DOSEN PENGAMPU :
SRI NENGSI DESTRIANI, S.ST, M.keb
Disusun oleh :
Nama Kelompok 3:
Kelas : Tingkat 2 A
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata
Kuliah Gawat Darurat Maternal Penulis berharap makalah ini dapat membantu mahasiswa/i
suatu saat nanti.
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan
dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan
maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan kegawatdaruratan pada perinatal tentang ikterus...............................2
2.2 Soap.................................................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
3.2 Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
F. Penatalaksanaan Ikterus
a. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi
kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
b. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang
mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-
tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan
dan perawatan yang memadai.
c. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian
albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih
berat.
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir
Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang
perawat di salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi
yang mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat
menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan
laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap
hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar matahari,
sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin
pada bayi prematur yang diselidikinya.
Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif
terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini menunjukkan efek
samping yang minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang
berbahaya. Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:
a. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
b. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi
bayi.
c. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
d. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang
terkena cahaya dapat menyeluruh.
e. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
f. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
g. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
h. Pengawasan nutisi/ASI
DI PUSKESMAS JUMPANDANG
BARU TANGGAL 28 JANUARI
2022
No.Register : 46xxxx
1. Identitas
a. Bayi
Umur : 1 Hari
Anak ke : Ketiga
b. Orang Tua
Umur : 39 tahun/41
tahun
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMP/SMP
2021
3. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien merupakan anaknya yang ketiga dan
ditolong oleh bidan, secara spontan, bayi lahir tunggal, keadaan bayi baru
5. Ibu pasien mengatan selama hamil tidak pernah sakit dan tidak pernah
7. Ibu pasien mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 04 juli 2020
8. Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit menurun dan tidak
penyakit kuning.
12. Ibu pasien dan keluarga berdoa kepada Allah SWT agar bayinya selamat.
1. KU bayi lemah
2. Kesadaran composmentis
4. Tanda-tanda vital :
6. Refleks
secara aktif
sentuhan.
7.Pengukuran antropometri
PBS : 48 cm
LK : 34 cm
LD : 36 cm
LP : 35 cm
LILA : 11 cm
8. Eliminasi
lembek.
Assesment (A)
Pernapasa :44x/i
n
Suhu :36,6 derajat celcius
3.1 Kesimpulan
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkongjugasi
dan ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009). Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata
Perancis ‘jaune’ yang berarti kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata
atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh
bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Bilirubin merupakan produk
utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial.
Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni. tangisan yang melengking (high pitch cry)
meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa
berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian
otot mata dan displasia dentalis). Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah
warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata
terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l. Gejala utamanya adalah
kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.
3.2 Saran
Makalah ini telah disusun berdasarkan dengan ruang lingkup pembelajaran yang
ada. Namun, kami menyadari bahwasanya masih banyak kesalahan maupun
kekurangan baik di dalam penulisan ataupun isinya. Oleh karena itu, kami minta kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga
materi yang ada di dalam makalah ini dapat berguna bagi kita semua yang
mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, V.R dan L.K. Brown. 1996. Myles Textbook for Midwives. Edisi ke-12.
London: Churchill Livingstone.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2005. Maternity Nursing. Alih Bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter
Cuningham, F.G. dkk. 2005. Williams Obstetrics. Edisi ke-22. Bagian 39:911. USA:
McGrawHill
JNPK. 2002. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
JHPIEGO, Pusdiknakes, dan WHO. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jilid II. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Saifuddin, A.B. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta: YBP-SP.
Winkjosastro, H. dkk. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi ke-6. Jakarta:
YBPSP.Bennett, V.R dan L.K. Brown. 1996. Myles Textbook for Midwives. Edisi ke-12.
London: