Anda di halaman 1dari 24

Tanda dan gejala penyakit hepatologi

Hepatitis A

Hepatitis A biasanya onsetnya mendadak dengan gejala non-spesifik, seperti

malaise, kelelahan, anoreksia, muntah, rasa tidak nyaman di perut, dan diare.

Manifestasi khasnya adalah peningkatan transaminase dan ikterus dengan urin gelap

atau berwarna seperti teh dan terkadang feses berwarna pucat atau seperti tanah liat.

Banyak penderita yang asimptomatik atau hanya gastroenteritis ringan. Hingga 1/4

orang dewasa dan lebih dari 2/3 anak dengan hepatitis A asimptomatik. Infeksi pada

anak berusia dibawah 5 tahun umumnya tidak memberikan gejala yang jelas dan hanya

10% yang akan memberikan tanda-tanda ikterus (mukosa kelopak mata dan langit-

langit pada mulut). Pada anak yang lebih tua dan dewasa, gejala yang muncul biasanya

lebih berat dan ikterus terjadi pada lebih dari 70% penderita. Hepatitis A dapat sembuh

sendiri (self-limited) dan jarang menimbulkan komplikasi. Infeksi yang simptomatik,

ikterus, hospitalisasi, dan komplikasi lain lebih sering terjadi pada dewasa. Sebagian

besar akan membaik dalam 2 bulan, pada 10-15% penderita akan relaps dalam 6 bulan

pertama.

Gambaran klinis hepatitis A sangat bervariasi mulai dari infeksi asimptomatik

tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang dapat

menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis A terbagi dalam 4

tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen

(penyembuhan).
1. Fase Inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala

atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang

fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan,

makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A

fase inkubasi dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.

2. Fase Prodromal (pra ikterik). Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan

pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious

ditandai dengan malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala

saluran napas atas dan anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan

dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Demam derajat rendah umumnya

terjadi pada hepatitis A, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran

kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi

jarang menimbulkan kolesistitis. Pada fase prodromal, penderita mungkin

mengalami gejala seperti flu ringan, berupa anoreksia, mual, muntah, rasa lelah,

malaise, demam ringan (biasanya<39,5°C), mialgia, dan nyeri kepala ringan.

Perokok sering kehilangan selera terhadap tembakau, seperti orang yang

terkena apendisitis

3. Fase Ikterus. Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul

bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak

terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal,

tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Pada fase ini, muncul urin

berwarna gelap (bilirubinuria), kadang-kadang diikuti segera dengan feses

berwarna pucat. Ikterus terjadi pada 70-85% penderita hepatitis A akut dewasa,
kurang sering pada anak, dan jarang pada bayi. Umumnya disertai rasa gatal

(pruritus) yang derajatnya meningkat sesuai usia. Nyeri abdomen terjadi pada

40% penderita. Artralgia dan ruam kulit lebih jarang terjadi. Ruam lebih sering

pada tungkai bawah, mungkin berupa vaskulitis

4. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan

keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul

perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut

biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis

dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan

klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.

Diagnosis

Diagnosis tepat didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang cermat dibantu oleh pemeriksaan penunjang. Perlu disingkirkan dulu

adanya injuri hati akut akibat obat-obatan, terutama asetaminofen karena

tampilan klinisnya amat mirip. Setelah diagnosis ditegakkan, langkah penting

selanjutnya untuk mencegah timbulnya kasus baru adalah dengan menelusuri

kontak dan memberitahu otoritas kesehatan masyarakat. Kekeliruan diagnosis

paling sering akibat kesalahan interpretasi hasil tes serologi.

a) Anamnesis

Riwayat Penyakit Selain keluhan serta keparahan dan

sekuelenya, harus dicari sumber pajanan (misalnya, perjalanan ke

luar negeri, riwayat imunisasi, penggunaan narkoba suntik) dan

menyingkirkan penyebab hepatitis akut lainnya (misalnya,


overdosis asetaminofen). Hal ini penting guna menuntun investigasi

selanjutnya. Beberapa diagnosis banding, seperti hepatitis akut

oleh penyebab lain juga perlu disingkirkan.

b) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik harus dicari gambaran hepatitis

akut, seperti sklera ikterik, nyeri tekan abdomen kanan atas dan

hepatomegali, ataupun penyakit hati kronis, seperti eritema

palmaris, spider nevi, kaput medusa, dan splenomegali, serta

dinilai ada tidaknya dekompensasi hati, seperti asites dan edema

tungkai. Penderita dapat mengalami demam hingga 40°C.

 Inspeksi: warna kuning terlihat lebih mudah pada sclera,

kulit, selaput lendir langit-langit mulut, pada kasus yang

berat (fulminant). Didapatkan mulut yang berbau spesifik

(foeter hepaticum).

 Palpasi : hati membengkak, 2 sampai 3 jari di bawah arcus

costae, konsistensi lunak, tepi tajam dan sedikit nyeri tekan.

 Perkusi : pada abdomen kuadran kanan atas, menimbulkan

rasa nyeri dan limpa kadang-kadang membesar, teraba

lunak.

Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium,

tes fungsi hati, tes serologi dan Ultrasonografi (USG) dan Biopsi

hati.
Hepatitis B

Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderitanya tidak

menyadari bahwa dia telah terinfeksi. Meski demikian, gejala tetap dapat muncul

setelah 1-5 bulan sejak pertama kali terpapar virus. Gejala yang dapat muncul adalah

demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, serta penyakit kuning. Manisfestasi kinis

infeksi Virus Hepatitis B pada pasien hepatitis akut cenderung ringan. Kondisis

asimtomatis ini terbukti dari tingginya angka pengidap tanpa adanya riwayat hepatitis

akut. Apabila menimbulkan gejala hepatitis, gejalanya menyerupai hepatitis virus yang

lain tetapi dengan intensitas yang lebih berat. Gejala hepatitis akut terbagi menjadi 4

tahap yaitu :

1. Fase Inkubasi Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejalan

atau icterus. Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-18 hari dengan rata-

rata 60-90 hari.

2. Fase prodromal Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan

timbulnya gejala ikterus. Awitannya singkat atau insidious ditandai dengan

malaise umum, myalgia, artalgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan

anoreksia. Diare atau konstipasi dapat terjadi. Nyeri abdomen biasanya ringan

dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrum, kadang diperberat dengn

aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolestitis.

3. Fase icterus yaitu Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul

bersamaan dengan munculnya gejala. Banyak kasus pada fase icterus tidak

terdeteksi. Setelah timbul icterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal,

tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.


4. Fase konvalesen (penyembuhan) Diawali dengan menghilangnya icterus dan

keluhan lain, tetapi hepatomegaly dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul

perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Sekitar 5-10% kasus

perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya< 1% yang menjadi

fulminant.

Diagnosis

Telah disebutkan sebelumnya bahwa penyakit hepatitis B sering kali tidak

menimbulkan gejala hingga timbul komplikasi. Oleh karena itu, penyakit ini umumnya

terdeteksi saat seseorang melakukan skrining terhadap penyakit hepatitis B.Bila

terdeteksi terkena hepatitis B, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti tes

darah, USG perut, hingga pengambilan sampel jaringan hati (biopsi hati). Pemeriksaan

ini bertujuan untuk menilai apakah hepatitis B yang dialami penderita bersifat akut atau

kronis, serta memeriksa tingkat kerusakan dan fungsi organ hati penderita. Diagnosis

ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis umumnya tanpa keluhan, perlu digali riwayit transmisi seperti pernah

transfuse, seks bebas, riwayat sakit kuning sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan

hepatomegali. Pemeriksaan penjunjang terdiri dari pemeriksaan laboratorium, USG

abdomen dan Biopsi hepar. Pemeriksaan laboratorium pada VHB terdiri dari

pemeriksaan biokimia. Serologis dan molekuler. Pemeriksaan USG abdomen tampak

gambaran hepatitis kronis, selanjutnya pada biopsy hepar dapat menunjukkan

gambaran peradangan dan fibrosis hati.

Hepatitis C
Gejala klinis

Sama seperti virus hepatitis yang lain, HCV dapat menyebabkan suatu penyakit

hepatitis akut yang kemungkinannya, sulit dibedakan dengan hepatitis virus akut lain.

Akan tetapi gejala-gejalanya hanya dilaporkan terjadi pada 15% kasus sehingga,

diagnosisnya harus tergantung pada positifnya hasil pemeriksaan anti-HCV atau

pemeriksaan HCV RNA yang biasanya terdeteksi lebih awal sebelum munculnya

antibody anti-HCV. Namun, Hepatitis C akut umumnya asimtomatik, dengan gejala

yang muncul tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan secara klinis dari hepatitis viral

akut lainnya. Gejala akut yang dapat muncul antara lain demam, malaise, fatigue,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri abdomen kuadran kanan atas, warna

urine gelap, warna feses pucat, nyeri sendi, dan ikterus. Sedangkan pada Hepatitis C

Kronik juga cenderung asimtomatik, atau dapat menunjukkan gejala namun nonspesifik.

Gejala dapat berupa fatigue atau malaise, nyeri abdomen kuadran kanan atas hilang

timbul, nyeri sendi, dan penurunan kualitas hidup. Pasien hepatitis C kronik yang telah

berkembang menjadi sirosis dekompensata sering menunjukkan gejala nonspesifik

yang juga muncul pada penyakit hati dekompensata lain, seperti inversi pola tidur dan

gatal.

Masa inkubasi hepatitis C umumnya sekitar 6-8 minggu (berkisar antara 226

minggu) pada beberapa pasien yang menunjukkan gejala malaise dan jaundice dialami

oleh sekitar 20-40% pasien. Peningkatan kadar enzim hati (SGPT > 5-15 kali rentang

normal) terjadi pada hampir semua pasien. Selama masa inkubasi ini, Infeksi HCV

sangat jarang terdiagnosis pada saat infeksi fase akut. Manifestasi klinis bisa saja

muncul dalam waktu 7-8 minggu (dengan kisaran 2-26 minggu) setelah terpapar
dengan HCV, namun sebagian besar penderita umumnya tidak menunjukkan gejala

atau kalaupun ada hanya menunjukkan gejala yang ringan. Pada kasus-kasus infeksi

akut HCV yang ditemukan, gejala-gejala yang dialami biasanya jaundice, malaise, dan

nausea. Infeksi berkembang menjadi kronik pada sebagian besar penderita dan infeksi

kronik biasanya tidak menunjukkan gejala.

Diagnosis

Anamnesis

Saat anamnesis, perlu ditanyakan keluhan serta identitas dan latar belakang pasien

yang berkaitan dengan faktor risiko paparan HCV.

Pemeriksaan Fisik

Abnormalitas pada pemeriksaan fisik biasanya baru ditemukan setelah terjadi hipertensi

portal atau penyakit hati dekompensata, kecuali pada pasien hepatitis C dengan

manifestasi ekstrahepatik seperti porphyria cutanea tarda atau necrotizing vasculitis.

Tanda Klinis Dekompensata

Pada pasien hepatitis C dengan penyakit hati dekompensata dapat ditemukan tanda

klinis di bawah ini:

 Kepala: sklera ikterik, hilangnya massa otot temporal, pembesaran kelenjar parotid,

sianosis

 Ekstremitas: eritema palmaris, clubbing, edema pergelangan kaki

 Abdomen: hernia paraumbilikalis, asites, hepatosplenomegali, bruit abdomen

 Kulit: spider nevi, peteki, ekskoriasi karena pruritus


Pada pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis infeksi HCV bergantung pada

uji serologi untuk memeriksa antibody dan pemeriksaan molekuler untuk partikel virus.

Uji serologi yang berdasarkan pada deteksi antibody telah membantu mengurangi

resiko infeksi terkait transfuse. Sekali seseorang pernah mengalami serokonversi,

biasanya hasil pemeriksaan serologi akan tetap positif. Namun demikian, kadar

antibody antiHCV nya akan menurun secara gradual sejalan dengan waktu pada

sebagian pasien yang infeksinya mengalami resolusi spontan.

Kolesistitis

Manifestasi Klinis

Gejala utama kolesistitis adalah munculnya rasa sakit parah di perut bagian

kanan atas yang bertahan selama beberapa jam. Rasa sakit ini cenderung muncul

setelah mengonsumsi makanan berlemak. Rasa nyeri perut yang muncul bisa

menjalar hingga ke punggung atau tulang belikat kanan atau bahu kanan.

Selain itu, kolesistitis juga dapat disertai gejala-gejala berikut:

- Sakit perut yang terasa menusuk dan bertambah parah saat menarik napas

panjang

- Mual, muntah, kembung, dan nafsu makan hilang

- Demam

- Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning

- Benjolan di perut

- Diagnosis

Diagnosis kolesistitis ditegakkan dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang berupa pencitraan dan laboratorium.


1) Anamnesis

Untuk mendiagnosis kolesistitis, dokter akan menanyakan keluhan atau

gejala yang dialami pasien, serta riwayat kesehatan pasien. Keluhan

utama yang biasanya dirasakan pasien dengan kolesistitis adalah nyeri

perut kuadran kanan atas. Pada awalnya, pasien dapat merasakan nyeri

kolik yang hilang timbul, kemudian nyeri menetap di kuadran kanan atas

abdomen. Pada beberapa kasus, nyeri dapat diproyeksikan ke bahu

kanan dan regio subskapula.

2) Pemeriksaan fisik.

Dari pemeriksaan klinis, didapatkan nyeri kuadran kanan atas dengan

Murphy sign positif. Tanda khas ini ditemukan dengan cara menekan perut

di bagian bawah tulang iga kanan pasien sembari meminta pasien

bernapas dalam. Murphy’s sign dikatakan positif bila pasien merasakan

nyeri di tempat yang ditekan saat ia menarik napas dalam.

3) Pemeriksaan penunjang

- Tes darah, untuk mendeteksi infeksi empedu dan mengetahui fungsi

hati

- Pemindaian USG, Rontgen, MRI, atau CT scan, untuk memeriksa ada

tidaknya gangguan pada kantong empedu atau sumbatan saluran

empedu Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran penebalan

dinding kandung empedu, dan laboratorium menunjukkan leukositosis.

Disini, USG dapat kita lakukan untuk memperlihatkan besar, bentuk dan

penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstra


hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90%-95%.

Gambaran USG pada kolesistitis dapat berupa (1) tidak ditemukan

adanya batu dalam kandung empedu; (2) penebalan dinding kandung

empedu dengan atau tanpa cairan perikolesistik

Kolelitiasis

Kondisi penyakit batu empedu atau kolelitiasis yang ringan jarang menimbulkan

gejala. Penderitanya mulai dapat merasakan gejala jika saluran empedu tersumbat

akibat pengendapan batu empedu. Gejala utama batu empedu adalah nyeri secara

mendadak di bagian kanan atas atau tengah perut. Sakit perut juga dapat disertai

dengan gejala lain, seperti mual, muntah, hilang nafsu makan, urine berwarna

gelap, sakit maag, diare, demam, menggigil, mata dan kulit berwarna kuning, atau sakit

perut berlangsung hingga lebih dari 8 jam.

Anmnesis

Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan

yang mungkin timbul adalah dyspepsia yang kadang disertai intoleran terhadap

makanan berlemak. Pada yang simptomatis, pasien biasanya datang dengan

keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium atau nyeri/kolik pada perut kanan

atas atau perikondrium yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang

beberapa jam. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus

timbul tiba-tiba. Kadang pasien dengan mata dan tubuh menjadi kuning, badan

gatal-gatal, kencing berwarna seperti teh, tinja berwarna seperti dempul dan

penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, scapula, atau kepuncak bahu,

disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa
nyeri berkurang setelah menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan

nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.

Pemeriksaan Fisik

Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan

dalam pemeriksaan fisik. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat

kolelitiasis akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi/nyeri tekan dengan punktum

maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya

tanda Murphy sign positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik

nafas panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan

pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas. Mengkaji tentang keadaan abdomen

dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat

dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung empedu.

Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a) Bilirubin direk dan total

b) Kolesterol

c) Alkali fosfatase

d) Gama glukoronil transferase

- Bilirubinuria

- Tinja akolis

2. Ultrasonografi terdapat gambaran acoustic shadow

3. Kolesistografi total

4. Pemeriksaan khusus:
- PTC (Kolangiorgrafi perkutan transhepatic)

- ERCP(Enfoscopic Retrograde Cholangio Pacreatography)

- Computerized tomography scanning (CT-Scan)

Neoplasma hepar

a. Manifestasi Klinis1, 4

Sebagian besar gejala pasien asimptomatik, tetapi ada beberapa gejala

yang dapat muncul seperti nyeri perut pada bagian kanan atas, rasa

kembung, penurunan berat badan, demam, penurunan nafsu makan,

cepat kenyang, diare dan gejala lainnya. Setiap penyakit hari dengan

perkembangan asites, ensefalopati, ikterus atau hematemesis harus

dicurigai kemungkinan kanker hati.

Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit hati kronis seperti :

hepatomegali, splenomegali, asites, ikterus, atau pembengkakkan vena

kolateral (caput medusa).

b. Diagnosis1,4

Pasien yang dicurigai atau telah dikonfirmasi kanker hati, memerlukan

pemeriksaan laboratorium umum untuk stratifikasi skor risiko. Tes

laboratorium dapat membantu mengevaluasi keparahan penyakit, dan

biasanya ditemukan hipoalbuminemia, hiperbilirubinemia, dan

hipoprotrombinemia. Metode pemeriksaan yang paling sering digunakan

adalah pemeriksaan USG hati dan pengukuran kadar alfa feto-protein

(AFP) dalam darah. Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan

adalah CT scan dan MRI. Pada pemeriksaan radiologi akan tampak


gambaran khas seperti gambaran hipervaskular pada fase arterial dan

washout pada fase vena porta atau fase delayed pada pemeriksaan CT

scan atau MRI tiga fase.

Gagal hepar

a. Manifestasi Klinis1,2

Manifestasi klinis sebagian besar tidak spesifik. Namun pasien

gagal hati akut dapat ditemukan gejala berikut:

● Tanda-tanda ensefalopati hepatik (misalnya, perubahan tingkat

kesadaran, asterixis)

● Gejala edema serebral

● Mual, muntah

● Kelelahan, lesu, malaise

● Penyakit kuning, pruritus

● Anoreksia

● Nyeri perut: terletak di RUQ atau menyebar, sekunder akibat asites

b. Diagnosis1-3

Pada anamnesis mungkin tidak akan ditemukan gejala yang

spesifik. Pada beberapa pasien akan datang dengan gejala mual, muntah,

lesu, perubahan kulit menjadi kuning, penurunan nafsu makan dan nyeri

perut. Selain itu, ditanyakan juga mengenai riwayat penyakit kuning,

penggunaan obat-obatan dan alkohol, riwayat penyakit hati dalam

keluarga, faktor risiko hepatitis virus akut relevan secara klinis.


Pemeriksaan fisik dapat ditemukan jaundice, sklera ikterik dan

pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan nyeri tekan abdomen dan

palpasi hepar dapat ditemukan dalam batas normal maupun hepatomegali

untuk kasus akut dan tidak teraba untuk kasus kronik.Evaluasi

laboratorium diperlukan untuk menentukan penyebab dan mengevaluasi

tingkat keparahannya. Pemeriksaan penunjang harus mencakup

pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, INR, fungsi ginjal, panel

metabolik, serologi hepatitis dan serologi HIV, skrining toksikologi dan

tingkat asetaminofen, penanda autoimun dan gas darah arteri. Evaluasi

pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan penyakit hati

kronis/sirosis. Pemeriksaan biopsi akan memperlihatkan nekrosis dan

regenerasi secara spesifik untuk gagal hati, namun tidak semua kasus

dilakukan biopsi. Biopsi hati hanya dilakukan atas indikasi berikut:

● Untuk membedakan antara gagal hati dan penyakit hati kronis jika

diagnosisnya tidak pasti.

● Etiologi yang diduga mendasari memerlukan penatalaksanaan khusus

(misalnya, hepatitis autoimun, keganasan).

Pankreatitis akut

Gejala utama yang dikeluhkan pasien adalah nyeri hebat pada abdomen atas

yang timbulnya akut, bersifat persisten biasanya di daerah mid epigastrium dan dapat

menjalar ke punggung. Kadang nyeri dapat terjadi di abdomen kanan atas, bersifat

difus atau dapat juga menjalar ke sisi kiri bergantung kepada daerah pankreas yang
mengalami peradangan, mual dan muntah, gelisah, agitasi, dan lebih nyaman jika

posisi supinasi, demam, dispneau, ikterik.

Diagnosis

Anamnesis

Berdasarkan anamnesis biasanya pasien datang ke tempat pelayanan

kesehatan dengan keluhan berupa nyeri perut tiba-tiba. Nyeri dirasakan sangat sakit

kemudian dirasakan semakin konstan. Nyeri menjalar melalui perut ke dada atau

punggung tengah. Nyeri memberat setelah makan atau minum seperti makanan

berlemak. Membaik saat posisi duduk . Keluhan lainnya seperti mual dan muntah

memberat saat posisi terlentang. Sering juga merasa perut penuh, distensi, feses

berwarna pucat, penurunan pengeluaran urin, dan mengalami cegukan. Selain itu bisa

juga mengalami sinkop atau demam.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan akut pankreatitis dapat normal atau

demam, hipotensi, takikardi, takipnea, atau diaphoresis. Pemeriksaan perut secara

tipikal mengalami nyeri tekan pada saat palpasi, kemungkinan adanya tanda iritasi

peritoneal, distensi, atau keras. Suara usus menurun, ikterik bisa juga terjadi. Pada

keadaan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran. Dua tanda fisik ditemukan

berhubungan dengan pankreatitis yaitu Cullen sign (ekimosis dan edema pada jaringan

subkutan sekitar umbilikal) dan Grey Turner Sign (ekimosis di badan). Tanda ini

menunjukkan adanya pankreatitis akut berat dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
Pemeriksaan Penunjang

● Pemeriksaan darah lengkap, hematokrit, CRP untuk menilai leukositosis.

hemokonsentrasi dan penanda inflamasi

● Alkali fosfatase, bilirubin total, aspartat aminotransferase (AST) dan alanin

aminotransferase (ALT) diperiksa untuk mencari tanda pankreatitis akibat batu

empedu

● Amilase serum : Amilase akan meningkat setelah 6-12 jam onset hingga 3-5 hari,

biasanya diatas tiga kali dari nilai normal

● Serum lipase : Meningkatnya kadar serum lipase lebih spesiflk untuk pankreatitis

dan kadarnya akan tetap meningkat hingga 12 hari.

Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen

Pada pankreatitis akut dapat ditemukan gambaran ileus dari segmen usus halus

"sentinel loop", atau "colon cutoff sign".

Rontgen toraks

Sepertiga pasien pankreatitis akut akan mengalami gambaran abnormal pada

rontgen toraks seperti elevasi hemidiafragma, efusi pleura, atelektasis basal.

USG abdomen

USG juga dapat mengevaluasi adanya batu empedu.

CT Scan

Karsinoma pankreas

c. Manifestasi Klinis1,3
Gejala awal dari kanker pankreas biasanya tidak spesifik, dan

akibatnya sering terlewatkan. Gejala yang dapat timbul pada pasien

dengan kanker pankreas adalah penurunan berat badan yang signifikan,

rasa nyeri pada mid-epigastrium yang dapat menjalar ke punggung

tengah atau punggung bawah. Selain itu gejala lain berupa ikterus

obstruktif, pruritus, dan trombosis vena dalam.

d. Diagnosis1,3

Diagnosis pada kanker pankreas melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis bertujuan menanyakan

gejala yang dialami pasien dan riwayat penyakit keluarga sebelumnya.

Pemeriksaan fisik yang bermakna berupa asites, teraba massa abdomen,

hepatomegali dari metastasis hati, atau splenomegali dari obstruksi vena

porta. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lab lengkap,

pemeriksaan fungsi hati seperti SGOT, SGPT, GGT, pemeriksaan

amilase, lipase, tumor marker kanker pankreas berupa CA-19, dan CEA.

selain itu dapat dilakukan pemeriksaan genetik. Pemeriksaan pencitraan

berupa CT-scan dan USG. pemeriksaan MRI dengan kontras memiliki

sensitivitas 100% dibandingkan dengan CT Scan 80%.

Stadium dari kanker pankreas yaitu :

1. Stadium I: Tumor terletak di pankreas dan tidak meluas ke tempat

lain

2. Stadium II: Tumor menginfiltrasi saluran empedu dan struktur dekat

lainnya, namun tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening


3. Stadium III: ditemukan pembesaran dari kelenjar getah bening

4. Stadium IVA: Metastasis ke organ terdekat seperti perut, hati,

diafragma, adrenal

5. Stadium IVB: Tumor menginfiltrasi organ yang jauh

Abses hepar

Manifestasi Klinis

Pada analisis sistem, pasien dapat mengeluhkan gejala berikut: demam,

menggigil, keringat malam, malaise, mual atau muntah, nyeri bahu kanan (karena iritasi

diafragma), nyeri kuadran kanan atas, batuk, dyspnea, anoreksia, atau yang tidak dapat

dijelaskan baru-baru ini. penurunan berat badan. Demam hadir dalam 90% dan nyeri

perut sekitar 50-75%. Urin gelap hadir seperti bentuk hepatitis lainnya.

Pada pemeriksaan fisik, pasien dapat mengalami hepatomegali dengan massa

yang membesar dan ikterus. Meskipun triad Charcot (nyeri kuadran kanan atas,

penyakit kuning, dan demam) adalah tanda kolangitis, dokter perlu mempertimbangkan

abses hati sebagai diagnosis banding. Untuk pemeriksaan fisik didapatkan hasil :

 Inspeksi : pada beberapa pasien ditemukan abses yang telah menembus kulit

dan anemis serta ikterus jarang terjadi sekitar 25 % kasus

 Palpasi : Ludwig sign (+), nyeri tekan pada kuadran atas abdomen, nyeri tekan

regio epigastrium bila abses di lobus kiri, hati-hati efusi pericardium, nyeri tekan

menjalar ke lumbal kanan abses di postoinferior lobus kanan hati, nyeri pada

bahu sebelah kanan, hepatomegali terasa sebesar 3 jari sampai 6 jari dibawah

arcus-costa, permukaan hepar licin, dan tidak jarang terjadi fluktuasi


 Perkusi : peningkatan batas paru-hati relatif/absolut tanpa peranjakan

 Auskultasi : friction rub bila ruptur abses ke pericardium, bising usus menghilang

kemungkinan perforasi ke peritoneum

Pemeriksaan Penunjang

Tes laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap dengan diferensial tes

untuk cedera hepatoselular (AST, ALT biasanya meningkat pada setengah kasus), tes

fungsi sintetik hati (Prealbumin dan INR), alkaline phosphatase (meningkat sekitar

90%), protein C-reaktif, tingkat sedimentasi, dan kultur darah untuk menyingkirkan

bakteriemia. Jika abses amuba dicurigai (penduduk atau pelancong dari Asia Tenggara,

Afrika), tes tinja atau serologi untuk Entamoeba histolytica harus dilakukan.

Perlemakan hepar

e. Manifestasi Klinis2

Pada pasien dengan perlemakan hati, dapat ditemukan berbagai

gejala, dengan sebagian besar pasien asimtomatik. Kelelahan seringkali

menjadi gejala tersering dari perlemakan hati. Selain itu, rasa nyeri tajam

atau tumpul pada regio abdomen bagian atas juga dapat menjadi salah

satu gejala dari perlemakan hati. Gejala lain seperti sering merasa haus,

perut kembung, dan gangguan tidur dapat terjadi.

f. Diagnosis

Pada anamnesis, biasanya pasien dengan perlemakan hati tidak

memiliki keluhan atau asimtomatik. Ketika pasien mengeluhkan keluhan

tidak spesifik seperti rasa tidak nyaman pada perut kanan atas, perlu
ditarik riwayat konsumsi alkohol, riwayat penyakit terdahulu, riwayat

keluarga, riwayat penggunaan obat-obatan, dan riwayat konsumsi

suplemen. Selain itu, perlu ditanyakan diet dari pasien, kemudian aktivitas

fisik yang dilakukan, penambahan berat badan >18 kg dalam 2-3 tahun

terakhir, dan kondisi seperti obesitas, hiperlipidemia, serta

diabetes.Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan

tanda-tanda vital pada pasien dan pemeriksaan indeks massa tubuh untuk

melihat adanya obesitas. Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan

abdomen untuk melihat adanya nyeri tekan pada kuadran kanan atas dari

abdomen.1 Secara tradisional, ultrasonografi telah menjadi modalitas

diagnostik pilihan untuk mengidentifikasi steatosis dan memiliki

keuntungan biaya rendah dan aksesibilitas tinggi. Namun, ultrasonografi

memiliki sensitivitas rendah dalam mendeteksi steatosis <20%.

Sirosis hepatis

Manifestasi Klinis3

Sirosis pada awalnya tidak menimbulkan gejala. Tetapi ketika kerusakan hati makin

parah, penderita akan mengalami lemas, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.

Kulit dan bagian putih mata menguning, Muntah darah dan Perut membesar.

Hati memiliki banyak peran penting pada tubuh, yang paling utama adalah

memproduksi zat-zat yang diperlukan tubuh seperti protein untuk pembekuan darah

dan membuang zat-zat beracun yang dapat berbahaya bagi tubuh, seperti obat-obatan.

Ketika seseorang mengidap sirosis, kemampuan hati untuk melakukan tugasnya,


hilang. Hal tersebut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel hati, sedangkan jaringan

parut bertambah. Berikut ini adalah beberapa gejala seseorang mengidap sirosis,

antara lain:

● Energi turun (kelelahan).

● Mudah berdarah.

● Mudah memar.

● Kulit gatal.

● Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice).

● Terkumpulnya cairan pada rongga perut (asites).

● Turunnya nafsu makan.

● Mual.

● Bengkak pada tungkai.

● Berat badan turun.

● Pembuluh darah yang berbentuk seperti sarang laba-laba.

● Merah pada telapak tangan.

● Mengecilnya buah zakar.

● Pembesaran payudara pada laki-laki.


● Jika sudah menyebabkan komplikasi pada otak (ensefalopati hepatic) maka

kebingungan, turunnya kesadaran, dan bicara pelo akan muncul sebagai

dampaknya.

Pasien dengan sirosis dapat asimtomatik atau simtomatik,

tergantung pada apakah sirosisnya terkompensasi atau dekompensasi

secara klinis. Pada sirosis terkompensasi, pasien biasanya asimptomatik,

dan penyakitnya terdeteksi secara kebetulan melalui laboratorium,

pemeriksaan fisik, atau pencitraan. Salah satu temuan umum adalah

peningkatan ringan hingga sedang pada aminotransferase atau gamma-

glutamyl transpeptidase dengan kemungkinan pembesaran hati atau

limpa pada pemeriksaan. Di sisi lain, pasien dengan sirosis dekompensasi

biasanya hadir dengan berbagai tanda dan gejala yang timbul dari

kombinasi disfungsi hati dan hipertensi portal. Jika ditemukan adanya

asites, ikterus, ensefalopati hepatik, perdarahan varises, atau karsinoma

hepatoseluler pada pasien dengan sirosis menandakan transisi dari fase

sirosis terkompensasi ke fase dekompensasi.

Selain itu pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya

clubbing finger, spider navy, dan eritema palmar. Jika sirosis

menyebabkan hipertensi portal maka dapat ditemukan adanya asites,

hepatosplenomegali, dan caput medusa, dan pada pasien sirosis karena

alkohol dapat ditemukan adanya hipogonadism dan ginekomastia.

a. Diagnosis 3
Pemeriksaan penunjang harus mencakup pemeriksaan darah

lengkap, fungsi hati, INR, fungsi ginjal, panel metabolik, serologi hepatitis

dan serologi HIV, skrining toksikologi dan tingkat asetaminofen, penanda

autoimun dan gas darah arteri. Pemeriksaan radiologi seperti

ultrasonografi, CT scan, dan MRI tidak sensitif untuk mendeteksi sirosis.

Peran utama radiografi adalah untuk deteksi dan kuantisasi komplikasi

sirosis, yaitu asites, HCC, dan trombosis vena hepatik atau portal .Biopsi

dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis sirosis. Namun pada

biopsi jarang dilakukan karena bersifat invasif dan membutuhkan banyak

sampel. Pemeriksaan biopsi akan memperlihatkan nekrosis dan

regenerasi secara spesifik untuk sirosis hati, namun tidak semua kasus

dilakukan biopsi. Biopsi hati hanya dilakukan atas indikasi berikut:

■ Untuk membedakan antara gagal hati dan penyakit hati kronis jika

diagnosisnya tidak pasti.

■ Etiologi yang diduga mendasari memerlukan penatalaksanaan

khusus

Anda mungkin juga menyukai