Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh:

Muhammad Adib Dwi Tamma Putra, S.Ked 04054822022201


Achmad Affaier, S.Ked 04054822022049
Mita Al Maida, S.Ked 04054822022194
Pratiwi Karolina, S.Ked 04054822022023
Ressvini Kanniah, S.Ked 04054822022208

Pembimbing :
Dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K)

BAGIAN/KSM OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Abortus Inkomplit
Oleh:

Muhammad Adib Dwi Tamma Putra, S.Ked 04054822022201


Achmad Affaier, S.Ked 04054822022049
Mita Al Maida, S.Ked 04054822022194
Pratiwi Karolina, S.Ked 04054822022023
Ressvini Kanniah, S.Ked 04054822022208

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepainteraan klinik senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 30 November 2020 – 4 Januari 2021

Palembang, Desember 2020

Dr. H. Iskandar Zulqarnain, Sp.OG(K)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya laporan kasus yang berjudul “Abortus Inkomplit” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. H. Iskandar
Zulqarnain, Sp.OG(K) atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih
baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan
datang.

Palembang, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB II STATUS PASIEN..............................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7
BAB IV ANALISIS KASUS..........................................................................14
BAB V KESIMPULAN..................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan


pada umur kehamilan < 20 minggu dengan berat badan janin < 500 gr. Dari 210
juta kehamilan, 75 juta dianggap tidak direncanakan dimana sekitar 15%
kehamilan akan berakhir pada aborsi. Laporan epidemiologis menyatakan bahwa
di Amerika Serikat angka kejadian abortus spontan berkisar antara 10-20% dari
kehamilan. Angka kejadian abortus inkomplit bervariasi antara 16-21%. Di
Indonesia, sampai kini diperkirakan jumlah kasus abortus mencapai 2 juta per
tahun, 750.000 diantaranya dilakukan kalangan remaja. Ini artinya terdapat 43
kasus abortus per 100 kelahiran hidup.1
Beberapa faktor penyebab abortus yaitu : faktor janin, yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus yaitu adanya kelainan genetik, hal ini dapat
terjadi pada 50% - 60 % kasus abortus dan faktor ibu, antara lain anemia,
kelainan endokrin(hormonal), faktor kekebalan (imunologi), kelemahan otot
leher rahim, kelainan bentuk rahim, dan infeksi. Selain itu, trauma yang sering
sekali terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat menyebabkan abortus melalui
beberapa mekanisme.2, 3
Kasus yang dibahas dalam laporan kasus ini memiliki kemungkinan ketiga
faktor penyebab abortus di atas. Dengan mengetahui penyebabnya, abortus
selanjutnya pada kehamilan selanjutnya dapat dicegah. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengangkat kasus ini dalam suatu makalah

1
BAB II
STATUS PASIEN

2.1. IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. R
2. Umur : 27 Tahun
3. Status : Menikah
4. Suku/Agama : Sumatera/Islam
5. Alamat : Jl. Dempo Dalam No.45, Palembang
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. No. Med. Rec : 921921
8. Datang ke IGD : 9 Desember 2020 pukul 09.10 WIB

2.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan

Riwayat Perjalanan Penyakit


Kurang lebih 3 hari SMRS, pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan
dan memberat dalam 1 hari terakhir. Darah yang keluar berwarna merah
kehitaman disertai gumpalan darah, frekuensi 1-2 kali ganti pembalut per hari.
Pasien melihat keluar gumpalan darah seperti jaringan atau mata ikan. Keluhan
ini disertai dengan nyeri perut seperti mulas-mulas dan nyeri pinggang.
Awalnya, pasien mengaku tidak memeriksakan dirinya kedokter atau bidan
karena ia menganggap hal ini wajar akan tetapi karena darah yang keluar
semakin deras dan menggumpal, pasien memutuskan untuk datang ke IGD
RSMH. Pasien mengaku dirinya tidak haid sejak bulan Agustus 2020. Pasien
melakukan pemeriksaan test pack urin mendapatkan hasil yang posisif akan
tetapi belum pernah konfirmasi hasil kehamilan ini ke dokter kandungan.
Pada tanggal, 30 November 2020, pasien mengaku pernah jatuh terduduk
ke lantai saat mandi di kamar mandi dan kepalanya terantuk. Selain itu, pasien
baru pindah kontrakan dan pasien mengangkat benda berat seperti kursi dan

2
sejenisnya. Riwayat keluar air air dari kemaluan disangkal, riwayat keputihan
(-), riwayat minum jamu-jamu (+)

Riwayat Penyakiyt Dahulu


R/ Hipertensi (-)
R/ Kencing manis (-)
R/ Asma (-)
R/ Alergi (-)
R/ Jantung (-)

Riwayat dalam Keluarga


Riwayat darah tinggi dalam keluarga (-)
Riwayat kencing manis dalam keluarga (-)
Riwayat asma dalam keluarga (-)
Riwayat alergi dalam keluarga (-)
Riwayat abortus pada Ibu kandung pasien di kehamilan pertamanya. Pada
kehamilan kedua, ibu kandung pasien melahirkan dengan normal di bidan, anak
sehat, dan cukup bulan

Riwayat Pengobatan:
Riwayat pengobatan (-)

Status Perkawinan : Menikah 1 kali, selama 1 tahun


Riwayat Sosial dan Ekonomi : Menengah kebawah
Status Reproduksi : Menarche usia 13 tahun, siklus haid 27
hari, teratur, lamanya 4-7 hari, banyaknya 2
ganti pembalut.
HPHT : 18 Agustus 2020
Status Persalinan : G1P0A1

3
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Keadaan umum : tampak menahan sakit


Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 95 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 0C
Berat badan : 53 Kg
Tinggi badan : 160 cm
Gizi : Cukup

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), eksoftalmus (-)

Leher : JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-),
soliter, bruit (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang dada
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal

4
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II (+) 95x/menit regular, murmur (-),
gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : (Lihat pemeriksaan obstetrik)

Ekstremitas
Akral dingin (-), edema pretibial (-), palmar pucat (-)

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, lemas, simetris, massa (-), nyeri tekan (-), tinggi fundus
tidak sesuai usia kehamilan

Pemeriksan Dalam
Inspeculo
Portio : licin, erosi (-) lividae (+), fluksus (+) dari kanalis
servikalis, OUE terbuka
Vagin : massa (-), laserasi (-), fluksus (+), tampak gumpalan darah
diintroitus vagina, dibersihkan kesan tidak mengalir
Vaginal Touche
Korpus uteri antefleksi, besar biasa, tanda Hegar (+), tanda Piskacek (+),
adneksa kanan-kiri sulit dinilai, parametrium lemas, cavum douglas tidak
menonjol, nyeri (- ), nyeri goyang serviks (-)

2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium
Darah Lengkap
Hemoglobin : 9,5 g/dl
Hematokrit : 40 %
Red Blood Cell : 4,65x106/mm³
Leukosit : 10000/mm³

5
Trombosit : 275.000/mm³
MCV : 90 fL
MCH : 30,2 fL
MCHC : 34,4 fL
PT : 14,3 (14,9)
INR : 1,19 (1-1,3)
Tes beta HCG urin : (+)

Ultrasonografi Transabominal
- Kandung kemih terisi baik
- Uterus antefleksi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm
- Tampak gestational sac intrauterine dengan batas tidak beraturan -
Tampak gambaran hipoekoik di kavum uteri
- Tampak fetal pole, DJJ (-), Cairan bebas (-)
- Kesimpulan: sisa konsepsi

2.5. DIAGNOSIS KERJA


Ny. R, 27 tahun, G1P0A1, hamil 15 minggu, mengalami abortus inkomplit

2.6. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Anak : dubia ad malam

2.7. TATALAKSANA
- AVM
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2g (profilaksis)
- Sulfas Ferosus 60 mg/hari selama 3 bulan

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram dan
masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus.4 Pada abortus inkomplit ini
didapatkan kanalis servikalis yang membuka.4

3.2 Epidemiologi

Kejadian Abortus berdasarkan data yang dikumpulkan di rumah sakit pada


umumnya berkisar antara 15-20%. Namun angka kejadian abortus sebenarnya
diperkirakan dapat lebih tinggi lagi di masyarakat. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya kewajiban untuk melaporkan kejadian abortus pada pihak yang
berwenang.5 Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004
diperkirakan 4,2 juta abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara, dengan
perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai
1,5 juta di Indonesia, antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000
sampai 900.000 di Thailand. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi
2 juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 23 kasus aborsi per 100
kelahiran hidup.6

Laporan epidemiologis menyatakan bahwa di Amerika Serikat angka


kejadian abortus spontan berkisar antara 10-20% dari kehamilan Angka kejadian
abortus inkomplit bervariasi antara 16-21%. Laporan dari rumah sakit
pendidikan di Indonesia menunjukkan kejadian abortus bervariasi antara 2,5-
15%.5 Data pada dinas kesehatan Sumatera Utara didapatkan angka kejadian
abortus inkomplit pada tahun 2011 adalah 9,75%. Di RSUP Sanglah diperoleh
data angka kejadian abortus inkomplit pada tahun 2015 adalah 8%.

7
3.3 Faktor Risiko

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya abortus inkomplit adalah


sebagai berikut:

1. Faktor fetal

Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh


abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar 60-
75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan
kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya. 6
Sekitar 95 % dari kelainan kromosom disebabkan oleh kegagalan
gametogenesis. Autosomal trisomi adalah kelainan kromosom yang paling
sering ditemukan pada abortus trimester awal. Adanya riwayat abortus
sebelumnya akan meningkatkan risiko fetal aneuploidy dari 1% menjadi 2%.
Monosomy X (45,X) adalah penyebab kelainan kromosom tunggal tersering.
Kelainan ini akan menyebabkan sindrom Turner, dimana biasanya akan berakhir
dengan abortus dan sangat jarang dapat bertahan hingga trimester tiga. Triploid
sering dihubungkan dengan hidropik plasental (degenerasi Mola) atau Mola
Hidatidosa parsial. Janin dengan jumlah kromosom normal (Euploidy) (46 XY /
XX) cenderung akan bertahan lebih lama daripada janin dengan Aneuploidy.7

2. Faktor maternal

Kelainan anatomi uterus

Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan


multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat
meningkatkan risiko abortus.4 Malformasi kongenital yang disebabkan oleh
abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yang
sifatnya masih kontroversial. Pembedahan pada beberapa kasus dapat
menunjukkan hasil yang

8
8
positif. Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada
trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus memperlihatkan
hasil yang positif.6

Infeksi

Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti


secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis, Ureaplasma
urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex, Cytomegalovirus,
Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan semua jenis abortus
spontan.8 Data penelitian yang menghubungkan infeksi dengan abortus
menunjukkan hasil yang beragam, sehingga American College of Obstetricians
and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama abortus
trimester awal.4

Penyakit metabolik

Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu


seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia. Pada
penelitian Craig tahun 2002 dilaporkan bahwa angka abortus meningkat secara
signifikan pada Ibu hamil dengan Diabetes tidak terkontrol. Pada penelitian
Mills tahun 1998 melaporkan bahwa pengaturan kadar gula darah pada pasien
DM dalam waktu 21 hari setelah konsepsi akan menurunkan angka kejadian
abortus setara dengan wanita non DM. Sedangkan pada Ibu dengan
Hipotiroidisme, defisiensi iodin dipercaya sebagai penyebab utama terjadinya
abortus.4

Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.4

9
Faktor Imunologi

Sekitar 15 % Ibu dengan abortus disebabkan oleh faktor imunologi. Dua


Teori utama gangguan imunologi adalah autoimunitas – kekebalan yang
melawan sel sendiri, dan alloimunitas – kekebalan melawan sel orang lain.
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi autoimunitas yang
ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan fosfolipid
membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik spesifik (abortus
berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan kematian janin).
Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu pemeriksaan serologis untuk
konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus, antibodi kardiolipin). Pengobatan
pilihan adalah aspirin dan heparin (atau prednison dalam beberapa kasus
tertentu).8

Alloimunitas (perbedaan imunologi antara individu) telah diajukan sebagai


faktor antara pasangan subur yang menyebabkan abortus yang tidak dapat
dijelaskan dengan alasan lain. Selama kehamilan normal, sistem imunologi ibu
dianggap dapat mengenali suatu antigen janin semialogenetik 50% bersifat
“non-self” dan kemudian menghasilkan faktor “pemblokade” untuk melindungi
janin. Kegagalan untuk memproduksi faktor “pemblokade” ini yang dipercaya
berperan penting dalam proses terjadinya abortus.

Trauma fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali


dilupakan. Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan
abortus. Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah
kematian mudigah atau janin.8

10
3. Faktor paternal

Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam


terjadinya abortus spontan. Dtranslokasi kromosom pada sperma dapat
menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks ditemukan pada
hampir 40% sampel.8

3.4 Patofisiologi

Pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang


diikuti nekrosis jaringan disekitarnya. Hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Hal ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mula-
mula dikeluarkan setelah ketuban pecah, janin disusul beberapa waktu
kemudian oleh plasenta yang terbentuk lengkap.9

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
yang hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati.
Mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.9

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang

11
oleh sebab diserap, maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam
tingkat lebih lanjut menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi yaitu kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah- merahan.9

3.5 Manifestasi Klinis


Abortus inkomplit ditandai oleh perdarahan pervaginam dan nyeri perut
atau kram. Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dan
sebagian masih tertinggal di dalam, sehingga menimbulkan perdarahan
pervaginam, bahkan menyebabkan terjadinya syok pada ibu. Pada pemeriksaan
fisik, jaringan dapat teraba pada vagina, serviks yang membuka, dan besar uterus
yang mulai mengecil. Pada keadaan ini tes kehamilan masih positif, tetapi
kehamilan tidak dapat dipertahankan.4
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai
berikut:4
1. Amenore
2. Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak
3. Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jaringan atau bagian janin
4. Pemeriksaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba sisa sisa
jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri.
Gejala lain dari abortus inkomplit yang dapat muncul adalah sebagai berikut:4
1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah
2. Rasa mulas (kontraksi) bertambah hebat
3. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
4. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
keluar

12
3.6 Diagnosis4
a. Anamnesis
- Perdarahan aktif
- Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
- Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
- Terkadang pasien datang dalam keadaan syok akibat perdarahan

b. Pemeriksaan fisik umum


- Kesehatan umum (nadi, tekanan darah, jantung, paru-paru dan suhu).
Periksa anemia, malnutrisi, dan tanda-tanda kesehatan buruk lainnya. -
Abdomen (minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelumnya).
Apakah perut membesar? Apakah ada massa? Bisakah rahim dirasakan?
Jika ya, periksa ukurannya.

c. Pemeriksaan ginekologi, pada abortus inkomplit dapat ditemukan:

- Ostium uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi

- Perdarahan aktif

- Ukuran uterus usia kehamilan

d. Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan USG
- Pemeriksaan tes kehamilan (βhCG): biasanya masih positif hingga 7-10
hari setelah abortus.
- Pemeriksaan darah perifer lengkap.

3.7 Diagnosis Banding4


Diagnosis banding pada Abortus Inkomplit yaitu:
- Kehamilan ektopik, dibedakan dari abortus spontan dengan adanya tanda
dan gejala tambahan berupa nyeri pelvis unilateral atau nyeri pada massa
adneksa.
- Dismenore membranosa, mungkin sangat mirip dengan abortus spontan,

13
tetapi tidak ada desidua dan villi pada silinder endometrium dan uji
kehamilan negatif.
- Hiperestrogenisme, dapat menyebabkan endometrium berproliferasi hebat
dengan gejala kram dan perdarahan.
- Mola hidatidosa, biasanya berakhir dengan abortus (<5 bulan) tetapi
ditandai dengan kadar hCG yang sangat tinggi dan tidak adanya janin.

Tabel 1. Perbedaan manifestasi klinis abortus4

Diagnosis Perdarahan Nyeri Perut Uterus Serviks Gejala Khas

Abortus Sedikit Sedang Sesuai usia Terbuka Tidak ada epulsi


Iminens gestasi jaringan
konsepsi

Abortus Sedang Sedang - Sesuai usia Terbuka Tidak ada epulsi


Insipiens -banyak hebat kehamilan jaringan
konsepsi

Abortus Sedang - Sedang - Sesuai usia Terbuka Epulsi sebagian


Inkomplit banyak hebat kehamilan jaringan
konsepsi

Abortus Sedikit Tanpa / Lebih kecil Terbuka/ Epulsi seluruh


Komplit sedikit dari usia tertutup jaringan
gestasi konsepsi

Missed Tidak ada Tidak ada Lebih kecil Tertutup Janin telah mati
Abortion dari usia namun tidak ada
kehamilan epulsi jaringan
konsepsi

3.8 Tatalaksana6
Tatalaksana umum:
- Nilai keadaan umum ibu.
- Evaluasi tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik
<90mmHg)
- Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.

14
- Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisi
ibu dapat memburuk dengan cepat.

Penanganan Abortus Inkomplit


- Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital.
- Pengawasan pernafasan (jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti
adanya takipnea, sianosis) bebaskan saluran nafas dari sumbatan
kemudian berikan bantuan oksigen.
- Berikan cairan infus (D5% dan atau NaCl 0,9%).
- Lakukan pemeriksaan laboratorium.
- Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi >112 kali per menit).
- Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan <16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
1) Aspirasi Vacum Manual: merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia.
2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg
IM (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
- Jika usia kehamilan <16 minggu dengan perdarahan ringan atau sedang: 1)
Keluarkan hasil konsepsi yang tampak muncul dari ostium uteri eksterna
dengan jari atau forsep cincin.
2) Rekomendasi FIGO: Misoprostol 600 μg peroral dosis tunggal atau
400 μg sublingual dosis tunggal.
- Jika kehamilan >16 minggu:
1) Berikan infus 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
2) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

15
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3.9 Komplikasi4
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok, sebagai berikut:
1) Perdarahan: perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2) Perforasi: perforasi uterus pada kuretase dapat terjadi.
3) Infeksi: infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap
abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang
berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman.
4) Syok: syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat.

3.12 Prognosis
Pasien dengan abortus inkomplit biasanya memiliki prognosis yang baik
dan dapat dikelola dengan harapan dengan tingkat keberhasilan 82% sampai
96% tanpa konsekuensi masa depan pada kesuburan. Abortus inkomplit setelah
12 minggu memiliki risiko 3,4% lebih tinggi untuk hasil yang tidak diinginkan,
termasuk kematian ibu, operasi besar, atau kemandulan. Hal ini kemungkinan
terjadi akibat peningkatan ukuran janin, suplai darah, dan ukuran uterus. Setelah
usia kehamilan 14 minggu, risiko kematian ibu dan komplikasi serius semakin
meningkat. Faktor risiko lain untuk prognosis yang buruk adalah keterlambatan
waktu untuk mencari pengobatan.7

16
BAB IV
ANALISIS KASUS

Ny. R, 27 tahun datang ke IGD pada tanggal 9 Desemeber 2020 pukul


09.10 WIB, dengan keluhan keluar darah dari kemaluan. Keluhan sudah dirasakan
kurang lebih 3 hari SMRS dan memberat dalam 1 hari terakhir. Darah yang keluar
berwarna merah disertai gumpalan darah seperti jaringan atau mata ikan, frekuensi
1-2 kali ganti pembalut per hari. Keluhan ini disertai dengan nyeri perut seperti
mulas-mulas dan nyeri pinggang. Pasien mengaku tidak memeriksakan dirinya
kedokter atau bidan, tetapi karena darah yang keluar semakin deras dan
menggumpal, pasien memutuskan untuk datang ke IGD RSMH. Pasien mengaku
dirinya tidak haid sejak bulan Agustus 2020 dan pada pemeriksaan test pack urin,
didapatkan hasil posisif. Namun. pasien belum pernah mengonfirmasi hasil
kehamilan ini ke dokter kandungan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami perdarahan pervaginam diusia kehamilan trimester II. Namun, untuk
menyingkirkan penyebab perdarahan pervaginam lainnya seperti mola hidatidosa
atau kehamilan ektopik, maka harus dipastikan dengan pemeriksaan USG. Usia
kehamilan diperkirakan <20 minggu, sehingga tanda pasti kehamilan seperti
adanya gerakan dan denyut jantung janin belum dapat dirasakan. Adanya
gumpalan seperti jaringan yang ikut keluar bersama darah berwarna merah
kehitaman yang banyaknya 1-2 kali ganti pembalut per hari diduga sebagai tanda
abortus inkomplit.
Ny. R memiliki riwayat jatuh terduduk ke lantai di kamar mandi dan
kepalanya terantuk pada 30 Novemebr 2020. Selain itu, pasien baru pindah
kontrakan dan turut mengangkat benda berat seperti kursi dan sejenisnya. Namun,
tidak ada nyeri perut atau keluhan darah dari kemaluan. Riwayat keluar air-air dari
kemaluan, riwayat keputihan disangkal, riwayat minum jamu (+) Adanya trauma
pada kepala dan abdomen dapat menjadi penyebab independen abortus pada
pasien. Riwayat mimun jamu dan mengangkat benda berat dapat meningkatkan
rangsang mekanik pada uterus sehingga mengaktifkan hormone progesterone. 

17
Tidak ada riwayat hipertensi, DM, asma, alergi, dan kelainan
kardiovaskular pada pasien dan keluarga. Riwayat pengobatan tidak terlalu jelas.
Pasien menikah 1 kali dan sudah berlangsung selama 1 tahun. Pasien berasal dari
keluarga dengan ekonomi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
kemungkinan komplikasi lain dalam kehamilan.
Riwayat abortus pada ibu kandung pasien di kehamilan pertamanya. Pada
kehamilan kedua, ibu kandung melahirkan dengan normal, bayi seehat dan cukup
bulan hal ini dapat diperkirakan bahwa kelainan genetik dapat menjadi salah satu
faktor terjadinya abortus pada Ny. R
Pada pemeriksaan fisik generalis didapati bahwa pasien dalam kondisi
sadar sepenuhnya, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 95 kali/menit, pernapasan
20 kali/menit, suhu 36,5 C, dan status gizi cukup (BMI = 20,7 kg/m ).
0 2

Pemeriksaan fisik lokalis juga menunjukkan hasil yang normal. Berdasarkan


pemeriksaan fisik, keadaan umum ibu baik dan tidak menunjukkan adanya
penyulit kehamilan.
Pada pemeriksaan luar obstetri didapati abdomen datar, lemas, simetrus,
tidak ada nyeri tekan dan masa(-), tinggi fundus tidak dapat dinilai hal ini
menunjukan bahwa ukuran uterus lebih kecil dari usia gestasi, selain itu hasil
pemeriksaan ini juga dapat memperkirakan usia gestasi kurang lebih 15 minggu.
Pada pemeriksaan dalam dengan inspekulo, didapati bahwa porsio livide,
licin, tidak ada erosi, terdapat fluksus dari kanalis servikalis, dan OUE terbuka.
Kemudian, tidak terdapat massa, laserasi pada vagina, tetapi dijumpai fluksus dan
gumpalan darah di introitus vagina yang tidak mengalir ketika dibersihkan. Lalu,
dilakukan vaginal toucher dan didapati bahwa uterus normal dan tidak ada nyeri
maupun nyeri goyang serviks. Hal ini menunjukkan bahwa pasien hamil dan hasil
konsepsi belum sepenuhnya dikeluarkan dari uterus.
Pemeriksaan penunjang laboratorium menunjukkan hasil yang normal,
tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan anemia. Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil laboratorium, tidak ada penyulit lain dalam kehamilan. Tes beta
hCG urin positif menyingkirkan diagnosis banding missed abortion.

18
USG transabdominal menunjukkan kandung kemih terisi baik, uterus
antefleksi, besar biasa ukuran 67,7 mm x 59,7 mm x 46,8 mm. hal ini
menunjukkan bahwa ukuran uterus sesuai untuk usia gestasi 5 minggu, dimana
seharusnya uterus berukuran lebih besar pada pasien ini. selain itu, tampak
gestational sac intrauterine dan fetal pole menunjukkan bahwa pasien sedang
dalam keadaan hamil dan letak hasil konsepsi di uterus (bukan kehamilan
ektopik). Gambaran hipoekoik di kavum uteri, menunjukkan bahwa sebagian hasil
konsepsi belum keluar dari kavum uteri.
Tatalaksana kuretase emergensi, pemberian IVFD RL 20 gtt/i, dan injeksi
ceftriaxone 2 gr sebagai profilaksis pada kasus ini sudah tepat sesuai dengan
POGI. Menurut POGI, bila perdarahan sedang-berat dengan usia gestasi <16
minggu, maka dapat dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dengan cara aspirasi
vakum atau kuretase tajam. hal ini disesuaikan dengan modalitas yang ada di
fasilitas kesehatan. Hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan USG menunjukkan
bahwa Ny. R mengalami abortus inkomplit

19
BAB V
KESIMPULAN

Ny. R, 27 tahun datang ke IGD dengan keluhan keluar darah dari


kemaluan sejak 3 hari SMRS dan memberat dalam 1 hari terakhir. Darah yang
keluar berwarna merah kehitaman disertai gumpalan darah seperti jaringan atau
mata ikan, frekuensi 1-2 kali ganti pembalut per hari. Keluhan ini disertai
dengan nyeri perut seperti mulas-mulas dan nyeri pinggang. Riwayat keluar air-
air dari kemaluan, riwayat keputihan, dan riwayat minum jamu disangkal.
Adanya trauma pada kepala dan abdomen dapat menjadi penyebab independen
abortus pada pasien. Tidak ada riwayat hipertensi, DM, asma, alergi, dan
kelainan kardiovaskular pada pasien dan keluarga. Terdapat riwayat abortus pada
ibu kandung pasien di kehamilan pertamanya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, keadaan umum ibu baik dan tidak
menunjukkan adanya penyulit kehamilan. Hasil pemeriksaan luar obstetrik
memperkirakan usia gestasi 15 minggu. Pada pemeriksaan dalam dengan
inspekulo bahwa pasien hamil dan hasil konsepsi belum sepenuhnya
dikeluarkan dari uterus. Pemeriksaan penunjang laboratorium menunjukkan
penurunan Hb, anemia. Gambaran USG berupa hipoekoik di kavum uteri,
menunjukkan bahwa sebagian hasil konsepsi belum keluar dari kavum uteri.
Hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan USG menunjukkan bahwa Ny.
R mengalami abortus inkomplit. Tatalaksana yang dilakukan berupa AVM,
pemberian IVFD RL 20 gtt/menit, dan injeksi ceftriaxone 2 gr sebagai
profilaksis, Sulfas Ferosus 60 mg/hari selama 3 bulan. Pada kasus ini sudah
tepat sesuai dengan POGI.

DAFTAR PUSTAKA

20
1. DeCherney AH, Nathan L, & Goodwin TM. Spontaneous Abortion.
Robertson A (editor). In: Current Diagnosis and Treatment in Obstetric and
Gynecology. New York: McGraw-Hill, 2003.

2. Hadijanto B. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Saifuddin AB, Rachimhadhi


T, Wiknjosastro GH (editor),In: Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2010.

3. Hanretty KP. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In: Obstetrics


Illustrated, 6th Edition. London: Churchill-Livingstone, 2003.

4. Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: EGC. 5. Halim
R, Sori Muda, Hiswani. (2012). Karakteristik penderita abortus inkompletus di
RSUD Dr. Pirngadi kota Medan tahun 2010-2011. Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

5. Gaufberg, S. M., 2015, Abortion Complication. Dalam:


http://emedicine.medscape.com/arcicle/795001-overview.

6. Nilsson SF, Andersen PK, Larsen KS, Andersen AN. (2014). Risk Factors for
Miscarriage From a Prevention Perspective: Nationwide Follow-Up Study.
BJOG an International Journal of Obstetrics and Gynaecology 121: 1375 - 1385

7. Beckmann, C.R.B., Ling, F.W., Barzansky, B.M., Herbert, W.N.P., Laube,


D.W., & Smith, R.P. (2015). Obstetrics and Gynecology. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluer Business.

8. Rahmani, S. L., 2014, Faktor-faktor Risiko Kejadian Abortus di RS Prikasih


Jakarta Selatan pada Tahun 2013, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

9. Pawde AA, Ambadkar A, Chauhan AR. A Study of Incomplete Abortion


Following Medical Method of Abortion (MMA). J Obstet Gynaecol India. 2016
Aug;66(4):239-43.

21
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.1st ed. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

22

Anda mungkin juga menyukai