ABORTUS INKOMPLIT
Oleh:
Pembimbing :
Dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Abortus Inkomplit
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepainteraan klinik senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 30 November 2020 – 4 Januari 2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya laporan kasus yang berjudul “Abortus Inkomplit” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. H. Iskandar
Zulqarnain, Sp.OG(K) atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih
baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan
datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II STATUS PASIEN..............................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7
BAB IV ANALISIS KASUS..........................................................................14
BAB V KESIMPULAN..................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
2.1. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. R
2. Umur : 27 Tahun
3. Status : Menikah
4. Suku/Agama : Sumatera/Islam
5. Alamat : Jl. Dempo Dalam No.45, Palembang
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. No. Med. Rec : 921921
8. Datang ke IGD : 9 Desember 2020 pukul 09.10 WIB
2.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan
2
sejenisnya. Riwayat keluar air air dari kemaluan disangkal, riwayat keputihan
(-), riwayat minum jamu-jamu (+)
Riwayat Pengobatan:
Riwayat pengobatan (-)
3
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), eksoftalmus (-)
Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
soliter, bruit (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
4
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (+) 95x/menit regular, murmur (-),
gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : (Lihat pemeriksaan obstetrik)
Ekstremitas
Akral dingin (-), edema pretibial (-), palmar pucat (-)
PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, lemas, simetris, massa (-), nyeri tekan (-), tinggi fundus
tidak sesuai usia kehamilan
Pemeriksan Dalam
Inspeculo
Portio : licin, erosi (-) lividae (+), fluksus (+) dari kanalis
servikalis, OUE terbuka
Vagin : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak gumpalan darah
diintroitus vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir
Vaginal Touche
Korpus uteri antefleksi, besar biasa, tanda Hegar (+), tanda Piskacek (+),
adneksa kanan-kiri sulit dinilai, parametrium lemas, cavum douglas tidak
menonjol, nyeri (- ), nyeri goyang serviks (-)
5
Trombosit : 275.000/mm³
MCV : 90 fL
MCH : 30,2 fL
MCHC : 34,4 fL
PT : 14,3 (14,9)
INR : 1,19 (1-1,3)
Tes beta HCG urin : (+)
Ultrasonografi Transabominal
- Kandung kemih terisi baik
- Uterus antefleksi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm
- Tampak gestational sac intrauterine dengan batas tidak beraturan -
Tampak gambaran hipoekoik di kavum uteri
- Tampak fetal pole, DJJ (-), Cairan bebas (-)
- Kesimpulan: sisa konsepsi
2.6. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Anak : dubia ad malam
2.7. TATALAKSANA
- AVM
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2g (profilaksis)
- Sulfas Ferosus 60 mg/hari selama 3 bulan
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
7
3.3 Faktor Risiko
1. Faktor fetal
2. Faktor maternal
8
8
positif. Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada
trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan
hasil yang positif.6
Infeksi
Penyakit metabolik
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.4
9
Faktor Imunologi
Trauma fisik
10
3. Faktor paternal
3.4 Patofisiologi
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
yang hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati.
Mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.9
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang
11
oleh sebab diserap, maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam
tingkat lebih lanjut menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi yaitu kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah- merahan.9
12
3.6 Diagnosis4
a. Anamnesis
- Perdarahan aktif
- Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
- Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
- Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan
- Perdarahan aktif
d. Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan USG
- Pemeriksaan tes kehamilan (βhCG): biasanya masih positif hingga 7-10
hari setelah abortus.
- Pemeriksaan darah perifer lengkap.
13
tetapi tidak ada desidua dan villi pada silinder endometrium dan uji
kehamilan negatif.
- Hiperestrogenisme, dapat menyebabkan endometrium berproliferasi hebat
dengan gejala kram dan perdarahan.
- Mola hidatidosa, biasanya berakhir dengan abortus (<5 bulan) tetapi
ditandai dengan kadar hCG yang sangat tinggi dan tidak adanya janin.
Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil Tertutup Janin telah mati
Abortion dari usia namun tidak ada
kehamilan epulsi jaringan
konsepsi
3.8 Tatalaksana6
Tatalaksana umum:
- Nilai keadaan umum ibu.
- Evaluasi tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90mmHg)
- Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
14
- Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisi
ibu dapat memburuk dengan cepat.
15
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3.9 Komplikasi4
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok, sebagai berikut:
1) Perdarahan: perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2) Perforasi: perforasi uterus pada kuretase dapat terjadi.
3) Infeksi: infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap
abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang
berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman.
4) Syok: syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat.
3.12 Prognosis
Pasien dengan abortus inkomplit biasanya memiliki prognosis yang baik
dan dapat dikelola dengan harapan dengan tingkat keberhasilan 82% sampai
96% tanpa konsekuensi masa depan pada kesuburan. Abortus inkomplit setelah
12 minggu memiliki risiko 3,4% lebih tinggi untuk hasil yang tidak diinginkan,
termasuk kematian ibu, operasi besar, atau kemandulan. Hal ini kemungkinan
terjadi akibat peningkatan ukuran janin, suplai darah, dan ukuran uterus. Setelah
usia kehamilan 14 minggu, risiko kematian ibu dan komplikasi serius semakin
meningkat. Faktor risiko lain untuk prognosis yang buruk adalah keterlambatan
waktu untuk mencari pengobatan.7
16
BAB IV
ANALISIS KASUS
17
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, asma, alergi, dan kelainan
kardiovaskular pada pasien dan keluarga. Riwayat pengobatan tidak terlalu jelas.
Pasien menikah 1 kali dan sudah berlangsung selama 1 tahun. Pasien berasal dari
keluarga dengan ekonomi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
kemungkinan komplikasi lain dalam kehamilan.
Riwayat abortus pada ibu kandung pasien di kehamilan pertamanya. Pada
kehamilan kedua, ibu kandung melahirkan dengan normal, bayi seehat dan cukup
bulan hal ini dapat diperkirakan bahwa kelainan genetik dapat menjadi salah satu
faktor terjadinya abortus pada Ny. R
Pada pemeriksaan fisik generalis didapati bahwa pasien dalam kondisi
sadar sepenuhnya, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 95 kali/menit, pernapasan
20 kali/menit, suhu 36,5 C, dan status gizi cukup (BMI = 20,7 kg/m ).
0 2
18
USG transabdominal menunjukkan kandung kemih terisi baik, uterus
antefleksi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm. hal ini
menunjukkan bahwa ukuran uterus sesuai untuk usia gestasi 5 minggu, dimana
seharusnya uterus berukuran lebih besar pada pasien ini. selain itu, tampak
gestational sac intrauterine dan fetal pole menunjukkan bahwa pasien sedang
dalam keadaan hamil dan letak hasil konsepsi di uterus (bukan kehamilan
ektopik). Gambaran hipoekoik di kavum uteri, menunjukkan bahwa sebagian hasil
konsepsi belum keluar dari kavum uteri.
Tatalaksana kuretase emergensi, pemberian IVFD RL 20 gtt/i, dan injeksi
ceftriaxone 2 gr sebagai profilaksis pada kasus ini sudah tepat sesuai dengan
POGI. Menurut POGI, bila perdarahan sedang-berat dengan usia gestasi <16
minggu, maka dapat dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dengan cara aspirasi
vakum atau kuretase tajam. hal ini disesuaikan dengan modalitas yang ada di
fasilitas kesehatan. Hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan USG menunjukkan
bahwa Ny. R mengalami abortus inkomplit
19
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
20
1. DeCherney AH, Nathan L, & Goodwin TM. Spontaneous Abortion.
Robertson A (editor). In: Current Diagnosis and Treatment in Obstetric and
Gynecology. New York: McGraw-Hill, 2003.
4. Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC. 5. Halim
R, Sori Muda, Hiswani. (2012). Karakteristik penderita abortus inkompletus di
RSUD Dr. Pirngadi kota Medan tahun 2010-2011. Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
6. Nilsson SF, Andersen PK, Larsen KS, Andersen AN. (2014). Risk Factors for
Miscarriage From a Prevention Perspective: Nationwide Follow-Up Study.
BJOG an International Journal of Obstetrics and Gynaecology 121: 1375 - 1385
21
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.1st ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
22