Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FETAL DISTRESS

Oleh:

Viola Khairun Nisa

NPM: 20710033

Dosen Pembimbing:

dr. Yuliana Arisanti, Sp. OG

RSUD IBNU SINA KABUPATEN GRESIK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Fetal Distress

Penyusun : Viola Khairun Nisa

Bidang Studi : Obstetri Dan Ginekologi

Pembimbing : dr. Yuliana Arisanti, Sp. OG

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Tanggal……………………………………

Pembimbing,

dr. Yuliana Arisanti, Sp. OG

SIP 446/286/427.52/2016

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis mendapat kemudahan untuk menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Fetal Distress”. Penyusunan laporan kasus ini
diajukan untuk memenuhi tugas pada SFM Obstetri dan Ginekologi dalam
menempuh pendidikan profesi dokter di RSUD IBNU SINA Kabupaten Gresik
juga dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi penulis.

Dalam pembuatan laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Yuliana Arisanti, Sp. OG selaku pembimbing yang telah berkenan


meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, serta arahannya dalam
penyusunan laporan kasus ini.
2. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa agar penulis
mampu menyelesaikan laporan kasus ini.
3. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis sadar bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna oleh karena itu penulis
mengharapkan semoga referat ini bermanfaat untuk pembaca dan semua orang
yang memanfaatkannya.

Gresik, 03 Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS................................................................................3

2.1 Identitas Pasien..........................................................................................3


2.2 Anamnesa..................................................................................................4
2.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................4
2.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7
2.5 Resume......................................................................................................8
2.6 Diagnosis Kerja.........................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan.........................................................................................8
2.8 Prognosis...................................................................................................8
2.9 Follow-up...................................................................................................9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................12

3.1 Definisi......................................................................................................12
3.2 Epidemiologi.............................................................................................12
3.3 Patofisiologi...............................................................................................12
3.4 Etiologi......................................................................................................13
3.5 Penyebab Fetal Distress.............................................................................14
3.6 Faktor Resiko.............................................................................................15
3.7 Gejala Klinis..............................................................................................15
3.8 Diagnosis...................................................................................................18
3.9 Tatalaksana................................................................................................19

iv
3.10 Pemantauan Kondisi Janin.......................................................................20
3.11 Komplikasi Fetal Distress (Gawat Janin)................................................20
3.12 Pencegahan Fetal Distress (Gawat Janin)................................................20

BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fetal distress adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada
janin (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat
terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum.3
Hasil penelitian Kristiani (2017) menunjukkan bahwa 2 pasien
yang dilakukan tindakan sectio caesaria disebabkan fetal distress.
Dilakukannya tindakan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan janin dari
hipoksia. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan karena
hipoksia. Penelitian menunjukkan bahwa persalinan dengan sectio cesarea
kondisi fetal kondisi fetal distress sebanyak 4,1% dan seksio sesarea
emergensi kondisi fetal distress sebanyak 22,6%.
Hasil penelitian Muhammad (2016) menunjukkan bahwa indikasi
yang menyebabkan kejadian tindakan sectio caesarea yaitu fetal dengan
kelainan letak sebanyak 18 (20,7%), paling tinggi didapatkan karena
adanya gawat janin sebanyak 25 (28,7%) dan paling rendah kelahiran bayi
kembar sebanyak 2 (2,3%). Gawat janin / fetal distres adalah salah satu
indikasi yang sering ditemui ibu dengan persalinan sectio caesarea.
Salah satu tindakan medis membantu persalinan yang dilakukan
ketika terdapat masalah kesehatan pada ibu atau kondisi janin yaitu dengan
sectio caesarea (SC).
Operasi caesar hanya dilakukan apabila proses persalinan normal
tidak mungkin untuk dilakukan. Ketidakmampuan melahirkan normal
pada ibu disebabkan berbagai faktor, baik faktor dari ibu ataupun janin
yang dikandungnya (Wirawan, 2016). Menurut Wirawan (2017)
pertimbangan seorang dokter sebelum memutuskan ibu dilakukan operasi

1
yaitu kehamilan kembar, ibu dengan penyakit berat, tekanan darah tinggi,
bentuk panggul sempit, masalah dengan plasenta dan posisi bayi.
Berdasarkan teori dan penelitian mengenai faktor maternal
terhadap kejadian fetal distress, oleh karena itu penulis tertarik untuk
menulis laporan kasus mengenai Fetal distress di RSUD Ibnu Sina
Kabupaten Gresik.

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. F. H.
Umur : 13/08/1987 (34 tahun)
Alamat : Ir. Sukarno RT 3/3 Sungonlegowo Bungah Gresik
Pekerjaan : Swasta
Tanggal pemeriksaan : 24 Januari 2021
No. RM :771563

ANAMNESIS

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis di pada tanggal 24


Januari 2021.

Keluhan Utama :
Kenceng-kenceng sejak jam 22.00 (24/02/2021) di sertai keluar lender
darah (+)

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien daatang rujukan dengan kenceng-kenceng sejak jam 22.00
(24/02/2021) di sertai keluar lender darah (+), cairan merembes (-), kaki
bengkak (-), hamil 8 bulan, mual (-), muntah (-), panas (-)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien,
Hipertensi disangkal, diabetes melitus disangkal, penyakit jantung
disangkal, asma dan alergi disangkal. Tidak terdapat gangguan pembekuan

3
darah di dalam keluarga. Tidak ada alergi makanan dan obat dari keluarga
pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien,
Hipertensi disangkal, diabetes melitus disangkal, penyakit jantung
disangkal, asma dan alergi disangkal. Tidak terdapat gangguan pembekuan
darah di dalam keluarga. Tidak ada alergi makanan dan obat dari keluarga
pasien.

Riwayat Menstruasi :
HPHT : 26/05/2020
HTP : 02/03/2021

Riwayat Obstetri :
Pasien datang mengatakan kehamilan ke II UK 34/35 minggu,
dengan Riwayat persalinan sebelumnya SC, dengan ATK 5 tahun.

Riwayat kebiasaan :
Pasien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol, pasien
mengaku tidak terlalu sering makan makanan berlemak dan berpengawet
atau makanan siap saji.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : Compos mentis
Sikap : Kooperatif
Keadaan umum: Cukup
Vital sign : Tekanan darah : 106/71 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37°C

4
RR : 20 x/menit
Saturasi SpO2 : 100%

Status Generalis
1. Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), ikterus (-)
2. Kepala : normosefali, bentuk normal, rambut hitam dengan
distribusi merata, tidak terdapat tanda-tanda trauma
3. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor 3mm/3mm, gerakan normal, eksoftalmus (-/-), refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (-/-)
4. Telinga : normotia, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tarik helix (-/-),
nyeri tekan tragus (-/-) dan kedua liang telinga lapang
5. Hidung : bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-),
sekret (-), edema mukosa (-), mukosa hiperemis (-), napas
cuping hidung (-)
6. Mulut
 Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
 Mulut : oral hygiene baik
 Lidah : normoglosia, simetris, hiperemis (-), deviasi (-)
 Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran
normal
 Faring : hiperemis (-), arcus faring simetris
 Tonsil : T1-T1 tenang, tidak hiperemis
7. Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, tidak teraba
benjolan (-)
8. Thorax
 Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (-),
tipe pernapasan thorako-abdominal, ictus cordis tidak
terlihat

5
 Palpasi : vocal fremitus dextra = sinistra, terdapat pulsasi
ictus cordis pada ICS V, 1 cm medial midklavikularis
sinistra
 Perkusi : paru sonor (+/+), batas jantung kanan:
ICS II-III linea parasternal dextra,batas jantung kiri: ICS
VI ± 1 cm lateral linea midclavikularis sinistra, batas atas
jantung: ICS II linea parasternalis sinsitra, pinggang
jantung:ICSIII ± 1 cm lateral linea parasternal sinistra
 Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
ronki (-/-), S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

9. Pemeriksaan Khusu Obstetri


 Palpasi :
Leopold I : TFU 30 cm
Leopold II : Puka
Leopold III : bagian terendah keras (kepala)
Leopold IV : bagian kepala sudah masuk PAP

 Auskultasi : DJJ : 171x/menit, teratur

 VT : 2cm eff 25% ketuban (+), letak kepala H1

10. Ekstremitas
 Inspeksi : Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas
atas maupun bawah, tidak terdapat oedem pada kedua
ekstremitas bawah, tidak didapatkan adanya efloresensi
yang bermakna
 Palpasi : Akral teraba dingin , Oedem (-) pada keempat
ekstremitas

6
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (25/01/2021):
Pemeriksaan Hasil Nilai
Haemoglobin 11.4 11.7 g% - 15.5 g%
Leukosit 16.200 3.600 – 11.000
LED - 0 – 20
PCV / Hematokrit 33 35 – 47 %
Thrombosit 283.000 150.000 – 450.000 uL
MCV 104 80 – 100
MCH 36 26 – 34
MCHC 34 32 – 36

Faal Hemostasis (25/01/2021):


Pemeriksaan Metode Hasil Nilai
BT ( Bleeding Time ) Lee & Duck 2 menit 00 detik 1–5 menit
CT ( Clotting Time ) Lee & Duck 9 menit 00 detik 8-18 menit

Foto Thorax (25 Januari 2021)

Cor : Bentuk dan besar normal

Pulmo : Tak tampak lesi aktif atau lama

Sinus costae phrenicus bilateral tajam

Diafragma normal

Tulang – tulang dan soft tissue normal

Kesan : Foto thorax dalam batas normal

7
2.4 RESUME
Pasien perempuan berusia 34 tahun, datang Kenceng-kenceng
sejak jam 22.00 (24/02/2021) di sertai keluar lender darah (+), HIS (+)
2x10’ lama 35’ DJJ 171x/menit. Disertai tekanan darah 106/71mmHg. Di
rujuk ke RSUD Ibnu Sina Gresik dengan di diagnosa GII P1-1 UK 34/35
minggu T/H dengan inpartu kala I fase laten BSC 1x + LH + KEK
sehingga perlu dilakukan operasi sectio cesaria.

2.5 DIAGNOSIS
GII P1-1 UK 34/35 minggu T/H dengan inpartu kala I fase laten
BSC 1x + LH + KEK

2.6 PENATALAKSANAAN
 Monitoring
 Keluhan pasien, TTV, keadaan umum pasien
 Edukasi
 KIE ibu hamil mengenai rencana Sectio cesaria
 KIE pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien
 Rencana pengobatan
Sebelum SC
 Inf. RL 20tpm
 Drip Bricasma 2amp
 Inj. Dexamethason 2 amp
 Profenit supp
Post SC
 Inj.Cefazolam 1gr / IV
 Drip oksitosin 2 amp dalam RL 500cc 12 jam post SC
 Inj. Ketorolac 3x1

8
 Tab. Asam mefenamat 3x1
 Tab. Viliron 2x1

2.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia
Ad Sanationam : Ad Bonam
2.8 FOLLOW-UP
Ruangan Bougenville, Senin 25 Januari 2021, pukul 14.45 wib
S Pasien mengatakan setelah melahirkan anak yang ke 2, nyeri luka
OP (+), mual (+), muntah (-), pusing (-)
O Keadaan umum cukup, TD : 129/73 mmHg, N : 80 x/menit, RR:
20 x/menit, S : 36,6oC, TFU 2 jari dibawah pusat , skala nyeri 7,
perdarahan (+) 50cc
A Post SC + IUD
Masalah:
nyeri
Resti perdarahan
Resti injury
P Observasi pasien 1x24 jam diharapkan masalah teratasi
TTV DBN
Nyeri berulang, skala nyeri 0 - 2
Perdarahan tidak terjadi

25/01/2021 pukul 15.00


Konfrimasi dr. K, Sp, An
- Inf. Tutofusin 1000cc s/d jam 07.00
- Inf. Ketonazole 3 x 1
- Inf. Tramadol dup 3 x 1

9
Ruangan Bougenville, Selasa 26 Januari 2021, pukul 06.00 wib
S Pasien mengatakan nyeri luka OP
O KU cukup, TD : 107/56 mmHg, N : 80 x/menit, RR: 20 x/menit,
S : 36,6oC, lochea rubra (+), nyeri luka OP (+)
Skala nyeri 4
A Post SC + IUD
Masalah:
- Nyeri luka OP
- Resti injury
- Resti Perdarahan
P Observasi pasien 1x24 jam diharapkan masalah teratasi
TTV DBN
Nyeri teratasi
Pasien tidak jatuh
Tidak terjadi perdarahan

Ruangan Bougenville, Selasa 26 Januari 2021, pukul 11.00 wib


S Flatus (+)
O KU cukup, TD : 107/56 mmHg, N : 80 x/menit, RR: 18 x/menit,
S : 36,6oC
CLP DBN
A P2002 Post SC + IUD + BSC 1x + Pasca maturase paru
Masalah:
Nyeri teratasi
Tidak terjadi perdarahan
P Terapi
Aff Infus + DC
Asam Mefenamat 500mg 3 x 1

10
Viliron 2 x1

Ruangan Bougenville, Rabu 27 Januari 2021, pukul 10.00 wib


S Keluhan (-)
O KU cukup, TD : 98/60 mmHg, N : 90 x/menit, RR: 18 x/menit, S
: 36,5oC
CLP DBN
A P2002 Post SC + IUD + BSC 1x + Pasca maturasiparu
Masalah:
Nyeri teratasi
Tidak terjadi perdarahan
P Asam Mefenamat 500mg 3 x 1
Viliron 2 x1

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI
Fetal distress adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada
janin (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat
terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum.
Fetal distress didefinisikan sebagai penipisan oksigen dan
akumulasi karbon dioksida, yang menyebabkan keadaan "hipoksia dan
asidosis" selama intra-uterus life.

3.2 EPIDEMIOLOGI
Hasil penelitian Muhammad (2016) menunjukkan bahwa indikasi
yang menyebabkan kejadian tindakan sectio caesarea yaitu fetal dengan
kelainan letak sebanyak 18 (20,7%), paling tinggi didapatkan karena
adanya gawat janin sebanyak 25 (28,7%) dan paling rendah kelahiran bayi
kembar sebanyak 2 (2,3%). Gawat janin / fetal distres adalah salah satu
indikasi yang sering ditemui ibu dengan persalinan sectio caesarea.
Hasil penelitian Kristiani (2017) menunjukkan bahwa 2 pasien
yang dilakukan tindakan sectio caesaria disebabkan fetal distress.
Dilakukannya tindakan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan janin dari
hipoksia. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan karena
hipoksia. Penelitian menunjukkan bahwa persalinan dengan sectio cesarea
kondisi fetal kondisi fetal distress sebanyak 4,1% dan seksio sesarea
emergensi kondisi fetal distress sebanyak 22,6%.

3.3 PATOFISIOLOGI
Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:

12
Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih
rendah karena janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis
yang kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai
dan konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa,
kecuali bila janin mengalami stress.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut
oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah
lebih besar daripada orang dewasa. Dengan demikian penyaluran oksigen
melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat terselenggara
dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk
asam piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi melalui plasenta. Bila
plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervilli
yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO 2 akan
terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia
yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa
menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan
menimbulkan asam organik yang menambah asidosis. metabolik. Pada
umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau
arus darah tali pusat.
Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan
jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi
darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan
menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan
perifer. Bradikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar
jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.3

3.4 ETIOLOGI

1. Oksigen rendah yang dibawa oleh RBC (anemia parah).


2. Pendarahan akut (plasenta previa, tiba-tiba plasenta).

13
3. Terhalang aliran darah plaseno-plasetal.
4. Disfungsi plasenta.
5. Malformasi sistem kardiovaskular.
6. Infeksi intrauterin.

3.5 PENYEBAB FETAL DISTRESS


Gawat janin dapat disebabkan oleh bermacam-macam hal.
Beberapa penyebab yang umum dan sering terjadi:
a. Kontraksi Pengencangan otot uterus secara involunter untuk
melahirkan bayi. Kontraksi secara langsung mengurangi aliran darah
ke plasenta dan dapat mengkompresi tali pusat sehingga penyaluran
nutrisi terganggu. Hal ini dapat terjadi pada keadaan:
o persalinan yang lama ( kala II lama)
o penggunaan oksitosin
o uterus yang hipertonik ( otot-otot menjadi terlalu tegang dan
tidak dapat berkontraksi ritmis dengan benar)
b. Infeksi
c. Perdarahan
d. Abrupsi plasenta atau plasenta terlalu dini memisahkan diri dari fetus
e. Tali pusat prolaps
f. Hipotensi Bila tekanan darah ibu menurun selama persalinan, jumlah
aliran darah ke fetus akan berkurang. Hipotensi dapat disebabkan oleh
anestesi epiduralmaupun posisi supine. Hal tersebut terjadi karena
adanya pengurangan jumlah aliran darah dari vena cava ke jantung.
g. Masalah pernafasan janin
h. Posisi dan presentasi abnormal dari fetus
i. Kelahiran multiple
j. Kehamilan prematur atau postmature
k. Distosia bahu
Penyebab yang paling utama dari gawat janin dalam masa
antepartum adalah insufisiensi uteroplasental. Faktor yang

14
menyebabkan gawat janin dalam persalinan/ intrapartum adalah
kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental, perfusi
uterus yang berkurang, sepsis pada janin, pengurangan cadangan janin,
dan kompresi tali pusat. Pengurangan jumlah cairan ketuban,
hipovolemia ibu dan pertumbuhan janin terhambat diketahui
mempunyai peranan.4

3.6 FAKTOR RESIKO


Ada beberapa faktor resiko yang diduga berhubungan dengan
kejadian gawat janin:5
 Wanita hamil usia > 35 tahun
 Wanita dengan riwayat:
o Bayi lahir mati
o Pertumbuhan janin terhambat
o Oligohidramnion atau polihidramnion
o Kehamilan ganda/ gemelli
o Sensitasi rhesus
o Hipertensi
o Diabetes dan penyakit-penyakit kronis lainnya
o Berkurangnya gerakan janin
o Kehamilan serotinus

3.7 GEJALA KLINIS

Menurut Prawirohardjo (2007) tanda gejala gawat janin dapat diketahui


dengan :

1. DJJ Abnormal dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal


adalah sebagai berikut :
a. Denyut jantung janin irreguller dalam persalinan sangat
bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa watu. Bila DJJ

15
tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan
adanya hipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya gawat janin.
c. Takchikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
1) Demam pada ibu
2) Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat
tokolitik). Bila ibu tidak mengalami takhikardi, DJJ
yang lebih dari 160 per menit menunjukan adanya anval
hipoksia.

Denyut jantung janin abnormal dapat disebut juga dengan fetal


distress. Fetal distress dibagi menjadi dua yaitu fetal distress akut dan fetal
distress kronis. Menurut Marmi, Retno A.M.S., 25 Fatmawaty.E (2010)
dibawah ini dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
a. Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
1) Kontraksi uterus Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat
adalah abnormal dan uterus dalam keadaan istirahat yang lama
dapat mempengaruhi sirkulasi utero plasenta, ketika kontraksi
sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.
2) Kompresi tali pusat Kompresi tali pusat akan mengganggu
sirkulasi darah fetus dan dapat mengakibatkan hipoksia. Tali pusat
dapat tertekan pada prolapsus, lilitan talu pusat.
3) Kondisi tali pusat Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal
ini berhubungan dengan kelainan fetus.
4) Depresi pusat pada sistem pernafasan Depresi sistem pernafasan
pada bayi baru lahir sebagai akibat pemberian analgetika pada ibu
dalam persalinan dan perlukaan pada proses kelahiran
menyebabkan hipoksia.
b. Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis Fetal distress kronis
berhubungan dengan faktor sosial yang kompleks.

16
1) Status sosial ekonomi rendah Hal ini berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status sosial ekonomi
adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga
kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
2) Umur maternal Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35
tahun merupakan umur resiko tinggi.
3) Merokok Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan
menyebabkan penurunan aliran darah uterus dimana
karbonmonoksida mengurangi transport oksigen. Angka
mortalitas perinatal maningkat.
4) Penyalah gunaan obat terlarang Penyalah gunaan obat terlarang
dalam kehamilan berhubungan dengan banyak komplikasi
meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang semuanya
meningkatkan resiko kematian perinatal.
5) Riwayat obstetrik yang buruk Riwayat abortus sebelumnya,
persalinan preterm atau lahir mati berhubungan dengan resiko
tinggi pada janin dalam kehamilan ini.
6) Penyakit maternal Kondisi yang meningkatkan resiko fetal
distress kronis dapat mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan
menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam uterus seperti:
Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik, diabetes,
penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi
penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle sel,
anemia berat (Hb kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-
paru, penyakit jantung, epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan
baik), infeksi maternal berat. Kondisi tersebut meliputi
insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan antepartum yang
dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
7) Kondisi plasenta Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta,
postmatur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan
resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.

17
8) Kondisi fetal malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin
dan incompatibilitas resus yang meningkatkan resiko hipoksia
intra uterin. Resiko ini meningkat pada kehamilan ganda.
9) Faktor resiko inta partum Selama persalinan faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko fetal distress, yaitu:
malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran dengan forcep,
SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi
(meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus
lama.

3.8 DIAGNOSIS

Diagnosis gawat janin dapat dipastikan dengan melakukan


pemeriksaan terhadap ibu hamil oleh dokter kandungan, baik sebelum atau
setelah bayi dilahirkan. Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan serta
tanda yang ditemukan saat janin mengalami fetal distress:

 USG kehamilan, dapat melihat apakah pertumbuhan janin sesuai


dengan usia kandungan.
 USG Doppler, untuk mendeteksi adanya gangguan di aliran darah
dan jantung janin.
 Cardiotocography (CTG), untuk melihat secara berkelanjutan
detak jantung janin terhadap pergerakan janin dan kontraksi rahim.
 Pemeriksaan air ketuban, untuk mengetahui volume air ketuban
dan melihat adanya mekonium atau tinja janin pada air ketuban.

Pengambilan sampel darah bayi, untuk memeriksa pH darah bayi


yang berubah menjadi lebih asam bila janin tidak mendapat cukup
oksigen.

18
3.9 TATALAKSANA
Pada kasus ini rencana tindakan yang di berikan yaitu SC (sectio
caesarea).
Resiko tinggi usia Ibu yang hamil memiliki peluang komplikasi
pada saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian Beirut et. al. (2017)
menunjukkan bahwa komplikasi dengan peluang tertinggi di antara
wanita, usia 11-18 tahun, dibandingkan dengan wanita berusia 25-29
tahun. Ibu hamil usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun
memiliki risiko tinggi untuk menyebabkan gawat janin. Umur seorang ibu
juga memiliki dampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin yang
baru.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran
dimana pasien masuk dengan diagnose masuk paling banyak adalah partus
tidak maju dan paling sedikit adalah gastasional hipertensi, kegagalan
induksi, partus prematurus imminens, pre eklamsi, pre eklamsi ringan,
presentasi majemuk dan tali pusat pendek masing. Partus tidak maju
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan persalinan dilakukan
dengan tindakan SC. Partus lama juga merupakan bagian dari faktor
penyebab gawat janin atau fetal distress. Menurut Prawirahadjo (2009)
bahwa proses persalinan lama selalu memberikan dampak yang buruk dan
penyulit bagi ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Janin dalam rahim
menjadi dalam situasi berbahaya karena kontraksi rahim terjadi 24 jam
yang dapat mengganggu aliran darah menuju janin.
Menurut Kemenkes (2018) faktor penyebab terjadinya gawat janin
yaitu persalinan lama, perdarahan, kejang, obat perangsang kontraksi
rahim, infeksi, kehamilan prematur dan post matur, ketuban pecah lama
dan tali pusat menumbung. Menurut Sumelung (2014) bahwa indikasi
yang sering menyebabkan kejadian sectio caesarea yaitu gawat janin
sebanyak 52 responden (31,14%). Gawat janin merupakan salah satu
indikasi yang sering terjadi pada ibu persalinan sectio caesarea, jika ibu

19
dengan gawat janin tetap melakukan partus normal maka akan
membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Menurut Adrian (2019) bahwa persalinan yang terlalu lama bukan
hanya dapat menguras tenaga, tapi juga berbahaya bagi kondisi ibu dan
janin di dalam kandungan. Proses persalinan yang macet ini bisa
menyebabkan ibu kelelahan, serta meningkatkan risiko bayi mengalami
gawat janin, cedera, dan infeksi. Kondisi persalinan lama dapat
menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada janin sehingga bersiko
menyebabkan fetal distress. Kemenkes (2018) bahwa fetal distress
merupakan kondisi janin mengalami kekurangan menerima O2, sehingga
janin mengalami sesak.

3.10 PEMANTAUAN KONDISI JANIN


Kondisi bayi akan dimonitor secara saksama selama 1-2 jam
setelah kelahiran, dan dilanjutkan hingga 12 jam pertama pasca kelahiran.
Pemantauan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum,
gerakan dada, warna kulit, tulang dan otot, suhu tubuh, serta detak jantung
bayi.
Jika terlihat bayi mengalami aspirasi mekonium atau keracunan
ketuban, maka dokter perlu membersihkan jalan napas bayi agar
pernapasannya tidak terganggu.

3.11 KOMPLIKASI FETAL DISTRESS (GAWAT JANIN)

Berkurangnya aliran oksigen pada janin dapat menyebabkan


pertumbuhan janin terhambat, sehingga mengakibatkan berat badan bayi
rendah. Selain itu, bila kekurangan oksigen yang dialami janin sangat
parah dapat menyebabkan janin meninggal di dalam kandungan.

3.12 PENCEGAHAN FETAL DISTRESS (GAWAT JANIN) 

20
Gawat janin merupakan kondisi yang sulit dicegah. Namun,
pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat membantu memantau kesehatan
ibu dan janin selama masa kehamilan. Pemeriksaan tersebut bertujuan
untuk memantau kondisi janin, mendeteksi gangguan sejak dini, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien perempuan berusia 34 tahun, datang Kenceng-kenceng sejak jam


22.00 (24/02/2021) di sertai keluar lender darah (+), HIS (+) 2x10’ lama 35’ DJJ
171x/menit. Disertai tekanan darah 106/71mmHg. Di rujuk ke RSUD Ibnu Sina
Gresik dengan di diagnosa GII P1-1 UK 34/35 minggu T/H dengan inpartu kala I
fase laten BSC 1x + LH + KEK sehingga perlu dilakukan operasi sectio cesaria.
Oleh karena pasien ini didiagnosa dengan fetal distress dengan rencana
tindakan pada pasien ini yakni sectio cesaria, mengingat tindakan ini memiliki
tingkat keselamatan sangat baik karena untuk menyelamatkan bayi dan pasien.
Penyulit pada pasien ini yakni adanya penyakit penyerta yakni hipoksia, anemia.
Setelah operasi, perkembangan pasien, tidak didapatkan gejala yang
signifikan selain nyeri post operasi. Oleh karena itu, pasien juga diberi terapi
tambahan berupa tablet asam mefenamat 3x500 mg sebagai anti nyeri, tablet
Viliron 2 x1.

22
DAFTAR PUSTAKA

Daryanti, Happy Dwi Aprilina. 2020. Gambaran Yang Mempengaruhi Fetal


Distress Pada Sectio Caesarea Di RSUD Banyumas. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Adi Husada Nursing
Journal, Vol 6 No 1, Juni 2020 / Hal. 59.
Dr. Sayali V. Pashte, And Dr. S. S. Choudharl. 2016. Diagnosis And Management
Of Fetal Distress: A Review Based On Modern Concept And Ancient
Ayurvedic Granthas. European Journal Of Biomedical And
Pharmaceutical Sciences Volume 3, Issue 12, 560-562.
Kristiani. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan
Keputusan Persalinan Sc Pada Ibu Di Rsia Melati Husada Malang.
Nursing News, 2 (3).
Muhammad. (2016). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Persalinan Dengan
Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi Surakarta
Tahun 2014. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wirawan. (2016). Blogdokter. Jakarta: Noura Books.
Wirawan. (2017). Blog Dokter: Kesehatan Wanita (Snackbook). Jakarta: Noura
Books.

23
24

Anda mungkin juga menyukai