HIPEREMESIS GRAVIDARUM
OLEH :
Dwi Oktaviani Dana Reksa
11120202097
PEMBIMBING:
dr. Adhayani
dr.Ermafuri
ii
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka laporan kasus ini dapat
diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-
orang yang mengikuti ajaran beliau hingga akhir zaman.
Laporan kasus yang berjudul “Hiperemesis Gravidarum” ini disusun
sebagai persyaratan untuk memenuhi kelengkapan bagian. Penulis mengucapkan rasa
terimakasih sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung selama penyusunan laporan kasus ini hingga selesai.
Secara khusus rasa terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada dokter pembimbing
puskesmas saya yaitu dr. Adhayani dan dr.Ermafuri sebagai pembimbing dalam
penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, untuk saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan penulisan tugas ini.
Terakhir penulis berharap, semoga tugas ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN....................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................7
LAPORAN KASUS..................................................................................................................7
2.1. Identitas Pasien...........................................................................................................7
2.2. Anamnesis..................................................................................................................7
2.3. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................................8
2.4. Status Generalis..........................................................................................................9
2.5. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................10
2.6. Diagnosa...................................................................................................................10
2.7. Diagnosis Banding...................................................................................................10
2.8. Penatalaksanaan........................................................................................................10
2.9. Karakteristik Demografi Keluarga...........................................................................11
2.10. Diagnostik Holistik...............................................................................................13
2.11. Aspek Personal.....................................................................................................13
2.12. Aspek Klinik.........................................................................................................13
2.13. Aspek Risiko Internal...........................................................................................13
2.14. Aspek Risiko External..........................................................................................13
2.15. Fungsi Keluarga....................................................................................................14
2.16. Fisiologis...............................................................................................................18
2.17. Kesimpulan...........................................................................................................19
BAB III...................................................................................................................................24
PEMBAHASAN.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mual muntah pada saat kehamilan memiliki dampak yang signifikan pada
kehidupan keluarga, kemampuan untuk melakukan aktivitas biasa sehari-hari,
fungsi sosial dan perkembangan situasi stres dan menyebabkan gejala lainnya
seperti kelelahan pada wanita hamil, gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan,
penurunan berat badan, serta ketidak seimbangan elektrolit. Mual dan muntah
terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Perasaan mual ini
disebabkan oleh karena meningkatnya hormon estrogen dan HCG dalam serum.
Pengaruh fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem
saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.2
5
Indonesia prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 1-3%.11 Perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan.3
6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama: mual dan muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas Mamajang dengan G2P1A0 gravid 10 minggu
2 hari dengan keluhan mual dan muntah yang dirasakan sejak 2 bulan
terakhir. Setiap makan ataupun minum pasien selalu muntah dan 10 menit
kemudian pasien merasa lapar kembali. Tetap tidak bisa makan karena
setiap makan selalu dikeluarkan kembali. Muntah yang keluar berwarna
kuning dan terasa pahit. BAB tidak lancar kadang 2 hari sekali. BAK kesan
normal. Pasien juga mengeluhkan pusing. Sakit kepala dirasakan kadang-
kadang. Pasien juga merasa tubuhnya terasa lemas terutama saat berdiri
lama. pasien juga mengeluh susah tidur saat malam. Pasien hanya bisa tidur
sekitar jam 01.00 dan bangun sekitar jam 05.00 setiap harinya.
7
Riwayat ANC : 2x di PKM
Riwayat TT : 1x
Riwayat KB : implant selama 3 tahun Riwayat
Operasi : (-)
Riwayat menikah : 1x sejak tahun 2017
Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada.
Riwayat Pengobatan: Riwayat meminum obat vit B.Comp, kalsium
dan tablet penambah darah
Riwayat Obstetri :
1. 2019/PR/2500/PPN/RS/Meninggal
2. 2023/kehamilan sekarang
Riwayat Sosial Ekonomi: Menengah kebawah
Riwayat Kebiasaan
1) Pasien tinggal di rumah dengan suami dan 1 adik laki-laki
2) Pasien sehari-hari memiliki aktivitas mengurus rumah tangga dan
menjual di sekolah dari pukul 08.00-14.00 wita
3) Pasien melakukan pekerjaan rumah, seperti membersihkan rumah,
mencuci, dan memasak
4) Pasien biasanya tidur jam 01.00 malam dan bangun jam
05.00 subuh.
Suhu : 36,5oC
8
BB : 63 kg
TB : 165 cm
IMT : 23,1kg/m2 (Normal)
9
Situs : -
Punggung : -
DJJ : -
His : -
Bagian terbawah : -
Perlimaan :-
Ekstremitas: Akral hangat, CRT<2 detik, edema (-)
2.8. Penatalaksanaan
Tatalaksana Non-Farmakologi
- Pasien diedukasi mengenai penyakit yang diderita yaitu hyperemesis
gravidarum dalam hal faktor resiko, tatalaksana serta prognosisnya
- Edukasi pasien untuk rutin kontrol kehamilan di puskesmas
- Kurangi konsumsi makanan berlemak seperti gorengan
- Hindari makanan atau minuman yang memicu mual dan muntah seperti
makanan yang berbau tajam, makanan yang pedas atau kopi
- Konsumsi makanan yang mengandung tinggu protein seperti telur, tahu,
tempe, susu
- Konsumsi makanan yang mengandung tinggi energy seperti ikan, telur,
pisang, alpukat
- Kurangi konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan gula
- Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi
- Rutin berolahraga seperti yoga atau jalan santai minimal 30 menit sehari
atau minimal 3 kali dalam seminggu
- Sebaiknya makan dalam porsi kecil tetapi sering
10
- Makan secara perlahan dan pastikan makanan sudah benar-benar halus
sehingga mudah untuk ditelan
- Jangan langsung tidur setelah makan, beri jarak waktu sekitar 2 jam
setelah makan jika ingin tidur.
- Edukasi keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada pasien agar tidak stress
Tatalaksana Farmakologi:
- Sumplemen asam folat
- Terapi lini pertama Vitamin B6 : Pyridoxine 10 sampai 25 mg
secara oral dengan 12,5 mg doxylamine tiga atau empat kali per hari,
10 mg pyridoxine dan 10 mg doxylamine hingga 4 kali per hari, atau
20 mg pyridoxine dan 20 mg doxylamine hingga 2 kali sehari
- Terapi lini kedua antihistamin dan antagonis dopamin seperti
dimenhidrinat 25 hingga 50 mg setiap 4 hingga 6 jam secara oral,
proklorperazin 25 mg setiap 12 jam secara rektal, atau prometazin
12,5 hingga 25 mg setiap 4 sampai 6 jam secara oral atau rektal.
- Jika pasien terus mengalami gejala yang signifikan tanpa
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, metoklopramid, ondansetron,
atau prometazin dapat diberikan secara oral.
- Terapi cairan
11
No. Nama Kedudukan L/P Umur (Thn) Pendidikan Pekerjaan Penderita
klinik
1. H Kepala L 30 S1 Wiraswas -
Keluarga ta
2. D Istri P 25 SMA IRT Hiperemesis
Gravidarum
3. R Adik L 18 SMA Pelajar -
Identitas Pasien
1) Nama : Ny. D
2) Umur : 25 tahun
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pekerjaan : IRT
6) Alamat : Jl. Kancil Utara
7) Status : Sudah menikah
8) Tanggal Kunjungan : 8 Januari 2024
12
membersihkan rumah, mencuci, dan memasak
• Pasien biasanya tidur jam 01.00 malam dan
bangun jam 05.00 subuh.
4) Riwayat Sosial Ekonomi : Menengah kebawah
5) Riwayat Gizi : IMT Normal
b) Sosial Ekonomi
Biaya hidup pasien ditanggung oleh suami pasien
13
2.15. Fungsi Keluarga
No Fungsi Isian
1. Biologis A. Anggota Keluarga
1. Bapak (Kepala Keluarga)
2. Ibu
3. Adik Pasien
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah
Nuclear Family (Keluarga Inti)
B. Riwayat Kelahiran
1. Pasien lahir normal.
C. Penyakit yang Pernah Diderita
- Tidak ada
D. Penyakit yang Diderita Saat Ini
1. Hiperemesis Gravidarum
E. Riwayat Konsumsi Obat:
Obat yang diberikan dari
puskesmas (vit.B.comp, tablet penambah
darah)
2. Sosial A. Kedudukan sosial bermasyarakat :
wargabiasa
B. Keaktifan dalam kegiatan masyarakat :
Sikap pasien dan keluarganya ditengah
masyarakat sangat baik. Dimana pasien
dan keluaganya saling mengenal dan
14
sangat akrab dengan tetangga
15
sekitarnya: Pasien dengan tetangga saling
mengenal
satu sama lain
16
2.2 Fungsi Fisiologis (Skor APGAR – Adaptation,
Partnership,Growth, Affection, Resolve)
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score.
APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi
keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap
hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score
meliputi:
1. Adaptation
Pasien memiliki komunikasi yang baik antar keluarga. Pasien
memiliki hubungan yang akrab dengan tetangga karena sering
berinteraksi di kesehariannya
2. Partnership
Dalam memecahkan masalah, pasien memilih untuk
mengkomunikasikan dulu setiap permasalahan yang ada dengan
suami dan anggota keluarga yang lainnya.
3. Growth
Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga inti serta tetangga
yang menemani pasien
4. Affection
Pasien memiliki hubungan kasih sayang dan interaksi
antaranggota keluarga dan tetangga
5. Resolve
Pasien merasa cukup dalam mengkomunikasikan
permasalahan yang ada dalam keluarga
17
2.16. Fisiologis (APGAR Ny.W Terhadap Keluarga)
18
SUMBER PATOLOGIS KET
Social Ikut berpatisipasi dalam kegiatan di Baik
lingkungannya
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,
Culture dapat dilihat dari sikap pasien dan keluarganya yang Baik
menghargai adat istiadat
dalam kehidupan sehari-hari
Religious Pemahaman terhadap ajaran agama Baik
Ekonomi keluarga cukup untuk memenuhi
Economic Baik
kebutuhan makan sehari-hari
Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga
Educational Baik
ini
Keluarga ini mengganggap pemeriksaan rutin
Medical Baik
kesehatan sebagai kebutuhan
2.17. Kesimpulan:
19
Keterangan :
Tn. H
Ny. D Ad. R
Keterangan
20
2.19. Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal
gudanng
21
22
23
2.20. Keadaan Rumah dan Lingkungan
a. Ukuran Rumah 5 m x 10 m
b. Ruang Tamu ada
c. Ruang Keluarga -
d. Kamar Tidur 1 kamar tidur
e. Kamar Mandi 1 Kamar mandi
f. Dapur Ada
g. DInding Rumah Batu Bata
h. Ventilasi Rumah Kurang baik
i. Lantai Rumah Di semen
j. Sumur/Sumber air Sumur Bor
k. Septik tank Ada
l. Tempat Ada
pembuangan
Sampah
24
minggu 2 hari dengan keluhan mual muntah hebat yang
dirasakan kurang lebih 2 bulan terakhir yang mengganggu
aktivitas.
2.22 Edukasi
- Pasien diedukasi mengenai penyakit yang diderita yaitu hyperemesis
gravidarum dalam hal faktor resiko, tatalaksana serta prognosisnya
- Edukasi pasien untuk rutin kontrol kehamilan di puskesmas
- Kurangi konsumsi makanan berlemak seperti gorengan
- Hindari makanan atau minuman yang memicu mual dan muntah seperti
makanan yang berbau tajam, makanan yang pedas atau kopi
- Konsumsi makanan yang mengandung tinggu protein seperti telur, tahu,
tempe, susu
- Konsumsi makanan yang mengandung tinggi energy seperti ikan, telur,
pisang, alpukat
- Kurangi konsumsi makanan yang tinggi karbohidrat dan gula
- Perbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi
- Rutin berolahraga seperti yoga atau jalan santai minimal 30 menit sehari
atau minimal 3 kali dalam seminggu
- Sebaiknya makan dalam porsi kecil tetapi sering
- Makan secara perlahan dan pastikan makanan sudah benar-benar halus
sehingga mudah untuk ditelan
- Jangan langsung tidur setelah makan, beri jarak waktu sekitar 2 jam
setelah makan jika ingin tidur.
- Edukasi keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada pasien agar tidak stress
25
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
26
3.3.2 Faktor Riwayat Asupan
1) Asupan Karbohidrat
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
karbohidrat dalam jumlah banyak berhubungan dengan kejadian
mual dan muntah pada ibu hamil. Telah diamati bahwa wanita
yang mengalami mual dan muntah cenderung memiliki
Gestational Weight Gain (GWG) atau pertambahan berat badan
hamil yang lebih sedikit walaupun mengonsumsi energi dalam
jumlah tinggi dan yang terbanyak bersumber dari karbohidrat dan
gula. Hal ini terjadi karena disritmia lambung yang
menyebabkan mual.
2) Asupan Protein
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi
protein dalam jumlah rendah berhubungan dengan kejadian mual
dan muntah pada ibu hamil. Kekurangan protein dapat
menyebabkan disritmia lambung dan menimbulkan perasaan
mual.
3) Asupan Lemak
Berdasarkan teori metabolisme terjadinya hiperemesis
gravidarum, asupan tinggi lemak merupakan salah satu faktor
terjadinya hyperemesis gravidarum. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsumsi lemak dalam jumlah banyak
berhubungan dengan kejadian mual dan muntah pada ibu hamil.
Peningkatan lemak tubuh dapat menyebabkan peningkatan
produksi estrogen melalui konversi steroid menjadi estradiol
melalui enzim aromatase. Proses ini terjadi pada sel lemak dan
peningkatan lemak tubuh sehingga meningkatkan produksi
estrogen. Hal ini dispekulasikan bahwa asupan lemak jenuh yang
tinggi dapat meningkatkan konsentrasi estrogen yang
27
bersirkulasi. Meningkatnya kadar estrogen berkaitan dengan
terjadinya hiperemesis gravidarum. Selain itu, makanan yang
berlemak akan menunda pengosongan lambung yang dapat
mengakibatkan terjadinya mual. Lemak dapat menghambat
pelepasan gastrin di dalam perut dan dapat mempengaruhi
aktivitas ritmis lambung. Lemak juga dapat menghambat protein
dalam mempertahankan aktivitas lambung secara normal.
28
3.3.5 Usia Ibu
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa usia ibu merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh dalam terjadinya HG. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hiperemesis gravidarum lebih
banyak dialami oleh wanita hamil yang berusia <20 dan >35 tahun.
Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan hiperemesis dapat
terjadi pada usia 20-35 tahun. Ibu yang memiliki cukup usia untuk
hamil cenderung tidak mengalami hyperemesis gravidarum karena
ibu dinilai sudah mampu menyesuaikan diri dengan kadar estrogen
yang meningkat. Usia ibu juga berkaitan dengan kematangan emosi
ibu. Ibu hamil yang sudah masuk perkembangan yang lebih dewasa,
akan mempunyai emosi yang lebih stabil dan lebih siap dalam
menghadapi kehamilan. Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan
juga berdampak pada tingkat stress ibu menghadapi kehamilan.
3.3.6 Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat menurunkan
risiko mual dan muntah pada ibu hamil serta hiperemesis
gravidarum. Sebuah penelitian di Norwegia juga menunjukkan
bahwa merokok sebagai faktor protektif terhadap hiperemesis
gravidarum. Hubungan antara merokok dengan hyperemesis
gravidarum tidak jelas. Efek protektif kemungkinan diperoleh dari
merokok dapat menurunkan kadar hCG dengan cara meningkatkan
metabolisme hCG karena kadar hCG yang meningkat berkaitan
dengan hyperemesis.
29
mencakup tanggal akurat kehamilan (HPHT) dan timbulnya gejala
selama kehamilan, riwayat medis sebelumnya serta riwayat hiperemesis
pada kehamilan sebelumnya. Hipersalivasi dapat terjadi pada 60%
kasus, penurunan berat badan, ketidakmampuan untuk menjaga
makanan dan cairan dan menilai penurunan kualitas hidup ibu. Kita
juga harus mengecualikan penyebab muntah lainnya yang mungkin
termasuk: nyeri perut, gejala berkemih, infeksi, riwayat obat, dan
infeksi Helicobacter kronis. Bila pasien mengalami demam, menggigil
dan kaku, sakit kepala dan gangguan penglihatan, kondisi lain harus
dipertimbangkan. Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas
3 tingkatan, yaitu:
Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat-badan menurun, nyeri epigastrium,
muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan
yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit
dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang, dan urin sedikit terapi masih normal.4
Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, sub-febril, nadi cepat dan lebih dari 100 - 140
kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis,
kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan
berat badan cepat menurun. 4
Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi
adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
30
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi icterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. 4
3.5 Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda,
mual, dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah
terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan
mengganggu aktivitas pasien seharihari. Selain itu dari anamnesis juga
dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial
pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid,
gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).4,5
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-
tanda vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu
juga dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan
diagnosis banding. Pada pemeriksaan fisis, dari fungsi vital didapatkan
nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma). Bibir
dan lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan output urin
sering terjadi, serta tanda-tanda dehidrasi lainnya. Kita juga harus
mengecualikan penyebab bedah seperti kolik ginjal dan appendistis.
Pemeriksaan abdomen, serta tanda-tanda atrofi otot juga perlu
dilakukan. Pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya
kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan
31
inspekulo serviks berwarna biru (liaide).4,6
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG
(pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan
ginjal. Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid
dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan
T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50- 60%
terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter
pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda
dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan
blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG
penting dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun
mola hidatidosa.7,6
Saat ini terdapat publikasi dan telah divalidasi indeks keparahan
mual dan muntah pada kehamilan dikenal dengan Pregnancy-Unique
Quantification Of Emesis And Nausea (PUQE) menilai keparahan
mual dan muntah kehamilan selama trimester pertama. Skor dari indeks
PUQE berhubungan dengan pengukuran kualitas hidup, yang
menunjukkan kegunaan klinis dari indeks. Persepsi wanita tentang
keparahan gejalanya, keinginannya untuk pengobatan, dan efek
potensial pengobatan pada janinnya semuanya mempengaruhi
pengambilan keputusan klinis. Pengobatan awal mual dan muntah
kehamilan mungkin bermanfaat ntuk mencegah perkembangan menjadi
hiperemesis gravidarum.7,8
32
3.6 tatalaksana
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III
harus dilakukan rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan
yaitu :6
1. Medikamentosa
Pengobatan awal harus dimulai dengan intervensi non-
farmakologis seperti mengganti vitamin parenatal pasien ke suplemen
asam folat. Jika pasien terus mengalami gejala yang signifikan, terapi
farmakologis lini pertama harus mencakup kombinasi vitamin B6
(piridoksin) dan doksilamin. Tiga rejimen dosis didukung oleh ACOG,
termasuk pyridoxine 10 sampai 25 mg secara oral dengan 12,5 mg
doxylamine tiga atau empat kali per hari, 10 mg pyridoxine dan 10 mg
doxylamine hingga 4 kali per hari, atau 20 mg pyridoxine dan 20 mg
doxylamine hingga 2 kali sehari.9
Obat lini kedua termasuk antihistamin dan antagonis dopamin
seperti dimenhidrinat 25 hingga 50 mg setiap 4 hingga 6 jam secara
oral, proklorperazin 25 mg setiap 12 jam secara rektal, atau prometazin
12,5 hingga 25 mg setiap 4 sampai 6 jam secara oral atau rektal. Jika
pasien terus mengalami gejala yang signifikan tanpa menunjukkan
tanda-tanda dehidrasi, metoklopramid, ondansetron, atau prometazin
dapat diberikan secara oral. Dalam kasus dehidrasi, bolus cairan
intravena atau infus kontinu saline normal harus diberikan selain
metoklopramid, ondansetron, atau prometazin
intravena. Elektrolit harus diganti sesuai kebutuhan.9
Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara
langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak langsung
mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat
muntah. Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di
lambung berperan dalam menghambat
33
motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamine
antagonis.10
Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya
prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide.
Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk
menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide
bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik
dengan cara meningkatkan kekuatan spincter esofagus bagian bawah
dan menurunkan transit time pada saluran cerna. Pemberian serotonin
antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan muntah.
Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula.
Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron.
Odansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum
yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain. Sementara
itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan
pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan risiko
bayi lahir dengan cacat bawaan.11
2. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi
tergantung pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan
peneriamaan penderita terhadap rencana pemberian makanan. Pada
prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan. Bila
peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric
tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya
dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk
menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari
makanan ke hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan
homeostasis nutrisi.11
34
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang
diberikan adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi
karbohidrat, rendah protein dan rendah lemak, hindari suplementasi
besi untuk sementara, hindari makanan yang emetogenik dan berbau
sehingga menimbulkan rangsangan muntah. pengaturan diet
berdasarkan derajat hyperemesis :
- Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat I Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari.4
- Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.4
- Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium.4
3. Cairan parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi
uterus. Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ
non vital sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis
gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi
karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang
dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke
volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian
35
cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat
berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,
defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.5
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan
protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3
liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama
vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.12
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology.
12. Popa, S. L., Barsan, M., Caziuc, A., Pop, C., Muresan, L., Popa, L. C., &
Dumbrava, L. P. 2021. Life-threatening complications of hyperemesis
gravidarum. Experimental and Therapeutic Medicine. vol 21(6): 1-13.
12.
13. Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care Patologi pada Ny “K”
dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I Gestasi 12 Minggu 2 Hari di
RS Al-Jala Ammari Makassar
38