Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

LETAK SUNGSANG

Disusun
oleh:

Ken Ola Sinaring Pertiwi 119810029

Pembim
bing :

dr. Wildan Arismunandar Sutrisno, Sp.OG (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA


GUNUNG JATI KEPANITERAAN KLINIK ILMU
KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUD
WALEDKABUPATEN CIREBON
2020
ii

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

BAB ILAPORAN KASUS................................................................................1

1.1. Identitas Pasien.....................................................................................1

1.2 Anamnesis............................................................................................1

1.3. Pemeriksaan Fisik.................................................................................3

1.4 Resume.................................................................................................5

1.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................................6

1.6 Diagnosa Kerja......................................................................................7

1.7 Penatalaksanaan....................................................................................7

1.8 Prognosis...............................................................................................7

1.9 Pemantauan Medis................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................25
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas laporan kasus ini dengan judul “Letak
Sungsang“. Tugas laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten
Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak
menemukan kesulitan. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak, akhirnya laporan kasus ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Wildan
Arismunandar Sutrisno, Sp.OG (K), selaku pembimbing. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam tema dan judul yang diangkat dalam
laporan kasus ini. Akhir kata semoga laporan kasus ini bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi pihak- pihak yang membutuhkan
umumnya.

Cirebon, November
2020

Penulis
1

BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S

Umur : 20 tahun Jenis


Kelamin : Perempuan
Alamat : Kanci – Astanajapura Waled, Kab. Cirebon

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan: Menikah

Agama : Islam
TGL MRS : 2 November 2020
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mules-mules sejak pukul 21.00 WIB
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD kebidanan pada tanggal 2


November 2020 pukul 12.15 WIB rujukan dari
Puskesmas Cibogo dengan G1P0A0 gravida aterm kala
I fase laten dengan letak sungsang dan suspect IUGR.
Pasien merasakan mulas-mulas sejak jam 21.00 pada
tangal 1 November 2020. Keluar air-air sejak pukul
01.00 WIB pada tangal 2 November 2020 berwarna
kehijauan. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit yang sama disangkal

- Riwayat dirawat di rumah sakit disangkal

- Riwayat hipertensi (-)

- Riwayat Operasi (-)


- Riwayat DM (-)

- RiwayatAsma (-)

- Riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat penyakit yang sama disangkal

- Riwayat DM (+)

- Riwayat HT (+)

- Riwayat Asma (-)

- Riwayat alergi (-)

Riwayat Menstruasi

Menarche : 13 tahun
Siklus haid
: Teratur
Panjang siklus : 28 hari
Lama : 5 hari
Dismenorea : (+)

Banyak : 2 pembalut/hari

HPHT : 18-01-2020

HPL : 25-10-2020

Riwayat Operasi

Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.

Riwayat Kontrasepsi

Pasien tidak menggunakan kontrasepsi.


Riwayat Pernikahan

Pasien menikah 8 bulan yang lalu


Riwayat Obstetri
Taksiran persalinan : 25-10-2020

Riwayat bersalin sebelumnya : belum pernah

Riwayat abortus : disangkal

Riwayat ANC
Kontrol kehamilan : di bidan trimester pertama 1 bulan
sekali, trimester ke 2 minggu sekali,trimester ketiga 1 minggu
sekali di bidan Happy.
Imunisasi TT : 2x

Pemeriksaan USG : 1x di bidan, tidak ada kelainan

Riwayat Ginekologi

Riwayat penyakit kanker, kista ovarium,


mioma uteri, perdarahan
pervaginam diluar menstruasi disangkal pasien.
Riwayat Pribadi dan Sosial

Pasien merupakan ibu rumah tangga yang tinggal


bersama suaminya. Riwayat merokok dan
mengkonsumsi alkohol disangkal.

1.2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

Tampak sakit ringan

b. Kesadaran

Compos mentis

c. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 90x/menit

Frekuensi Napas : 21x/menit

Suhu : 36,8˚C
d. Status Gizi

Tinggi badan : 155 cm

Berat badan : 49 kg

IMT : 20,4 (Berat Badan Normal)

e. Status interna

Kepala
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/)

- Hidung : sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)

- Telinga : sekret (-)

- Mulut : sianosis (-), bibir kering (-)

- Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Thoraks

Paru-Paru

 Inspeksi: pergerakan dada simetris, retraksi ICS (-)

 Palpasi: nyeri tekan (-), ekspansi


dada normal, fremitustaktil dalam
batas normal
 Perkusi: Sonor seluruh lapang paru

 Auskultasi : bunyi napas dasar vesikuler,


ronkhi -/-, wheezing-/-
Jantung

 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : Ictuscordis teraba pada ICS V


mid clavicular sinistra
 Perkusi : Batas jantung normal

 Auskutasi : BJ I, II murni, reguler.


murmur (-), gallop (-)

Abdomen

 Inspeksi : Cembung gravida

 Auskultasi : BisingUsus (+)

 Palpasi : Nyeri tekan (-)

Ektermitas:

Akral hangat, Edema tungkai +/+,capillary refill time <2“

f. Status Obstetrik
1. Pemeriksaan luar
TFU : 26 cm
DJJ : 136 x/menit

His : 3x30’x10’’
2. Palpasi

Leopold I : teraba keras, TFU: 26 cm, TBBJ: 2.325 gram


Leopold II : pungung teraba di bagian kanan, DJJ: 136
x/menit

Leopold III : teraba lunak (pantat)


Leopold IV : konvergen
3. Pemeriksaan Dalam

V/V : tidak dilakukan

VT : tidak dilakukan
1.4 RESUME

Pasien datang ke IGD kebidanan pada tanggal 2


November 2020 pukul 12.15 WIB rujukan dari
Puskesmas Cibogo dengan G1P0A0 gravida aterm kala
I fase laten dengan letak sungsang dan suspect IUGR.
Pasien merasakan mulas-mulas sejak jam 21.00 pada
tangal 1 November 2020. Keluar air-air sejak pukul
01.00 WIB pada tangal 2 November 2020 berwarna
kehijauan. Gerakan janin masih dirasakan oleh pasien.

Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan


trimester pertama 1 bulan sekali, trimester ke 2 minggu
sekali,trimester ketiga 1 minggu sekali di bidan Happy.
Pasien juga mengatakan sudah 1x USG dengan hasil
tidak ada kelainan. Riwayat suntik TT 2x dan tidak
memiliki riwayat penggunaan KB.
Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan
keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi
nadi 90 x/menit, frekuensi napas 21 x/menit dan suhu
36,8˚C. Status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan obstetrik didapatkan TFU 26 cm, DJJ 136
x/menit, his 3x30’. Pada pemeriksaan Leopold I
didapatkan teraba keras (kepala), Leopold II teraba
punggung di bagian kanan, Leopold III teraba lunak
(bokong) dan Leopold IV konvergen. Pemeriksaan
dalam didapatkan V/V tidak ada kelainan dan porsio
kuncup.
1.5. Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin (14/9/2020)


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 6.4 12,5-15.5 gr%
Hematokrit 21 36-48 %
Trombosit 421 150-400 Mm
Leukosit 10.3 4-10 Mm
MCV 56.3 82-98 Mikro m
MCH 15.2 >= 27 Pg
MCHC 26.9 32-36 g/dl
Eritrosit 4.24 3,8-5,4 Mm
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 2-4 %
Neutrofil batang 0 3-5 %
Neutrofil segmen 60 50-80 %
Limfosit 34 25-40 %
Monosit 6 2-8 %
Gol darah + Rh B

1.6. Diagnosa Kerja

G1P0A0 parturien aterm kala I fase laten dengan letak sungsang


+ suspect IUGR
1.7. Penatalaksanaan

- Ceftriaxone injeksi 1 gram IV

- Memasang oksigen 3 lpm

- Observasi DJJ, His dan kemajuan persalinan

- Observasi selama 4 jam, jika tidak ada kemajuan persalinan,


rencana SC
1.8.Prognosis

Quo ad Vitam: Dubia Ad Bonam

Quo ad Functionam :
Dubia Ad Bonam Qua
ad Sanationam : Dubia
Ad Bonam

1.9 Pemantauan Medis


Tgl Jam
S O A P
2/11/ 04.15
Mulas KU: TSS G1P0A0 Observasi
20 (+) Parturi KU, TTV,
Kes: CM
en DJJ, hiS
TD: 120/80 mmHg N: 89
aterm dan
x/menit
dengan kemajuan
R: 22 x/menit
kala I persalinan
S: 36.6 ˚C fase
laten
Abdomen: Cembung
dengan
gravida (+), BU (+), TFU:
letak
26 cm, presentasi
sungsa
bokong, DJJ 136
ng +
x/menit, his (+) PD:
suspect
tidak dilakukan
IUGR

2/11/ 07.00
Mulas KU: TSS G1P0A0 - Evaluasi
(+) parturien kemajuan
20 Kes: CM
aterm kala persalinan
TD: 120/80 mmHg N: 86
1 fase rencana SC
x/menit
laten jika dalam
R: 21 x/menit
presentasi 4 jam tidak
S: 36.4 ˚C bokong + ada
Anemis + kemajuan
Mata : Ca -/-
IUGR persalinan
jam 08.00
DJJ 148 x/menit, his
- Lapor dr.
3x10’x30”
Deni,
PD: V/V tidak ada
sp.OG : Hb
kelainan, portio tebal
:6,4
lunak, pembukaan 2 cm,
- Sedia
ketuban (+)
darah 3
kepala H1, DC urin +- 1000
labu PRC
cc, Hb : 6,4

2/11 07.30 Mulas KU: TSS G1P0A0 Konsul dr.


(+) Aris, sp.
/20 Kes: CM parturien
Anestesi :
aterm
TD: 110/70 mmHg
- Setuju
kala I
N: 89x/menit tindakan
fase
R: 20 x/menit anestesi
laten
- ASA 1-2
S: 36.5 ˚C dengan
- Puasa 6
letak
DJJ 142 x/menit, his
jam pre
sungsan
3x10’x30”
operasi
g+
PD: tidak
suspect
Dilakukan
IUGR
dengan
anemi
Tabel Pemantauan Kala IV
Jam Waktu TD N S TFU Kontraksi Kemih Darah

Ke uterus
15.15 100/80 82 36.5 2 jari Baik 500 cc- 5cc
dibawah dibuang

pusat
1 15.30 120/80 86 2 jari Baik Kosong -
dibawah
pusat
15.45 110/70 109 2 jari Baik Kosong -
dibawah
pusat
16.00 110/80 95 2 jari Baik Kosong -
dibawah
pusat
16.30 110/90 98 36.5 2 jari Baik Kosong -
2 dibawah
pusat
17.00 110/80 100 2 jari Baik Kosong 5cc
dibawah
pusat
Hasil Laboratorium 3/11/2020 pukul 13.34

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 8.4 12,5-15.5 gr%
Hematokrit 29 36-48 %
Trombosit 318 150-400 Mm
Leukosit 18.6 4-10 Mm
MCV 68.2 82-98 Mikro m
MCH 20.1 >= 27 Pg
MCHC 29.5 32-36 g/dl
RDW CV 26.6 11.6-14.6 %
RDW SD 62.2 29-46 fL
Eritrosit 4.18 3,8-5,4 Mm
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 2-4 %
Neutrofil batang 1 3-5 %
Neutrofil segmen 81 50-80 %
Limfosit 12 25-40 %
Monosit 6 2-8 %
Pemantauan medis lanjutan
Tanggal Jam S O A
P
2/11/20 08.00
Dilakukan SC a/i Letak sungsang + IUGR oleh dr. Deni
Wirhana, sp.OG (K)
2/11 09.00 Lemas (+) Abdomen P1A1
- RL : D5 = 2:1
: datar, post
/20
- Anbacim 2x1
TFU 2 partum
gram
jari SC a/i
dibawah letak - Ketorolac 30
pusar, sungsang, mg/6 jam
perdaraha IUGR,
- Observasi
n (-) dan KPD
3/11/20 08.00 Post KU : TSS P1A0
- Cefadroxil
transfuse Kes : CM post SC
2x1
PRC TD : a/I letak
- Asam
2labu 100/70 sungsang
Mefenamat
HR : + IUGR +
3x1
89x/m KPD +
R : 20x/m Anemia - Cek DR ulang
Suhu : pody transfuse
36,5C target Hb
SpO2 : >8g/Dl
98%
Abdomen
: Nyeri
post op
4/11/20 08.00 Keluar KU : TSS P1A0
- Cefadroxil
darah dari Kes : CM post SC
2x1
jalan lahir TD : a/i letak
- Asam
(+), nyeri 100/80 sungsang
mefenamat
luka post HR : + IUGR +
3x1
SC (+) 66x/m KPD +
Hb : 8,4 Suhu : Anemia
36,5 C
SpO2 :
98%
R : 20x/m
5/9 08.00 Keluar KU: TSS P1A0 - Cefadroxil
/20 darah dari Kes: CM post SC 2x1
jalan lahir TD: a/i letak - Asam
(+), nyeri 100/80 sungsang mefenamat
luka post mmHg + IUGR + 3x1
SC N: 75 KPD + - BLPL
berkurang x/menit Anemia
R: 20
x/menit
S: 36.7 ˚C
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang/membujur dengan kepala di fundus uteri dan bokong di
bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang diantaranya presentasi
bokong (frank breech) (50-70%), presentasi bokong kaki sempurna
(complete breech) (5-10%), presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (incomplete or footling) (10- 30%).

2.2 Klasifikasi
a. Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang
dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki
setinggi bahu atau kepala janin.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu
letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang
sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.
2.3 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala tidak
teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-
kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah
kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali
wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada
yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa
lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak
dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah
berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu-raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik. Setelah
ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba
kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema,
sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan antara bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan
meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi
bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping bokong
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu
kaki di samping bokong.
2.4 Etiologi
Penyebab dari letak sungsang sering kali tidak ada penyebab yang
bisa diidentifikasikan, tetapi berbagai kondisi berikut ini
mendorong terjadinya presentasi bokong diantaranya :
a. Persalinan prematur. Presentasi bokong relatif sering terjadi
sebelum usia gestasi 34 minggu sehinggga presentasi
bokonglebih sering terjadi pada persalinan prematur.
b. Tungkai ekstensi. Versi sefalik spontan dapat terhambat jika
tungkai janin mengalami ekstensi dan membelit panggul.
c. Kehamilan kembar. Kehamilan kembar membatasi ruang yang
tersedia untuk perputaran janin, yang dapat mennyebabkan
salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong
d. Polihidroamnion. Distensi rongga uterus oleh cairan amnion
yang berlebihan dapat meyebabkan presentasi bokong.
e. Hidrosefalus. Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung
terakomodasi didalam fundus.
f. Abnormalitas uterus. Distorsi ronggauterus oleh septum atau
jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi bokong

g. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat


mengurangi luas ruangan dalam rahim.

h. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin


mengubah posisinya menjadi sungsang

i. Multiparitas. Pernah melahirkan anak sebelumnya sehingga


rahim elastis dan membuat janin berpeluang untuk berputar

j. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas


bergerak

k. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu
telah melahirkan beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim
sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk
berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
2.5 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai
kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,
sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir
janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang.
Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari
pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan
yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
2.6 Diagnosa
a. Data subjektif
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut
bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda keras
(kepala) mendesak tulang iga. Ibu juga mengeluh rasa nyeri
oleh karena janin menyepak-nyepak rectum. Apabila ibu
pernah hamil sebelumnya maka kehamilannya dengan letak
sungsang akan terasa lain dari pada kehamilan yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah.
b. Data objektif
a. Pemeriksaan palpasi Leopold :
Leopold I : untuk mengetahui bagian yang berada pada
bagian atas fundus. Pada presentasi bokong
akan teraba kepala janin yang keras, bulat
Leopold II : Untuk mengetahui letak janin pada bagian
kanan atau kiri fundus. Bagian kanan dan
kiri teraba punggung dan bagian-bagian kecil
janin.
Leopold III : Untuk mengetahui bagian bawah janin. Pada
presentasi bokong akan teraba bokong, agak
bulat, tidak melenting.
Leopold IV : setelah terjadi engagement, menunjukkan
posisi bokong yang mapan di bawah
simfisis.
b. Pemeriksaan auskultasi
Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ
biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit di atas
umbilikus, sedangkan bila telah terjadi engagement kepala
janin, suara jantung terdengar paling keras di bawah
umbilikus.
c. Pemeriksaan USG
Untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan
bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
d. Pemeriksaan dalam
Pada presentasi bokong murni, teraba sacrum, anus,
kedua tuberositas iskiadika, dan setelah terjadi penurunan
lebih lanjut, genitalia eksterna dapat dikenali (Cunningham,
2006; h. 562). Perlu diperhatikan perbedaan dengan
presentasi muka. Cara membedakannya dengan melakukan
pemeriksaan dalam dan hasilnya sebagai berikut :
a. Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak
ada hisapan, terdapat mekonium, kesimpulannya adalah
anus.
b. Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah prosesus
zigomatikus, maka kesimpulan tersebut adalah mulut.
c. Apabila menemukan tumit, sudut 90° dengan jari-jari
rata, maka kesimpulan hal tersebut adalah kaki.
d. Apabila menemukan jari-jari panjang tidak rata dan
tidak terdapat sudut maka disimpulkan hal tersebut
adalah tangan.
e. Apabila teraba patella dan poplitea maka
kesimpulannya adalah lutut.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk
memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan bila
mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin.
 Pemeriksaan sinar X : Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menegakkan diagnosis maupun memperkirakan ukuran dan
konfigurasi panggul ibu.
2.8 Penatalaksanaan
a. Skor Zatuchni dan Andros
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks
prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominan, sebagai berikut
Parameter Nilai
1 2 3
Parietas Primigravida multigravida
Riwayat Tidak 1x 2x
sungsang
TBJ >3650 gr 3649-3176 gr <3176gr
Usia >39 38 <37
kehamilan
Station <-3 -2 -1
Pembukaan 2cm 3cm 4cm

Intepretasi
≤3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila
nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam
b. Mekanisme
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung
dengan persalinan bokong, persalinan bahu, dan persalinan
kepala. Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau
miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam
sehingga trochanter depan berada di bawah simpisis. Dengan
trochanter depan sebagai Hipomoklion, akan lahir trochanter
belakang, dan selanjutnya seluruh bokong lahir. Sementara itu
bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk
putar paksi dalam sehingga berada di bawah simpisis. Dengan
bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang
bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan
dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala
bayi memasukki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta
melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput berada
dibawah simpisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-
turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka, dan kepala
seluruhnya.
Tahap ketiga : Fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala
akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke
dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala
harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari
terjadinya perdarahan intracranial.
c. Jenis persalinan
Penanganan presentasi bokong yaitu dengan persalinan
pervaginam dan persalinan per abdominal (sectio caesarea).
1) Persalinan pervaginam
a) Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya
merupakan hal yang terjadi secara spontan dengan
tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan
atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang
dilahirkan. Jenis persalinan ini disebut persalinan
dengan cara bracht.
b) Ekstraksi parsial yatu persalinan yang terjadi secara
spontan sampai umbilikus, tetapi selanjutnya dilakukan
ekstraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatan ibu, his, dan
tenaga penolong, misalnya dengan cara klasik, muller,
mouritceau.
c) Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara
seluruh tubuh janin di ekstraksi oleh tenaga penolong
persalinan atau dokter kebidanan.
2) Persalinan per abdominal : sectio caesarea.
Insidensinya sekitar 10 persen. Ada beberapa kriteria
yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
dilahirkan perabdominal, misalnya :
a. Primigravida tua
b. Nilai sosial janin tinggi

c. Riwayat persalinan yang buruk (bad obstetric history).


d. Janin besar, lebih dari 3,5 kg – 4 kg.
e. Dicurigai adanya kesempitan panggul.
f. Prematuritas.
d. Tindakan pertolongan persalinan partus sungsang :
1) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya
pembukaan, selaput ketuban, dan penurunan bokong serta
kemungkinan adanya penyulit
2) Instruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama
ada his. Mengedan dengan benar mulai dengan menarik
nafas dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong
ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat lutut,
angkat kepala dan lihat ke pusar.
3) Pimpin berulang hingga bokong turun kedasar panggul.
Lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva dan
perinium sudah tipis.
4) Melahirkan bayi dengan cara brach :
a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara
brach yaitu kedua ibu jari penolong sejajar dengan
panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah
panggul.
b) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin.
c) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada
d) Lakukan hiperlordosis janin pada saat angulus scapula
inferior tampak dibawah simpisis (dengan mengikuti
gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke
arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya
badan bayi.

e) Gerakan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi


dan kepala.
5) Apabila terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin
mencapai daerah skapula inferior, segera lakukan
pertolongan dengan cara klasik atau muller dan lovset
(manual aid).
6) Jika dengan cara brach bahu dan tangan tidak bisa lahir
maka bahu dan tangan dilahirkan secara klasik yaitu :
a) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
b) Kemudian mengendorkan tali pusat
c) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan
dan tarik ke atas. Dengan tangan kiri dan menariknya
ke arah kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri bayi
yang berada di belakang. Dengan tangan kanan dan
menariknya kea rah kiri atas ibu, untuk melahirkan
bahu kanan bayi yang berada dibelakang.
d) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak
bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk
melahirkan lengan belakang bayi.

e) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki


ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama
7) Apabila sulit untuk melahirkan bahu belakang maka
lakukan cara muller yaitu :
a) Melahirkan bahu depan dulu dengan cara menarik
kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah
belakang kontra lateral dari bahu depan.

b) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan


langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.

8) Cara lovset (dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit


di belakang kepala/nuchal arm) :
a) Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang dengan
kedua tangan sampai scapula berada di bawah simpisis
b) Kemudian bayi diputar 180 derajat sampai bahu
belakang berubah menjadi bahu depan dan lahir.
c) Dengan arah yang berlainan dengan putaran pertama,
bayi diulangi diputar 180 derajat sampai kedua bahu
lahir.

9) Melahirkan kepala bayi dengan cara Mauriceau, dilakukan


bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila dengan
bracht kepala belum lahir dengan cara :
a) Letakkan badan bayi ditangan kiri sehingga seolah
olah badan bayi sedang menunggang kuda badan
bayi di atas tangan kanan).
b) Satu jari di masukkan di mulut dan dua jari di maksila
c) Tangan kanan memegang atau mencengkam bahu
tengkuk bayi.
d) Meminta seorang asisten menekan fundus uteri.
e) Bersamaan dengan adanya his, asisten menekan
fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan
ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing
jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau
mulut.
10) Ekstraksi kaki dilakukan bila kala II tak maju atau tampak
gejala kegawatan ibu dan bayi.
a) Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah.
Setelah kaki fleksi, pergelangan kaki dipegang dengan
dua jari dan dituntun ke luar vagina sampai batas lutut.
b) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu
kedu ibu jari diletakkan dibelakang betis sejajar sumbu
panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki
ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
c) Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi mungkin

dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu


panjang paha dan jari lain di depan paha.
d) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai
trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi ke atas hingga trokhanter
belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti
bokong lahir.
e) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih
dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu adalah
trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke
bawah.
f) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan dengan manual
aid.
11) Teknik ekstraksi bokong dikerjakan jika presentasi bokong
murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala
II tidak maju atau tampak keadaan janin/ibu yang
mengharuskan bayi segera dilahirkan. Caranya yaitu :
a. Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil
janin dimasukan kedalam jalan lahir dan diletakkan
dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat/krista
iliaka dikaitkan dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong
yang lain mencengkeram pergelangan tadi dan tururt
menarik curam ke bawah.
b. Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di
bawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain
mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai
bokong lahir.
c. Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan dengan manual aid.

12) Cunam piper digunakan kalau pengeluaran kepala bayi


dengan bracht atau mauriceau gagal. Caranya : tangan dan
badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas, cunam
piper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala
kemudian ditarik.

2.9 IUGR (NTRAUTERINE GROWTH RESTRICTION)


a. Definisi
IUGR adalah ketidak mampuan janin dalam mencapai
pertumbuhan normalnya, baik dalam kondisi preterem,
aterem, maupun posterm.
b. Prevalensi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 persentase BBLR di Indonesia mencapai 10,2%.
Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi
Tengah dan terendah di Sumatra Utara, sementara di Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki persentase 9,4%. Dinas
kesehatan dan kesejahteraan sosial D.I Yogyakarta
menyebutkan bahwa pada tahun 2013 jumlah BBLR sebesar
2.148 kasus, dan Kabupaten Sleman merupakan wilayah
dengan kasus BBLR tertinggi yang mencapai 661 kasus ( 4,3
% ), kasus BBLR tertingi kedua adalah Kabupaten Gunung
Kidul 519 kasus ( 6,4 % ) , kemudian diikuti oleh Kabupaten
Bantul 469 kasus ( 3,5 %), Kabupaten Kulon Progo 322
kasus ( 6,1 %) dan kota Yogyakarta 277 kasus ( 5,2 %).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman,
terdapat peningkatan prevalensi BBLR di Sleman tahun 2015
yaitu sebanyak 823 kasus (5,82%). World Health
Organisation (WHO) menganjurkan pada negara – negara
berkembang seperti Indonesia agar memperhatikan masalah
terkait dengan IUGR ini karena akan memberikan beban
ganda. Beberapa faktor penyebab IUGR di negara
berkembang seperti Indonesia antara lain karena Anemia,
Hipertensi, Infeksi, Gemeli, Penyakit Jantung dan Asma.
c. Etiologi
Penyebab terjadinya IUGR terbagi pada tiga kategori mayor
yaitu pengaruh dari maternal, janin dan plasenta :
a) Faktor maternal
1. Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi
gestasional, autoimun).
2. Diabetes Miletus
3. Infeksi HIV, TORCH dan Syphilis.
4. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit
jantung sianotik, anemia berat).
5. Malformasi uterine atau fibroid.
6. Thrombofilia (sindrom antifosfolipid)
7. Malnutrisi
8. Variasi sosiodemografi
9. Merokok dan narkotika.
10. Wanita dengan pertumbuhan terhambat,
mempunyai riwayat kehamilan IUGR.
b) Faktor janin
1. Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi
maternal).
2. Kelainan kromosom (contoh Sindrom Turner dan
Sindrom Down), kelainan genetik lainnya yang tidak
disebabkan oleh masalah kromosom adalah seperti
Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal
abnormal dan beberapa sindrom lain.
3. Sindrom transfusi kembar ke kembar.
4. Gestasi multiple.
c) Faktor plasenta
1. Plasenta infark.
2. Trombosis pada pembuluh darah janin.
3. Gangguan kronis prematur.
4. Vili plasenta oedema.
5. Anomali cord.
d. Patofisiologi

e. Klasifikasi
klasifikasi IUGR dibagi menjadi 3:
1. IUGR tipe I atau tipe Simetrik
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi
gangguan potensi tubuh janin untuk memperbanyak
sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan
kromosom atau infeksi janin.
2. IUGR tipe II atau tipe Asimetrik
Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu
gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel
(hipertrofi), misalnya pada hipertensi pada kehamilan
disertai dengan insufisiensi plasenta.
3. IUGR tipe III atau diantara kedua tipe tersebut
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu
gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan
hiperplasi dan hipertrofi sel, misalnya pada malnutrisi
ibu, kecanduan obat atau keracunan.

f. Komplikasi
a) Janin
1. Janin kematian dan kelahiran mati
2. Janin tidak dapat pantau secara akurat
3. Apgar score Rendah
4. pH pusar rendah
b) Neonatal
1. Lahir prematur dan komplikasi yang menyertainya
2. Lahir asfiksia
3. Kematian
4. Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE)
5. Perinatal stroke dan kejang
6. Perkembangan saraf terhambat
7. Sindrom Aspirasi Mekonium
8. Hipoglikemia
9. Hipotermia
c) Jangka Panjang
1. Peningkatan risiko hipertensi
2. Risiko penyakit jantung iskemik meningkat
3. Peningkatan risiko Non-insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)
g. Pencegahan
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk
kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300
kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan
selama kehamilan. Setiap akan mengkonsumsi obat, harus
dengan resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur Olah raga (senam hamil) dapat
membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba
6. Periksakan kehamilan secara rutin sesuai dengan usia
kehamilan atau sesuai anjuran dokter /bidan.
h. Skrinning
Suspek PJT menurut POGI (2011), yaitu:
1. TFU 3 cm atau lebih dibawah normal
2. Pertambahan berat badan < 5 kg pada UK 24 minggu
atau < 8 kg pada UK 32 minggu (untuk ibu dengan BMI
< 30)
3. Estimasi berat janin < 10 persentil
4. HC/AC > 1
5. AFI 5 cm atau kurang 6.
6. Sebelum UK 34 minggu plasenta grade 3
7. Ibu merasa gerakan janin berkurang
i. Intervensi
Menurut POGI (2011) dan Harkness (2004)
1. Pengukuran Ultrasonographic (USG)
Pemantauan biometrik janin dengan USG penting untuk
menegakkan diagnosis dini PJT, akan tetapi yang lebih
penting adalah peranan USG dalam menentukan
fungsional janin. Hal ini sangat penting oleh karena akan
menentukan etiologi, derajat beratnya PJT, prognosis
janin, jenis kelamin dan waktu tindakan yang harus
diambil. Menurut salah satu meta-analisis dari
pengukuran ultrasonografi lingkar perut / Abdominal
Circumference (AC) dan perkirakan berat janin adalah
prediktor terbaik dari berat badan janin di bawah
Persentil ke-10
2. Non Stres Test (NST)
Denyut jantung janin yang tidak terpengaruh oleh
asidosis atau depresi neurologis akan mempercepat
dalam menanggapi gerakan janin. Reaksi ini adalah dasar
dari uji nonstress (NST). Meskipun normal denyut
jantung pola janin terkait dengan gangguan oksigenasi
janin dan hasil neurologis berikutnya. False Negative
Rate (FPR) NST 2-3 per 1000, NPV 99,8% dan False
Positive Rate (FPR) 80%. NST dilakukan setiap minggu,
dua kali perminggu atau setiap hari, tergantung berat
ringannya Pertumbuhan Janin terhambat (PJT).
3. Penilaian volume air ketuban / Amniotic Fluid Index
(AFI)
USG dapat digunakan untuk menilai volume air ketuban
secara semikuantitatif yang sangat bermanfaat dalam
mengevaluasi PJT. Penilaian volume air ketuban dapat
diukur dengan mengukur skor 4 kuadran atau
pengukuran diameter vertikal kantong amnion yang
terbesar. Nilai prediksi oligohidramnion untuk PJT
berkisar antara 79-100%. Namun demikian volume air
ketuban yang normal tidak dapat dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya PJT. Janin PJT
dengan oligohidramnion akan disertai dengan
peningkatan angka kematian perinatal lebih dari 50 kali
lebih tinggi Oleh sebab itu oligohidramnion pada PJT
merupakan indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan pada janin viable. Kemungkinan adanya
kelainan bawaan yang dapat menyebabkan terjadinya
oligohidramnion (agenesis atau disgenesis ginjal) juga
perlu diwaspadai.
4. Penilaian kesejahteraan janin/ Biophisic Score (BPS)
Dengan mengetahui kesejahteraan janin, dapat dideteksi
ada tidaknya asfiksia pada janin dengan PJT. Beberapa
cara pemeriksaan dapat dikerjakan, antara lain
pemeriksaan Biophisic Score (BPS). Kematian perinatal
akibat asfiksi akan meningkat jika nilai skor jumlahnya
5. Pengukuran Doppler Velocimetry
PJT tipe II yang terutama disebabkan oleh infusiensi
plasenta akan terdiagnosis dengan baik secara Doppler
USG. Peningkatan resistensi perifer dari kapiler-kapiler
dalam rahim akan ditandai dengan penurunan tekanan
diastol sehingga S/D ratio akan naik, demikian juga
Pulsatility Index (PI) dan Resitence Index (RI). Pada
akhir-akhir ini Doppler USG dianggap sebagai metode
yang paling dini mendiagnosis adanya gangguan
pertumbuhan sebelum terlihat tanda-tanda lainnya.
Kelainan aliran darah pada pemeriksaan Doppler baru
akan terdeteksi dengan pemeriksaan KTG satu minggu
kemudian. Hilangnya gelombang diastole/ Absent End-
Diastol Flow (AEDF) akan diikuti dengan kelainan pada
kardiotografi (KTG) 3-4 hari kemudian. Gelombang
diastol yang terbalik/ Reduced End-Diastol Flow (REDF)
akan disertai dengan peningkatan kematian perinatal
dalam waktu 48-72 jam. Dengan demikian pemeriksaan
Doppler USG dapat digunakan untuk mengetahui
etiologi, derajat penyakit dan prognosis janin dengan
PJT.
6. Pemeriksaan pembuluh darah arteri
1) Arteri umbilikalis
Pada kehamilan yang mengalami PJT, maka gambaran
gelombang Dopplernya akan ditandai oleh menurunnya
frekuensi akhir diastolis. Pada preeklampsia dan adanya
PJT akan terlihat gambaran gelombang diastolis yang
rendah (reduced), hilang (absent), atau terbalik
(reversed). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan-
perubahan pada pembuluh darah di plasenta dan
umbilikus. Adanya sklerosis yang disertai dengan
obliterasi lapisan otot polos pada dinding arteriole vili
khorialis sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan tahanan perifer pada pembuluh-pembuluh
darah ini. Sampai pada saat ini pemeriksaan arteri
umbilikalis untuk mendiagnosis keadaan hipoksia janin
pada kasus preeklampsi atau PJT masih menjadi cara
pemeriksaan yang terpilih oleh karena lebih mudah
mendapatkannya dan mudah interpretasinya.
Hilang atau terbaliknya gelombang diastol arteri
umbilikalis berhubungan dengan peningkatan kesakitan
kematian perinatal. Kejadian hilang atau terbaliknya
gelombang diastol arteri umbilikalis, akan disertai
dengan peningkatan kejadian perdarahan serebral,
anemia dan hipoglikemia.
Doppler Velocimetry pada arteri umbilikalis pada
kehamilan resiko tinggi merupakan predictor keluaran
perinatal. Pulsatility Index (PI), Systolic/Diastolic ratio
(S/D ratio) dan Resistence Index (RI) mempunyai
sensitifitas 79%, spesifitas 93%, PPV 83%, NPV 91%
dan Kappa Index 73%.
2) Arteri Serebralis Media (MCA)
Sirkulasi serebral pada kehamilan trimester I, akan
ditandai oleh gambaran Absent of End-Diastolic Flow
(AEDF), kemudian gelombang diastol mulai akan
terlihat sejak akhir trimester I. Doppler velocimetry
pada serebral janin juga membantu mengidentifikasi
fetal compromise pada Kehamilan Risiko Tinggi
(KRT). Jika janin tidak cukup mendapatkan oksigen
akan terjadi central redistribution dari aliran darah
dengan meningkatnya aliran darah ke otak, jantung dan
glandula adrenal. Hal ini disebut brain-sparing reflux
atau brain-sparing effect, yaitu redistribusi aliran darah
ke organorgan vital dengan cara mengurangi aliran
darah ke perifer dan plasenta.
Pada janin yang mengalami hipoksia (PJT), maka akan
terjadi penurunan aliran darah uteroplasenter. Pada
keadaan ini, gambaran Doppler akan memperlihatkan
adanya peninggian resistensi atau peninggian indeks
pulsatilitas arteri umbilikasis yang disertai penurunan
resistensi sirkulasi serebral yang terkenal dengan
fenomena “brain sparing effect” (BSE) yang
merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk
mempertahankan aliran darah ke otak dan organ-organ
penting lainnya. Pada keadaan hipoksia yang berat,
hilangnya fenomena Brain-Sparing Effect (BSE)
merupakan tanda kerusakan yang irreversible yang
mendahului kematian janin.
3) Cerebroplacental ratio (CPR)
Pemeriksan rasio otak/plasenta (CPR) janin (yaitu nilai
PI arteri serebralis media (MCA)/nilai PI arteri
umbilikalis) merupakan alternatif lain untuk
mendiagnosis PJT. Pemeriksaan CPR bermanfaat untuk
mendeteksi kasus PJT yang ringan. Janin yang
mengalami PJT akibat insufisiensi plasenta kehamilan
≤ 34 minggu seringkali disertai dengan gambaran
doppler arteri umbilikalis yang abnormal. Apabila
terjadi gangguan nutrisi kehamilan ≥ 34 minggu, bisa
terjadi gambaran doppler arteri umbilikalis masih
normal walaupun respons MCA abnormal. Oleh sebab
itu nilai CPR bisa abnormal pada janin dengan PJT
yang ringan. Apabila sudah ditemukan AEDF/REDF
pada arteri umbilikalis maka pemeriksaan CPR tidak
diperlukan lagi.
7. Pengelolaan PJT
a. Umur Kehamilan < 32 minggu :
a) Klasifikasi PJT berdasarkan etiologi
b) Tentukan tipe PJT : simetris atau asimetris.
c) Obati keadaan ibu, kurangi stress, peningkatan
nutrisi, mengurangi rokok dan atau narkotik.
d) Istirahat tidur miring.
e) Pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan
Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu
sampai UK 36 minggu atau sampai timbul
oligohidramnion.
f) BPS setiap minggu diikuti dengan NST saja pada
minggu yang sama.
g) Dirawat di Rumah Sakit jika : AFI < 2,5 persentil
dengan Doppler velocimetry arteri umbilikalis normal
atau Doppler velocimetry arteri umbilikalis hilang
(AEDF) atau terbalik (REDF)
b. Umur Kehamilan ≥ 32 minggu :
a) Klasifikasi PJT berdasarkan etiologi
b) Tentukan tipe PJT: simetris atau asimetris.
c) Obati keadaan ibu, kurangi stress, peningkatan nutrisi,
mengurangi rokok dan atau obat narkotika.
d) Istirahat tidur miring kekiri.
e) Pemeriksaan USG untuk evaluasi pertumbuhan dan
Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu.
Setiap minggu dilakukan BPS diikuti dengan hanya NST
saja pada minggu yang sama.
f) Dirawat di Rumah Sakit jika : AFI ≤ 5 cm atau
Equivokal BPS (6/10)

8. Penatalaksanaan

Faktor Maternal Faktor Janin Faktor Plasenta


Hipertensi dan penyakit - Kelainan bawaan Plasenta infark.
Vaskuler - Kelainan kromosom, kelainan Trombosis pada pembuluh darah
DM genetik lainnya yang tidak janin.
Infeksi HIV, TORCH dan syphilis. disebabkan oleh masalah Gangguan kronis prematur.
Hipoksemia maternal kromosom dan beberapa Vili plasenta oedema.
Anemia berat sindrom lain. Anomali cord.
Malformasi uterine atau fibroid. - Sindrom transfusi kembar ke
Thrombofilia (sindrom kembar.
antifosfolipid). - Gestasi multiple.
Malnutrisi
Variasi sosiodemografi
Merokok dan narkotika.
Riwayat hamil IUGR.

Suspect IUGR

Pemeriksaan Janin
-USG
-Velosimetri Doppler
-Nonstress Test

Diagnosa IUGR

-Ratio FL/AC ≥ 26 Usia Kehamilan


Doppler a/v umbilikalis PI>
1,8, AEDF, REDF
AFI ≤ 4 32-36 mgg ≤ 32 mgg
≥ 37 mgg
TERMINASI Konsevatif 10 Konservatif
-SC hari
-Pervag.Bila PS > 5

-Oligohidramnio(AFI<5) -Anhidramnion
-Doppler arteri -Deselerasi berulang
umb.abnormal -2 mg tdk ada pertumbuhan
-BPS Abnormal -paru janin matur
-Anhidramnion -Doppler AEDF/REDF

Sumber : Protap penatalaksanaan Kehamilan dengan PJT di Indonesia (2011)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, UNICEF, (2016).


Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
dan JICA (Japan International Cooperation Agency)
2. Sattar, M.A., Rezk, S. & Wahed, A., (2011). Intrauterine Growth
Restriction : Role Of Ultrasound And Color Flow Doppler. Al-
Azhar University Journal, 9(3), pp.187– 208.
3. Tunny, S.Y.B.J.L.V.R.J., (2015). Small for gestational age births
among South Indian women: temporal trend and risk factors from
1996 to 2010. TT -. BMC Pregnancy and Childbirth, 15(7), p.7
4. Puccio, G. et al., (2014). Intrauterine growth pattern and
birthweight discordance in twin pregnancies: a retrospective study
Italian Journal Of Pediatrics. Italian Journal of Pediatrics, 40(1),
pp.1–7.
5. Julie E. Hartnack Thrin, Steen Rasmussen & Lone Krebs, (2011).
Main research Article. Consequence of the Term Breech Trial in
Denmark. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavia 2011
Nordic Federation of Societis of Obstetrics and Gynecology 90
6. Umoh A.V, Abah M.G, Umoiyoho A.J. Breech Presentation-
An Overview. Ibon Medical Journal. 27th May 2015.

Anda mungkin juga menyukai