ANTIBIOTIK
Disusunoleh :
Yogi Rahman Saputra
030.13.211
Pembimbing :
dr.IndrawanEkomurtomo, SpOG
Disusunoleh :
Yogi Rahman S
030.13.211
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Antibiotik” tepat pada waktunya. makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Kardinah
Tegal.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Indrawan
Ekomurtomo, SpOG yang telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini,
serta kepada seluruh dokter yang telah membimbing penulis selama di kepaniteraan
klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di RSUD Kardinah Tegal. Ucapan
terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Akhir kata,
penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Daftarpustaka .................................................................................................... 37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotik
Farmakokinetik
Proses absorpsi umumnya dikaitkan dengan penyerapan obat di saluran cerna pada
pemberian oral. Setelah mencapai kadar puncak dalam darah, konsentrasi obat akan
2
menurun secara cepat dalam fase yang disebut dengan fase alfa (α). Pada fase
selanjutnya yaitu fase beta (β) maka konsentrasi antibiotik akan menurun secara
perlahan dan stabil. Pada fase beta ini yang menentukan waktu paruh (t1/2) dari suatu
antibiotik. Pada proses absorpsi ini, tidak semua obat akan mencapai sirkulasi
sistemik dalam keadaan utuh / aktif, dan jumlah persentase obat yang mencapai
sirkulasi sistemik dalam keadaan utuh atau aktif disebut bioavailabilitas. Sedangkan
kesetaraan jumlah obat dalam sediaan dengan kadar obat dalam darah atau jaringan
disebut bioekuivalensi.2
Setelah diabsorpsi, obat akan berkaitan dengan albumin sebagai protein dominan
dalam serum dan kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Persentase antibiotik yang terikat secara reversibel terhadap albumin serum
digambarkan dengan istilah protein binding. Obat kemudian akan melepaskan diri
dari ikatannya dengan albumin, dan menembus beberapa membran sel sesuai dengan
gradien konsentrasi dan menca- pai tempat infeksi lalu berikatan dengan protein
jaringan. Distribusi obat antara lain dipengaruhi oleh aliran darah, pH, protein
binding, dan volume distribusi2
Pasca distribusi obat, obat kemudian akan mengalami metabolisme oleh berbagai
enzim dan yang terpenting di antaranya adalah enzim sitokrom P450, sehingga
pemberian obat- obatan yang dapat meningkatkan atau menghambat kerja enzim ini
dapat mempengaruhi aktivitas antibiotik.Obat yang dalam keadaan aktif akan
ditingkatkan kelarutannya sehingga lebih mudah diekskresikan, dan umumnya obat
menjadi inaktif. Sedangkan untuk obat dalam bentuk prodrug, enzim akan
mengaktivasi obat tersebut menjadi bentuk yang aktif.2
3
dibuang melalui feses, dan sebagian akan kembali diserap dan dibuang melalui ginjal.
Sebagian kecil obat juga diekskresikan melalui keringat, liur, air mata, dan air susu.2
Farmakodinamik
4
Beberapa golongan antibiotik masih dapat menunjukkan aktifitas dalam
menghambat pertumbuhan mikroorganisme meskipun kadarnya lebih rendah dari
KHM. Fenomena ini disebut post-antibiotic effect. Efek ini dipengaruhi oleh jenis
antibiotik dan mikrooragnismenya sendiri, contohnya quionolone dan aminoglycoside
yang memiliki postantibiotic effect yang cukup lama terhadap kuman gram negative.2
a. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat menghambat
pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.
Golongan ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan sebagian
besar bakteri. Yang termasuk golongan ini adalah tetrasiklin dan derivatnya,
kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.
b. Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum) adalah golongan ini hanya aktif
terhadap beberapa bakteri saja. Yang termasuk golongan ini adalah penisilina,
streptomisin, neomisin, basitrasin.
a. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri, misalnya
penisilin, sefalosporin, carbapenem, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
5
c. Antibiotika yang bekerja dengan menghambat sintesa protein, yang termasuk
golongan ini adalah kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin dan antibiotika
golongan aminoglikosida.
d. Antibiotika yang bekerja melalui penghambatan sintesis asam nukleat bakteri, yang
termasuk golongan ini adalah asam nalidiksat, rifampisin, sulfonamid, trimetoprim.
PenggunaanAntibiotik
6
Penggunaan antibiotik secara bijak erat kaitannya dengan penggunaan penggunaan
antibiotik berspektrum sempit dengan indikasi yang tepat, dosis yang adekuat, serta
tidak lebih lama dari yang dibutuhkan.Terapi inisial dapat menggunakan antibiotik
spektrum luas dan sebaiknya segera disesuaikan setelah hasil laboratorium
mikrobiologi keluar. Proses ini disebut streamlining. Hal ini tidak hanya mengubah
dari spektrum luas ke spektrum yang lebih sempit, tetapi juga dari terapi kombinasi
ke terapi tunggal, serta dari antibiotik jenis baru ke jenis yang lebih lama. Strategi ini
lebih menguntungkan dalam hal biaya, dapat menambah pengalaman dengan obat
jenis lama terhadap jenis infeksi yang sama serta pencegahan terjadinya resistensi
AntibiotikaTerapiEmpiris
1) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotika data epidemiologi dan pola
resistensi bakteri yang tersedia di komunitas atau di rumah sakit setempat.
2) Kondisi klinis pasien.
3) Ketersediaan antibiotika.
7
4) Kemampuan antibiotika untuk menembus ke dalam jaringan/organ yang
terinfeksi.
5) Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat
digunakan antibiotika kombinasi.
4. Rute pemberian
antibiotika oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada
infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotika
parenteral.
5. Lama pemberian
antibiotika empiris diberikan untuk jangka waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus
dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis
3. Indikasi
sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi.
4. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotika.
1) Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik.
2) Sensitivitas.
3) Biaya.
4) Kondisi klinis pasien.
8
5) Diutamakan antibiotika lini pertama/spektrum sempit.
6) Ketersediaan antibiotika (sesuai formularium rumah sakit).
7) Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) setempat
yang terkini.
8) Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
5. Rute pemberian
antibiotika oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada
infeksi sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotika
parenteral Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotika parenteral
harus segera diganti dengan antibiotika per oral.
Antibiotika Beta-lactam
9
Penicillin
Golongan penicillin diklasifikasikanberdasarkanspektrumaktivitasantibiotikanya.
AntibiotikaGolongan Penicillin
Penicillin G
Penicillin G dan Sangat aktif terhadap kokus Gram-positif, tetapi cepat dihidrolisis oleh
dan penicillin
penicillin V penicillinase atau beta-lactamase, sehingga tidak efektif terhadap S. aureus
V
10
Cephalosporin
Cephalosporinmenghambatsintesisdindingselbakteridenganmekanismeserupad
engan penicillin. Cephalosporin diklasifikasikanberdasarkangenerasinya.
Cefepime, Aktivitas lebih luas dibandin ggenerasi III dan tahan terhadap
IV
cefpirome. beta-lactamase.
11
Monobactam(beta-lactammonosiklik)
Contoh:aztreonam.
Aktivitas : resisten terhadap beta-lactamase yang dibawa oleh bakteri Gram- negatif.
Aktif terutama terhadap bakteri Gram-negatif. Aktivitasnya sangat baik terhadap
Enterobacteriacease, P. Aeruginosa, H. Influenzae dan ganokokus. Pemberian:
parenteral, terdistribusi baik ke seluruh tubuh, termasuk cairan serebrospinal.
Carbapenem
Carbapenem merupakan antibiotika lini ketiga yang mempunyai
aktivitasantibiotika yang lebih luas daripada sebagian besar beta-lactam lainnya.
Yang termasuk carbapenem adalah impenem, meropenem dan doripenem.Spektrum
aktivitas: menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram-negatif, dan anaerob.
Ketiganya sangat tahan terhadap beta-lactamase.Efek samping: paling sering adalah
mual dan muntah, dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi
SSP atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai efikasi
serupa imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang.
Inhibitorbeta-lactamase
Inhibitor beta-lactamse melindungi antibiotika beta-lactam dengan cara
menginaktivasi beta-lactamase. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
clavulanic acid, sulbactam, dan tazobactam. Clavulanic acid merupakan suicide
inhibitor yang mengikat beta-lactamse dari bakteri Gram-positif dan Gram-negatif
secara irreversible. Obat ini dikombinasi dengan amoxicillin untuk pemberian oral
dan dengan ticarcillin untuk pemberian parenteral. Sulbactam dikombinasi dengan
ampicillin untuk penggunaan parenteral, dan kombinasi ini aktif terhadap kokus
Gram-positif, termasuk S. Aureus penghasil beta-lactamase, aerob Gram-negatif (tapi
tidak terhadap Pseudomonas) dan bakteri anaerob.Tazobactam dikombinasi dengan
piperacillin untuk penggunaan parenteral. Waktu paruhnya memanjang dengan
kombinasi ini, dan eksresinya melalui ginjal.
12
2. Obat yang Memodifikasi atau Menghambat Sintesis Protein
Aminoglycoside, tetracycline, Chloramphenicol, macrolide (erythromycin,
azithromycin, klaritromisin), Clindamyicin, mupirocin, dan spectinomycin.
Aminoglycoside
Spektrum aktivitas: Obat golongan ini menghambat bakteri aerob Gram-negatif.
Obat ini mempunyai indeks terapi semput, dengan toksisitas serius pada ginjal dan
pendengaran, khususnya pada pasien anak dan usia lanjut. Efek samping: Toksisitas
ginjal, ototoksisitas (auditorik maupun vestibular), blokade neuromuskular (lebih
jarang).
Tetracycline
Antibiotika yang termasuk ke dalam golongan ini adalah tetracycline, doxycycline,
oxytetracycline, minocycline, dan chlortetracycline. Antibiotika golongan ini
mempunyai spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri Gram-positif,
Gram-negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob, serta mikroorganisme lain
seperti Ricketsia, Mycoplasma, Chlamydia, dan beberapa spesies mikobakteria.
Chloramphenicol
Chloramphenicol adalah antibiotik berspektrum luas, menghambat bakteri Gram-
positif dan negatif aerob dan anaerob, Chlamydia, Ricketsia, dan Mycoplasma.
Chloramphenicol mencegah sintesis protein dengan berikatan pada subunit ribosom
50S.
Efek samping : suspresi sumsum tulang, grey baby syndrome, neuritis optik pada
anak, pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan timbulnya ruam.
Macrolide (erythromycin, azithromycin, chlarithromycin, Roxithromycin)
Macrolide aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat menghambat
beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian besar Gram-negatif aerob
resisten terhadap macrolide, namun azithromycin dapat menghambat Salmonela.
Azithromycin dan klaritromisin dapat menghambat H. Influenzae, tetapi azithromycin
mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga aktif terhadap H. Pylori.
13
Macrolide mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan cara berikatan dengan
subunit 50s ribosom bakteri, sehingga menghambat translokasi peptida.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
16