Disusun oleh :
Yogi Rahman Saputra
030.15.007
Pembimbing :
dr. Hendrian widjaja, SpOG
Disusun oleh :
Yogi Rahman S
030.15.007
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Hendrian, SpOG selaku dokter pembimbing
Departemen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSU Kardinah Tegal
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T dan Baginda Rasulullah
Muhammad S.A.W karena berkah dan ridhonya-Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul “P3A0
Post Partum Sectio Caesarean dengan Preeklampsia Berat dan multiple
kongenital” pada kepaniteraan klinik departemen ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan di RSUD Kardinah.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr.Hendrian, Sp.OG selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan bimbingannya sehingga makalah laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa laporan
kasus ini masih belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik penulis
harapkan untuk menyempurnakan laporan kasus ini di kemudian hari. Terlepas dari
segala keterbatasan yang ada penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Preeklampsia ..................................................................................................... 13
Definsi preeklampsia ................................................................ 13
Klasifikasi preeklampsia ........................................................... 13
Epidemiologi preeklampsia ...................................................... 14
Etiologi dan faktor risiko preeklampsia .................................... 15
Patogenesis preeklampsia ......................................................... 16
Penegakan diagnosis preeklampsia ........................................... 17
Tatalaksana preeklampsia berat ................................................ 19
Pencegahan preeklampsia ......................................................... 23
Hidrosefalus ...................................................................................................... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
platelet dan kerusakan endotel yang menambah konstribusi dalam mempertahankan
disfungsi platelet dan memicu terpakainya platelet.2
2
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Tanggal Lahir : 01 juni 1979
Alamat : lebenteng 05/02, tarub
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 17 Januari 2020
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 20-01-2020 di Ruang Mawar 1
RSUD Kardinah Tegal.
1. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian luka bekas operasi dan kaki bengkak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 17 januari 2020
jam 10.30 WIB, pasien mengaku datang karena di rujuk dari poliklinik dr.
Hendrian SpOG karena tekanan darah yang tinggi dan kaki pasien
bengkak, saat itu kehamilan ke 3, melahirkan 2x semuanya hidup, anak
terkecil umur 11 tahun lahir normal dengan berat badan 3.900 gram
panjang badan (-) anc rutin di praktek dan bidan dan saat ini usia
kehamilan memasuki 37 minggu.
3
Pada tanggal 18 januari 2020 pasien merasakan tangan terasa kebas,
pusing tidak ada dan pandangan jelas, keadaan umum baik,
TD:170/90mmhg, rr:22x/m, nadi:91x/m, suhu:36,50 dan terapi
dilanjutkan dan rencana SC senin pada tanggal 20 januari 2020. Pada
tanggal 19 januari 2020 pasien merasakan kesemutan pada tangan,
pusing tidak ada, pandangan jelas, kenceng-kenceng tidak ada dan gerak
janin aktif, keadaan umum baik, TD: 140/80, rr: 21x/m, nadi: 89x/m,
suhu: 36,60, hb:10,9 ,leu:8,7 ,ht: 33, tromsit:380, akan dilakukan operasi
SC oleh dr.Hendrian SpOG dan berkolaborasi dengan dr.Soemartono
SpAn pada tanggal 20 januari 2020 paisen disuruh puasa dari jam 00.00.
4
10. Riwayat kontrasepsi
Riwayat penggunaan alat kontrasepsi suntik 3 bulan
11. Riwayat pengobatan
Pasien biasa mengkonsumsi vitamin
12. Riwayat Kebiasaan
Makan 3-4 kali sehari, nafsu makan baik. Menu makanan bervariasi,
sesekali makan sayur, daging, dan disertai dengan makan buah. Pasien
tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, dan jarang berolahraga.
13. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Sumber penghasilan
didapatkan dari suami, suami bekerja bedagang. Pasien menggunakan
Asuransi BPJS.
C. PEMRIKSAAN FISIK
(Pemeriksaan tanggal 20-01-2020)
5
Toraks Paru-paru:
Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris, pemakaian otot
bantu pernafasan (-), retraksi intercostal (-), sela iga melebar (-
), kelainan kulit (-), tipe pernapasan torako-abdominal
Palpasi: gerak dinding simetris, nyeri tekan (-), benjolan (-),
vocal fremitus tidak melemah atau meningkat di kedua lapang
paru.
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru. Batas paru hepar dan
paru lambung dalam batas normal.
Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/- mengi -/-
Jantung:
Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas paru hepar dan batas paru lambung dalam batas
normal
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-
)
Abdomen Terba supel, tinggi fundus uteri 2 jari diatas pusat, nyeri pada
sekitar luka bekas operasi
Genitalia Inspeksi : tidak ada rembes air ketuban, tidak ada lendir darah
Ekstremitas Ekstremitas Atas:
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT < 2 detik, akral
hangat +/+, edema +/+, clubbing finger (-), flapping tremor (-/-
), ptekie (-), kuku putih (-/-), papul (-) vesikel (-)
Ekstremitas Bawah:
Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, CRT < 2 detik, akral
hangat (+/+), edema (+/+), ptekie (-), jejas (-/-), papul (-)
vesikel (-), reflex patella (+/+)
6
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 21/12/2019
JENIS NILAI
HASIL SATUAN NORMAL
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematokrit 37 % 37 - 47
MCV 85,4 fL 80 – 96
MCH 28,6 Pg 28 – 33
KIMIA KLINIK
HIV 3 TEST
7
URIN
Urinalisis Laboratorium
Makroskopis
Mikroskopis (Sedimen)
Silinder Negative
Kristal + (AMORF)
Khusus
8
Leukosit 2+ (++)/75 Negatif
Leu/uL
JENIS NILAI
HASIL SATUAN NORMAL
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematokrit 34 % 37 - 47
MCV 84,2 fL 80 – 96
MCH 29,8 Pg 28 – 33
E. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 21 Desember 2019 jam
22.00 WIB, pasien mengaku datang karena di rujuk dari RS Dera Asyifa karena
tekanan darah yang tinggi dan hasil laboratorium yang menyatakan trombosit
rendah. Pasien sudah merasakan kencang-kencang sejak jam 06.00 WIB
disertai keluar lendir darah. Belum ada rembes air ketuban. Tidak pusing,
pandangan jelas, tidak nyeri ulu hati, dan tidak ada demam. Pasien menyangkal
adanya darah yang keluar dari hidung dan gusi. Pada tanggal 22 desember 2019
pasien masih merasakan kencang-kencang yang lebih sakit dan lebih sering,
pasien tidak pusing dan pandangan jelas. Pada 23 desember 2019 pukul 07.00
pasien melahirkan anaknya dengan section sesarea. Saat ini yang pasien
rasakan adalah lemas, nyeri disekitar luka bekas operasi dan kebas dikedua
9
kaki nya. Bayi lahir jenis kelamin laki-laki dengan berat 3100gram dan Panjang
badan 49cm.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis,
tampak sakit sedangm tekanan darah 130/90 mmHG, nadi 90x/menit, suhu
36,oC, pernapasan 22x/menit. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan tinggi
fundus uteri sepusat, nyeri disekitar luka bekas operasi. Didapatkan kedua kaki
edema.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan
trombosit 85ribu u/L yang berarti trombositopenia. Hasil pemeriksaan
urinalisis didapatkan protein urin (+1), bakteri (+1), jamur (+1) eritrosit (+2),
leukosit (+2), dan kristal amorf, keton (+3).
F. DIAGNOSIS
P1A0 Post Sectio Caesarean dengan Preeklampsia Berat dan sindrom HELLP
parsial
G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
IVFD RL
Injeksi MgSO4 20% 4 gram 15 menit pertama dilanjutkan 1 gram/jam
Injeksi Dexamethasone 1 ampul/8 jam
Nifedipin tablet 10mg
Oxytocyn 5IU
Nonmedikamentosa
Observasi keadaan umum dan tanda vital, DJJ, HIS
Persalinan section sesarea
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
10
I. FOLLOW UP
S O A P
24/12 Nyeri luka KU : baik, CM P1A0 Post partum injeksi cefotaxime
/2019 operasi, TD : 100/70 mmHg SC 1 hari dengan 1gr 2x1
08.00 belum N: 85x/mnt R:24x/mnt PEB dan sindrom injeksi
o
BAB, tidak S:36,8 C HELLP parsial dexamethasone
ada mual, Abdomen : TFU 2x1ampul
muntah, sepusat, kontraksi uterus injeksi kalnex
pandangan keras, 500mg
jelas. ASI Genitalia : perdarahan injeksi ketorolac
keluar pervaginam ± 5 cc 30mg
lancar.
11
Pemeriksaan penunjang: darah rutin sebelum pasien pulang
Tanggal 25/12/2019
JENIS NILAI
HASIL SATUAN NORMAL
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hematokrit 31 % 37 - 47
MCV 86 fL 80 – 96
MCH 29,1 Pg 28 – 33
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3. 1 PREEKLAMPSIA
Preeklampsia ialah suatu sindrom spesifik pada kehamilan yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu, pada wanita yang sebelumnya
normotensi. Keadaan ini ditandai oleh peningkatan tekanan darah (140/90
mmHg) yang disertai oleh proteinuria.
Epidemiologi Preeklampsia
Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi dalam
kehamilan masih merupakan salah satu dari limapenyebab utama kematian
ibu di dunia, yaitu berkisar 12%. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan
bervariasi di berbagai tempat, yakni berkisar 2,6-7,3% dari seluruh
kehamilan. Di negara-negara berkembang insidensi preeklampsia sekitar
3-10% dan eklampsia 0,3-0,7% kehamilan. Di Indonesia, preeklampsia
menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian ibu setelah
perdarahan.
Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui
penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat
terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai
faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia
juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan
menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena
kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat
preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016). Penyebab pasti preeklampsia masih
belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar (2009) beberapa faktor
risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu
yang ekstrim (35 tahun), riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan
kembar, hipertensi kronik.
13
Manifestasi klinis
patofisiologi
14
progresif selama kehamilan. Selain itu, plasenta pada ibu dengan
preeklampsia menunjukkan peningkatan frekuensi infark plasenta dan
perubahan morfologi yang dibuktikan dengan proliferasi sitotrofoblas
yang tidak normal. Bukti empiris lain yang mendukung gagasan bahwa
plasenta merupakan etiologi dari preeklampsia adalah periode
penyembuhan pasien yang cepat setelah melahirkan.Jaringan endotel
vaskuler memiliki beberapa fungsi penting, termasuk di antaranya adalah
fungsi pengontrolan tonus otot polos melalui pelepasan substansi
vasokonstriktor dan vasodilator, serta regulasi fungsi anti koagulan, anti
platelet, fibrinolisis melalui pelepasan faktor yang berbeda. Hal ini
menyebabkan munculnya gagasan bahwa pelepasan faktor dari plasenta
yang merupakan respon dari iskemi menyebabkan disfungsi endotel pada
sirkulasi maternal. Data dari hasil penelitian mengenai disfungsi endotel
sebagai patogenesis awal preeklampsia menunjukkan bahwa hal tersebut
kemungkinan merupakan penyebab dari preeklampsia, dan bukan efek dari
gangguan kehamilan tersebut. Selanjutnya, pada ibu dengan preeklampsia,
faktor gangguan kesehatan pada ibu yang sudah ada sebelumnya seperti
hipertensi kronis, diabetes, dan hiperlipidemia dapat menjadi faktor
predisposisi atas kerusakan endotel maternal yang lebih lanjut.
Klasifikasi Preeklampsia
15
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu
atau lebih gejala sebagai berikut;5
• Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik 110 mmHg.Tekanan darah ini
tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit dan sudah menl'alani tirah baring.
• Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam
pemeriksaan kualitatif.
• Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
• Kenaikan kadar kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral: penunrnan kesadaran,
nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
• Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan
atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
• Edema pam-paru dan sianosis.
• Hemolisis mikroangiopatik.
• Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mml arau
penunlnan trombosit dengan cepat.
• Gangguan fungsi hepar (kerusakan
hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
• Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
Penegakan Diagnosis
Sesuai definisi nya, diagnosis pre-eklampsia berat ditegakan bila
didapatkan tekanan darah sistolik tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mnHg disertai proteinuria lebih 5g/24 jam.
Preeklampsia juga digolongkan berat bila mencakup satu atau lebih dari
kriteria yang telah dijabarkan sebelumnya. American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) pada 2013 mengeluarkan kriteria
diagnosis untuk preeklampsia berat / preeclampsia with severe features
yaitu onset baru dari hipertensi terjadi pada kehamilan 20 minggu disertai
setidaknya satu dari gejala berat berikut.5
16
Tabel 2. kriteria diagnosis preeklampsia berat berdasarkan ACOG 2013
17
untuk mengidentifikasi potensi sindrom helpp; penilaian elektrolit, urea,
dan kreatinin untuk memeriksa apa ada gagal ginjal akut atau uremia;
Proteinuria 24 jam; protrombin, waktu trombin teraktivasi, dan fibrinogen
(anemia hemolitik mikroangiopatik); golongan darah; dan skrining antibodi
tidak teratur. Pemeriksaan lainnya termasuk USG janin dengan velokimetri
Doppler dari arteri umbilikal, otak, dan uterus, estimasi berat janin,
penilaian kesejahteraan janin.5,6
1) Tatalaksana preeklampsia berat
18
Saat masuk dan setiap hari sesudahnya, pemeriksaan fisik,
kardiotokografi, laboratorium, dan USG diperlukan untuk mendeteksi
tingkat keparahan pre-eklampsia dan manajemen yang sesuai.Prinsip
perawatan pada preeklampsia adalah berdasarkan usia kehamilan dan
keparahan preeklampsia.Terlepas dari tingkat keparahan pre-eklampsia,
tidak ada keuntungan melanjutkan kehamilan ketika pre-eklampsia
ditemukan setelah 36-37 minggu.Manajemen konservatif juga tidak
dibenarkan untuk pre-eklampsia berat sebelum 24 minggu, mengingat risiko
komplikasi ibu yang tinggi dan prognosis neonatal yang buruk.13
19
terhadap enam uji klinik, yang melibatkan 897 penderita eclampsia.
Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular.
Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada
pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium,
sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara
ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah
dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat
ini tetap menjadi pilihan pertama untuk antikejang pada pre- eklampsia atau
eklampsia. Banyak cara pemberian Magnesium sulfat.14
Kegunaan MgSO4 dalam pengurangan komplikasi ibu dan bayi dari
eklampsia sudah diketahui. Ini diberikan secara intravena, pertama dengan
dosis pemuatan 4 g selama 15-20 menit, yang dapat diulangi dengan dosis
setengah (2 g) jika kejang berulang, dan kemudian dengan dosis
pemeliharaan 1 g / jam selama 24 jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6
jam.Pengobatan MgSO4 harus dipantau di unit perawatan intensif karena
kegagalan organ dapat terjadi. Pemantauan ini didasarkan pada pemeriksaan
berulang untuk skor Glasgow 15, refleks tendon, frekuensi pernapasan lebih
dari 12 per menit, dan diuresis 0,30 mL / jam. Manifestasi overdosis
memerlukan penghentian infus, mempertimbangkan injeksi kalsium
glukonat, dan mengukur kadar magnesium darah.14
Manajemen Anti hipertensi
Antihipertensi lini pertama adalah Nifedipin dengan dosis 10 -20
mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Antihipertensi lini kedua Sodium nitoprusside;0,25 pg i.v./kg/menit, infus;
ditingkatkan 0,25 pg i.v./kg/ 5 menit, Diazohside:30 - 60 mg i.v./5 menit;
atau i.v. infus 1O mg/menit/ dititrasi. Nifedipin Dosis awal: 1,0 - 20 mg,
diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam.15
20
Manajemen Post-partum
21
rumah sakit tidak dapat dipertimbangkan sampai semua indeks klinis dan
laboratorium telah kembali normal, dan pemantauan rutin oleh dokter
umum pasien diperlukan jika pengobatan untuk hipertensi akan dilanjutkan
setelah dipulangkan.16
2) Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan dengan nonmedikal
Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak
memberikan obat. Cara yang paling sederhana ialah melakukan tirah
baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang
mempunyai risiko tinggi terjadinya preeklampsia meskipun tirah baring
tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia dan men- cegah persalinan
preterm. Hendaknya diet ditambah suplemen yang mengandung (a) minyak
ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA,
(b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, B-karoten, CoQro, N-Asetilsistein,
asam lipoik, dan (c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalsium. 5
Pencegahan dengan medikal
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat meskipun
belum ada bukti yang kuat dan sahih. Pemberian diuretik tidak terbukti
mencegah tejadinya preeklampsia bahkan memperberat hipovolemia.
Antihipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.
Pemberian kalsium: 1.500 - 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen
pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan
zinc 2OO mg/hari, mag- nesium 365 mg/hari. Obat antitrombotik yang
dianggap dapat mencegah preeklampsia ialah aspirin dosis rendah rata-rata
di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole. Dapat juga diberikan obat-obat
antioksidan, misalnya vitamin C, vitamin E, B-karoten, CoQro, N-
Asetilsistein, asam lipoik. 5
22
Daftar Pustaka
23
11. Report of the National High Blood Pressure Educa- tion Program Working
Group on high blood pressure in pregnancy. Am J Obstet Gynecol.
2000;133:S1–S22.
12. Multidisciplinary management of severe pre-eclampsia (PE). Experts’
guidelines 2008. Société française d’anesthésie et de réanimation. Collège
national des gynécologues et obstétriciens français. Société française de
médecine périnatale. Société française de néonatalogie. Ann Fr Anesth
Reanim. 2009;28:275–281.
13. American college of obsteticians and Gynecologists. Gestational
Hypertension and Preeclampsia. ACOG. 2019;133(1):1-25.
14. Duley L, Henderson-Smart J, Meher S. Drugs for treatment of very high
blood pressure during pregnacy. Cochrane Database Syst Rev.
2006;(3):CD001449.
15. Pryde PG, Mittendorf R. Contemporary usage of obstetric magnesium
sulfate: indication, contraindication, and relevance of dose. Obstet Gynecol.
2009;114:669–673.
16. Tan LK, de Swiet M. The management of postpartum hypertension. BJOG.
2002;109:733–736
17. . Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Pre-eclampsia – study
group consensus statement. Available from: http://www.rcog.
org.uk/womens-health/clinical-guidance/pre-eclampsia-study-group-
consensus-statement.
18. Haram, Khell. Svendsen, Einar. Abildgaard, Ulrich. The HELLP syndrome:
Clinical issues and management. A review. BMC Pregnancy and Child
birth. 2009; 9(8):1-15
19. Aydin, Serdar. Ersan, Firat. Ark, Cemal. Aydin, cagr. Partial HELLP
syndrome: maternal, perinatal, subsequent pregnancy and long-ter, maternal
outcome.The Journal of Obstetrics and Gynaecology. 2014;40(4):932-40.
20. American college of obsteticians and Gynecologists. Thrombocytopenia in
Pregnancy. ACOG. 2019;133(3):1-25.
24
21. Martin JN Jr, Rose CH, Briery CM: Understanding and managing
25