Oleh:
Pembimbing:
Dr.dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS
Judul Referat
TERAPI PADA SARS COV-19
Oleh:
Fahira Nada Safira, S.Ked 04084822124057
Pembimbing:
Dr.dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP DR.
Mohammad Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 28 Juni –
14 Juli 2021.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapakan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telaah
ilmiah yang berjudul “Terapi Pada SARS Cov-19”. Penulisan telaah ilmiah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti kepaniteraan klinik di
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP DR. Mohammad Hoesin
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian telaah ilmiah ini, terutama
kepada yang terhormat Dr.dr. Rose Mafiana, Sp.An, KNA, KAO, MARS atas
bimbingan dan arahan yang telah diberikan dalam pembuatan laporan kasus ini.
Dalam penyusunan telaah ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan. Hal ini didasarkan atas keterbatasan dan kekurangan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran
sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang. Semoga telaah ilmiah ini
dapat memberikan manfaat baik bagi semua pihak. Akhir kata, semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan meridhai segala usaha kita.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................................ i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pada akhir tahun 2019, dilaporkan kasus infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh jenis virus baru. Awalnya penyakit ini dinamakan sebagai 2019
novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian pada Februari 2020 WHO
mengumumngkan nama baru yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory SyndromeCcoronavirus-2 (SARS
CoV-2).1,2 Proses transmisi antar manusia yang cukup tinggi menyebabkan virus ini
dengan cepat menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dari yang pada
mulanya menjadi wabah di Wuhan, Provinsi Hubei, China. 1,3
Jumlah kasus meningkat pesat dan menyebar ke berbagai negara dalam
waktu singkat. WHO melaporkan 176.785.667 kasus konfirmasi dengan 3.820.907
kematian di seluruh dunia pada tanggal 14 Juni 2021.2 Indonesia melaporkan kasus
COVID-19 pertamanya pada 2 Maret 2020, dan menyatakannya sebagai penyakit
penyebab darurat sehingga memerlukan pencegahan dan pengendalian.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan 1.919.547 kasus COVID-
19 yang dikonfirmasi dan 53.116 kematian pada 14 Juni 2021. 3
Sampai saat ini, penularan SARS-CoV-2 diyakini melalui droplets yang
dikeluarkan ketika seseorang yang terinfeksi bersin atau batuk dan kontak. Droplets
tersebut kemudian dapat terhirup secara langsung melalui saluran pernapasan atau
masuk ke saluran napas melalui tangan yang terpapar virus karena menyentuh
permukaan benda yang terdapat virus. Oleh karena itu, WHO (2020)
merekomendasikan serangkaian tindakan pencegahan penularan seperti memakai
masker, menjaga jarak, dan menghindari tempat-tempat ramai, ruang terbatas dan
tertutup dengan ventilasi buruk.1
Selain pencegahan, pemberian terapi pada pasien terkonfirmasi positif COVID-
19 juga perlu diupayakan seoptimal mungkin. Berbagai jenis obat digunakan
sebagai upaya untuk menyelamatkan nyawa pasien, khususnya mereka dengan
tingkat keparahan yang tinggi. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis dan
mahasiswa kedokteran sangat penting untuk mampu mengidentifikasi dan
1
mendiagnosis pasien COVID-19 serta mengetahui tatalaksana atau terapi yang
dapat diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan perburukan kondisi
pada pasien dengan COVID-19.
2
3
BAB II
STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. ST
No. RM : 0001209573
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tinggi
Alamat : Perum Jadongan, , Talang Kelapa, Kab. Banyuasin
BB/TB : 65 kg/155 cm
IMT : 27.1 (overweight)
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal MRS : 19 Juni 2021
HR : 98x/ menit
4
Riwayat Operasi
- Riwayat SC 1x
Last meal -
5
2.3.2 ANAMNESIS
Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ke RS Siti Khodijah dengan riwayat mengonsumsi obat sebagai
terapi COVID 19 dan pematangan paru berupa:
- Prove D3
- Paracetamol
- Vit. C
- Ceftriaxone
- N Acetyl sistein
6
- CaCO3
- KSR
- Asam Folat
- Uterogestan
- Dexamethasone
Riwayat Alergi
Riwayat alergi disangkal
b. Keadaan Spesifik
Kepala: Normocephali, Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Thoraks
COR:
I : iktus cordis tidak terlihat
7
110x/menit
Ekstremitas: Edema pretibial (-/-)
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-6 %
Netrofil 86* 50-70 %
Limfosit 6* 20-40 %
Monosit 7 2-8 %
FAAL HEMOTASTASIS
PT + INR
Kontrol 15.50
Pasien 11.2 12-18 detik
INR 0.78
APTT
Kontrol 31.9
Pasien 30.9 27-42 detik
Fibrinogen
Kontrol 282.0
pasien 581.0* 200-400 mg/dL
D-dimer 3.68* <0.5 μ/mL
KIMIA KLINIK
Kalsium (Ca) 7.3* 8.8 – 10.2 mg/dL
Ca Koreksi 8.4
Analisis Gas Darah
(arteri)
Temperature 36 ºC
FIO2 50 %
PH 7.402 7.35 – 7.45
PCO2 29.9* 35 – 45 mmHg
pO2 67.8* 83 – 108 mmHg
SO2% 93.7
Hct 35 35-45 %
Hb 11.6 11.7 – 15.5 g/dL
9
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 143 135-155 mEq/L
Kalium (K) 3.3* 3.5 – 5.5 mEq/L
Klorida (Cl) 108* 96 – 106 mmol/L
IMUNOSEROLOGI
Feritin 55.00 21.81 – 274.66 ng/mL
SARS-CoV-2 RNA Positif (CT Negatif
Terkecil 25.37)
2.4 DIAGNOSIS
2.5 TATALAKSANA
2.6 MONITORING
Table 2.4 Perawatan hari pertama (20 Juni 2021, Pukul 02.30)
TD : 150/95 mmHg Ht : 32
HR : 83x/m PLT : 304
SpO2 : 96% NRM 10lpm
D-dimer : 3,68
RR : 22x/menit
GIT: NGT (+) Ca : 7,3
GUT: Indwelling Catheter Ca koreksi: 8,4
(+)
GDS: 118
Skor SOFA: 3 Na: 143
K: 3.3
Cl: 108
AGD
pH: 7.402
pCO2 : 29.9
pO2 : 67.8
SO2% : 93.7
HCO3 : 18.7
A Post SC P2A0 ai Fetal distress + COVID 19 terkonfirmasi
P F : Diet Cair (6 x 200 kkal) Medikamentosa
A: Paracetamol (1gr/8jam)
Ceftriaxone 1gr/12 jam IV
S: -
Omeprazole 40 mg/24 jam IV
T: Padua: 5 Improve: 2
Paracetamol 1gr/8 jam IV
Heparin 1000 U/24 jam.
Ketorolac 30 mg 1x IV
H : Head up 300
Vitamin C 3gr/24 jam IV
U : Omeprazole 40 mg IV
Vitamin D 10.000IU/24 jam NGT
G: Glucose control target 140 -
Vitamin E 400/24 jam NGT
180 mg/dl
Oksitosin 20 IU IV
B: Bowel sound (+)
Remdesivir 200 mg IV
I : Indwelling catether (+)
Metilprednisolone 120 mg IV
D: Ceftriaxone (1gr/12 jam)
Ventolin 1fl Nebul
Heparin 1000U IV
13
Table 2.5 Perawatan hari kedua (21 Juni 2021, Pukul 06.10)
AGD
pH: 7.374
pCO2 : 34.1
pO2 : 82.2
SO2% : 95.6
HCO3 : 20.1
A P2A0 Post SC ai fetal distress + pneumonia COVID 19 terkonfirmasi
14
Table 2.6 Perawatan hari keempat (23 Juni 2021, Pukul 07.00)
S Sesak nafas
O CNS: Laboratorium :
Sensorium: CM E4M6V5 Hb : 10.0
Pupil isokor 3/3
RBC : 3.84
Refleks Cahaya (+/+)
CVS: WBC : 17.48
TD : 140/90 mmHg Ht : 32
HR : 80x/m
PLT : 526
RR : 19x/m
SpO2: 98% D-dimer : 3.11
HFNC flow 80% 50lpm, Ca : 7,0
GIT: Distensi (-)
Ca koreksi: 8,0
GDS: 97
15
AGD
pH: 7.372
pCO2 : 36.4
pO2 : 76.4
HCO3 : 21.3
A P2A0 Post SC ai fetal distress + pneumonia COVID 19 terkonfirmasi
P F : Diet Cair Medikamentosa
A:
Meropenem 1gr / 8 jam IV
S: Dexemedetomidine
Omeprazole 40 mg/ 24 jam IV
T: Padua: 5 Improve: 2
Paracetamol 1 gr/ 8 jam IV
Heparin 1000 U/24 jam.
Vitamin D 10.000 IU/24 jam NGT
H : Head up 300
Vitamin E 400 / 24 jam NGT
U : Omeprazole 40 mg IV
Cernevit 1 fl/24 jam
G: Glucose control target 140 -
Remdesivir 100 mg/ 24 jam
180 mg/dl
Ventolin 1 fl/8 jam nebul
B: Bowel sound (+)
Dexametason 5 gr/24 jam IV
I : Indwelling catether (+)
Albumin 20 gr/ 24 jam IV
D: Meropenem 1 gr / 8 jam
Heparin 10.000 / 24 jam IV
Dexemedetomidine 0,2-0,7 mg/kgBB
IV
Tabel 2.7 Perawatan hari keenam (25 Juni 2021, Pukul 06.00)
O CNS: Laboratorium :
Sensorium: CM E4M6V5 Hb : 10.8
Pupil isokor 3/3
RBC : 4.22
Refleks Cahaya (+/+)
CVS: WBC : 16.62
TD : 130/80 mmHg Ht : 35
HR : 92x/m
PLT : 415
RR : 32x/m on HFNC
SpO2: 94% D-dimer : 8.51
HFNC flow 90% 60lpm, Ca : 7,2
GIT: Distensi (-)
Ca koreksi: 8,1
GUT: Indwelling Catheter
(+) GDS: 97
Na: 141
Skor SOFA: 3
K: 3.6
Cl: 107
AGD
pH: 7.395
pCO2 : 34.1
pO2 : 142.4
HCO3 : 21.1
A P2A0 Post SC ai fetal distress + pneumonia COVID 19 terkonfirmasi
P F : Diet Cair 4 x 300 cc Medikamentosa
A:
Meropenem 1gr / 8 jam IV
S: Dexemedetomidine
Omeprazole 40 mg/ 24 jam IV
T: Padua: 5 Improve: 2
Paracetamol 1 gr/ 8 jam IV
Heparin 1000 U/24 jam.
Vitamin D 10.000 IU/24 jam NGT
H : Head up 300
Vitamin E 400 / 24 jam NGT
U : Omeprazole 40 mg IV
Cernevit 1 fl/24 jam
G: Glucose control target 140 -
Remdesivir 100 mg/ 24 jam
180 mg/dl
Ventolin 1 fl/8 jam nebul
B: Bowel sound (+)
Dexametason 5 gr/24 jam IV
17
Tabel 2.8 Perawatan hari kedelapan (27 Juni 2021, Pukul 06.00)
AGD
pH: 7.424
pCO2 : 41.2
pO2 : 65.6
HCO3 : 27.2
A P2A0 Post SC ai fetal distress + pneumonia COVID 19 terkonfirmasi
18
Tabel 2.9 Perawatan hari kesembilan (28 Juni 2021, Pukul 07.30)
GDS: 107
Skor SOFA: 4
Na: 145
K: 3.6
Cl: 107
SGOT: 40
SGPT: 18
AGD
pH: 6.953
pCO2 : 113.5
pO2 : 50.5
HCO3 : 25.4
A Respiratory Failure on NIV ec pneumonia COVID 19
P F : Diet Cair 4 x 300 cc Medikamentosa Pukul
A: 13.00
Meropenem 1gr / 8 jam IV
S: Dexemedetomidine pasien
Omeprazole 40 mg/ 24 jam
T: Padua: 5 Improve: 2 sedang
IV
Heparin 1000 U/24 jam. terintubasi,
Paracetamol 1 gr/ 8 jam IV
H : Head up 300 pasien
Vitamin D 10.000 IU/24
U : Omeprazole 40 mg IV tidak stabil
jam NGT
G: Glucose control target 140 dan sedang
Vitamin E 400 / 24 jam
-180 mg/dl Bagging
NGT
B: Bowel sound (+)
Cernevit 1 fl/24 jam
I : Indwelling catether (+)
Remdesivir 100 mg/ 24 jam
D: Meropenem 1 gr / 8 jam
Ventolin 1 fl/8 jam nebul
Dexametason 5 gr/24 jam
IV
Albumin 20 gr/ 24 jam IV
Levofloxacin 750 gr/24 jam
IV
20
Tabel 2.10 Perawatan hari kesepuluh (29 Juni 2021, Pukul 07.30)
AGD
pH: 7.320
pCO2 : 58.2
pO2 : 30.1
HCO3 :30.3
A Respiratory Failure on MV ec pneumonia COVID 19
21
Tabel 2.10 Perawatan hari kesebelas (30 Juni 2021, Pukul 07.30)
AGD
pH: 7.320
pCO2 : 58.2
pO2 : 30.1
HCO3 :30.3
A Respiratory Failure on MV ec pneumonia COVID 19
P F : Diet Cair 4 x 300 cc Medikamentosa Keadaan
A: perburukan
Meropenem 1gr / 8 jam IV
S: Dexemedetomidine
Omeprazole 40 mg/ 24 jam
T: Padua: 5 Improve: 2
IV
Heparin 1000 U/24 jam.
Paracetamol 1 gr/ 8 jam IV
H : Head up 300
Vitamin D 10.000 IU/24
U : Omeprazole 40 mg IV
jam NGT
G: Glucose control target 140
Vitamin E 400 / 24 jam
-180 mg/dl
NGT
B: Bowel sound (+)
Cernevit 1 fl/24 jam
I : Indwelling catether (+)
Remdesivir 100 mg/ 24 jam
D: Meropenem 1 gr / 8 jam
Ventolin 1 fl/8 jam nebul
Dexametason 5 gr/24 jam
23
IV
Levofloxacin 750 gr/24 jam
IV
IVIG 25 mg/24 jam IV
Heparin 10.000 / 24 jam IV
Dexemedetomidine 0,2-0,7
mg/kgBB IV
Propofol 400 mg
Nor-adrenalin 16 mg
Atracurium 50 mg
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
BAB III
ANALISIS KASUS
24
25
Pada kasus ini, pasien mengalami sesak napas dengan RR 30 x/menit dan
SpO2 92% dengan udara ruangan, selain itu juga didapatkan gambaran pneumonia
berdasarkan foto toraks pasien sehingga pasien termasuk dalam kategori COVID-
19 berat. Pada pasien dengan COVID-19 kasus berat, terdapat risiko untuk
mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik,
gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat
kematian.5 Pasien pada kasus ini adalah pasien terkonfirmasi COVID-19, dimana
menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2020, kasus konfirmasi merupakan
seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-10 yang dibuktikan
26
>6”
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zhai Z dkk melaporkan 40% pasien
COVID-19 yang mendapatkan perawatan, berisiko tinggi mengalamo komplikasi
tromboemboli vena. Oleh karena itu, penghitungan skor prediksi Padua digunakan
untuk menilai risiko tromboemboli vena pada pasien COVID-19 yang dirawat di
28
rumah sakit. Nilai Padua < 4 memiliki risiko rendah, sedangkan nilai Padua 4
berisiko tinggi mengalami tromboemboli vena. 8,9
Tabel 2.8 Faktor Risiko Tromboemboli Vena pada Pasien Medis (modifikasi
PADUA)
Faktor Risiko Nilai
Penyakit kritis 4
Inflammatory Bowel Disease 4
Kanker aktif (metastasis/menjalani kemoterapi/ radioterapi 3
yang sudah berjalan selama 6 bulan)
Riwayat TEV sebelumnya 3
Immobilisasi 3 hari 3
Kondisi trombofilia 3
Riwayat trauma atau tindakan operasi <1 bulan 2
Usia 70 tahun 1
Gagal jantung atau gagal napas 1
Infark miokard akut atau stroke iskemik 1
Infeksi akut atau penyakit rematik 1
Obesitas (IMT 30 kg/m2) 1
Dalam terapi hormonal 1
Tatalaksana Tromboprofilaksis
Pada pasien COVID-19 sedang hingga berat yang dirawat di rumah sakit
jika tidak terdapat kontraindikasi (absolut/relatif) pada pasien (perdarahan aktif,
riwayat alergi heparin atau heparin induced thrombocytopenia, riwayat perdarahan
sebelumnya, gangguan hati berat) dan jumlah trombosit > 25.000/mm3 , maka
pemberian antikoagulan profilaksis dapat dipertimbangkan. Antikoagulan tersebut
dapat berupa heparin berat molekul rendah (low molecular-weight heparin/
LMWH) atau unfractionated heparin (UFH). Sebelum memberikan antikoagulan
harus dievaluasi kelainan sistem/organ dan komorbiditas untuk menilai risiko
terjadinya perdarahan. Penilaian risiko perdarahan dapat dilakukan menggunakan
29
skor IMPROVE. Jika skor IMPROVE <7 risiko terjadinya perdarahan rendah, 7
peningkatan risiko terjadinya perdarahan.
Tabel 2.9 Skor IMPROVE sebagai penilai risiko perdrahan
Faktor Risiko Nilai
Insufisiensi ginjal moderat (CrCl 30-50 mL/menit) 1
Pria 1
Usia 40-84 tahun 1.5
Kanker aktif 2
Penyakit reumatik 2
Pemakaian kateter vena sentral 2
Admisi di ICU/CCU 2.5
Insufisiensi renal berat (CrCl <30mL/menit) 2.5
Insufisiensi liver (INR>1,5) 2.5
Usia 85 tahun 3.5
Trombositopenia < 50.000/UI 4
Riwayat perdarahan dalam 3 bulan terakhir 4
Ulkus gastro-intestinal aktif 4
30
Pasien melakukan SC CITO pada tanggal 19 Juni pukul 23.00 dan kemudian
pasien masuk ke ICU Covid pada tanggal 20 Juni pukul 01.30 dengan RR 22x/menit
dan SpO2 96% menggunakan NRM 10lpm. Pada tanggal 20 Juni pukul 07.00
pemberian oksigenasi diberikan HFNC (High Flow Nasal Cannule) 50% 50lpm.
Dalam kasus ini pemasangan HFNC (High Flow Nasa Cannule) pada pasien
bertujuan sebagai alat bantu nafas. HFNC merupakan teapi awal O2 jika pasien
tidak respon dengan penggunaan nasal kanul atau face mask. 4 Penggunaan terapi
HFNC dini pada pasien dengan COVID-19 gejala berat dapat memperbaiki
oksigenasi, dan menurunkan frekuensi napas. Penggunaan HFNC dapat
31
g. Jika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventulasi aman (indeks ROX
4.88) pada jam ke-2, 6, dan 12 menandakan bahwa pasien tidak membutuhkan
ventilasi invasif, sementara ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk kebutuhan
intubasi
h. Jika pada evaluasi (1-2 jam pertama), parameter keberhasilan terapi oksigen dengan
HFNC tidak tercapai atau terjadi perburukan klinis pada pasien, pertimbangkan untuk
menggunakan metode ventilasi invasif atau trial NIV.
32
e. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi
cairan), dan oksigen
f. Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku dengan hitung jenis,
bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati,
Hemostasis, LDH, D-dimer.
g. Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
h. Antikoagulan LMWH/UFH
i. Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, 21 21
Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
Limfopenia progresif,
Peningkatan CRP progresif,
Asidosis laktat progresif.
j. Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS
Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau gagal
multiorgan yang memerlukan perawatan ICU.
Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan
ventilator mekanik
3 langkah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu
sebagai berikut:
o Gunakan high flow nasal cannula (HFNC) atau noninvasive
mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi
paru luas. HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV. (alur gambar
1)
o Pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan edema
paru.
o Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone
position).
37
2. Farmakologis4
a. Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
b. Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
c. Vitamin D - Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk,
sirup) - Obat: 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan
tablet kunyah 5000 IU)
d. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri:
dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
e. Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena koinfeksi bakteri,
pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan
faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus
38
komorbid, usia lanjut dan mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya.19 Pada
kasus, pasien memiliki prognosis yang buruk dikarenakan adanya gagal nafas pada
psien e.c pneumonia COVID-19 kritis. Pemberian oksigenasi pada pasien sudah
menggunakan ventilator mekanik, dimana pasien yang menggunakan ventilator
memiliki angka kemungkinan hidup yang rendah oleh karena terjadi ARDS yang
memiliki angka mortalitas tinggi.19
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Seorang perempuan, berusia 33 tahun, datang ke IGD RSMH yang
merupakan rujukan dari RS Siti Khodijah dengan keluhan utama hamil kurang
bulan dengan sesak nafas. Sejak ± 6 hari SMRS pasien dirawat di RS Siti Khodijah
dengan hamil 33-34 minggu, dyspneu e.c COVID 19 terkonfirmasi. Riwayat
demam ada, riwayat batuk ada, nyeri sendi tidak ada, hilang penciuman tidak ada.
Riwayat perut mulas, keluar darah lendir, dan keluar air-air disangkal. Pasien
rujukan dari RS Siti Khodijah dengan alasan pro SC CITO. Pasien mengaku hamil
kurang bulan dengan gerakan janin masih dirasakan.
Pemeriksaan fisik status generalikus didapatkan peningkatan frekuensi
pernafasan dan penurunan saturasi oksigen. Pada pemeriksaan fisik spesifik
ditemukan hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
nilai RBC 3.86, Ht 32, MCV 81.6, hitung jenis 0/1/86/6/7, Fibrinogen 581, PCO2
29.9, pO2 67.8, HCO3 18.7, Albumin 2.6, Ureum 9, Kreatinin 0.46, kalium 3.3, dan
klorida 108. Pada pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks didapatkan kesan
pneumonia.
Pasien dengan diagnosis G2P1A0 hamil 32 minggu belum inpartu dengan
COVID-19 terkonfirmasi + bekas SC 1x, JTH Preskep Fetal Distress melakukan
SC CITO di OK IGD. Setelah melakukan operasi SC pasien mendapatkan assesmen
dari tim PIE dan pasien disarankan untuk rawat intesif di ruang isolasi ICU COVID-
19. Saat di ruang ICU, pasien mendapatkan terapi sesuai dengan terapi COVID-19
dengan pemberian heparin 1000 U/24 jam dan pasien mendapatkan terapi
oksigenasi berupa High Flow Nasal Cannula (HFNC) pada hari pertama masuk
ruang intensif ICU. Pada perawatan hari keenam pasien diberikan terapi
Intravenous Immunoglobulin (IVIG). Kemudian pada perawatan hari kedelapan
pemberian oksigenasi dari HFNC diganti menjadi NIV dikarenakan tidak
tercapainya target saturasi oksigen. Kemudian pasien melanjutkan perawatan di
44
45
ruang ICU dengan terapi COVID-19. Pada perawatan hari kesembilan pasien
dilakukan intubasi dikarenakan keadaan yang tidak stabil, dan kemudian dilakukan
pemasangan ventilator.
DAFTAR PUSTAKA
46
Consensus Statement before Guidelines. Thromb Haemost. 2020;120(6):937-
948. doi:10.1055/s-0040-1710019
9. Moores LK, Tritschler T, Brosnahan S, et al. Prevention, Diagnosis, and
Treatment of VTE in Patients With Coronavirus Disease 2019. Chest.
2020;(June). doi:10.1016/j.chest.2020.05.559
10. Teng, X-b., Shen, Y., etc. 2020. The Value of High-flow nasal canula oxygen
therapy in treating novel coronavirus pneumonia. Eur J Clin Invest, 00:e13435,
doi: 10.1111/eci.13435
11. Nishimura, M. 2016. High Flow Nasal Cannula Oxygen Therapy in Adults:
Physiological Benefits, Indication, Clinical Benefits, and Adverse Effects.
Respiratory Care Vol 61 No. 4, 529-541
12. Lodeserto F J, Lettich T M, Rexaie S R. High-flow nasal Cannula Oxygen
Improve Outcome in Acute Hypoxemic Respiratory Failure? A Systematic
Review and Metaanalysis. Respiratory Medicine. 2017;131:58-64. Doi:
10.1016/j.rmed.2017.08.005
13. Whittle J, Pavlov I, Sacchetti A, Atwood C, Rosenberg M. Respiratory Support
for Adult Patients with COVID-19. JACEP Open. 2020; 1(2); 95-101. Doi:
10.1002/emp2.12071
14. Roca O, Caralt B, Messika J, Samper M, Sztrymf B. dkk. An Index Combining
Respiratory Rate and Oxygenation to Predict Outcome of Nasal High-Flow
Therapy. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
2019;199(11):1368-76. Doi: 10.1164/rccm.201803-0589OC
15. COVID-19 Treatment Guidelines Panel. 2021. Coronaviruse Disease 2019
(COVID 19) Treatment Guidelines. National Institute of Health United States.
Tersedia di https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/
16. Leksmana Hidayatullah et al. (2019). Faktor risiko kegagalan ventilasi
noninvasif di PICU. 2019. Sari Pediatri, Vol. 21, No. 3, Oktober 2019. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD
Dr. Moewardi, Surakarta
47
17. Bertaina M, Nuñez-Gil IJ, Franchin L, et al.. (2021) Non-invasive ventilation
for SARS-CoV-2 acute respiratory failure: a subanalysis from the HOPE
COVID-19 registry. Emerg Med J 2021;38:359–365.
18. Zhufeng Wanga et al. (2021). The use of non-invasive ventilation in COVID-
19: A systematic review. International Society for Infectious Diseases 106.
Elsevier. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2021.03.078 1201-9712
19. Handayani, Diah, Hadi, Dwi Rendra, Isbaniah, Fathiyah, Burhan, Erlina,
Heidy, Agustin (2020) Penyakt Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi
Indonesia, Majalah Resmi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Vol. 40; No.2,
hal.1-14
20. Ferianto, Suwarman, Sobaryati. 2021. Terapi Intravenous Immunoglobulin
(IVIG) pada Pasien Covid-19 di Intensive Care Unit (ICU). Jakarta. JIK Jilid
15 Nomor 1, Hal. 48-52.
21. Lanza M et al. Successful intravenous immunoglobulin treatment in severe
COVID-19 pneumonia. IDCases 2020; 21:e00794
48