LETAK SUNGSANG
Disusun
oleh:
Pembim
bing :
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
1.2 Anamnesis............................................................................................1
1.4 Resume.................................................................................................5
1.7 Penatalaksanaan....................................................................................7
1.8 Prognosis...............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................25
KATA PENGANTAR
Cirebon, November
2020
Penulis
1
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
TGL MRS : 2 November 2020
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mules-mules sejak pukul 21.00 WIB
Riwayat Penyakit Sekarang
- RiwayatAsma (-)
- Riwayat DM (+)
- Riwayat HT (+)
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid
: Teratur
Panjang siklus : 28 hari
Lama : 5 hari
Dismenorea : (+)
Banyak : 2 pembalut/hari
HPHT : 18-01-2020
HPL : 25-10-2020
Riwayat Operasi
Riwayat Kontrasepsi
Riwayat ANC
Kontrol kehamilan : di bidan trimester pertama 1 bulan
sekali, trimester ke 2 minggu sekali,trimester ketiga 1 minggu
sekali di bidan Happy.
Imunisasi TT : 2x
Riwayat Ginekologi
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
Compos mentis
c. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,8˚C
d. Status Gizi
Berat badan : 49 kg
e. Status interna
Kepala
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/)
Thoraks
Paru-Paru
Abdomen
Ektermitas:
f. Status Obstetrik
1. Pemeriksaan luar
TFU : 26 cm
DJJ : 136 x/menit
His : 3x30’x10’’
2. Palpasi
VT : tidak dilakukan
1.4 RESUME
Quo ad Functionam :
Dubia Ad Bonam Qua
ad Sanationam : Dubia
Ad Bonam
2/11/ 07.00
Mulas KU: TSS G1P0A0 - Evaluasi
(+) parturien kemajuan
20 Kes: CM
aterm kala persalinan
TD: 120/80 mmHg N: 86
1 fase rencana SC
x/menit
laten jika dalam
R: 21 x/menit
presentasi 4 jam tidak
S: 36.4 ˚C bokong + ada
Anemis + kemajuan
Mata : Ca -/-
IUGR persalinan
jam 08.00
DJJ 148 x/menit, his
- Lapor dr.
3x10’x30”
Deni,
PD: V/V tidak ada
sp.OG : Hb
kelainan, portio tebal
:6,4
lunak, pembukaan 2 cm,
- Sedia
ketuban (+)
darah 3
kepala H1, DC urin +- 1000
labu PRC
cc, Hb : 6,4
Ke uterus
15.15 100/80 82 36.5 2 jari Baik 500 cc- 5cc
dibawah dibuang
pusat
1 15.30 120/80 86 2 jari Baik Kosong -
dibawah
pusat
15.45 110/70 109 2 jari Baik Kosong -
dibawah
pusat
16.00 110/80 95 2 jari Baik Kosong -
dibawah
pusat
16.30 110/90 98 36.5 2 jari Baik Kosong -
2 dibawah
pusat
17.00 110/80 100 2 jari Baik Kosong 5cc
dibawah
pusat
Hasil Laboratorium 3/11/2020 pukul 13.34
2.1 Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang/membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di
bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang diantaranya presentasi
bokong (frank breech) (50-70%), presentasi bokong kaki sempurna
(complete breech) (5-10%), presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (incomplete or footling) (10- 30%).
2.2 Klasifikasi
a. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang
dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki
setinggi bahu atau kepala janin.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu
letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang
sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.
2.3 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak
teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-
kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah
kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali
wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada
yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa
lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak
dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah
berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba
kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema,
sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi
bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu
kaki di samping bokong.
2.4 Etiologi
Penyebab dari letak sungsang sering kali tidak ada penyebab yang
bisa diidentifikasikan, tetapi berbagai kondisi berikut ini
mendorong terjadinya presentasi bokong diantaranya :
a. Persalinan prematur. Presentasi bokong relatif sering terjadi
sebelum usia gestasi 34 minggu sehinggga presentasi
bokonglebih sering terjadi pada persalinan prematur.
b. Tungkai ekstensi. Versi sefalik spontan dapat terhambat jika
tungkai janin mengalami ekstensi dan membelit panggul.
c. Kehamilan kembar. Kehamilan kembar membatasi ruang yang
tersedia untuk perputaran janin, yang dapat mennyebabkan
salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong
d. Polihidroamnion. Distensi rongga uterus oleh cairan amnion
yang berlebihan dapat meyebabkan presentasi bokong.
e. Hidrosefalus. Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung
terakomodasi didalam fundus.
f. Abnormalitas uterus. Distorsi ronggauterus oleh septum atau
jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi bokong
k. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu
telah melahirkan beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim
sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk
berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
2.5 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir
janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari
pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan
yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
2.6 Diagnosa
a. Data subjektif
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut
bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras
(kepala) mendesak tulang iga. Ibu juga mengeluh rasa nyeri
oleh karena janin menyepak-nyepak rectum. Apabila ibu
pernah hamil sebelumnya maka kehamilannya dengan letak
sungsang akan terasa lain dari pada kehamilan yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah.
b. Data objektif
a. Pemeriksaan palpasi Leopold :
Leopold I : untuk mengetahui bagian yang berada pada
bagian atas fundus. Pada presentasi bokong
akan teraba kepala janin yang keras, bulat
Leopold II : Untuk mengetahui letak janin pada bagian
kanan atau kiri fundus. Bagian kanan dan
kiri teraba punggung dan bagian-bagian kecil
janin.
Leopold III : Untuk mengetahui bagian bawah janin. Pada
presentasi bokong akan teraba bokong, agak
bulat, tidak melenting.
Leopold IV : setelah terjadi engagement, menunjukkan
posisi bokong yang mapan di bawah
simfisis.
b. Pemeriksaan auskultasi
Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ
biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas
umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala
janin, suara jantung terdengar paling keras di bawah
umbilikus.
c. Pemeriksaan USG
Untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan
bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
d. Pemeriksaan dalam
Pada presentasi bokong murni, teraba sacrum, anus,
kedua tuberositas iskiadika, dan setelah terjadi penurunan
lebih lanjut, genitalia eksterna dapat dikenali (Cunningham,
2006; h. 562). Perlu diperhatikan perbedaan dengan
presentasi muka. Cara membedakannya dengan melakukan
pemeriksaan dalam dan hasilnya sebagai berikut :
a. Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak
ada hisapan, terdapat mekonium, kesimpulannya adalah
anus.
b. Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah prosesus
zigomatikus, maka kesimpulan tersebut adalah mulut.
c. Apabila menemukan tumit, sudut 90° dengan jari-jari
rata, maka kesimpulan hal tersebut adalah kaki.
d. Apabila menemukan jari-jari panjang tidak rata dan
tidak terdapat sudut maka disimpulkan hal tersebut
adalah tangan.
e. Apabila teraba patella dan poplitea maka
kesimpulannya adalah lutut.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk
memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan bila
mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
Pemeriksaan sinar X : Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menegakkan diagnosis maupun memperkirakan ukuran dan
konfigurasi panggul ibu.
2.8 Penatalaksanaan
a. Skor Zatuchni dan Andros
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks
prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai berikut
Parameter Nilai
1 2 3
Parietas Primigravida multigravida
Riwayat Tidak 1x 2x
sungsang
TBJ >3650 gr 3649-3176 gr <3176gr
Usia >39 38 <37
kehamilan
Station <-3 -2 -1
Pembukaan 2cm 3cm 4cm
Intepretasi
≤3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila
nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam
b. Mekanisme
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung
dengan persalinan bokong, persalinan bahu, dan persalinan
kepala. Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau
miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam
sehingga trochanter depan berada di bawah simpisis. Dengan
trochanter depan sebagai Hipomoklion, akan lahir trochanter
belakang, dan selanjutnya seluruh bokong lahir. Sementara itu
bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk
putar paksi dalam sehingga berada di bawah simpisis. Dengan
bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang
bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan
dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala
bayi memasukki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta
melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput berada
dibawah simpisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-
turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka, dan kepala
seluruhnya.
Tahap ketiga : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala
akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke
dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala
harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari
terjadinya perdarahan intracranial.
c. Jenis persalinan
Penanganan presentasi bokong yaitu dengan persalinan
pervaginam dan persalinan per abdominal (sectio caesarea).
1) Persalinan pervaginam
a) Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya
merupakan hal yang terjadi secara spontan dengan
tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan
atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang
dilahirkan. Jenis persalinan ini disebut persalinan
dengan cara bracht.
b) Ekstraksi parsial yatu persalinan yang terjadi secara
spontan sampai umbilikus, tetapi selanjutnya dilakukan
ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his, dan
tenaga penolong, misalnya dengan cara klasik, muller,
mouritceau.
c) Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara
seluruh tubuh janin di ekstraksi oleh tenaga penolong
persalinan atau dokter kebidanan.
2) Persalinan per abdominal : sectio caesarea.
Insidensinya sekitar 10 persen. Ada beberapa kriteria
yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
dilahirkan perabdominal, misalnya :
a. Primigravida tua
b. Nilai sosial janin tinggi
e. Klasifikasi
klasifikasi IUGR dibagi menjadi 3:
1. IUGR tipe I atau tipe Simetrik
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi
gangguan potensi tubuh janin untuk memperbanyak
sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi janin.
2. IUGR tipe II atau tipe Asimetrik
Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu
gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel
(hipertrofi), misalnya pada hipertensi pada kehamilan
disertai dengan insufisiensi plasenta.
3. IUGR tipe III atau diantara kedua tipe tersebut
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu
gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan
hiperplasi dan hipertrofi sel, misalnya pada malnutrisi
ibu, kecanduan obat atau keracunan.
f. Komplikasi
a) Janin
1. Janin kematian dan kelahiran mati
2. Janin tidak dapat pantau secara akurat
3. Apgar score Rendah
4. pH pusar rendah
b) Neonatal
1. Lahir prematur dan komplikasi yang menyertainya
2. Lahir asfiksia
3. Kematian
4. Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE)
5. Perinatal stroke dan kejang
6. Perkembangan saraf terhambat
7. Sindrom Aspirasi Mekonium
8. Hipoglikemia
9. Hipotermia
c) Jangka Panjang
1. Peningkatan risiko hipertensi
2. Risiko penyakit jantung iskemik meningkat
3. Peningkatan risiko Non-insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)
g. Pencegahan
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk
kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300
kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan
selama kehamilan. Setiap akan mengkonsumsi obat, harus
dengan resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur Olah raga (senam hamil) dapat
membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba
6. Periksakan kehamilan secara rutin sesuai dengan usia
kehamilan atau sesuai anjuran dokter /bidan.
h. Skrinning
Suspek PJT menurut POGI (2011), yaitu:
1. TFU 3 cm atau lebih dibawah normal
2. Pertambahan berat badan < 5 kg pada UK 24 minggu
atau < 8 kg pada UK 32 minggu (untuk ibu dengan BMI
< 30)
3. Estimasi berat janin < 10 persentil
4. HC/AC > 1
5. AFI 5 cm atau kurang 6.
6. Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3
7. Ibu merasa gerakan janin berkurang
i. Intervensi
Menurut POGI (2011) dan Harkness (2004)
1. Pengukuran Ultrasonographic (USG)
Pemantauan biometrik janin dengan USG penting untuk
menegakkan diagnosis dini PJT, akan tetapi yang lebih
penting adalah peranan USG dalam menentukan
fungsional janin. Hal ini sangat penting oleh karena akan
menentukan etiologi, derajat beratnya PJT, prognosis
janin, jenis kelamin dan waktu tindakan yang harus
diambil. Menurut salah satu meta-analisis dari
pengukuran ultrasonografi lingkar perut / Abdominal
Circumference (AC) dan perkirakan berat janin adalah
prediktor terbaik dari berat badan janin di bawah
Persentil ke-10
2. Non Stres Test (NST)
Denyut jantung janin yang tidak terpengaruh oleh
asidosis atau depresi neurologis akan mempercepat
dalam menanggapi gerakan janin. Reaksi ini adalah dasar
dari uji nonstress (NST). Meskipun normal denyut
jantung pola janin terkait dengan gangguan oksigenasi
janin dan hasil neurologis berikutnya. False Negative
Rate (FPR) NST 2-3 per 1000, NPV 99,8% dan False
Positive Rate (FPR) 80%. NST dilakukan setiap minggu,
dua kali perminggu atau setiap hari, tergantung berat
ringannya Pertumbuhan Janin terhambat (PJT).
3. Penilaian volume air ketuban / Amniotic Fluid Index
(AFI)
USG dapat digunakan untuk menilai volume air ketuban
secara semikuantitatif yang sangat bermanfaat dalam
mengevaluasi PJT. Penilaian volume air ketuban dapat
diukur dengan mengukur skor 4 kuadran atau
pengukuran diameter vertikal kantong amnion yang
terbesar. Nilai prediksi oligohidramnion untuk PJT
berkisar antara 79-100%. Namun demikian volume air
ketuban yang normal tidak dapat dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya PJT. Janin PJT
dengan oligohidramnion akan disertai dengan
peningkatan angka kematian perinatal lebih dari 50 kali
lebih tinggi Oleh sebab itu oligohidramnion pada PJT
merupakan indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan pada janin viable. Kemungkinan adanya
kelainan bawaan yang dapat menyebabkan terjadinya
oligohidramnion (agenesis atau disgenesis ginjal) juga
perlu diwaspadai.
4. Penilaian kesejahteraan janin/ Biophisic Score (BPS)
Dengan mengetahui kesejahteraan janin, dapat dideteksi
ada tidaknya asfiksia pada janin dengan PJT. Beberapa
cara pemeriksaan dapat dikerjakan, antara lain
pemeriksaan Biophisic Score (BPS). Kematian perinatal
akibat asfiksi akan meningkat jika nilai skor jumlahnya
5. Pengukuran Doppler Velocimetry
PJT tipe II yang terutama disebabkan oleh infusiensi
plasenta akan terdiagnosis dengan baik secara Doppler
USG. Peningkatan resistensi perifer dari kapiler-kapiler
dalam rahim akan ditandai dengan penurunan tekanan
diastol sehingga S/D ratio akan naik, demikian juga
Pulsatility Index (PI) dan Resitence Index (RI). Pada
akhir-akhir ini Doppler USG dianggap sebagai metode
yang paling dini mendiagnosis adanya gangguan
pertumbuhan sebelum terlihat tanda-tanda lainnya.
Kelainan aliran darah pada pemeriksaan Doppler baru
akan terdeteksi dengan pemeriksaan KTG satu minggu
kemudian. Hilangnya gelombang diastole/ Absent End-
Diastol Flow (AEDF) akan diikuti dengan kelainan pada
kardiotografi (KTG) 3-4 hari kemudian. Gelombang
diastol yang terbalik/ Reduced End-Diastol Flow (REDF)
akan disertai dengan peningkatan kematian perinatal
dalam waktu 48-72 jam. Dengan demikian pemeriksaan
Doppler USG dapat digunakan untuk mengetahui
etiologi, derajat penyakit dan prognosis janin dengan
PJT.
6. Pemeriksaan pembuluh darah arteri
1) Arteri umbilikalis
Pada kehamilan yang mengalami PJT, maka gambaran
gelombang Dopplernya akan ditandai oleh menurunnya
frekuensi akhir diastolis. Pada preeklampsia dan adanya
PJT akan terlihat gambaran gelombang diastolis yang
rendah (reduced), hilang (absent), atau terbalik
(reversed). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan-
perubahan pada pembuluh darah di plasenta dan
umbilikus. Adanya sklerosis yang disertai dengan
obliterasi lapisan otot polos pada dinding arteriole vili
khorialis sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan tahanan perifer pada pembuluh-pembuluh
darah ini. Sampai pada saat ini pemeriksaan arteri
umbilikalis untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin
pada kasus preeklampsi atau PJT masih menjadi cara
pemeriksaan yang terpilih oleh karena lebih mudah
mendapatkannya dan mudah interpretasinya.
Hilang atau terbaliknya gelombang diastol arteri
umbilikalis berhubungan dengan peningkatan kesakitan
kematian perinatal. Kejadian hilang atau terbaliknya
gelombang diastol arteri umbilikalis, akan disertai
dengan peningkatan kejadian perdarahan serebral,
anemia dan hipoglikemia.
Doppler Velocimetry pada arteri umbilikalis pada
kehamilan resiko tinggi merupakan predictor keluaran
perinatal. Pulsatility Index (PI), Systolic/Diastolic ratio
(S/D ratio) dan Resistence Index (RI) mempunyai
sensitifitas 79%, spesifitas 93%, PPV 83%, NPV 91%
dan Kappa Index 73%.
2) Arteri Serebralis Media (MCA)
Sirkulasi serebral pada kehamilan trimester I, akan
ditandai oleh gambaran Absent of End-Diastolic Flow
(AEDF), kemudian gelombang diastol mulai akan
terlihat sejak akhir trimester I. Doppler velocimetry
pada serebral janin juga membantu mengidentifikasi
fetal compromise pada Kehamilan Risiko Tinggi
(KRT). Jika janin tidak cukup mendapatkan oksigen
akan terjadi central redistribution dari aliran darah
dengan meningkatnya aliran darah ke otak, jantung dan
glandula adrenal. Hal ini disebut brain-sparing reflux
atau brain-sparing effect, yaitu redistribusi aliran darah
ke organorgan vital dengan cara mengurangi aliran
darah ke perifer dan plasenta.
Pada janin yang mengalami hipoksia (PJT), maka akan
terjadi penurunan aliran darah uteroplasenter. Pada
keadaan ini, gambaran Doppler akan memperlihatkan
adanya peninggian resistensi atau peninggian indeks
pulsatilitas arteri umbilikasis yang disertai penurunan
resistensi sirkulasi serebral yang terkenal dengan
fenomena “brain sparing effect” (BSE) yang
merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk
mempertahankan aliran darah ke otak dan organ-organ
penting lainnya. Pada keadaan hipoksia yang berat,
hilangnya fenomena Brain-Sparing Effect (BSE)
merupakan tanda kerusakan yang irreversible yang
mendahului kematian janin.
3) Cerebroplacental ratio (CPR)
Pemeriksan rasio otak/plasenta (CPR) janin (yaitu nilai
PI arteri serebralis media (MCA)/nilai PI arteri
umbilikalis) merupakan alternatif lain untuk
mendiagnosis PJT. Pemeriksaan CPR bermanfaat untuk
mendeteksi kasus PJT yang ringan. Janin yang
mengalami PJT akibat insufisiensi plasenta kehamilan
≤ 34 minggu seringkali disertai dengan gambaran
doppler arteri umbilikalis yang abnormal. Apabila
terjadi gangguan nutrisi kehamilan ≥ 34 minggu, bisa
terjadi gambaran doppler arteri umbilikalis masih
normal walaupun respons MCA abnormal. Oleh sebab
itu nilai CPR bisa abnormal pada janin dengan PJT
yang ringan. Apabila sudah ditemukan AEDF/REDF
pada arteri umbilikalis maka pemeriksaan CPR tidak
diperlukan lagi.
7. Pengelolaan PJT
a. Umur Kehamilan < 32 minggu :
a) Klasifikasi PJT berdasarkan etiologi
b) Tentukan tipe PJT : simetris atau asimetris.
c) Obati keadaan ibu, kurangi stress, peningkatan
nutrisi, mengurangi rokok dan atau narkotik.
d) Istirahat tidur miring.
e) Pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan
Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu
sampai UK 36 minggu atau sampai timbul
oligohidramnion.
f) BPS setiap minggu diikuti dengan NST saja pada
minggu yang sama.
g) Dirawat di Rumah Sakit jika : AFI < 2,5 persentil
dengan Doppler velocimetry arteri umbilikalis normal
atau Doppler velocimetry arteri umbilikalis hilang
(AEDF) atau terbalik (REDF)
b. Umur Kehamilan ≥ 32 minggu :
a) Klasifikasi PJT berdasarkan etiologi
b) Tentukan tipe PJT: simetris atau asimetris.
c) Obati keadaan ibu, kurangi stress, peningkatan nutrisi,
mengurangi rokok dan atau obat narkotika.
d) Istirahat tidur miring kekiri.
e) Pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan
Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu.
Setiap minggu dilakukan BPS diikuti dengan hanya NST
saja pada minggu yang sama.
f) Dirawat di Rumah Sakit jika : AFI ≤ 5 cm atau
Equivokal BPS (6/10)
8. Penatalaksanaan
Suspect IUGR
Pemeriksaan Janin
-USG
-Velosimetri Doppler
-Nonstress Test
Diagnosa IUGR
-Oligohidramnio(AFI<5) -Anhidramnion
-Doppler arteri -Deselerasi berulang
umb.abnormal -2 mg tdk ada pertumbuhan
-BPS Abnormal -paru janin matur
-Anhidramnion -Doppler AEDF/REDF
DAFTAR PUSTAKA