Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA PERINATAL


TENTANG IKTERUS

DOSEN PENGAMPU :
SRI NENGSI DESTRIANI, S.ST, M.keb

Disusun oleh :

Nama Kelompok 3:

Septi Wulandari (F0G020001) Ariska Yolanda (F0G020005)


Alfiyatul Azizah (F0G020020) Oktariani Hasanah (F0G020021)
Cici (F0G020023) Meilany Rifda U (F0G020024)
Emay Lelianda (F0G020025) Rani Anggraini (F0G020028)
Lidya Tripena (F0G020029)

Kelas : Tingkat 2 A

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata
Kuliah Gawat Darurat Maternal Penulis berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa/i
suatu saat nanti.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Bengkulu, 20 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan kegawatdaruratan pada perinatal tentang ikterus...............................2
2.2 Soap.................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikterus merupakan gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir dan
ditandai dengan munculnya warna kuning pada permukaan kulitnya. Halini dapat
terjadi karena kadar bilirubin bebas yang ada dalam tubuhnya melebihi normal
sehingga bilirubin bebas yang larut dalam lemak tersebut menjadi terlihat di permukaan
kulit (lapisan subcutan) yang sebagian besarkandungannya adalah lemak. Ikterus adalah
kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena
adanya bilirubin (pigmen empedu) dan selaput mata akibat peningkatan kadar bilirubin
dalam darah (hiperbilirubinemia)(Masmoki, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), bahwa di dunia ini setiap perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dalam kehamilan dan persalinan, begitu juga
dengan angka kematian balita terutama pada masa neonatal masih cukup tinggi dan
menjadi masalah kesehatan baik secara global, regional, maupun di Indonesia. Itulah
sebabnya tujuan keempat Milenium Development Goal’s (MDGs) adalah mengurangi
jumlah kematian. Ibu dan jumlah kematian balita. Secara global setiap tahunnya 120
juta bayi lahir di dunia, secara global 4 juta(33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33
per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (WHO 2012).
Peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir merupakan fase transisi yang

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ikterus?


1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang ikterus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA PERINATAL IKTERUS


A. Pegertian Ikterus
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50%
bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak
terkongjugasi dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009). Kata ikterus (jaundice)
berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan
warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi
kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi
darah. Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem
retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl.
Pada konsentrasi > 5 mg/dl bilirubin maka akan tampak secara klinis berupa
pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Ikterus
akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka
kejadian ikterus terdapat pada 50% bayi cukup bulan (aterm) dan 75% bayi kurang
bulan (preterm). (Winkjosastro, 2007)
B. Ikterus fisiologis adalah :
a. Ikterus yang timbul pada hari kedua atau ketiga lalu menghilang setelah sepuluh
hari atau pada akhir minggu kedua
b. Tidak mempunyai dasar patologis
c. Kadarnya tidak melampaui kadar yang membahayakan
d. Tidak mempunyai potensi menjadi kern-ikterus
e. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi
f. Sering dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah.

Ikterus baru dapat dikatakan fisiologis apabila sesudah pengamatan dan


pemeriksaan selanjutnya tidah menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai
potensi berkembang menjadi kern-icterus. Kern-icterus (ensefalopati biliaris) ialah
suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak.(Sarwono,
2008).
C. Ikterus patologis
Adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu
nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang
patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12
mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan
10 mg% dan 15 mg%. (Sarwono, 2002).
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
b. Ikterus dengan kadar bilirubin > 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan atau >
10 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Ikterus dengan peningkatan kadar bilirubin > 5 mg% per hari.
d. Ikterus pada BBLR yang terjadi hari ke 2-7
e. Ikterus pada BBLR dengan pewarnaan kuning melebihi/melewati daerah
muka.
f. Ikterus yang cenderung menjadi patologik adalah :
 Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama setelah lahir
 Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5 mg % atau lebih setiap 24
jam
 Ikterus yang disertai :
a. Berat lahir kurang dari 2000 gram
b. Masa gestasi kurang dari 36 minggu
c. Asfiksia,hipoksia,dan sindroma gawat nafas pada neonatus
d. Infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f. Hipoglikemia ,
g. Hiperosmolaritas darah
h. Proses hemolysis
i. Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia kurang dari 8 hari atau
14 hari.
D. Tanda Dan Gejala
1. Gejala akut :
gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
2. Gejala kronik :
tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus
(bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan
displasia dentalis). Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah
warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera)
mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l. Gejala
utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu
dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi, Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum,
muntah-muntah)
2. Pucat, Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan
golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah
ekstravaskular.
3. Trauma lahir, Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala), perdarahan
tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh
keterlambatan memotong tali pusat.
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
6. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi
congenital, sepsis atau eritroblastosis.
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan
dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah ikterus
obstruktif.
E. Penyebab Ikterus
1. Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi
G6PD, sferositosis herediter dan pengaruh obat.
2. Infeksi, septikemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intra
uterin.
3. Polisitemia.
4. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
5. Ibu diabetes.
6. Asidosis.
7. Hipoksia/asfiksia.
8. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi
enterohepatik.
9. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang
berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.
10. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi
liver.
11. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.
12. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi
atau kerusakan sel liver

F. Penatalaksanaan Ikterus
a. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi
kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
b. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang
mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-
tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan
dan perawatan yang memadai.
c. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian
albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih
berat.
 Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir
Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang
perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi
yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat
menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan
laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap
hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari,
sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin
pada bayi prematur yang diselidikinya.
Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif
terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini menunjukkan efek
samping yang minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang
berbahaya. Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:
a. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi
bayi.
c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
d. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang
terkena cahaya dapat menyeluruh.
e. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
f. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
g. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
h. Pengawasan nutisi/ASI

 Mencegah Ikterus Pada Bayi


Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan
dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan
hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika
terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera
diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah
sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan
membuka pakaiannya.
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN
KEBIDANAN PADA BY. ”N” DENGAN
IKTERUS FISIOLOGI

DI PUSKESMAS JUMPANDANG
BARU TANGGAL 28 JANUARI
2022

No.Register : 46xxxx

Tanggal Masuk : 27 Januari 2022 Pukul : 13.30 WITA

Tanggal Lahir : 27 Januari 2022 Pukul : 17.30 WITA

Tanggal Pengkajian : 28 Januari 2022 Pukul : 14.30 WITA

1. Identitas

a. Bayi

Nama Bayi : By. “N”

Tanggal Lahir : 27 Januari 2022

Umur : 1 Hari

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke : Ketiga

b. Orang Tua

Nama : Ny.“N”/ Tn.”B”

Umur : 39 tahun/41
tahun

Nikah/Lamanya : 1x/±15 tahun


Suku : Makassar/Makassar

Agama : Islam/Islam

Pendidikan : SMP/SMP

Pekerjaan : IRT/Buruh Harian

Alamat : Jl. Korban 40.000 Jiwa


Data Subjektif (S)

1. Ibu pasien mengatakan kekhawatiran dengan keadaan bayinya karena kulit

bayinya berwarna kuning sejak 28 Januari 2021

2. Ibu pasien mengatakan bayinya malas menyusui sejak tanggal 28 Januari

2021

3. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien merupakan anaknya yang ketiga dan

tidak ada riwayat keguguran sebelumnya.

Tabel. 3.2 : Riwayat Persalinan Ibu Pasien Terdahulu

Penolong Jenis Tempat Jenis Umur


N Tahu persalina persalina persalina BBL PBL kelamin kehamila
o n n n n n
2600 49
1 202 Bida Sponta PKM gram c Perempu Atere
2 n n m an m
2950 50
2 202 Bida Sponta PKM gram c Laki-laki Atere
2 n n m m
2700 48
3 202 Bida Sponta PKM gram c Laki-laki Atere
2 n n m m
(Sumber: Data primer)

4. Ibu pasien mengatakan melahirkan bayinya yang ketiga pada tanggal 27

Januari 2022 pukul 13.30 WITA, di puskesmas jumpandang baru makassar

ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tunggal, keadaan bayi baru

lahir segera menangis dan warna kulit bayi kemerahan.

5. Ibu pasien mengatan selama hamil tidak pernah sakit dan tidak pernah

menderita penyakit apapun.

6. Ibu pasien mengatakan selama hamil tidak pernah mengkonsumsi obat

apapun dan jamu.

7. Ibu pasien mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 04 juli 2020

8. Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit menurun dan tidak

ada riwayat PMS.


9. Ibu pasien mengatakan anak-anak sebelumnya tidak ada yang mengalami

penyakit kuning.

10. Bidan di puskesmas jumpandang baru makassar mengatakan KU bayi baik,

refleks menghisap lemah, kulit bayi berwarna kuning.

11. Ibu pasien mengatakan menggunakan BPJS untuk membayar biaya

12. Ibu pasien dan keluarga berdoa kepada Allah SWT agar bayinya selamat.

Data Objektif (O)

1. KU bayi lemah

2. Kesadaran composmentis

3. Gestasi 39 minggu 2 hari

4. Tanda-tanda vital :

Frekuensi jantung : 130x/m


Pernapasan : 44 x/m
Suhu :36 derajat selsius
Pemeriksaan head to toe
Wajah : Tidak ada oedema

Hidung : Tidak ada sekret

Mulut : Bibir kering,tidak ada kelainan

Telinga : Simetris kiri dan kanan,tidak ada serumen

Leher : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan


Dada : Pernapasan sesuai dengan gerakan dada

Abdomen : Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat

Genetalia : Testis sudah turun semua,terdapat lubang pada penis

Anus : Terdapat lubang pada anus

Ekstremitas atas : Jari-jari lengkap,tidak ada kelainan.

Ekstremitas bawah : Jari-jari lengkap, tidak ada kelainan

Kulit : Nampak kuning

6. Refleks

Refleks moro : Kuat, apabila dikagetkan lengan dan kaki terangkat

Refleks grasping : Kuat,apabila benda diletakkan ditelapak kaki bayi


secara spontan bayi akan
menggenggam
Refleks sucking : Lemah,pada saat diberi susu tidak dapat menghisap

secara aktif

Refleks rooting : Lemah,apabila menyentuh pipi bayi akan menoleh

sentuhan.

Refelks swallowing: Lemah,bayi tidak dapat menelan secara aktif.

7.Pengukuran antropometri

BBS : 2800 gram

PBS : 48 cm

LK : 34 cm

LD : 36 cm

LP : 35 cm

LILA : 11 cm
8. Eliminasi

Urin : Sehari BAK 8-10 kali

Mekonium : Sehari 4-6 kali,warna kuning dempul,konsistensi

lembek.

Assesment (A)

Diagnosa aktual :Bayi “N”, BCB, SMK, dengan ikterus fisiologi

Masalah aktual :Gangguan kebutuhan pemenuhan nutrisi

Masalah :Antisipasi terjadinya kern ikterus


potensial
Planning (P)

Tanggal 28 Januari 2022, pukul:18.00 WITA

Cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

Hasil:Terlaksana, tangan telah dicuci


Mengobservasi KU bayi dan TTV tiap 3 jam

Hasil:KU bayi lemah


Tanda-tanda :
vital
Frekuensi jantung :130x/i

Pernapasa :44x/i
n
Suhu :36,6 derajat celcius

3. Memberikan intake ASI atau susu formula tiap 3 jam

Hasil : terlaksana, telah diberikan intake ASI per 3 jam

4. Menjaga kehangatan bayi

Hasil : Terlaksana, mengganti popok dan baju bayi jika basah


5. Memberikan informasi dan dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan

pada keluarga bayi “N” tentang kondisi bayi “N”saat ini.

Hasil : Terlaksana, ibu pasien mengerti.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkongjugasi
dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009). Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata
Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata
atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh
bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk
utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial.

Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni. tangisan yang melengking (high pitch cry)
meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa
berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian
otot mata dan displasia dentalis). Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah
warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata
terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l. Gejala utamanya adalah
kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.

3.2 Saran
Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup pembelajaran yang
ada. Namun, kami menyadari bahwasanya masih banyak kesalahan maupun
kekurangan baik di dalam penulisan ataupun isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga
materi yang ada di dalam makalah ini dapat berguna bagi kita semua yang
mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA

Bennett, V.R dan L.K. Brown. 1996. Myles Textbook for Midwives. Edisi ke-12.
London: Churchill Livingstone.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Maternity Nursing. Alih Bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter
Cuningham, F.G. dkk. 2005. Williams Obstetrics. Edisi ke-22. Bagian 39:911. USA:
McGrawHill
JNPK. 2002. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
JHPIEGO, Pusdiknakes, dan WHO. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid II. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin, A.B. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: YBP-SP.
Winkjosastro, H. dkk. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke-6. Jakarta:
YBPSP.Bennett, V.R dan L.K. Brown. 1996. Myles Textbook for Midwives. Edisi ke-12.
London:

Anda mungkin juga menyukai