Anda di halaman 1dari 29

Presentasi Kasus

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh:
dr. Fadillah Raisyah Mersey

Pendamping:
dr. Sylvia Agestie

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


WAHANA RS PELABUHAN PALEMBANG
2021-2022
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi Kasus

Judul
ABORTUS INKOMPLIT
Oleh:

dr. Fadillah Raisyah Mersey

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program
Dokter Internsip Indonesia di wahana RS Pelabuhan Palembang periode November
2021-November 2022.

Palembang, Februari 2022

dr. Sylvia Agestie

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah atas karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul ”Abortus Inkomplit”.
Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti Program
Dokter Internsip Indonesia di wahana RS Pelabuhan Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sylvia Agestie selaku
pendamping yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Palembang, Februari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………....….................i


LEMBAR PENGESAHAN.…………………………………………….................ii
KATA PENGANTAR………………..………………………………...................iii
DAFTAR ISI ………………………………..………………………….................iv
BAB I PENDAHULUAN………………...
………………………….......................1
BAB II STATUS PASIEN
……………………………………………....................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
………………………………………................8
BAB IV ANALISIS KASUS
……………………………………………..............21
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………….............23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup


di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari 20 minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion),
abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed
abortion, dan abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus
infeksiosus, dan abortus septik.1
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering
pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang
ditemukan. Namun angka kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat
obstetri terdahulu, dimana kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya
mengalami keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup.2
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%.
Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian
akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus
inkomplit dapat mengalami guncangan psikis tidak hanya pada ibu namun juga
pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat menginginkan anak.

1
BAB II
STATUS PASIEN

No. ID dan Nama dr. Fadillah Raisyah Mersey


Peserta:
No. ID dan Nama Rumah Sakit Pelabuhan Palembang
wahana:
Topik: Abortus Inkomplit

Tanggal Kasus: 29 Januari 2022

Nama Pasien: Ny. M Nomor RM: 220233

Tanggal Presentasi: 02/03// Pendamping: dr. Sylvia Agestie


2022
Tempat Presentasi: RS Pelabuhan Palembang

Objektif Presentasi:

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Ana  Remaj  Dewas  Lansia  Bumil


k a a
Deskripsi: Pasien dewasa usia 24 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari
jalan lahir
Tujuan: Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis
dan tata laksana dari abortus inkomplit
Bahan  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Bahasan: Pustaka
Cara  Diskusi  Presentasi dan  Email  Pos
Membahas Diskusi
:

2
Data Nama: Ny. M No. Reg: 220233
Pasien
Nama Klinik: Instalasi Gawat Telp: Terdaftar sejak:
Darurat 29/1/2022
Data Utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
- Keluhan Utama: Perdarahan dari jalan lahir
- Riwayat Perjalanan Penyakit: Autoanamnesis
Ibu datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak ±1 hari
sebelum masuk rumah sakit, banyaknya 3 kali ganti pembalut. Darah
seperti gumpalan hati ayam (+). Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu
atau obat-obatan (-), riwayat diurut-urut (-), riwayat mual dan muntah (-),
riwayat post coitus (-). Pasien mengaku terlambat haid dan hamil 5-6
minggu.
Awalnya, pasien tidak memeriksakan dirinya ke dokter atau bidan karena
darah yang keluar semakin deras akhirnya pasien memutuskan untuk
berobat ke poli dokter kandungan. Pasien mengaku dirinya tidak haid
sejak bulan pertengahan bulan Desember 2021. Pasien MRS melalui IGD
dan direncanakan untuk operasi D & C elektif pada tanggal 29 Januari
2022.
2. Riwayat Perkawinan: pasien menikah 1 kali
3. Riwayat Reproduksi:
• Menarche : 13 tahun
• Siklus haid : Teratur, 30 hari
• Lamanya haid : 7 hari
• Banyaknya : 3x ganti pembalut
• Hari Pertama Haid Terakhir : 10 Desember 2021
4. Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada
5. Riwayat Kehamilan/Melahirkan:
1. Abortus usia kehamilan 8-9 minggu
2. Hamil ini
6. Riwayat Antenatal Care:

3
Selama kehamilan pasien belum pernah melakukan pemeriksaan kehamilan
7. Riwayat Gizi/Sosial Ekonomi:
Baik
8. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat asma : Tidak ada.
Riwayat hipertensi : Tidak ada.
Riwayat penyakit jantung : Tidak ada.
Riwayat diabetes mellitus : Tidak ada.
Riwayat menjalani operasi : Tidak ada.

Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20x/menit, reguler, torakoabdominal
Suhu tubuh : 36,5oC
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT : 20.0 kg/m2
Status gizi : Normoweight
Status Lokalis
KEPALA
Normosefali, simetris, warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, alopesia (-).
Mata : Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+/+), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+).
Hidung : Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), kavum nasi
lapang,
sekret (-), epistaksis (-)
Telinga : Tampak luar tidak ada kelainan, keluar cairan telinga (-), sekret
(-), nyeri tekan mastoid (-).
Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), sariawan (-), gusi berdarah (-),

4
lidah
berselaput (+), lidah tremor (+), mukosa mulut kering (+), atrofi
papil (-).
Faring/Tonsil : Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-).
LEHER
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

THORAX
Paru-paru
Inspeksi : Statis dinamis: simetris kanan = kiri, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi : Stem fremitus normal kanan = kiri, nyeri tekan sela iga (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru. Batas paru-hepar ICS VI.
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR = 78 kali/menit, bunyi jantung I dan II (+) normal, irama reguler,
murmur dan gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, venektasi (-), caput medusae (-), striae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-),
turgor normal
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)

EKSTREMITAS
Akral hangat, pucat (-), sianosis (-), edema (-), petechie (-), CRT <3 detik

STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan luar:

5
Abdomen datar, lemas, simetris, FUT tidak teraba, massa (-), nyeri tekan (-),
TCB (-).
Inspekulo :
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (29/01/2022)
Hb 10,5 g/dl
Leukosit 5.700/µL
Trombosit 265.000/µL
Hematokrit 32,6%
Diff count 0/0/0/50/42/8
Rapid antigen Negatif
Bleeding Time 2 Menit
Cloting Time 10 Menit
GDS 107 mg/dL
HIV Negatif
USG
Tampak vesika urinaria terisi urin, tampak gestational sac dengan sebagian
jaringan didalamnya, kesan sisa kehamilan
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis abortus inkomplit.
2. Mekanisme terjadinya abortus inkomplit.
3. Penanganan abortus inkomplit di RS Pelabuhan Palembang.

Assesment
Ibu datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak ±1 hari sebelum
masuk rumah sakit, banyaknya 3 kali ganti pembalut. Darah seperti gumpalan
hati ayam (+). Riwayat trauma (-), riwayat minum jamu atau obat-obatan (-),
riwayat diurut-urut (-), riwayat mual dan muntah (-), riwayat post coitus (-).
Pasien mengaku terlambat haid dan hamil 5-6 minggu. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 78x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, suhu 36,5oC, RR
20x/menit, status gizi normal. Dari pemeriksaan fisik ditemukan konjuntiva
anaemis, pemeriksaan status ginekologi didapatkan hasil pemeriksaan luar
abdomen datar, lemas, simetris, FUT tidak teraba, massa (-), nyeri tekan (-), TCB
(-) dan tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo di IGD. Dari pemeriksaan

6
penunjang didapatkan Hb 10,5 g/dl, Leukosit 5.700/µL, Trombosit 265.000/µL,
Ht 32,6 %, Diff Count 0/0/0/50/42/8, Rapid antigen negatif, Bleeding time 2
menit, Cloting time 10 menit, GDS 107 mg/dL, HIV negatif.
Kesimpulan: Abortus Inkomplit
Plan
Diagnosis: Abortus Inkomplit

Terapi:
 Observasi KU, TVI, dan perdarahan
 IVFD RL gtt xx/m
 Misoprostol 1x2 tab per vaginam
 Rencana Kuretase 29 Januari 2022 Pukul 16.00 WIB
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Peserta Pendamping

dr. Fadillah Raisyah Mersey dr. Sylvia Agestie

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 ABORTUS
3.1.1 Definisi
Kata abortus (aborsi, abortion) berasal dari bahasa latin aboriri artinya
keguguran (to miscarry). Abortus adalah persalinan kurang bulan sebelum usia
janin yang memungkinkan untuk hidup.2
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin
mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram. 2
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. 1
3.1.2. Epidemiologi
Di Indonesia setiap tahun selalu dilakukan pencabutan distribusi peyakit
oleh Departemen Kesehatan RI yang salah satunya adalah penyakit kehamilan.
Jumlah keguguran yang terjadi diketahui akan menurun dengan meningkatnya usia
gestational, dari 25% pada 5 hingga 6 minggu pertama kehamilan menjadi 2%
selespas 14 minggu kehamilan. 6
Berikut adalah table epidemiologi abortus pada awal kehamilan :
No Variabel Presentase
1 Jumlah keseluruhan abortus secara klinis 25-30
2 Sebelum 6 minggu 18
3 Di antara 6 dan 9 minggu 4
4 Selepas 9 minggu 3
5 Selepas 14 minggu 2
6 Jumlah defek kromosom pada abortus 50-70
7 Jumlah abortus pada primigravida, usia 6-10
dibawah 40
8 Jumlah abortus pada primigravida, usia di 30-40
atas 40

8
9 Jumlah abortu yang berulang 1-2
10 Risiko berulangnya abortus selepas 3 kali 25-30
abortus

3.1.3. Etiologi
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu: 2
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50%-60% kasus keguguran. Abortus spontan dini sering memperlihatkan
kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin, atau kadang plasenta. Pada 50-60
persen mudigah dan janin dini yang mengalami abortus spontan, kelainan jumlah
kromosom merupakan penyebab utama.
2. Faktor Ibu
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
b. Faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, anti
phospholipid syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma, herpes, klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
f. Nutrisi.
g. Pemakaian obat dan faktor lingkungan: tembakau, alkohol, kafein, radiasi
h. Penyakit Diabetes Melitus
i. Penyakit Debilitas kronik
3. Faktor Ayah
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya bortus
spontan. Yang jelas, kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.
Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari abortus adalah:
a. Faktor genetik.
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16.

9
b. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
1. Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus
bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran
trimester kedua.
2. Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
3. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauteri (synechia),
leimioma, dan endometriosis.
c. Faktor endokrin:
1. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-
20 % kasus.
2. Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan
tidak cukupnya produksi progesteron).
3. Hipotiroidisme, diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan
faktor kontribusi pada keguguran.
d. Faktor infeksi
1. Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria.
2. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat sehingga
janin sulit bertahan hidup
3. Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa
berlanjut kematian janin
e. Faktor imunologi
Terdapat antibodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang plasenta sehingga mengakibatkan kematian janin karena
kurangnya aliran darah dari plasenta tersebut.
f. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan
ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang

10
menyebabkan abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal
dunia tanpa melahirkan.
g. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti
yang menyatakan bahwa defisisensi salah satu/ semua nutrien dalam
makanan merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
h. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan.
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang
berperan.
i. Faktor psikologis.
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka
terhadap terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara
emosional dan sangat penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-
usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala
sesuatu kepadanya, sangat membantu.
3.1.4. Patofisiologi
Patofisiologi Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian
atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus
dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto,
meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di
canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi. 1,2
Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin
yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin

11
sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum
uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada
kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan
keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih
tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan
terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa
abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam. 1
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion),
yaitu retensi hasil konsepsi 4-8 minggu setelah kematian janin. Pertumbuhan uterus
berhenti kemudian tegresi. Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi
ketika diperkirakan berdasarkan tanggal. Tidak terasa ada gerakan janin lagi.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi
organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion. 2

3.1.5. Diagnosis
Abortus diduga pada wanita yang pada masa reproduktif mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah terlambat haid. Harus diperhatikan banyaknya
perdarahan, pembukaan serviks, adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina. 2
Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya sedikit-sedikit dan berlangsung
lama, sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan dan akibat
perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun atau syok. Disebut pendarahan
ringan-sedang bila doek bersih selama 5 menit, darah segar tanpa gumpalan, darah
yang bercampur dengan mukus. Pendarahan berat bila pendarahan yang banyak,

12
merah terang, dengan atau tanpa gumpalan, doek penuh darah dalam waktu 5
menit, dan pasien tampak pucat. 1,2
Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi berupa pada usia gestasi di
bawah 14 minggu dimana plasenta belum terbentuk sempurna dikeluarkan seluruh
atau sebagian hasil konsepsi, di atas 16 minggu, dengan pembentukan plasenta
sempurna dapat didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi,
dan dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta, berdasarkan proses persalinannya
dahulu disebutkan persalinan immaturus, dan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan
lebih dari 6 minggu, sehingga terjadi ancaman baru dalam bentuk gangguan
pembekuan darah. 2
Diagnosis abortus dilakukan berdasarkan jenisnya, yaitu:1
1. Abortus Iminens adalah pendarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari
20 minggu, hasil konsepsi masih di dalam uterus dan tidak ada dilatasi
serviks. Pasien akan atau tidak mengeluh mules-mules, uterus membesar,
terjadi pendarahan sedikit seperti bercak-bercak darah menstruasi tanpa
riwayat keluarnya jaringan terutama pada trimester pertama kehamilan. Pada
pemeriksaan obstetrik dijumpai tes kehamilan positif dan serviks belum
membuka. Pada inspekulo dijumpai bercak darah di sekitar dinding vagina,
porsio tertutup, tidak ditemukan jaringan.
2. Abortus Insipiens adalah perdarahan kurang dari 20 minggu karena dilatasi
serviks uteri meningkat dan hasil konsepsi masih dalam uterus. Pasien akan
mengeluhkan mules yang sering dan kuat, keluar darah dari kemaluan tanpa
riwayat keluarnya jaringan, pendarahan biasanya terjadi pada trimester
pertama kehamilan, darah berupa darah segar menglair. Pada inspekulo,
ditemukan darah segar di sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak
ditemukan jaringan.
3. Abortus inkomplit adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih terdapat sisa hasil konsepsi tertinggal
dalam uterus. Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan pendarahan berupa
darah segar mengalir terutama pada trimester pertama dan ada riwayat
keluarnya jaringan dari jalan lahir.

13
4. Abortus Komplit adalah keadaan di mana semua hasil konsepsi telah
dikeluarkan. Pada penderita terjadi perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah
menutup dan uterus mulai mengecil. Apabila hasil konsepsi saat diperiksa
dan dapat dinyatakan bahwa semua sudah keluar dengan lengkap. Pada
penderita ini disertai anemia sebaiknya disuntikan sulfas ferrosus atau
transfusi bila anemia. Pendarahan biasanya tinggal bercak-bercak dan
anamnesis di sini berperan penting dalam menentukan ada tidaknya riwayat
keluarnya jaringan dari jalan lahir Pada inspekulo, ditemukan darah segar di
sekitar dinding vagina, porsio terbuka, tidak ditemukan jaringan
5. Missed Abortion ditandai dengan kematian embrio atau fetus dalam
kandungan >8 minggu sebelum minggu ke-20. Pada anamnesis akan
ditemukan uterus berkembang lebih rendah dibanding usia kehamilannya,
bisa tidak ditemukan pendarahan atau hanya bercak-bercak, tidak ada riwayat
keluarnya jaringan dari jalan lahir. Pada inspekulo bisa ditemukan bercak
darah di sekitar dinding vagina, portio tertutup, tidak ditemukan jaringan
6. Abortus rekuren adalah abortus spontan sebanyak 3x/ lebih berturut-turut.
Pada anamnesis akan dijumpai satu atau lebih tanda-tanda abortus di atas,
riwayat menggunakan IUD atau percobaan aborsi sendiri, dan adanya
demam.
7. Abortus Septik ditandai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
peritonium. Hasil diagnosis ditemukan: panas, lemah, takikardia, sekret yang
bau dari vagina, uterus besar dan ada nyeri tekan dan bila sampai sepsis dan
syok (lelah, panas, menggigil)
8. Blighted ovum adalah suatu keadaan di mana embrio tidak terbentuk tetapi
terdapat kantung gestasi. Kofirmasi tidak ada embrio pada kantung gestasi
(diameter minimal 25 mm) dengan USG.
3.1.6. Diagnosa Banding

Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan


banding penunjang
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+),

14
flek-flek fetal movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart movement
- keluar jaringan (-) (+)
Abortus - perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipien dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac
20 minggu (+), fetal plate (+),
- nyeri perut berat fetal movement (+/-),
- keluar jaringan (-) fetal heart movement
(+/-)
Abortus - perdarahan banyak / - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin
inkomplit sedang dari uterus kehamilan masih positif
pada kehamilan - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
sebelum 20 minggu - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
- nyeri perut ringan cavum uteri atau
- keluar jaringan masih menonjol pada
sebagian (+) osteum uteri
eksternum
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) kehamilan masih positif
- keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan - USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+),
seperti yang fetal movement (-),
diharapkan. Bila fetal heart movement
kehamilannya > 14 (-)
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,

15
tanda-tanda
kehamilan sekunder
pada payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - tes kehamilan urin
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan masih positif
sedikit gelembung - Terdapat banyak atau (Kadar HCG lebih dari
mola sedikit gelembung 100,000 mIU/mL)
- Perdarahan banyak / mola - USG : adanya
sedikit - DJJ (-) pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah (+)
Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari usia - tes kehamilan urin
ovum flek-flek kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup - USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong
(tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat
- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas dapat meningkat.
dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut - USG : gestasional sac
abdomen (+) : perut diluar cavum uteri.
tegang bagian
bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas
dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi

16
darah dan nyeri bila
diraba

1.
1.1.
3.1.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk abortus meliputi:2
1. Ultrasonografi
Pada usia 4 minggu, dapat terlihat kantung gestasi eksentrik dengan diameter
2-3 mm. Pada usia gestasi 5 minggu, terlihat diameter kantung gestasi 5 mm,
kantung telur 3-8 mm. Pada usia gestasi 6 minggu, terlihat diameter kantung
gestasi 10 mm, embrio 2-3 mm, dan terdapat aktivitas jantung. Pada usia
gestasi 7 minggu, diameter kantung gestasi 20 mm, terlihat bagian kepala
dan badan yang menyatu. Pada usia gestasi 8 minggu, diameter kantung
gestasi 25 mm, herniasi midgut, terlihat rhombencephalon, dan limb buds.
Pada usia gestasi 9 minggu, tampak pleksus koroidalis, vertebra, dan
ekstremitas. Pada usia gestasi 10 inggu, telah terlihat bilik jantung, lambung,
kandung kemih, dan osifikasi tulang, pada usia gestasi 11, usus telah
terbentuk dan struktur lainnya cenderung telah terbentuk dengan baik.
Abortus dapat ditegakkan dari USG transabdominal bila pada embrio >8 mm
tidak ditemukan aktivitas jantung.

17
2. Biopsi endometrium fase luteal untuk kadar progesteron.

3.1.8. Penatalaksanaan
Langkah pertama dari serangkaian penatalaksanaan abortus adalah penilaian
kondisi klinis pasien. Penilaian ini masih berkaitan dengan upaya diagnosis dan
memulai pertolongan awal kegawatdaruratan. Dengan langkah ini, dapat dikenali
berbagai komplikasi yang dapat mengancam keselamatan pasien seperti syok,
infeksi/sepsis, perdarahan hebat (masif) atau taruma intraabdomen. Melalui
pengenalan ini, dapat diambil langkah untuk mengatasi kondisi kegawatdarutan.3,4
Penatalaksanaan abortus secara spesifik disesuaikan dengan jenis abortusnya
yaitu:
1. Abortus imminens
Tirah baring dan dianjurkan untuk membatasi aktivitas. Vitamin diberkan
dengan asumsi fungsi antioksidan untuk mengatasi penyebab stres oksidatif
pada kasus abortus. Pemberian tokolitik seperti beta agonis dinilai bermanfaat
dalam menurunkan risiko abortus 34
2. Abortus insipiens
Umumnya harus dirawat. Karena tidak ada kemungkinan kelangsungan hidup
bagi janin, maka dapat diberikan misoprostol untuk mengeluarkan konsepsi.

18
Dapat analgetik mungkin diberikan. Demikian pula, setelah janin lahir,
kuretase mungkin diperlukan. Pada kehamilan kurang dari 12 atau 16 minggu
biasanya perdarahan tidak banyak namun bahaya perforasi lebih besar pada
kerokan sehingga proses abortus harus dipercepat. Dengan pemberian infuse
oksitosin janin dapat keluar. Regimen lain yang dapat diberikan adalah
ergometrin im (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol
400 μg oral (dapat diulang sekali setelah 4 jam bila perlu). Apabila plasenta
masih tertinggal pengeluaran plasenta dilakukan secara manual dan disusul
kerokan. Namun bahaya yang perforasi yang terakhir ini tidak begitu besar
karena dinding uterus jadi lebih tebal karena hasil konsepsi telah keluar.4
3. Abortus inkomplit
a. Perbaiki keadaan umum: volume intravaskuler efektif harus dipertahankan
untuk memberikan perfusi jaringan yang adekuat.
b. Infeksi dikendalikan dengan antibiotik
c. Hasil konsepsi dalam uterus harus dievakuasi. Pada perdarahan ringan dan
kehamilan <16 minggu, dapat dilakukan pengeluaran hasil konsepsi yang
terjepit pada serviks dengan jari atau forceps cincin. Bila perdarahan sedang-
berat dan usia kehamilan <16 minggu, dilakukan evakuasi hasil konsepsi dari
uterus dengan pilihan aspirasi vakum. Indikasi aspirasi vakum manual adalah
pada kasus abortus insipien atau inkomplit <16 minggu Bila evakuasi tidak
memungkinkan untuk segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat
diulang setelah 15 menit bila diperlukan) atau misoprostol 400 μg oral (dapat
diulang setelah 4 jam bila diperlukan). Pada kehamilan >16 minggu,
dilakukan induksi ekspulsi janin infus oksitosin 40 IU dalam 1 L kristaloid
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai ekspulsi hasil konsepsi terjadi.
Bila perlu, dapat diberikan misoprostol 200 μg per vaginam tiap 4 jam hingga
terjadi ekspulsi, dosis total tidak lebih dari 800 μg. Setelah itu, mengevakuasi
sisa hasil konsepsi yang tersisa dari uterus.6
4. Abortus komplit
a. Perbaiki keadaan umum
b. Infeksi dikendalikan dengan antibiotik
c. Kontrol perdarahan dan jaringan yang tertinggal

19
5. Abortus rekuren
Penyebab abortus habitualis untuk sebagian besar tidak diketahui. Oleh
karena itu, penanganannya terdiri atas: memperbaiki keadaan umum,
pemberian makanan yang sempurna, anjuran istirahat cukup banyak, larangan
koitus dan olah raga. Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon
tiroid, dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis. Risiko
perdarahan pervaginam yang hebat maka perlu diperhatikan adanya tanda-
tanda syok dan hemodinamik yang tidak stabil serta tanda-tanda vital. Jika
pasien hipotensi, diberikan secara intravena-bolus kristaloid untuk stabilisasi
hemodinamik, memberikan oksigen, dan mengirim jaringan yang ada, ke
rumah sakit untuk diperiksa. 5

6. Missed abortion
Bila gestasional <12 minggu, bisa langsung dilakukan dilatasi dan kuretase
jika seviks memungkinkan. Bila gestasional >12 minggu / <20 minggu,
dilakukan induksi (untuk mengeluarkan janin) & diberi Invus (iv) cairan
oksitosin (untuk profilaksis retensi cairan). Terdapat tehnik pemberian
prostagalandin untuk induksi serta berefek pd pembukaan ostium serviks, dgn
pemberian mesoprostol (sublingual). Bila usia gestasi lebih dari 4 minggu
memungkinkan terjadinya gangguan trombosis darah oleh karena
hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan
evakuasi dan kuretase.2
7. Abortus infeksi atau septik
Kuretase dilakukan setelah 6 jam diberikan antibiotika yang adekuat. Pada
infeksi berat, diberikan ampisilin intravena 2 g setiap 6 jam, gentamisin 5
mg/kgBB intravena selama 24 jam, dan metronidazole 500 mg intravena
setiap 8 jam. Pada infeksi ringan, cukup diberikan amoxicillin oral 3 kali
sehari selama 5 hari, metronidazole oral 400 mg 3 kali sehari selama 5 hari,
dan gentamisin intravena 5 mg/kgBB bila perlu. 1
8. Blighted ovum
Dilatasi dan kuraetase secara selektif.

3.1.9. Prognosis

20
Prognosis Kemungkinan untuk terjadinya abortus rekuren adalah sebesar 25-
30% pada wanita belum pernah melahirkan bayi hidup dan pernah mengalami
paling sedikit satu kali abortus spontan, risiko abortus adalah 46%. 1

21
BAB IV
ANALISIS KASUS

Pasien datang dengan keluhan adanya darah yang keluar melalui vagina
berwarna merah disertai gumpalan darah seperti hati ayam sejak 1 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit, perdarahan sebanyak 3 kali ganti pembalut. Keluhan
ini disertai dengan nyeri perut seperti mules-mules. Pasien ini kemungkinan
mengalami abortus walau status gestasi pasien harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan USG untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab pendarahan
pervaginam lainnya seperti kehamilan ektopik atau mola hidatidosa. Pada pasien
Ny.M dari hasil USG tampak gestational sac dengan sebagian jaringan didalamnya,
kesan sisa kehamilan.
Pada pasien dengan abortus, jenis abortus harus dibedakan karena
penatalaksanaan untuk setiap jenisnya berbeda. Pada abortus imminens, darah yang
keluar biasanya berupa bercak-bercak tanpa keluarnya jaringan dan nyeri perut
ringan. Pada abortus insipiens, pendarahan pervaginam sedang sampai banyak
tanpa disertai keluarnya jaringan dan nyeri perut berat. Pada abortus inkomplit,
pendarahan pervaginam sedang sampai banyak disertai keluarnya sebagian
jaringan. Pada abortus komplit, pendarahan biasanya sedikit atau bahkan tidak ada
disertai riwayat keluar darah yang banyak disertai jaringan, dan nyeri perut
cenderung tidak dirasakan lagi. Pasien Ny.M mengeluhkan pendarahan pervaginam
sedang sampai banyak disertai keluarnya sebagian jaringan sehingga pasien
didagnosis dengan abortus inkomplit.

Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?


Penatalaksanaan pada kasus ini adalah dengan dilakukan kuretase. Prosedur
kuretase dilakukan untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri dan
berlangsung dalam waktu singkat. Abortus inkomplit dapat ditatalaksana dengan
pembedahan maupun medikamentosa.
Menurut SPM POGI, bila perdarahan ringan dan kehamilan <16 minggu,
dapat dilakukan pengeluaran hasil konsepsi yang terjepit pada serviks dengan jari
atau forseps cincin. Bila perdarahan sedang-berat dan usia kehamilan <16 minggu,
dilakukan evakuasi hasil konsepsi dari uterus dengan pilihan aspirasi vakum atau

22
kuretase tajam (sumber lain menyebutkan batasan usia kehamilan <12-14 minggu).
Adapun sarana opertif yang tersedia di RS Pelabuhan adalah kuretase sehingga
penatalaksanaan yang dilakukan adalah kuretase tajam yang dijadwalkan
secepatnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta;2014.

2. Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., Gant, N.F., et al. Alih Bahasa: Suyono J.,
Hartono, A., Ronardy, D.H., 2012.Obstetri Williams. Edisi: 21.EGC. Jakarta3

3. Wiknjosastro, et al. Ilmu Bedah Obstetri. 2nd ed. Jakarta : Yayasan


Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo:2002.

4. Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

5. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,
Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills
Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247

6. Campbell S, Monga A. 2006. Gynecology by ten teachers, 18 edition. Hodder


Arnold Londo

24

Anda mungkin juga menyukai