FETAL DISTRESS
Oleh:
NPM: 20710033
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Tanggal……………………………………
Pembimbing,
SIP 446/286/427.52/2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis mendapat kemudahan untuk menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Fetal Distress”. Penyusunan laporan kasus ini
diajukan untuk memenuhi tugas pada SFM Obstetri dan Ginekologi dalam
menempuh pendidikan profesi dokter di RSUD IBNU SINA Kabupaten Gresik
juga dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi penulis.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
3.1 Definisi......................................................................................................12
3.2 Epidemiologi.............................................................................................12
3.3 Patofisiologi...............................................................................................12
3.4 Etiologi......................................................................................................13
3.5 Penyebab Fetal Distress.............................................................................14
3.6 Faktor Resiko.............................................................................................15
3.7 Gejala Klinis..............................................................................................15
3.8 Diagnosis...................................................................................................18
3.9 Tatalaksana................................................................................................19
iv
3.10 Pemantauan Kondisi Janin.......................................................................20
3.11 Komplikasi Fetal Distress (Gawat Janin)................................................20
3.12 Pencegahan Fetal Distress (Gawat Janin)................................................20
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
yaitu kehamilan kembar, ibu dengan penyakit berat, tekanan darah tinggi,
bentuk panggul sempit, masalah dengan plasenta dan posisi bayi.
Berdasarkan teori dan penelitian mengenai faktor maternal
terhadap kejadian fetal distress, oleh karena itu penulis tertarik untuk
menulis laporan kasus mengenai Fetal distress di RSUD Ibnu Sina
Kabupaten Gresik.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kenceng-kenceng sejak jam 22.00 (24/02/2021) di sertai keluar lender
darah (+)
3
darah di dalam keluarga. Tidak ada alergi makanan dan obat dari keluarga
pasien.
Riwayat Menstruasi :
HPHT : 26/05/2020
HTP : 02/03/2021
Riwayat Obstetri :
Pasien datang mengatakan kehamilan ke II UK 34/35 minggu,
dengan Riwayat persalinan sebelumnya SC, dengan ATK 5 tahun.
Riwayat kebiasaan :
Pasien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol, pasien
mengaku tidak terlalu sering makan makanan berlemak dan berpengawet
atau makanan siap saji.
4
RR : 20 x/menit
Saturasi SpO2 : 100%
Status Generalis
1. Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), ikterus (-)
2. Kepala : normosefali, bentuk normal, rambut hitam dengan
distribusi merata, tidak terdapat tanda-tanda trauma
3. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat
isokor 3mm/3mm, gerakan normal, eksoftalmus (-/-), refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (-/-)
4. Telinga : normotia, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tarik helix (-/-),
nyeri tekan tragus (-/-) dan kedua liang telinga lapang
5. Hidung : bentuk normal, deformitas (-), deviasi septum (-),
sekret (-), edema mukosa (-), mukosa hiperemis (-), napas
cuping hidung (-)
6. Mulut
Bibir : bentuk normal, simetris, merah muda, basah
Mulut : oral hygiene baik
Lidah : normoglosia, simetris, hiperemis (-), deviasi (-)
Uvula : letak di tengah, tremor (-), hiperemis (-), ukuran
normal
Faring : hiperemis (-), arcus faring simetris
Tonsil : T1-T1 tenang, tidak hiperemis
7. Leher : pembesaran KGB (-), trakea di tengah, tidak teraba
benjolan (-)
8. Thorax
Inspeksi : bentuk normal, simetris, retraksi sela iga (-),
tipe pernapasan thorako-abdominal, ictus cordis tidak
terlihat
5
Palpasi : vocal fremitus dextra = sinistra, terdapat pulsasi
ictus cordis pada ICS V, 1 cm medial midklavikularis
sinistra
Perkusi : paru sonor (+/+), batas jantung kanan:
ICS II-III linea parasternal dextra,batas jantung kiri: ICS
VI ± 1 cm lateral linea midclavikularis sinistra, batas atas
jantung: ICS II linea parasternalis sinsitra, pinggang
jantung:ICSIII ± 1 cm lateral linea parasternal sinistra
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
ronki (-/-), S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
10. Ekstremitas
Inspeksi : Tidak terdapat deformitas pada ekstremitas
atas maupun bawah, tidak terdapat oedem pada kedua
ekstremitas bawah, tidak didapatkan adanya efloresensi
yang bermakna
Palpasi : Akral teraba dingin , Oedem (-) pada keempat
ekstremitas
6
2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (25/01/2021):
Pemeriksaan Hasil Nilai
Haemoglobin 11.4 11.7 g% - 15.5 g%
Leukosit 16.200 3.600 – 11.000
LED - 0 – 20
PCV / Hematokrit 33 35 – 47 %
Thrombosit 283.000 150.000 – 450.000 uL
MCV 104 80 – 100
MCH 36 26 – 34
MCHC 34 32 – 36
Diafragma normal
7
2.4 RESUME
Pasien perempuan berusia 34 tahun, datang Kenceng-kenceng
sejak jam 22.00 (24/02/2021) di sertai keluar lender darah (+), HIS (+)
2x10’ lama 35’ DJJ 171x/menit. Disertai tekanan darah 106/71mmHg. Di
rujuk ke RSUD Ibnu Sina Gresik dengan di diagnosa GII P1-1 UK 34/35
minggu T/H dengan inpartu kala I fase laten BSC 1x + LH + KEK
sehingga perlu dilakukan operasi sectio cesaria.
2.5 DIAGNOSIS
GII P1-1 UK 34/35 minggu T/H dengan inpartu kala I fase laten
BSC 1x + LH + KEK
2.6 PENATALAKSANAAN
Monitoring
Keluhan pasien, TTV, keadaan umum pasien
Edukasi
KIE ibu hamil mengenai rencana Sectio cesaria
KIE pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien
Rencana pengobatan
Sebelum SC
Inf. RL 20tpm
Drip Bricasma 2amp
Inj. Dexamethason 2 amp
Profenit supp
Post SC
Inj.Cefazolam 1gr / IV
Drip oksitosin 2 amp dalam RL 500cc 12 jam post SC
Inj. Ketorolac 3x1
8
Tab. Asam mefenamat 3x1
Tab. Viliron 2x1
2.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia
Ad Sanationam : Ad Bonam
2.8 FOLLOW-UP
Ruangan Bougenville, Senin 25 Januari 2021, pukul 14.45 wib
S Pasien mengatakan setelah melahirkan anak yang ke 2, nyeri luka
OP (+), mual (+), muntah (-), pusing (-)
O Keadaan umum cukup, TD : 129/73 mmHg, N : 80 x/menit, RR:
20 x/menit, S : 36,6oC, TFU 2 jari dibawah pusat , skala nyeri 7,
perdarahan (+) 50cc
A Post SC + IUD
Masalah:
nyeri
Resti perdarahan
Resti injury
P Observasi pasien 1x24 jam diharapkan masalah teratasi
TTV DBN
Nyeri berulang, skala nyeri 0 - 2
Perdarahan tidak terjadi
9
Ruangan Bougenville, Selasa 26 Januari 2021, pukul 06.00 wib
S Pasien mengatakan nyeri luka OP
O KU cukup, TD : 107/56 mmHg, N : 80 x/menit, RR: 20 x/menit,
S : 36,6oC, lochea rubra (+), nyeri luka OP (+)
Skala nyeri 4
A Post SC + IUD
Masalah:
- Nyeri luka OP
- Resti injury
- Resti Perdarahan
P Observasi pasien 1x24 jam diharapkan masalah teratasi
TTV DBN
Nyeri teratasi
Pasien tidak jatuh
Tidak terjadi perdarahan
10
Viliron 2 x1
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Fetal distress adalah suatu keadaan dimana terdapat hipoksia pada
janin (kadar oksigen yang rendah dalam darah). Keadaan tersebut dapat
terjadi baik pada antepartum maupun intrapartum.
Fetal distress didefinisikan sebagai penipisan oksigen dan
akumulasi karbon dioksida, yang menyebabkan keadaan "hipoksia dan
asidosis" selama intra-uterus life.
3.2 EPIDEMIOLOGI
Hasil penelitian Muhammad (2016) menunjukkan bahwa indikasi
yang menyebabkan kejadian tindakan sectio caesarea yaitu fetal dengan
kelainan letak sebanyak 18 (20,7%), paling tinggi didapatkan karena
adanya gawat janin sebanyak 25 (28,7%) dan paling rendah kelahiran bayi
kembar sebanyak 2 (2,3%). Gawat janin / fetal distres adalah salah satu
indikasi yang sering ditemui ibu dengan persalinan sectio caesarea.
Hasil penelitian Kristiani (2017) menunjukkan bahwa 2 pasien
yang dilakukan tindakan sectio caesaria disebabkan fetal distress.
Dilakukannya tindakan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan janin dari
hipoksia. Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan karena
hipoksia. Penelitian menunjukkan bahwa persalinan dengan sectio cesarea
kondisi fetal kondisi fetal distress sebanyak 4,1% dan seksio sesarea
emergensi kondisi fetal distress sebanyak 22,6%.
3.3 PATOFISIOLOGI
Ada beberapa patofisiologi yang mendasari gawat janin:
12
Dahulu janin dianggap mempunyai tegangan oksigen yang lebih
rendah karena janin dianggap hidup di lingkungan hipoksia dan asidosis
yang kronik, tetapi sebenarnya janin hidup dalam lingkungan yang sesuai
dan konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa,
kecuali bila janin mengalami stress.
Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin, dan kapasitas angkut
oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa.
Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah
lebih besar daripada orang dewasa. Dengan demikian penyaluran oksigen
melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat terselenggara
dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk
asam piruvat, sementara CO2 dan air diekskresi melalui plasenta. Bila
plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari perfusi ruang intervilli
yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO 2 akan
terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia
yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa
menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan
menimbulkan asam organik yang menambah asidosis. metabolik. Pada
umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau
arus darah tali pusat.
Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan
jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi
darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan
menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan
perifer. Bradikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar
jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.3
3.4 ETIOLOGI
13
3. Terhalang aliran darah plaseno-plasetal.
4. Disfungsi plasenta.
5. Malformasi sistem kardiovaskular.
6. Infeksi intrauterin.
14
menyebabkan gawat janin dalam persalinan/ intrapartum adalah
kompleks, contohnya seperti: penyakit vaskular uteroplasental, perfusi
uterus yang berkurang, sepsis pada janin, pengurangan cadangan janin,
dan kompresi tali pusat. Pengurangan jumlah cairan ketuban,
hipovolemia ibu dan pertumbuhan janin terhambat diketahui
mempunyai peranan.4
15
tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan
adanya hipoksia.
b. Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak
menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya gawat janin.
c. Takchikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
1) Demam pada ibu
2) Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat
tokolitik). Bila ibu tidak mengalami takhikardi, DJJ
yang lebih dari 160 per menit menunjukan adanya anval
hipoksia.
16
1) Status sosial ekonomi rendah Hal ini berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status sosial ekonomi
adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga
kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
2) Umur maternal Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35
tahun merupakan umur resiko tinggi.
3) Merokok Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan
menyebabkan penurunan aliran darah uterus dimana
karbonmonoksida mengurangi transport oksigen. Angka
mortalitas perinatal maningkat.
4) Penyalah gunaan obat terlarang Penyalah gunaan obat terlarang
dalam kehamilan berhubungan dengan banyak komplikasi
meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang semuanya
meningkatkan resiko kematian perinatal.
5) Riwayat obstetrik yang buruk Riwayat abortus sebelumnya,
persalinan preterm atau lahir mati berhubungan dengan resiko
tinggi pada janin dalam kehamilan ini.
6) Penyakit maternal Kondisi yang meningkatkan resiko fetal
distress kronis dapat mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan
menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam uterus seperti:
Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik, diabetes,
penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi
penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle sel,
anemia berat (Hb kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-
paru, penyakit jantung, epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan
baik), infeksi maternal berat. Kondisi tersebut meliputi
insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan antepartum yang
dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
7) Kondisi plasenta Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta,
postmatur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan
resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.
17
8) Kondisi fetal malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin
dan incompatibilitas resus yang meningkatkan resiko hipoksia
intra uterin. Resiko ini meningkat pada kehamilan ganda.
9) Faktor resiko inta partum Selama persalinan faktor yang
berhubungan dengan peningkatan resiko fetal distress, yaitu:
malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran dengan forcep,
SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi
(meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus
lama.
3.8 DIAGNOSIS
18
3.9 TATALAKSANA
Pada kasus ini rencana tindakan yang di berikan yaitu SC (sectio
caesarea).
Resiko tinggi usia Ibu yang hamil memiliki peluang komplikasi
pada saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian Beirut et. al. (2017)
menunjukkan bahwa komplikasi dengan peluang tertinggi di antara
wanita, usia 11-18 tahun, dibandingkan dengan wanita berusia 25-29
tahun. Ibu hamil usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 40 tahun
memiliki risiko tinggi untuk menyebabkan gawat janin. Umur seorang ibu
juga memiliki dampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin yang
baru.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran
dimana pasien masuk dengan diagnose masuk paling banyak adalah partus
tidak maju dan paling sedikit adalah gastasional hipertensi, kegagalan
induksi, partus prematurus imminens, pre eklamsi, pre eklamsi ringan,
presentasi majemuk dan tali pusat pendek masing. Partus tidak maju
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan persalinan dilakukan
dengan tindakan SC. Partus lama juga merupakan bagian dari faktor
penyebab gawat janin atau fetal distress. Menurut Prawirahadjo (2009)
bahwa proses persalinan lama selalu memberikan dampak yang buruk dan
penyulit bagi ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Janin dalam rahim
menjadi dalam situasi berbahaya karena kontraksi rahim terjadi 24 jam
yang dapat mengganggu aliran darah menuju janin.
Menurut Kemenkes (2018) faktor penyebab terjadinya gawat janin
yaitu persalinan lama, perdarahan, kejang, obat perangsang kontraksi
rahim, infeksi, kehamilan prematur dan post matur, ketuban pecah lama
dan tali pusat menumbung. Menurut Sumelung (2014) bahwa indikasi
yang sering menyebabkan kejadian sectio caesarea yaitu gawat janin
sebanyak 52 responden (31,14%). Gawat janin merupakan salah satu
indikasi yang sering terjadi pada ibu persalinan sectio caesarea, jika ibu
19
dengan gawat janin tetap melakukan partus normal maka akan
membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
Menurut Adrian (2019) bahwa persalinan yang terlalu lama bukan
hanya dapat menguras tenaga, tapi juga berbahaya bagi kondisi ibu dan
janin di dalam kandungan. Proses persalinan yang macet ini bisa
menyebabkan ibu kelelahan, serta meningkatkan risiko bayi mengalami
gawat janin, cedera, dan infeksi. Kondisi persalinan lama dapat
menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada janin sehingga bersiko
menyebabkan fetal distress. Kemenkes (2018) bahwa fetal distress
merupakan kondisi janin mengalami kekurangan menerima O2, sehingga
janin mengalami sesak.
20
Gawat janin merupakan kondisi yang sulit dicegah. Namun,
pemeriksaan kehamilan secara rutin dapat membantu memantau kesehatan
ibu dan janin selama masa kehamilan. Pemeriksaan tersebut bertujuan
untuk memantau kondisi janin, mendeteksi gangguan sejak dini, dan
kemungkinan terjadinya komplikasi.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24