PARKINSON
Oleh:
Mita Al Maida 04054822022194
Pembimbing:
dr. Selly Marisdina, Sp.S (K), MARS
BAGIAN NEUROLOGI
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
PARKINSON
Oleh:
Mita Al Maida 04054822022194
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang periode 15 – 31 Maret 2021.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya
referat yang berjudul Parkinson ini dapat diselesaikan tepat waktu. Referat ini dibuat untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Neurologi di RSMH
Palembang. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Selly Marisdina,
Sp.S (K), MARS atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sistem ekstrapiramidal
yang merupakan bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh adanya
degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).3
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor pada waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan dopamin
dengan berbagai macam sebab.3
2.2. Epidemiologi
Menurut studi analisis sistematik menyatakan bahwa pada tahun 2016, terdapat
6,1 juta orang dengan penyakit Parkinson di seluruh dunia. Jumlah penderita Parkinson
sebanyak 6,1 juta mengalami peningkatan sebanyak 2,4 kali lipat dibandingkan tahun
1990 dimana penderita berjumlah hanya 2,5 juta orang di seluruh dunia.4
Penderita Parkinson yang berjenis kelamin pria lebih banyak dibandingkan wanita,
penderita pria berjumlah 3,2 juta orang dan wanita berjumlah 2,9 juta orang. Di antara
seluruh jumlah penderita Parkinson pada 2016, 2,1 juta orang berasal dari negara dengan
indeks sosiodemografik tinggi, 3,1 juta berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik menengah, dan 0,9 juta berasal dari negara dengan indeks
sosiodemografik rendah. Prevalensi penyakit Parkinson meningkat seiring pertambahan
umur setelah umur 50 tahun, dengan puncak yaitu umur 85-89 tahun dan menurun setelah
umur 89 tahun.4
2.3. Etiologi
Penyakit Parkinson dapat disebabkan oleh banyak faktor baik secara internal
(genetik) maupun eksternal (lingkungan). Saat ini berkembang beberapa teori penyebab
kerusakan substansia nigra antara lain : 1) paparan neurotoksin dari lingkungan, 2)
genetik, 3) gangguan fungsi mitokondria, 4) stress oksidatif, dan 5) gangguan -
synuclein protein.5
2
2.4. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, penyakit Parkinson dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
a. Idiopati (primer) merupakan penyakit Parkinson secara genetik.
2.5. Patofisiologi
Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang masif akibat
kematian neuron di substansia nigra pars kompakta. Respon motorik yang abnormal
disebabkan oleh karena penurunan yang sifatnya progesif dari neurotransmiter dopamin.
Kerusakan progresif lebih dari 60% pada neuron dopaminergik substansia nigra
merupakan faktor dasar munculnya penyakit Parkinson. Untuk mengkompensasi
berkurangnya kadar dopamin maka nukleus subtalamikus akan over- stimulasi terhadap
globus palidus internus (GPi). Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan
terhadap thalamus. Kedua hal tersebut diatas menyebabkan under-stimulation korteks
motorik.7
Substantia nigra mengandung sel yang berpigmen (neuromelanin) yang
memberikan gambaran “black appearance” (makroskopis). Sel ini hilang pada penyakit
Parkinson dan substantia nigra menjadi berwarna pucat. Sel yang tersisa mengandung
inklusi atipikal eosinofilik pada sitoplasma “Lewy bodies” .7
Berkurangnya neuron dopaminergik terutama di substansia nigra menjadi
penyebab dari penyakit Parkinson. Terdapat tiga kelompok neuron utama yang
mensintesis dopamin yaitu substansia nigra (SN), area tegmentum ventral (VTA), dan
3
nukleus hipotalamus, sedang kelompok neuron yang lebih kecil lagi adalah
bulbusolfaktorius dan retina.7
Neuron dari SN berproyeksi ke striatum dan merupakan jalur paling masif
meliputi 80% dari seluruh sistem dopaminergik otak. Proyeksi dari VTA memiliki dua
jalur yaitu jalur mesolimbik yang menuju sistem limbik yang berperan pada regulasi
emosi dan motivasi serta jalur mesokortikal yang menuju korteks prefrontal. Neuron
dopaminergik hipotalamus membentuk jalur tuberinfundibular yang memiki fungsi
mensupresi ekspresi prolaktin. Terdapat dua kelompok reseptor dopamin yaitu D1 dan
D2. Keluarga reseptor dopamin D2 adalah D2, D3, D4. Ikatan dopamin ke reseptor D2
akan menekan kaskade biokemikal postsinaptik dengan cara menginhibisi adenilsiklase.
Keluarga reseptor dopamine D1 adalah D1 dan D5. D1 akan mengaktifkan adenilsiklase
sehingga efeknya akan memperkuat signal transmisi postsinaptik. Reseptor dopamin D1
lebih dominan dibanding D2, sedang D2 lebih memainkan peranan di striatum. Densitas
reseptor D2 akan menurun rata-rata 6-10% per dekade dan berhubungan dengan
gangguan kognitif sesuai umur.7
Neuron di striatum yang mengandung reseptor D1 berperan pada jalur langsung
dan berproyeksi ke GPe. Dopamin mengaktifkan jalur langsung dan menginhibisi jalur
tak langsung. Secara umum, dua temuan neuropatologis mayor pada penyakit Parkinson
adalah:
a. Hilangnya pigmentasi neuron dopamin pada substantia nigra Dopamin
berfungsi sebagai pengantar antara dua wilayah otak, yakni antara substantia nigra
dan korpus striatum dan berfungsi untuk menghasikan gerakan halus dan motorik.
Sebagian besar penyakit Parkinson disebabkan hilangnya sel yang memproduksi dopamin
di substantia nigra. Ketika kadar dopamin terlalu rendah, komunikasi antar dua wilayah
tadi menjadi tidak efektif, terjadi gangguan pada gerakan. Semakin banyak dopamin
yang hilang,maka akan semakin buruk gejala gangguan gerakan8
b. Lewy bodies
Ditemukannya Lewy bodies dalam substantia nigra adalah karakteristik penyakit
Parkinson. -synuclein adalah komponen struktural utama dari Lewy bodies.8
4
kram otot, distonia fokal, gangguan keterampilan, kegelisahan, gejala sensorik
(parestesia), dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita
Parkinson sebagai berikut :
A. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit Parkinson dan bermula pada
satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian sisi yang lain juga
akan turut terkena. Kepala, bibir dan lidah sering tidak terlihat, kecuali pada stadium
lanjut. Frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per detik dan terutama timbul pada
keadaan istirahat dan berkurang bila ekstremitas digerakan. Tremor akan bertambah pada
keadaan emosi dan hilang pada waktu tidur.
B. Rigiditas
Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya terdeteksi
pada gerakan pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan lebih berat dan
memberikan tahanan jika persendian digerakan secara pasif. Rigiditas timbul sebagai
reaksi terhadap regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini akibat
rigiditas ialah hilang gerak asosiatif lengan bila berjalan. Rigiditas disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas motor neuron alfa.
C. Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi sulit.
Ekspresi muka atau gerakan mimik wajah berkurang (muka topeng). Gerakan-gerakan
otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu duduk juga menjadi sangat kurang. Bicara
menjadi lambat dan monoton dan volume suara berkurang (hipofonia).
D. Hilangnya refleks postural
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium
penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson yang
sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan
kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari
mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi
tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
5
e. Wajah Parkinson
Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka
serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit
muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.
f. Mikrografia
Bila tangan yang dominan terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil
dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
g. Sikap Parkinson
Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit
Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala
difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan
lengan tidak melenggang bila berjalan.
h. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang
kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara berkurang sampai
berbentuk suara bisikan yang lamban
6
i. Disfungsi otonom
Disfungsi otonom pada pasien penyakit Parkinson memperlihatkan beberapa
gejala seperti disfungsi kardiovaskular (hipotensi ortostatik, aritmia jantung),
gastrointestinal (gangguan dismotilitas lambung, gangguan pencernaan, sembelit dan
regurgitasi), saluran kemih (frekuensi, urgensi atau inkontinensia), seksual (impotensi
atau hypersexual drive), termoregulator (berkeringat berlebihan atau intoleransi panas
atau dingin). Prevalensi disfungsi otonom ini berkisar 14-18%. Patofisiologi disfungsi
otonom pada penyakit Parkinson diakui akibat degenerasi dan disfungsi nukleus yang
mengatur fungsi otonom, seperti nukleus vagus dorsal, nukleus ambigus dan pusat
medullary lainnya seperti medulla ventrolateral, rostral medulla, medulla ventromedial
dan nukleus rafe kaudal.
j. Demensia
7
k. Depresi
Sekitar 40% penderita penyakit Parkinson terdapat gejala depresi. Hal ini
dapat disebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang
menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa
dikucilkan. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara
anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi
degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron norepineprin
yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin yang
letaknya diatas substansia nigra.9,10
2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan secara klinis melalui pemeriksaan fisik dan anamnesis
dengan ditemukannya dua dari empat tanda kardinal, yaitu tremor saat istirahat,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural.
Anamnesis12
Pada awal sakit manifestasi gejala dapat berupa :
Gemetar pada jari tangan waktu istirahat, dan hilang bila lengan bergerak
Tremor ringan pada jari dan tangan
Ayunan lengan waktu berjalan kurang (jalan seperti robot)
Suara menjadi halus atau mengecil
Mandi, mencukur kumis, mengancing baju, makan menjadi lama
Jalan sering tertinggal
Mata melotot seperti marah, raut muka selalu sedih
Duduk jarang bangun
Tidur jarang berbalik badan
Pemeriksaan fisik12
a. Tremor
Lengan/tangan
Resting tremor, saat diam atau menahan posisi tertentu
Pill rolling, seperti sedang menggulung pil atau menghitung uang
Tulisan tidak rata, semakin panjang kalimatnya huruf tulisannya semakin
kecil
8
Saat berjalan jari atau tangan bergetar
Tungkai/ kaki
Kaki bergoyang saat diam menggantung
Kepala/muka
Kepala jarang terlibat
Bibir dan dagu bergetar seperti mengunyah
b. Rigiditas2
Leher
Susah menoleh
Susah menelan
Suara mengecil
Lengan
Micrografia (tulisan mengecil)
Ayunan lengan waktu berjalan kurang
Merasa kekakuan pada sendi sulit bangkit dari tidur/duduk
Stooped posture (waktu berdiri atau berjalan badan membungkuk)
Tungkai
Langkah jalan pendek – pendek, kaki diseret
Rasa lemah karena memerlukan tenaga lebih untuk bergerak
c. Bradikinesia/akinesis2
Muka
Mata jarang berkedip
Face mask (mimik muka miskin ekspresi)
Liur menetes, kalau makan lama
Lengan
Memakai baju atau memasang kancing lama
Mandi atau cuci tangan atau gosok gigi lama
Badan
Duduk diam lama, jarang bangkit (bangun)
Tidur jarang berbalik
Tungkai
Membengkak oleh karena jarang bergerak sewaktu duduk
9
Sulit untuk memulai langkah
Langkah mendadak berhenti
Ketika berjalan, jika berbalik arah harus melakukan gerakan memutar
d. Postur tubuh yang tidak stabil2
Muncul pada stadium lanjut
Mudah terjatuh
Langkah memutar sulit
Cenderung terjerembab ke depan
Cenderung terjengkang ke belakang
Akhirnya menggunakan kursi roda
10
2. Adanya dyskinesia yang diinduksi oleh levodopa
3. Resting tremor pada anggota gerak (baik ditemukan pada saat pemeriksaan
maupun dari laporan cacatan medis sebelumnya)
4. Terdapatnya baik gangguan penciuman atau denervasi saraf simpatis jantung dari
pemeriksaan MIBG scintigrafi
11
2. Secara nyata tidak ditemukan perburukan gejala motoric dalam kurun waktu 5
tahun perjalanan penyakit, meskipun kestabilan gejala berhubungan dengan
pengobatan
3. Gangguan jenis bulbar, seperti disfoni, disartria, disfagia (sehingga memerlukan
NGT, makanan yang lunak maupun gastrotomi) dalam 5 tahun pertama perjalanan
penyakit
4. Gangguan pernafasan (inspirasi atau ekspirasi), baik diurnal atau nocturnal stridor
saat inspirasi maupun desahan saat inspirasi yang sering muncul
5. Kegagalan fungsi otonom yang cukup berat pada 5 tahun pertama perjalanan
penyakit
6. Episode jatuh yang berulang (lebih dari 1 kali pertahun) yang disebabkan karena
gangguan keseimbangan dalam 3 tahun pertama perjalanan penyakit
7. Disproporsional gerakan anterocollis (dystonik) atau kontraktur di tangan dan kaki
pada 10 tahun pertama perjalanan penyakit
8. Ketiadaan dari gejala non motor yang lazim dari penyakit Parkinson dalam 5 tahun
perjalanan penyakit. Gejala non motor ini termasuk diantaranya gangguan tidur,
gangguan otonom, hiposmia atau gangguan psikiatrik
9. Tanda gangguan traktus piramidalis yang (walaupun) tidak dapat dijelaskan,
kelumpuhan motorik karena sistem pyramidal yang nyata atau reflek meningkat yang
patologis (terkecuali asimetri reflex yang ringan atau reflek plantar saja)
10. Gejala parkinsonism yang simetris bilateral. Pasien atau pendamping melaporkan
gejala bilateral saat onset tanpa dominansi satu sisi dan dominansi tersebut tidak
ditemukan saat pemeriksaan klinis.
12
3. Adanya gejala dari kriteria red flags dengan perimbangan gejala dari kriteria
pendukung :
a. Jika terdapat 1 kriteria red flags maka harus ada paling tidak 1 kriteria pendukung
b. Jika terdapat 2 kriteria red flags maka harus ada paling tidak 2 kriteria pendukung
c. Tidak boleh ada lebih dari 2 kriteria red flags
Gambar 2.1.
Gambaran khas penyakit Parkinson
2.8. Penatalaksanaan
Saat ini, terapi obat terhadap penyakit Parkinson merupakan simptomatis.
Mengingat obat-obat ini mempunyai efek samping jangka pendek dan jangka panjang
yang dapat mengganggu, dianjurkan untuk tidak memulai terapi bila penyakit
Parkinson yang diderita belum mengakibatkan gangguan. 14,15
a. Medikamentosa
1) Obat dopaminergik
Prekursor dopamine
Pengobatan PD saat ini adalah sediaan berbasis levodopa, yang
dirancang untuk menggantikan dopamin di striatum yang habis.
Dopamin sendiri tidak dapat melewati BBB dan tidak dapat
digunakan untuk mengobati PD. Sebaliknya, prekursor dopamin
levodopa mampu melewati BBB dan dapat diberikan sebagai
terapi. Setelah absorpsi dan transit melintasi BBB, BBB diubah
13
menjadi neurotransmitter dopamin oleh DOPA dekarboksilase.
Kebanyakan pasien membutuhkan dosis dalam kisaran 150-1000
mg setiap hari, dibagi menjadi beberapa dosis. Meningkatkan
dosis mengakibatkan peningkatan risiko timbulnya efek samping
bermasalah. Umumnya, efek klinis levodopa diketahui dengan
cepat, dan dapat berlangsung selama beberapa jam, terutama
pada tahap awal penyakit. Namun, seiring bertambahnya
penyakit, efek obat biasanya hilang setelah jangka waktu yang
lebih pendek, dan peningkatan frekuensi pemberian dosis sering
kali diperlukan.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
komplikasi motorik yang signifikan, termasuk diskinesia, dan
fluktuasi motorik on-off yang parahDopa dekarboksilase
inhibitor
Dopamin agonis
Oleh karena perlunya penundaan pemberian levodopa pada tahap awal
penyakit Parkinson, para ahli parkinsonologi merekomendasikan pemberian obat-obat
dopamine agonis sebagai terapi awal atau inisial dari golongan obat dopaminergik.
Obat-obat dopamine agonis bekerja dengan mengaktivasi reseptor dopamine secara
langsung, dimana berdasarkan studi penemuan klinis dan eksperimental menemukan
bahwa aktivasi reseptor dopamin yang penting adalah reseptor dopamin D2 dalam
memediasi efek antiparkinsonian dari dopamine agonis. Akan tetapi, beberapa
penelitian saat ini juga menyatakan bahwa stimulasi reseptor D1 dan D2 dibutuhkan
terhadap peningkatan optimal efek terhadap fungsi fisiologis dan perilaku.
2) Obat Non-dopaminergik
Antikolinergik
Triheksifenidil dan benztropine merupakan obat antikolinergik. Obat ini
menghambat sistem kolinergik di ganglia basal dengan menghambat aksi
neurotransmitter asetilkolin, sehingga mampu membantu dalam menjaga
keseimbangan antara dopamine dan asetilkolin, sehingga dapat mengurangi gejala
tremor.
14
Efek samping obat antikolinergik perifer mencakup pandangan menjadi kabur,
mulut kering, retensi urin. Piridostigmin, sampai 60 mg, 3x sehari, dapat membantu
mengatasi mulut kering dan kesulitan miksi. Efek samping sentral terutama adalah
pelupa dan menurunnya memori jangka pendek. Kadang-kadang dapat dijumpai
halusinasi dan psikosis, terutama apda kelompok usia lanjut, sehingga dapat
digunakan obat antikolinergik yang lebih lemah, seperti difenhidramin (Benadryl),
orfenadrin (Norflex), amitriptilin.
Amantadin
Bekerja dengan membebaskan dopamin dari vesikel prasinaptik.
MAO-B Inhibitor
Selegilline dan rasagiline merupakan obat golongan MAO-Inhibitor. MAO-B
Inhibitor memblok metabolisme dopamine sehingga kadarnya tetap meningkat di
striatum. 9
COMT Inhibitor
Entacapon dan tolcapon merupakan obat golongan COMT-Inhibitor.
Obat golongan COMT Inhibitor menghambat degradasi
dopamine menjadi 3-O-methyldopa oleh enzim COMT,
terutama di perifer da meningkatkan jumlah levodopa yang
melewati sawar darah otak.12 Tolcapon kini sudah tidak
digunakan di negara Eropa setelah 3 pasien meninggal akibat
toksisitas hepar terhadap obat tersebut. Entacapom mengurangi
waktu “off” dari dosis levodopa, dan mengurangi-sedang-
gangguan motorik dan disabilitas
b.Non medikamentosa
Deep Brain Stimulation (DBS)
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda
yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak.
Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal
invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan
minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk
menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam
pengendalian gerakan. 16
15
Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini
digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan
kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan
wilayah subthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah
stimulasi elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis. 16
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan
untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita.
Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan
kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat. 16
Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.
Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor
dan hambatan lainnya. 1 6
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat
dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range
of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.16
Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus
untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik
yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency auditory
feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara. 16
Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang
melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang
disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk
mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang
16
mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.16
Terapi lain yang sedang dikembangkan adalah GDNF. Infus GDNF (glial-derived
neurotrophic factor) pada ganglia basal dengan menggunakan implant kateter melalui
operasi. Dengan berbagai reaksi biokimia, GDNF akan merangsang pembentukan L-
dopa.
2.9 Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan pen yakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya. Tanpa
perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total disabilitas,
sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang
dapat sangat parah.17
Penyakit parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien penyakit
parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita penyakit
parkinson. Pada tahap akhir, penyakit parkinson dapat menyebabkan komplikasi
seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat menyebabkan kematian.
Progresifitas gejala pada penyakit parkinson dapat berlangsung 20 tahun atau lebih.
Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat
untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan
treatment yang tepat, kebanyakan pasien penyakit parkinson dapat hidup produktif
beberapa tahun setelah diagnosis17
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20