BAB I
LATAR BELAKANG
Trauma kapitis atau cedera kepala merupakan trauma mekanik terhadap
kepala, baik langsung maupun tidak langsung, yang menyebabkan gangguan
fungsi neurologis baik temporer maupun permanen. Cedera kepala lebih sering
dialami kelompok usia produktif (terutama usia 15-24 tahun) dan usia lanjut (>65
tahun) (Tanto et al., 2014). Diperkirakan dari 1,7 juta orang di Amerika Serikat
mengalami cedera kepala akibat trauma setiap tahunnya, dengan setidaknya
52.000 orang di meninggal karenanya. Cedera kepala mempunyai dampak
emosi, psikososial dan ekonomi yang cukup besar (PERDOSSI, 2008). Cedera
kepala dapat menimbulkan berbagai sequelae jangka pendek maupun jangka
panjang diantaranya meliputi gangguan kognitif, behavioral dan keterbatasan
fisik (Kreutzer, 2003 ). Tingkat keparahan cedera kepala dapat ringan, yaitu
adanya perubahan singkat dalam status mental atau kesadaran, hingga berat
yang ditandai dengan periode tidak sadar yang memanjang atau amnesia paska
trauma (Faul et al., 2010).
Amnesia paska trauma atau yang dikenal dengan Post Traumatic
Amnesia (PTA) merupakan marker yang sensitif untuk menentukan tingkat
keparahan cedera kepala (Brown, 2005). Orang yang menderita Amnesia paska
trauma akan mengalami ketidakmampuan untuk menetapkan memori baru
ataupun memproses dan mengambil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI DAN DESKRIPSI
2.1.1 Ingatan (Memory)
Ingatan adalah kemampuan otak untuk menerima, menyimpan,
dan mereproduksikan apa yang telah dipelajari atau dialami. Dalam
proses mengingat informasi terdapat 3 tahapan yaitu memasukkan
informasi (encoding), penyimpanan (storage) dan mengingat (retrieval
stage) (Tanto et al., 2014) . Ingatan dibagi menjadi dua kategori yaitu
ingatan eksplisit dan implisit. Ingatan eksplisit (deklaratif) adalah ingatan
yang diperoleh melalui suatu maksud tertentu, sedangkan ingatan implisit
(non deklaratif) adalah ingatan yang dicapai secara otomatis. Selain itu,
ingatan juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu memori primer (short
term memory/ memori jangka pendek) dan memori sekunder (long term
2.1.2
2.1.3
fokal atau difus. Kerusakan sekunder adalah kerusakan otak yang timbul
sebagai komplikasi dari kerusakan primer termasuk kerusakan oleh
hipoksia, iskemik, pembengkakkan otak dan peningkatan TIK (Japardi,
2002)
Cedera
kepala
dapat
dibedakan
berdasarkan
derajat
10 menit
Keluhan pusing, sakit kepala, muntah, amnesia retrograde
dan
tidak
ditemukan
kelainan
pada
pemeriksaan
neurologis
Cedera kepala sedang, ditandai dengan:
o GCS 9-12
o Ditemukan kelainan pada CT Scan otak
o Kehilangan kesadaran lebih dari 10 menit
o Keluhan sakit kepala, muntah, kejang, dan amnesia
retrograd. Pemeriksaan neurologis didapatkan kelumpuhan
Amnesia (PTA)
Kontusio serebri (Memar otak) (Sjahrir, 2004)
Kontusio serebri adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh trauma kapitis yang menimbulkan lesi perdarahan interstisial
nyata pada jaringan otak tanpa terganggunya kontinuitas jaringan
2.1.4
setelah
periode
ini
(Baddeley,2004),
yang
mengganggu
Kategori Keparahan
Trauma Kapitis
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat
GCS
13-15
9-12
3-8
-
Durasi PTA
< 1 jam
1 24 jam
1 - 7 hari
> 7 hari
patokan akan luas lesi yang terjadi di otak. Pasien umumnya hanya
terganggu memorinya tanpa kehilangan fungsi yang lainnya.
Dalam istilah neuropsikiologi kognitif, amnesia paska trauma
adalah suatu gangguan pada memori episodik yang digambarkan sebagai
ketidakmampuan pasien untuk menyimpan informasi kejadian yang terjadi
dalam
konteks
temporospatial
yang
spesifik.
Akan
tetapi,
fase
iritabilitas,
aggresiveness,
dan
hilangnya
inhibisi
dan
2.3
ketidakmampuan
untuk
pada tiga kali tes berturut-turut maka dapat diindikasikan out of PTA
(Nathan et al., 2007)
2.5.2
awalnya
dikembangkan
untuk
memeriksa
perubahan
perilaku akibat trauma. Tes ini terdiri dari wawancara yang berstruktur
yang menitikberatkan pada laporan pasien sendiri terhadap gejala, selfappraisal, planning, dan beberapa aspek tertentu dari fungsi kognitif,
meliputi
orientasi,
memori,
reasoning,
dan
atensi.
Pemeriksa
berat. Total skor dari NRS merupakan penjumlahan dari skor 27 subskala.
Pemeriksaan NRS memiliki korelasi baik terhadap tingkatan keparahan
trauma maupun tingkat kronisitas dari trauma kapitis (Masur,2004).
7= Sangat Berat
diri,
kurangnya
7. Gangguan konsepsual
Bingung dalam proses pikir, tidak nyambung, disorientasi,
gangguan komunikasi sosial, preservasi
8. Disinhibisi
Komentar dan atau tindakan sosial yang tidak tepat, atau tidak
sesuai dengan situasi, gejolak amarah.
9. Rasa bersalah
Menyalahkan diri sendiri, rasa malu, menyalahkan tindakan di
masa lampau
10. Defisit memori
Kesulitan untuk mempelajari informasi baru, cepat melupakn
kejadian yang baru saja terjadi.
11. Agitasi
Manifestasi gerakan dari aktifitas yang berlebihan
12. Tilikan yang akurat
Pendapat pribadi yang berlebihan, penilaian diri sendiri yang tidak
sesuai dengan penilaian dari pemeriksa dan keluarga
13. Mood depresive
Kesedihan, murung dan pesimis
14. Sikap permusuhan / tidak kooperatif
Rasa permusuhan, mudah tersinggung,
meremehkan, melawan yang tidak berwenang.
suka
berkelahi,
10
11
tahap banyak
27. Gangguan artikulasi bicara
Gangguan artikulasi, berubahnya bunyi yang mempengaruhi
kecerdasan
TOTAL SKOR :
2.5.3
12
yesterday?
2.5.4
Level I No response
Appears to be in a deep sleep
Unresponsive to any stimulation
Level II Generalized Response
Reacts inconsistently and nonpurposefully tostimulation
Delayed and limited responses
Responses may include change of heart rate, pulse, respiration, body
movements or vocal sounds
Level III Localized Response
13
14
15
2.6.1
2.6.2
16
17
18
19
2.7
20
BAB III
RINGKASAN
Amnesia paska trauma atau Post Traumatic Amnesia (PTA) merupakan
gangguan memori yang biasanya terjadi setelah adanya trauma kapitis/cedera
kepala. Trauma kapitis dapat menyebabkan terjadinya cedera otak sehingga
terjadi shearing yang berupa tekanan rotasi yang cepat dan berulang terhadap
otak. Jika tekanan shearing lebih banyak dan berulang, kerusakan akson
menjadi lebih banyak, durasi hilangnya kesadaran menjadi lebih panjang dan
penyembuhan melambat. amnesia paska trauma dapat diklasifikasikan menjadi 2
tipe, yaitu amnesia retrograd, yaitu hilangnya kemampuan secara total atau
parsial untuk mengingat kejadian yang telah terjadi dalam waktu sesaat sebelum
trauma kapitis, dan amnesia anterograd, yaitu suatu defisit dalam membentuk
memori baru setelah trauma yang menyebabkan penurunan atensi dan persepsi
yang tidak akurat.
Pemeriksaan amnesia paska trauma dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu pertama, Galveston Orientation and Amnesia Test (GOAT), pada
pemeriksaan ini terdapat beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan. Jika dari
hasil pemeriksaan didapatkan skor lebih dari 78 pada tiga kali tes berturut-turut
maka dapat diindikasikan out of PTA. Kedua, Neurobehavioral Rating Scale
(NRS), tes ini terdiri dari suatu wawancara yang berstruktur yang menitikberatkan
pada laporan pasien sendiri terhadap gejala, self-appraisal, planning, dan
beberapa aspek tertentu dari fungsi kognitif, meliputi orientasi, memori,
reasoning, dan atensi.Ketiga, Westmead PTA Scale (WPTAS), terdapat
beberapa pertanyaan, yang terdiri dari 7 pertanyaan orientasi dan 5 pertanyaan
memori, yang disusun secara objektif
trauma. Dan yang terakhir adalah Rancho Los Amigos Scale untuk menilai level
fungsi kognitif.
Penatalaksanaan amnesia paska trauma meliputi penatalaksanaan
umum, yaitu pasien paska trauma harus dikenalkan pada lingkungan yang
familiar dengan menggunakan benda atau gambar, lingkungan juga harus tenang
tidak boleh dibiarkan terstimulasi secara berlebihan. Edukasi terhadap keluarga
pasien juga perlu diberikan terkait dengan penatalaksanaan PTA. Selain itu,
dapat dilakukan Picture Recall (PRL) and Picture RecognitionTask (PRT) yaitu
pasien diminta untuk melihat tiga gambar yang berbeda lalu menggambarkan
ketiga gambar itu, langkah lainnya dengan Word Recall Task (WRT) yaitu pasien
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Baddeley, A. 2004. The Essential Handbook of Memory Disorder for Clinicians.
York : John Willey : Sons Publishing Limited
Baehr, M. & Frotscher, M. 2012. Diagnosis Topik Neurologi Duus. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brown. Clinical Elements that Predict Outcome After Cederatic Brain Injury,
Journal of Neurocedera 2005: 1040-1051.
Cantu, R.C. 2001. Posttraumatic Retrograde and Anterograde Amnesia :
Pathophysiologi and Implication in Grading and Safe Return to Play,
Journal of Athietic Training. 36:244-248
Feinstein, A. 2002. Posttraumatic Amnesia and Recall of a Traumatic Event
Following Traumatic Brain Injury, Journal of Neuropsychiatry and
Clinical Neurosciences. 14:25-30
Gill. 2007. Hughes Outline of Modern Psychiatry. York : John Willey and Sons
Publishing Limited
Gillroy, J. 2000. Basic Neurology. New York : 3rd ed McGraw-Hill
Japradi, I. 2002. Cedera Kepala. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia
Kneafsey R., Gawthorpe D. Head Injury: LongTerm Consequences for Patients
and Families and Implications for Nurses, Journal of Clinical Nursing
2004 13(5): 601-608
Konsensus nasional. 2006. Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal.
Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
Kreutzer. 2003. Moderating Factors Return to Work and Job Stability after
Cederatic Brain Injury, Journal of Head Cedera Rehabilitation 2003:
128-138
Levin, H.S. 1997. Memory Dysfunction After Head Injury. In : Feinberg. T.E. Farah
M.J. (eds). Behavioral Neurology and Neuropsychology. Pp. 479-88.
McGraw-Hill Companies. United States of America.
Mardjono M. Sidartha P. Mekanisme Trauma Susunan Saraf. Neurologi Klinis
Dasar ed 9, Jakarta : Dian Rakyat, 2003: 249-260
Markom,S. 2002 .Penuntun Neurologi. Jakarta: Binarupa Aksara.
Masur, H. 2004. Scales and Score in Neurology : Quantification of Neurological
Deficits in Research and Practice.pp 267-69. Theme New York
Rosenbaum, J. 2006. Psychiatric Clinical Skills. Philadelphia : Elsovler Mosby.
230
Sastrodiningrat A.G. 2007. Pemahaman Indikator Dini Dalam Menemukan
Prognosa Cedera Kepala Berat. USU: Medan
Sjahrir, H. 2004. Ilmu Penyakit Saraf. Neurologi Khusus. USU : Medan
Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E.A. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius
Trevor Powell. 2006. Head Injury a Practical Guide. www.headway.org.uk.
Diakse tanggal 5 Juni 2015 pukul 12.30
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2008. Konsensus
Nasional Penanganan Cedera Kapitis dan Cedera Spinal. Jakarta :
Perdossi
Faul M, Xu L, Wald MM, Coronado VG. 2010. Traumatic Brain Injury in the
United States: EmergencyDepartment Visits, Hospitalizations and
Deaths 20022006. Atlanta (GA): Centers for Disease Control and
Prevention,National Center for Injury Prevention and Control.
23
Nathan Zasler; Douglas Katz, MD; Ross D. Zafonte. 2007. Brain Injury Medicine:
Principles and Practice. Demos Medical Publishing.
Marosszeky, N.E.V., Ryan, L., Shores, E.A., Batchelor, J. & Marosszeky, J.E.
1997. The PTA Protocol: Guidelines for using the Westmead PostTraumatic Amnesia (PTA) Scale. Sydney: Wild & Wooley.
Gumm K., Liersch K., Carey L. 2014. TRAUMA SERVICE GUIDELINES:
Post Traumatic Amnesia Screening and Management. The Royal
Melbourne Hospital.
Wartenberg.K.E.2007. Trauma In : Brust J.C.M (ed). Current Diagnosis and
Treatment in Neurology. Pp 175-90. McGraw-Hill Companies. Inc. United
States of America