (choncealed hemorrhage).

5. Komplikasi

koagulopati konsumtif, nekrosis tubulus dan korteks ginjal, dan


atonia uteri yang menyebabkan perdarahan post partum.

a. Syok perdarahan

Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta


hamper tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan
persaliann segera. bila persalinan telah diselesaikan, penderita
belum bebas dari perdarahan post partum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III.
pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai
dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

b. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada


penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh
hipovolemia karna perdarahan terjadi. biasanya terjadi nekrosis
tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik.
c. Kelainan pembekuan darah

Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh


hipofibrinogenemia.

d. Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam


otot rahim dan dibawah perimetrium kadang-kadang juga dalam
ligamentum latum. perdarahan ini menyebabkan gangguan
kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasanya disebut uterus convelaire.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain, fetal


distress, gangguan pertumbuhan atau perkembangan, hipoksia,
anemia, kematian.

6. Diagnosis

1) Anamnesis

a) perasaan sakit yang tiba-tiba diperut


b) perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat terdiri dari
darah segar dan bekuan darah yang berwarna kehitaman
c) pergerakan janin mulai hebat kemudian pelan dan akhirnya
berhenti
d) kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-
kunang
e) kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang
lain.
2) Inspeksi

a) pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan


b) pucat, sianosis, dan berkeringat dingin
c) terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3) Palpasi

a) tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan


b) uterus tegang dan keras seperti papan yag disebut uterus in
bois (wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his
c) nyeri tekan ditempat plasenta terlepas
d) bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4) Auskultasi

Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya


diatas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila
plasenta ang terlepas lebih dari 1/3 bagian.

5) Pemeriksaan dalam

a) Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup


b) Jika sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan
tegang
c) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya,
plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan,
disebut prolapsus plasenta.

6) Pemeriksaan umum
Tekanan darh semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh
dalam keadaan syok, nadi cepat dan kecil.

7) Pemeriksaan laboratorium

a) Urine albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan


silinder dan leoukosit
b) Darah HB menurun, periksa golongan darah, lakukan cross
match test karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan
pembekuan darah hipofibrinogenemia.

8) Pemeriksaan plasenta

Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung dibagian plasenta


yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku
yang biasanya menempel dibelakang plasenta, yang disebut
hematoma retroplacenter.

9) Pemeriksaan USG

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan anatara lain


terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu,
darah, serta tepian plasenta.

7. Penatalaksanaan

semua pasien yang menderita solusio plasenta harus dirawat inap


dirumah sakit yang berfasilitas cukup. ketika masuk segera
dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar HB dan
golongan darah.

pasien dengan kecurigaan solusio plasenta dirujuk ke spesialis


obstetri dan ginekologi. pilihan metode kelahiran pada kasus ini
bergantung kepada kondisi ibu serta janin. partus pervaginam
dilakukan pada kondisi, derajat pemisahan plasenta sedikit serta
hasil CTG reassuring, derajat pemisahan plasenta luas tetapi janin
sudah meninggal.

1) Solusio plasenta tingkat ringan

Bila usia kehamilan kurang 36 minggu dan bila ada perbaikan


(perdarahan berhenti, perut sakit, uterus tidak tegang, janin hidup,
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan.

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala


plasenta makin lama makin jelas, pada pemantauan dengan USG
daerah solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus
segera diakhiri. bila janin hidup, lakukan sectio caesarea, bila janin
mati lakukan amniotomi kemudian infus oksitosin untuk
mempercepat persalian

2) Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas


ditemukan, penanganan dirumah sakit meliputi transfusi darah,
amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu SC. apabila diagnosis
solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi
sekuarang-kuranagnya 1.000 ml, maka transfusi darah harus
segera diberikan, amniotomi akan merangsang persalinan dan
mengurangi tekanan intrauterin.

Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah


kelaian pembekuan darah dapat dicegah, persalian diharapkan
dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta, tetapi jika
tidak memungkin, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus
oksitosin, maka salah satunya cara adalah SC.

Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi.


tetapi jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah SC maka
histerektomi perlu dilakukan.

1) Terapi spesifik

a. Atasi syok

a) Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml


dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama
b) Berikan tranfusi dengan darah segar untuk memperbaiki factor
pembekuan akibat koagulopati.

b. Atasi anemia

a) Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi


anemia karena diamping mengandung butir-butir darah merah,
juga mengandung unsur pembekuan darah.
b) Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien
masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell.

2) Tindakan obstetrik

a. Seksio Cesarea

a) SC dilakukan apabila
1) Janin hidup dan pembukaan belum lengkap
2) Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak
dapat dilaksanakan dengan segera
3) Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalian
pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
a) Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan
penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana
komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi
merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan
perdarhan
b) Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus
c) Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan
(koagulopati).

b. Partus Pervaginam

a) Partus pervaginam dilakukan apabila:


1) Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian
terendah didasar panggul
2) Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
a) Amniotomi bila ketuban belum pecah kemudian
percepat kala II dengan ekstraksi forseps atau vakum
b) Lakukan omniotomi bila ketuban belum pecah kemudian
akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dekstrose 5%
atau RL, tetesan diatur dengan kondisi kontraksi uterus
c) Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan
membaik dalam waktu 23 jam, kecuali jika jumlah
trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam
2-4 hari kemudian)
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PATOLOGI


DENGAN MASALAH SOLUSIO PLASENTA PADA NY“M”

GIIIPIIA0 USIA KEHAMILAN 32 MINGGU

DI PUSKESMAS KOLAKA

TANGGAL 15 MEI 2022

(SOAP)

No. Register

Tanggal Kunjungan : 15 Mei 2022 jam 08.10 wita

Tanggal pengkajian : 15 Mei 2022 jam 08.10 wita

LANGAKH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Identitas Ibu/Suami
Nama : Ny”M”/ Tn. “B”
Umur : 36 Tahun/ 36 Tahun
Nikah : 1 kali/ ±10 tahun
Suku : Makassar/ Makassar
Agama : Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/ D3
Pekerjaan : IRT/ wiraswasta
Alamat : Jl. mistik
DATA SUBJEKTIF (S)

1. Keluhan Utama

Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian atas disertai mulas yang
terus menerus semakin kuat, keluar gumpalan darah berwana
kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum keluar air-air dan ingin
meneran.

2. Riwayatkehamilansaatini

Ibu mengaku HPHT tanggal 28 September 2021, TP tanggal 05


juni 2022 saat ini usia kehamilannya berdasarkan perhitungan ibu
adalah 8 bulan. gerakan janin masih dirasakan aktif. ANC dilakukan
ibu secara rutin selama kehamilan. ANC dilakukan sebanyak 3 kali.

3. Riwayat persalinan saat ini

Ibu datang kebidan pukul 08.10 wib dengan keluhan mules mules
sejak pukul 04.30 disertai keluar darah kehitaman dari daerah
kemaluan sudah mengganti diapers 2 kali, pada saat dibidan ibu
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi20 x/menit suhu 36,70c) keadaan
janin (DJJ 120 x/menit ireguler) dan pemeriksaan dalam (tampak
pengeluaran gumpalan darah berwarna kehitaman, portio tebal
lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun ubun kecil
kanan depan hodge II molase 0) kemudian ibu dirujuk bidan ke
RSUD Cibinong dengan diagnosa DJJ ireguler. ibu mengaku
mulesnya terus menerus semakin kuat dan ingin meneran.
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.

Anak pertama ibu lahir pada tahun 2014 jenis kelamin laki-laki
lahir spontan ditolong oleh paraji tidak ada penyulit berat lahir 3200
gram. kemudian anak kedua ibu lahir pada tahun 2019 jenis
kelamin perempuan lahir spontan ditolong oleh paraji tidak ada
penyulit berat lahir 2800 gram.

5. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga

Ibu tidak mempunyai penyakit darah tinggi, tidak ada keluarga


yang merokok dirumah. Pola aktivitas

a. Pola nutrisi

Selama hamil ibu makan 3 kali sehari dengan lauk tempe, tahu,
daging ayam, ikan-ikanan,sayur mayur dan buah buahan seperti
pepaya pisang, jeruk, melon, apel. Minum sehari lebih dari 8 gelas
air putih/hari. terakhir ibu makan pukul 06.00 wib dengan bubur
ayamdan 1 gelas teh manis

b. Pola eliminasi

Selama hamil ibu buang air kecil dirasakan sering lebih dari 6
kali dan buang air besar 1 kali sehari. terakhir buang air kecil
pukul 03.00 wib dan belum buang air besar

c. Pola istirahat

Selama hamil ibu tidur pada saat malam hari pukul 21.00-04.30
wib (kurang lebih 7 jam) dan tidur siang 2 jam.
d. Aktifitas

Selama hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti


mencuci, dan membereskan rumah serta mengurus cucu yang
baru berusia 40 hari. satu hari yang lalu ibu membantu acara
syukuran aqiqah cucunya.

6. Riwayatpsikososial

Ibu dan keluarga cemas dengan kondisi ibu dan janinnya

7. Riwayat kontrasepsi

Ibu mengatakan menggunakan kb pil dan kb suntik secara


bergantian dengan jarak 2-3 tahun sampai dengan tahun 2021.
Ibu berhenti menggunakan kb karena merasa sudah tua dan tidak
akan hamil lagi.

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : tampak kesakitan


b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah: 120/80mmhg

Nadi :98x/menit

Respirasi: 20x/per menit

suhu: 36,3oC
2. Pemeriksaan Antropometri

a. Berat Badan sekarang : 73 kg


b. Berat Badan Sebelum Hamil: 68 kg
c. Tinggi Badan: 160cm

3. Pemeriksaan Fisik

a. Mata: Konjungtiva merah muda, sklera putih,


b. abdomen : Tidak ada bekas operasi, tegang pada perut ketika
dipalpasi, TFU 28 cm, Fundus bokong, teraba punggung kanan
(Puka). Bagian terendah janin teraba bulat, keras dan melenting
divergent 2/5 kandung kemih penuh his 4 kali dalam 10 menit
lamanya 40 detik DJJ 120 x/menit irreguler ( 12,10,8 ) .
c. Genetalia: Terdapat pengeluaran darah beserta gumpalan
berwarna merah kehitaman kurang lebih 200 ml portio tipis lunak
pembukaan 7 cm hodge II UUK kiri depan ketuban utuh.
d. Ekstermitas : Teraba dingin, Kuku merah muda tidak terdapat
oedema dan varises

ASSESMENT (A)

Ny.M usia 36 tahun G3P2A0 hamil 32 minggu 5 hari, inpartu kala 1


fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal
distress.

PLANNING (P)

pukul: 08.10 Melakukan pemasangan oksigen 3 liter Colaborasi dengan


dokter
08.15 Melakukan pemasangan infus RL 500 cc 20 tpm

08.25 Melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan lab

08.30 Melakukan pemasangan kateter dawerurine 100 cc 08.45


Melakukan pemeriksaan CTGNon reaktif

09.05 Melakukan observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan


persalinann dan TTV melalui partograf

09.10 Melakukan skin test ceftriaxone 0,1 cc

09.25 Melakukan inject ceftriaxone secara iv

09:45 : memindahkan ibu ke ruang vk Catatan Perkembangan

Pukul 10.15
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada plasenta


previa bagi ibu hamil dan janinnya. Pada perdarahan tersembunyi
(concealed hemorrhage) yang luas dimana perdarahan retroplasenta
yang banyak dapat mengurangi sirkulasi utero plasenta dan
menyebabkan hipoksia janin. Disamping itu, pembentukan hematoma
retroplasenta yang luas bisa menyebabkan koagulopati konsumsi
yang fetal bagi ibu
DAFTAR PUSTAKA

http:// www.national women’s health information center (NWHIC) at.com

http://www.stasiunbidan.blogspot.com

pusponegoro, S.P (2000). “sepsis pada neonatal” jurnal sari pediatric vol
2(2):96-102

rismalinda 2014 dokumentasi kebidanan. Jakarta in-media

pusdiknakes.WHO-INPIEGO, 2003, Asuhan kebidanan antenatal. Jakarta


pusdinakes

Anda mungkin juga menyukai