Oleh:
dr. Subhan Darojat Ar Rizqi
Moderator:
dr. Kendry Savira Yordian
Narasumber :
dr. Mulyanusa Amarullah Ritonga, Sp.OG(K), M.Kes
dr. Marta Isyana Dewi, Sp.OG
1
I. PENDAHULUAN
Diabetes melitus gestasional adalah salah satu komplikasi medis yang paling umum
terjadi dalam kehamilan. Terdapat dua jenis diabetes yang bisa ditemukan dalam kehamilan,
yakni diabetes melitus gestasional dan diabetes melitus pregestasional.1 Diabetes mellitus
gestasional adalah semua derajat intoleransi glukosa dengan awitan pertama kali saat
kehamilan, sedangkan diabetes melitus pregestasional merupakan diabetes yang ada sejak
sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.2, 3 Diabetes melitus gestasional ini diketahui dapat
Kontroversi pada diabetes melitus gestasional terjadi pada hampir semua aspek, mulai
diabetes melitus gestasional dilakukan dengan menanyakan riwayat medis dan obstretik pasien,
serta adanya riwayat keluarga diabetes melitus tipe 2. Walaupun berguna, skrining ini kurang
tepat karena diketahui gagal mengidentifikasi sekitar setengah dari wanita hamil dengan
diabetes melitus gestasional. Maka dari itu, dewasa ini, skrining dilakukan dengan pemeriskaan
gula darah. Metode pemeriksaan gula darah yang paling tepat dalam skrining diabetes melitus
gestasional masih dalam perdebatan. Karena epidemi obesitas yang terus berlangsung
menyebabkan peningkatan pesat prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada wanita usia subur,
maka skrining yang dilakukan juga harus dapat membedakan diabetes melitus gestasional
dengan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan namun tidak terdiagnosis.2, 6, 8
Mempertahankan kadar gula darah tetap dalam batas normal pada diabetes melitus
gestasional dapat mengurangi morbiditas bagi ibu maupun bayi. Tatalaksana awal pada
diabetes melitus gestasional terdiri dari diet dan olahraga. Apabila langkah-langkah modifikasi
gaya hidup ini gagal untuk mencapai kontrol glikemik, maka insulin dapat mulai diberikan.
Waktu yang tepat untuk terminasi kehamilan pada diabetes melitus gestasional juga masih
2
dalam perdebatan.3, 9, 10 Maka, dalam kasus ini, akan dibahas mengenai skrining, penanganan,
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Rencana terminasi kehamilan
Anamnesa Khusus :
G2P0A1 merasa hamil 9 bulan datang rencana terminasi kehamilan. Keluhan mules-mules yang tidak
semakin sering dan tidak bertambah kuat dirasakan sejak 6 jam SMRS. Keluhan keluar lendir
bercampur sedikit darah belum dirasakan ibu. Keluhan keluar cairan banyak dari jalan lahir disangkal.
Gerak anak masih dirasakan ibu. Pasien mengaku memiliki diabetes melitus saat kontrol di klinik pada
usia kehamilan 2 bulan dan menggunakan Novorapid 3x8 IU. Keluhan polyuria, polifagia, dan
polydipsia disangkal. Riwayat diabetes melitus pada keluarga diakui pada ayah pasien. Riwayat
penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan asma disangkal. Pasien memiliki
riwayat Covid19 1 bulan SMRS dan dirawat di RS Hermina Pasteur selama 1 minggu. Swab tanggal 8
Februari 2021 menunjukkan hasil positif. Karena keluhannya, pasien datang ke RS Hermina, namun
karena ruang isolasi penuh, pasien dirujuk ke RSHS.
3
Keterangan Tambahan
Menikah : ♀, 29 tahun, S1, Ibu rumah tangga
♂, 27 tahun, S1, Swasta
Kontrasepsi : (-)
HPHT : 12/05/2020
ANC : RS Hermina 7x, Klinik 4x, PKM 4x
4
CV :-
Promontorium : tidak teraba
Lin innominata : teraba 1/3-1/3
Sacrum : konkaf
Spina ischiadica : tidak menonjol
Arcus pubis : >90
Dinding samping : lurus
Kesan panggul : dapat dinilai baik
Thorax AP
- Foto asimetris, inspirasi cukup
- Skeletal dan soft tissue yang tervisualisasi dalam batas normal
- Trakea di tengah
- Mediastinum tidak melebar
5
- Cor membesar ke lateral kiri dengan apex tertanam pada diafragma, pinggang jantung
mendatar
- Sinuses dan diafragma dalam batas normal
Pulmo
- Hili dalam batas normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah
- Tampak perbercakan di paracardial kanan dan lapang tengah sampai bawah paru kiri
- Kranialisasi (-)
Kesan
- Bronkopneumonia bilateral
- Kardiomegali DD/posisi
2.10 Diagnosis
G2P0A1 gravida aterm, diabetes gestational, confirmed covid 19
2.11 Tatalaksana
- Pemeriksaan darah 35 parameter
- Rencana terminasi kehamilan dengan misoprostol 25 mcg forniks posterior (15.00)
- Konsul tim PINERE
- Informed consent pasien dan keluarga
- Observasi keadaan umum, tanda vital, His, BJA, kemajuan persalinan
6
Ketuban : (+)
Kepala : stasion +1, sutura sagitalis melintang
Diagnosis : G2P0A1 parturien aterm, kala I fase aktif, diabetes gestational, confirmed COVID-19
Tatalaksana :
- Drip Oksitosin 5 IU dalam D5% 500cc 20 tpm
- Observasi keadaan umum, tanda vital, his, BJA, dan kemajuan persalinan
Observasi
Jam His BJA T N R Keterangan
(x/menit) (mmHg) (x/menit) (x/menit)
22.00-23.00 2-3x/10’/30 144-148 110/70 86 20 Drip oksitosin 5 IU
23.00-00.00 2-3x/10’/30 140-144 110/70 85 20 dalam D5% 500 cc
00.00-01.00 2-3x/10’/30 140-144 110/70 88 20 20 tpm
01.00-02.00 3-4x/10’/40 140-144 100/80 88 20
02.00-03.00 3-4x/10’/40 144-148 100/80 87 20
03.00-04.00 3-4x/10’/40 140-144 100/80 86 20
04.00-05.00 3-4x/10’/40 140-144 110/70 89 20
05.00-06.00 3-4x/10’/40 144-148 110/70 88 20
Diagnosis : G2P0A1 parturien aterm, kala I fase aktif, diabetes gestational, confirmed COVID-19
Tatalaksana :
- Istirahat drip oksitosin 2 jam
- Rencana amniotomy jam 07.00
- Observasi keadaan umum, tanda vital, his, BJA, dan kemajuan persalinan
Observasi
Jam His BJA T N R Keterangan
(x/menit) (mmHg) (x/menit) (x/menit)
06.00-07.00 2-3x/10’/30 144-148 120/70 88 20 Amniotomi
07.00-08.00 2-3x/10’/30 148-152 120/80 80 20
7
Pada jam 07.00, dilakukan amniotomi, keluar cairan jernih ±30 cc
Pada jam 08.00, dilakukan pemeriksaan dalam:
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Portio : tipis lunak
Pembukaan : 8-9 cm
Ketuban : (-) sisa cairan jernih
Kepala : stasion +2, UUK kiri depan
Diagnosis : G2P0A1 parturien aterm, kala I fase aktif, diabetes gestational, confirmed COVID-19
Tatalaksana :
- Rencana drip oksitosin 5 IU dalam 500cc RL 20-60 tpm
- Informed consent pasien dan keluarga
- Observasi keadaan umum, tanda vital, his, BJA, dan kemajuan persalinan
Observasi
Jam His BJA T N R Keterangan
(x/menit) (mmHg) (x/menit) (x/menit)
08.00-09.00 3-4x/10’/40 144-148 120/80 80 20 Drip oksitosin 5 IU
09.00-10.00 3-4x/10’/40 132-136 110/70 88 20 dalam 500cc D5%
20-60 tpm
Pada jam 10.00, ibu gelisah ingin meneran, dilakukan pemeriksaan dalam:
Vulva/vagina : tidak ada kelainan
Portio : tipis lunak
Pembukaan : lengkap
Ketuban : (-) sisa cairan jernih
Kepala : stasion +3, UUK anterior
Diagnosis : G2P0A1 parturien aterm, kala II, diabetes gestational, confirmed COVID-19
Tatalaksana :
- Ibu dipimpin meneran setiap ada his
- Rencana partus pervaginam
- Informed consent pasien dan keluarga
- Observasi keadaan umum, tanda vital, his, BJA, dan kemajuan persalinan
- Hubungi TS Perinatologi
8
Setelah 1 jam dipimpin meneran, bayi belum lahir
Tatalaksana :
- Rencana partus pervaginam buatan dengan ekstraksi vakum
- Informed consent pasien dan keluarga
- Observasi keadaan umum, tanda vital, his, BJA, dan kemajuan persalinan
Kesimpulan : P1A1 partus matures dengan ekstraksi vakum atas indikasi waktu, diabetes
gestational, confirmed COVID-19
Observasi
Jam TFU Kontraksi Perdara T N R Keteran
han (mmHg) (x/menit) (x/menit) gan
11.20-11.35 2 jari bawah Baik ±20 cc 110/70 80 20 -
pusat
11.35-11.50 2 jari bawah Baik - 120/80 80 20 -
pusat
11.50-12.05 2 jari bawah Baik - 110/70 88 20 -
pusat
12.05-12.20 2 jari bawah Baik - 120/80 84 20 -
pusat
12.20-12.50 Baik - 110/70 82 20 -
9
2 jari bawah
12.50-13.20 pusat Baik - 120/80 84 20 -
2 jari bawah
13.20-14.20 pusat Baik - 110/70 82 20 -
2 jari bawah
14.20-15.20 pusat Baik - 120/80 82 20 -
2 jari bawah
pusat
10
2.13 Follow Up Stase
11
11/02/2021 S : keluhan (-) P:
16.00 - Cefadroxil 2x500 mg
O : kesadaran compos mentis - Asam mefenamat 3x500 mg
T : 120/80 mmHg -Breast care
N : 88x/menit -Vulva hygiene
R : 20x/menit -Observasi keadaan umum, tanda
S : 36,5 C vital, perdarahan
Abdomen: datar lembut
TFU: 2 jari bawah pusat
Kontraksi: baik
Perdarahan pervaginam: (-)
12
12/02/2021 S : keluhan (-) P:
06.00 - Cefadroxil 2x500 mg
O : kesadaran compos mentis - Asam mefenamat 3x500 mg
T : 120/70 mmHg -Breast care
N : 88x/menit -Vulva hygiene
R : 20x/menit -Observasi keadaan umum, tanda
S : 36,4 C vital, perdarahan
ASI -/-
Abdomen: datar lembut, DM (-), NT (-)
TFU: 2 jari bawah pusat
Kontraksi: baik
Perdarahan pervaginam: (-)
13
12/02/2021 Follow Up IPD P:
12.00 S : sesak (-) perdarahan post partum (-) - Favipiravir loading 2x1600 mg
PO lalu 2x600 mg selama 10 hari
O : kesadaran compos mentis - Enoxaparin Sodium 1dd 0,4 cc
T : 120/70 mmHg SC à TAP à Heparin 2dd 500
N : 88x/menit IU SC bila perdarahan tidak ada
R : 20x/menit - Periksa D-dimer setiap 3 hari
S : 36,4 C
Rontgen thorax = BP bilateral
14
13/02/2021 S : keluhan (-) P:
12.00 - Cek gula darah sewaktu post
O : kesadaran compos mentis partum
T : 130/70 mmHg - Cefadroxil 2x500 mg PO
N : 88x/menit - Asam mefenamat 3x500 mg PO
R : 20x/menit - Zegavit 1x1 PO
S : 36,5 C - Rencana swab
Abdomen: datar lembut, pekak samping (-),
pekak pindah (-)
TFU: 2 jari bawah pusat
Kontraksi: baik
Perdarahan pervaginam: (-)
15
14/02/2021 S : keluhan (-) P:
12.00 - Cefadroxil 2x500 mg
O : kesadaran compos mentis - Asam mefenamat 3x500 mg
T : 130/80 mmHg -Breast care
N : 92x/menit -Vulva hygiene
R : 20x/menit -Observasi keadaan umum, tanda
S : 36,5 C vital, perdarahan
Abdomen: datar lembut - Rencana rawat jalan
TFU: 2 jari bawah pusat
Kontraksi: baik
Perdarahan pervaginam: (-)
16
III. PERTANYAAN
1. Bagaimana mendiagnosis diabetes karena kehamilan dan diabetes yang sudah dimiliki
3. Apakah pemantauan pasca salin pada kasus ini sudah tepat? Apa saja yang perlu diperhatikan
IV. PEMBAHASAN
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin dan/atau kerja insulin. Diabetes melitus secara
garis besar diklasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe 1, tipe 2, diabetes tipe lain, serta
diabetes melitus gestasional. Diabetes tipe 1 meupakan diabetes yang terjadi akibat
penghancuran sel autoimun, biasanya mengarah pada defisiensi insulin absolut. Diabetes tipe
2 terjadi akibat hilangnya sekresi insulin yang adekuat oleh sel beta pankreas secara progresif,
berhubungan dengan resistensi insulin. Diabetes melitus gestasional merupakan diabetes yang
didiagnosis pertama kali pada trimester kedua atau ketiga kehamilan tanpa adanya diabetes
sebelum kehamilan.2
Diabetes melitus gestasional adalah salah satu penyulit yang umum terjadi selama
kehamilan. Prevalensi diabetes mellitus gestasional bervariasi tergantung pada faktor risiko
yang ada, yakni usia, ras, dan indeks massa tubuh. Diabetes melitus gestasional didefinisikan
sebagai semua derajat intoleransi glukosa dengan awitan pertama kali selama kehamilan.
Kehamilan sendiri diketahui berkaitan dengan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang
17
Diabetes melitus gestasional terjadi akibat disfungsi sel beta pankreas dan resistensi
insulin kronis selama kehamilan. Sejumlah organ dan sistem seperti otak, jaringan adiposa,
hati, otot, dan plasenta ikut berkontribusi atau bahkan dipengaruhi oleh diabetes melitus
gestasional.11
Pada kehamilan normal, sel beta pankreas akan mengalami hiperplasia dan hipertrofi
untuk memenuhi kebutuhan metabolik kehamilan.12, 13 Glukosa darah akan naik seiring dengan
turunnya sensitivitas insulin. Setelah kehamilan, sel beta pankreas, glukosa darah, dan
sensitivitas insulin akan kembali normal. Pada diabetes gestasional, sel beta pankreas gagal
sensitivitas insulin, hal ini menyebabkan hiperglikemia. Setelah kehamilan, sel beta pankreas,
glukosa darah, dan sensitivitas insulin dapat kembali normal atau mungkin tetap terganggu
18
Gambar 2. Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional11
Diabetes melitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi, namun yang paling sering
tersebut merupakam komplikasi diabetes kronis yang umumnya terjadi setelah evolusi diabetes
kecil di seluruh tubuh, yang paling sering terpengaruhi adalah mata (retinopati), ginjal
(nefropati), dan saraf (neuropati). Lesi mikrovaskular ini dapat mempengaruhi kesehatan ibu
maupun janin. Nefropati diabetik dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia, kelahiran
19
prematur, intrauterine growth restriction, dan kematian janin dalam rahim. Sebaliknya,
Pada kasus ini, pasien hamil dan didiagnosis diabetes gestasional serta confirmed
disebabkan oleh virus dalam famili Coronavirus.15 Perubahan fisiologis selama kehamilan,
seperti penurunan kapasitas residu fungsional paru, elevasi diafragma, edema mukosa saluran
pernapasan, serta perubahan imunitas dapat meningkatkan risiko terkena infeksi COVID-19.12,
13, 16
Di samping itu, kondisi diabetes juga meningkatkan kerentanan seseorang terkena infeksi,
termasuk COVID-19. Resistensi insulin serta peningkatan advanced glycation end products
dapat menurunkan aktivitas sel T dan menyebabkan respon imun menjadi lebih lemah. Selain
itu, diabetes juga diketahui berhubungan penyakit COVID-19 yang lebih parah. Gangguan
metabolisme glukosa yang terjadi pada pasien diabtes dapat meningkatkan risiko terjadinya
pneumonia berat, respon inflamasi tidak terkontrol, dan keadaan hiperkoagulasi pada COVID-
19. Perubahan respon imun yang terjadi pada pasien diabetes seperti gangguan fungsi limfosit,
neutrofil, dan monosit juga berperan dalam menyebabkan progresi penyakit COVID-19 yang
menjadi lebih parah. Sejak awal pandemi COVID-19, kelompok-kelompok tertentu seperti
lansia, wanita hamil, serta orang dengan komorbid seperti diabetes melitus diketahui memiliki
risiko lebih tinggi untuk terinfeksi COVID-19 dan mengalami penyakit COVID-19 yang lebih
parah. Maka dari itu, wanita hamil menjadi lebih rentan lagi apabila terdiagnosis diabetes dan
Diabetes melitus gestasional dapat merugikan ibu maupun bayi. Wanita dengan
diabetes mellitus gestasional memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi selama
kehamilan, termasuk hipertensi gestasional, pre-eklampsia, dan eklampsia. Selain itu, diabetes
melitus gestasional juga meningkatkan risiko terjadinya polihidramnion yang dapat berujung
20
pada persalinan prematur. Konsekuensi lain dari diabetes mellitus gestasional yang menjadi
terjadinya trauma lahir, morbiditas ibu dari persalinan sesar, distosia bahu, serta hipoglikemia
neonatal. Morbiditas neonatus yang sering terjadi pada bayi dari wanita dengan diabetes
pernapasan. Komplikasi jangka panjang dari diabetes melitus gestasional termasuk diabetes
dan penyakit kardiovaskular pada ibu, serta obesitas dan diabetes pada anak.4-6Oleh karena itu,
skrining dan diagnosis diabetes melitus gestasional sangatlah penting untuk mengurangi atau
mencegah risiko terjadinya konsekuensi buruk dari diabetes melitus gestasional pada ibu dan
anak.
mengenai riwayat medis riwayat obstretik, serta riwayat keluarga diabetes melitus tipe 2.6
Selanjutnya, Iyaitu pasien obesitas (IMT ≥25kg/m2) dengan salah satu faktor risiko tambahan
yakni inaktivitas fisik, keluarga dengan diabetes, ras/etnis berisiko tinggi, pernah melahirkan
bayi dengan berat badan >4000g atau pernah didiagnosis dengan diabetes melitus gestasional,
hipertensi (≥140/90 mmHg), kadar kolesterol HDL <35 mg/dl dan/atau kadar trigliserida 250
mg/dl, terdiagnosis dengan polycystic ovarian syndrome, riwayat penyakit kardiovaskuler, atau
memiliki kondisi klinis lain yang berhubungan dengan resistensi insulin (misalnya akantosis
nigricans). Skrining diabetes tipe 2 dapat dilakukan dengan pemeriksaan gula darah puasa,
HbA1c, atau gula darah sewaktu dengan mengacu pada kriteria diagnosis diabetes terstandar.
Diabetes dapat didiagnosis bila glukosa darah puasa ≥126 mg/dl atau bila pada pemeriksaan
glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75
gram, atau bila terdapat gejala klasik diabetes dengan gula darah puasa >200 mg/dl atau hasil
21
Pada wanita hamil tidak berisiko yang tidak menderita diabetes atau wanita hamil risiko
tinggi yang sudah melakukan skrining gula darah pada trimester 1 dan hasilnya tidak
terdiagnosis diabetes, skrining untuk diabetes melitus gestasional dapat dilakukan pada usia
larutan glukosa oral 50 gram yang diikuti dengan penentuan gula darah 1 jam setelahnya. Jika
hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 50 gram menunjukkan hasil positif
(>130-140 mg/dL), maka pemeriksaan dilanjutkan dengan TTGO 100 gram yang diikuti
dengan pemeriksaan gula darah 3 jam setelahnya. Bila pada pemeriksaan 3 jam TTGO 100
gram didapatkan hasil positif juga (>140-145 mg/dL), maka diagnosis diabetes melitus
Pada tahun 2010, International Asssociation of Diabetes and Pregnancy Study Group
IADPSG, diagnosis diabetes melitus gestasional ditegakkan ketika salah satu kriteria berikut
terpenuhi; yakni gula darah puasa ≥92 mg/dL; glukosa darah 1 jam ≥180 mg/dL; atau glukosa
darah 2 jam ≥153 mg/dL. Dengan menggunakan pendekatan diagnosis satu langkah dari
IADPSG, prevalensi diabetes melitus gestasional meningkat hingga dua sampai tiga kali
dibandingkan ketika menggunakan pendekatan diagnosis dua langkah.8 Pada tahun 2011,
American Diabetes Association (ADA) mendukung kriteria diagnosis satu langkah ini.2
Pedoman baru dari IADPSG ini kemudian diadopsi oleh WHO pada tahun 2013, yang
menyatakan bahwa diabetes melitus gestasional harus didiagnosis kapanpun dalam kehamilan
jika minimal satu kriteria berikut terpenuhi: gula darah puasa ≥5,1-6,9 mmol/L (92 -125
mg/dL), gula darah 1 jam setelah beban glukosa oral 75 gram ≥10,0 mmol/L (180 mg/dL), atau
gula darah 2 jam setelah beban glukosa oral 75 gram ≥8,5-11,0 mmol/L (153-199 mg/dL).18
22
Gambar 3. Pedoman diabetes mellitus gestasional yang umum digunakan3
23
Setelah diabetes melitus gestasional terdiagnosis, tatalaksana dimulai dengan
modifikasi gaya hidup yang terdiri dari terapi nutrisi medis, aktivitas fisik, dan manajemen
berat badan. Terapi nutrisi medis untuk diabetes melitus gestasional merupakan rencana nutrisi
individual yang dikembangkan oleh pasien dan ahli gizi. Terapi nutrisi yang diberikan harus
dapat memberikan asupan kalori yang cukup untuk menjamin kesehatan jani dan ibu, mencapai
kontrol glikemik, dan mendorong peningkatan berat badan selama kehamilan yang sesuai.
Terapi nutrisi harus didasarkan pada asesment gizi dengan panduan dari Dietary Reference
Intakes (DRI). DRI untuk semua ibu hamil merekomendasikan minimal 175 gram karbohidrat,
minimal 71 gram protein, dan 28 gram serat. Diet tidak boleh tinggi lemak jenuh.
Kebutuhan kalori dapat dihitung berdasarkan berat badan ideal: 30 kkal/kg untuk
wanita dengan IMT 22-25; 24 kkal/kg untuk wanita dengan IMT 26-29; dan 12-15 kkal/kg
untuk wanita dengan IMT >30. Asupan karbohidrat harus dikurangi menjadi 35-45% dari total
kalori dan didistribusikan dalam 3 kali makan dan 2-4 kali camilan. Hal ini membantu
mengurangi kadar glukosa postprandial dengan tetap memastikan nutrisi yang cukup untuk ibu
dan janin. Pertambahan berat badan yang berlebihan harus dicegah karena dapat semakin
meningkatkan risiko morbiditas bagi ibu dan janin. Kenaikan berat badan yang
direkomendasikan selama kehamilan tunggal tergantung pada IMT sebelum hamil, yakni 12,5-
18 kg kenaikan berat badan untuk wanita kurus (IMT <18,5 kg/m2); 11,5-16 kg untuk berat
badan normal (IMT 18,5-24,9 kg/m2); 7-11,5 kg untuk kelebihan berat badan (IMT 25-29,9
Pemantauan kadar gula darah harus dilakukan secara berkala. Target gula darah pada
pasien diabetes melitus gestasional adalah: gula darah puasa <95 mg/dL, gula darah 1 jam
setelah beban glukosa oral 75 gram <140 mg/dL, atau gula darah 2 jam setelah beban glukosa
24
Terapi farmakologis, direkomendasikan ketika target gula darah tidak dapat dicapai
secara konsisten melalui terapi nutrisi dan olahraga. Metformin dan glyburide secara umum
tidak direkomendasikan pada diabetes melitus gestasional karena dapat melewati plasenta.
Insulin merupakan pilihan utama untuk mengatasi hiperglikemia pada giabetes melitus
gestasional karena insulin tidak melewati plasenta dan dapat mencapai kontrol metabolik yang
ketat. Jika insulin digunakan sepanjang hari pada wanita yang mengalami peningkatan gula
darah puasa dan postprandial, dosis inisial yang diberikan biasanya adalah 0,7-1,0 unit/kg
setiap harinya. Dosis ini harus dibagi menjadi rejimen injeksi multipel menggunakan insulin
kerja panjang atau kerja menengah dalam kombinasi dengan insulin kerja pendek.6, 10
Namun, jika abnormalitas gula darah hanya terisolasi pada waktu tertentu, rejimen
insulin yang diberikan lebih baik berfokus untuk mengoreksi hiperglikemia spesifik tersebut.
Misalnya, pada wanita dengan hanya gula darah puasanya saja yang tinggi, dapat diberikan
insulin kerja menengah pada malam hari, seperti insulin NPH. Demikian pula, pada wanita
dengan peningkatan hanya pada glukosa postprandial saat sarapan, cukup diberikan insulin
kerja cepat sebelum sarapan. Terlepas dari dosis awal, dosis berikutnya harus disesuaikan
secara individual tergantun pada kadar gula darahnya. Pada kelas insulin kerja panjang dan
kerja menenganh, jenis insulin yang biasa digunakan pada kehamilan adalah insulin NPH,
insulin glargine, dan insulin detemir. Untuk insulin kerja cepat, analog insulin—termasuk
insulin lispro dan insulin aspart—biasa digunakan pada kehamilan dan telah terbukti tidak
melewati plasenta.3, 6
25
Dalam mendiagnosis diabetes melitus gestasional, dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang meliputi: pemeriksaan gula darah pada kunjungan antenatal pertama pada kelompok
risiko tinggi untuk skrining diabetes tipe 2 yang tidak terdiagnosis sebelum kehamilan dan
pemeriksaan gula darah pada usia kehamilan 24-28 minggu untuk skrining diabetes melitus
gestasional. Pada kasus ini, pasien tidak dilakukan pemeriksaan gula darah pada pemeriksaan
antenatal pertama karena pasien memiliki IMT yang normal sehingga tidak termasuk dalam
kelompok risiko tinggi. Skrining diabetes melitus gestasional pada setiap ibu hamil usia
kehamilan 24-28 minggu. Metode pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini mengikuti
rekomendasi WHO 2013, yaitu dimulai dengan pemeriksaan gula darah puasa kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan oral GTT dengan beban glukosa oral 75 gram. Pada kasus ini,
pasien terdiagnosa dengan diabetes gestasional pada usia kehamilan 2 bulan. Pasien kontrol di
dokter keluarga dan disarankan untuk diperiksa lebih lanjut oleh dokter kandungan. Setelah
pasien kontrol dengan dokter kandungan, pasien dianjurkan untuk menggunakan insulin oleh
dokter kandungan. Pasien di konsulkan ke dokter penyakit dalam dan akhirnya di berikan
insulin kerja cepat yaitu Insulin Aspart (Novorapid) 3x8 IU. Setelah paska melahirkan sampai
sekarang, pasien menggunakan insulin untuk pengobatan diabetes dengan pengawasan dokter
spesialis penyakit dalam. Kondisi anak pada pasien ini tidak terdiagnosis diabetes dan sampai
Pasien diabetes melitus gestasional dengan kontrol glikemik yang baik dan tidak
memiliki komplikasi lain umumnya dikelola secara ekspektatif sampai aterm. Pasien diabetes
melitus gestasional yang terkontrol hanya dengan diet dan olahraga tidak direkomendasikan
untuk melakukan terminasi kehamilan sebelum usia gestasi 39 minggu. Pada pasien-pasien
tersebut pengelolaan ekspektatif hingga usia kehamilan 40 6/7 minggu dapat dikatakan tepat.
26
Untuk wanita dengan diabetes melitus gestasional yang terkontrol dengan terapi
medikamentosa, terminasi kehamilan dianjurkan untuk dilakukan pada usia kehamilan 39 0/7
minggu hingga 39 6/7 minggu. Apabila diabetes tidak terkontrol, persalinan premature akhir
atau aterm awal (sebelum usia kehamilan 38 6/7 minggu) direkomendasikan. Namun, dalam
praktiknya, persalinan sesuai usia kehamilan yang direkomendasikan ini sulit untuk
dilakukan.6, 9 Waktu dilakukannya terminasi kehamilan pada diabetes gestasional atau diabetes
pregestasional juga bisa ditentukan oleh risiko terjadinya morbiditas dan mortalitas janin dalam
rahim. Pasien dikatakan memiliki risiko rendah apabila regulasi gula darah baik, tidak ada
vaskulopati, pertumbuhan janin normal, pemantuan kesejahteraan janin antepartum baik, dan
tidak memiliki riwayat melahirkan stillbirth. Pada pasien dengan risiko rendah seperti ini,
persalinan diperbolehkan sampai usia kehamilan 40 minggu. Pada pasien dengan risiko tinggi,
yaitu pasien dengan regulasi gula darah buruk, memiliki komplikasi vaskulopati, pertumbuhan
direkomendasikan sejak usia kehamilan 38 minggu (bila tes maturasi paru janin positif).20
Karena makrosomia serta distosia bahu lebih sering terjadi pada wanita dengan diabetes
pemeriksaan klinis pada trimester tiga akhir harus dilakukan untuk membantu mengidentifikasi
makrosomia serta risiko distosia bahu pada wanita dengan diabetes melitus gestasional. ACOG
sesarea pada pasien diabetes melitus gestasional dengan taksiran berat badan anak ≥4500
gram.6
27
Gambar 5. Waktu persalinan yang tepat pada diabetes dalam kehamilan20
Tujuan dari pengelolaan intrapartum pada pasien diabetes melitus gestasional adalah
untuk mempertahankan normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah antara 72-126 mg/dL, untuk
mencegah hipoglikemia neonatus. Umumnya, pasien dengan diabetes yang terkontrol oleh diet
tidak memerlukan insulin intrapartum dan hanya memebutuhkan pemantauan gula darah saat
awal persalinan dan kemudian dapat dipantau ulang setiap 4-6 jam. Pasien dengan diabetes
melitus gestasional yang membutuhkan insulin harus dipantau gula darahnya setiap 1-2 jam,
namun masih belum ada rekomendasi yang jelas mengenai pendekatan optimal untuk
28
Selain mengalami diabetes gestasional, pasien pada kasus ini juga didiagnosis dengan
- Infeksi Asimtomatik: individu yang dites positif SARS-CoV-2 menggunakan tes virologi
(tes amplifikasi asam nukleat atau tes antigen) tetapi tidak memiliki gejala COVID-19.
- Derajat Ringan: pasien dengan salah satu dari tanda dan gejala COVID-19 (misalnya,
demam, batuk, sakit tenggorokan, malaise, sakit kepala, nyeri otot, mual, muntah, diare,
kehilangan rasa dan penciuman), tanpa disertai sesak napas, napas cepat, dispnea, atau
- Derajat Sedang: pasien dengan tanda pneumonia yang ditemukan pada pemeriksaan klinis
(demam, sesak napas, napas cepat) atau pada pencitraan, namun saturasi oksigen (SpO2)
- Derajat Berat: pasien dengan tanda klinis pneumonia dengan minimal satu di antara: SpO2
<93% pada udara ruangan di permukaan laut, frekuensi pernapasan >30x/menit, atau
- Kritis: pasien dengan gagal napas, syok septik, dan/atau disfungsi organ multipel.21
hipertensi yang tidak terkontrol atau diabetes gestasional atau pregestasional, penyakit ginjal
kronis, penyakit kardiopulmoner kronis, keadaan imunosupresif) atau penyakit derajat sedang
hingga kritis harus dirawat di rumah sakit. Wanita hamil dengan penyakit derajat parah atau
kritis harus dirawat oleh tim multidisiplin di rumah sakit tipe B atau A dengan perawatan
obstetrik dan unit perawatan intensif (ICU). Pada kasus ini, pasien hamil dengan COVID-19
moderate case atau derajat sedang yang disertai komorbiditas yaitu diabetes gestasional. Sesuai
dengan rekomendasi di atas, pasien di kasus ini dirawat inap di rumah sakit.15
29
Distosia merupakan persalinan abnormal yang dapat terjadi akibat 3 hal, yakni
abnormalitas pada power (kontraksi uterus atau kekuatan ekspulsif ibu), passenger (posisi,
ukuran, atau presentasi janin), atau passage (panggul atau jaringan lunak).22 Pada kasus ini
pasien mengalami abnormalitas pada power dimana kekuatan ekspulsif ibu menurun karena
ibu kelelahan dan karena adanya COVID-19 moderate case yang menyebabkan ibu mengalami
bronkopneumonia bilateral sehingga ibu sesak dan mengalami gangguan pernapasan, Tidak
terdapat abnormalitas passenger pada kasus ini, dimana taksiran berat badan janin adalah 2600
gram, presentasi janin adalah kepala, dan pada kala 2 posisi ubun ubun kecil ada di anterior.
Keadaan passage pada pasien inipun dalam batas normal, dimana dilakukan pemeriksaan
panggul dan didapatkan kesan panggul baik serta tidak ditemukan tumor jalan lahir.
Persalinan dengan ekstraksi vakum adalah usaha untuk melahirkan bayi dengan
memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala bayi dengan tekanan negatif. Ekstraksi
vakum ini merupakan salah satu jenis persalinan operatif pervaginam. Persalinan operatif
pervaginam dilakukan dengan tujuan mempercepat persalinan pervaginam baik atas indikasi
ibu maupun janin. Persalinan operatif pervaginam terdiri dari dua jenis, yakni persalinan
dengan ekstraksi vakum dan forsep. Pemilihan metode didasarkan pada kenyamanan dokter
Indikasi persalinan operatif pervaginam antara lain adalah kelelahan ibu, adanya
dugaan gawat janin, persalinan kala dua yang memanjang (wanita nullipara setelah 2 jam (atau
3 jam bila dengan anestesi regional), wanita multipara setelah 1 jam (atau 2 jam bila dengan
anestesi regional), atau ibu kelelahan), atau untuk memperpendek kala dua persalinan pada
demineralisasi janin dan kelainan jaringan ikat, serta presentasi muka (merupakan
30
kontraindikasi absolut pada ekstraksi vakum). Persalinan dengan ekstraksi vakum juga tidak
Adapun kriteria untuk dilakukannya persalinan dengan vakum antara lain adalah
dilakukannya informed consent pada pasien dan keluarga, pembukaan serviks lengkap, ketuban
pecah atau dipecahkan, kepala engaged (stasion 0, Hodge 3), presentasi verteks, turunnya
bagian terendah dan posisi kepala dapat ditentukan, taksiran berat badan anak sudah diketahui,
panggul normal, kandung kemih kosong, operator berpengalaman, tersedia ruang operasi dan
tim operasi, serta tersedia spesialis anak dan resusitasi neonatus, tidak ada kecurigaan kepala
Komplikasi maternal yang dapat terjadi adalah rupture vagina dan perineum, nyeri saat dan
setelah persalinan. Komplikasi neonatus yang dapat terjadi antara lain adalah laserasi kulit
Persalinan dengan ekstraksi vakum pada kasus ini sudah tepat. Pasien mengalami
distosia akibat abnormalitas power dimana kontraksi uterus awalnya dianggap tidak adekuat
yaitu 2-3x dalam 10 menit dengan durasi 20 detik pada fase aktif. Maka dari itu, diputuskan
untuk dilakukan augmentasi drip oksitosin sebanyak 2 labu. Saat pembukaan lengkap, pasien
dipimpin meneran selama 1 jam, namun tidak terdapat kemajuan persalinan dan bayi belum
lahir, maka dari itu diputuskan untuk dilakukan ekstraksi vakum karena ibu sudah kelelahan.
Selain itu, pasien ini juga terdiagnosis confirmed COVID-19 moderate case dengan rontgen
sesak dan gangguan napas sehingga semakin menurunkan kemampuan ibu meneran. Ekstraksi
vakum pada kasus ini dilakukan untuk menghindai gawat janin serta risiko pada ibu.
31
3. Apakah pemantauan pasca salin pada kasus ini sudah tepat? Apa saja yang perlu
Kadar gula darah puasa harus dipantau 24-72 jam pasca salin untuk memastikan bahwa
ibu tidak lagi hiperglikemik. Secara umum, wanita dengan diabetes melitus gestasional jarang
resolusi setelah melahirkan, sekitar sepertiga dari pasien diabetes melitus gestasional
mengalami gangguan metabolisme glukosa atau terdiagnosis diabetes pada skrining pasca
salin. Sekitar 15-70% pasien diabetes melitus gestasional akan memiliki diabetes (terutama tipe
2) di kemudian hari. Maka dari itu, skrining postpartum pada seluruh wanita dengan riwayat
Gynecologists merekomendasikan skrining ini dilakukan 4-12 minggu pasca salin dengan
pemeriksaan gula darah puasa dan tes toleransi glukosa oral 2 jam dengan beban 75 gram.6
Walaupun pemeriksaan gula darah puasa lebih mudah dilakukan, sensitivitasnya masih kurang
baik, maka dari itu Fifth International Workshop on Gestational Diabetes Mellitus hanya
Apabila hasil skrining menunjukkan pasien terdiagnosis diabetes, maka pasien dirujuk
untuk mendapatkan terapi yang sesuai. Apabila hasil skrining menunjukkan adanya
prediabetes, maka pasien harus mendapatkan intervensi gaya hidup intensif dan/atau metformin
untuk mencegah perkembangan menjadi diabetes. Namun apabila hasil skrining didapatkan
normal, ADA dan ACOG merekomendasikan dilakukannya pemeriksaan ulang setiap 1-3
Perencanaan kehamilan sangatlah penting pada wanita dengan riwayat diabetes melitus
32
mencegah malformasi kongenital dan mengurangi risiko komplikasi diabetes lainnya. Oleh
karena itu, rencana kontrasepsi harus didiskusikan dan diimplementasikan pada semua wanita
dengan riwayat diabetes melitus gestasional yang memiliki potensi reproduksi. Perencanaan
ini dimulai segera pasca persalinan. Pilihan kontrasepsi untuk wanita dengan riwayat diabetes
30-69% lebih tinggi untuk mengalami rekurensi pada kehamilan berikutnya.26 Maka dari itu,
pasien yang ingin hamil lagi direkomendasikan untuk melakukan skrining gula darah
pembuahan.6 Selain itu konseling prakonsepsi juga penting untuk dilakukan. Konseling ini
harus membahas pentingnya mencapai kadar glukosa prakonsepsi senormal mungkin, idealnya
HbA1C <6,5% untuk mengurangi risiko kelainan kongenital, preeklamsia, makrosomia, dan
Pada kasus ini, sudah dilakukan pemantauan kadar glukosa pasca salin namun
dilakukan melalui pemeriksaan gula darah sewaktu dimana beberapa literatur lebih
merekomendasikan pemeriksaan gula darah puasa. Pemantauan pasca salin yang selanjutnya
harus dilakukan pada kasus ini adalah skrining gula darah 4-12 minggu pasca salin.
Perencanaan kehamilan selanjutnya pada pasien ini harus dimulai sejak sebelum konsepsi yaitu
dengan melakukan skrining dan konseling prakonsepsi sehingga dapat mencegah terjadinya
komplikasi.
33
V. KESIMPULAN
1. Skrining dan diagnosis diabetes melitus gestasional dimulai dengan skrining diabetes tipe
2 yang tidak terdiagnosis sebelum kehamilan yang dilakukan pada kunjungan antenatal
pertama (trimester pertama) pada pasien dengan risiko tinggi. Apabila hasil skrining tidak
pada usia kehamilan 24-28 minggu menggunakan tes toleransi glukosa oral, baik dengan
2. Pada kasus ini, persalinan dengan ekstraksi vakum dilakukan karena ibu sudah kelelahan
untuk dilanjutkannya persalinan alami dan karena kekuatan meneran ibu menurun akibat
3. Pada kasus ini, sudah dilakukan pemantauan kadar glukosa pasca salin melalui
pemeriksaan gula darah sewaktu. Perencanaan kehamilan selanjutnya pada pasien ini
harus dimulai sejak sebelum konsepsi yaitu dengan melakukan skrining dan konseling
VI. SARAN
pregestasional sebaiknya secara rutin dilakukan agar diagnosis dan tatalaksana dapat
dilakukan secara dini guna mengurangi morbiditas pada ibu dan anak.
pemeriksaan gula darah puasa. Pemantauan pasca salin yang selanjutnya harus
34
dilakukan pada kasus ini adalah skrining gula darah 4-12 minggu pasca salin dengan
pemeriksaan gula darah puasa dan tes toleransi glukosa oral 2 jam dengan beban 75
gram untuk melihat apakah terjadi gangguan metabolisme glukosa pasca salin.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
15. saluran Reproduksi PI. Rekomendasi penanganan infeksi virus corona (COVID-19) pada
maternal (hamil, bersalin dan nifas). Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
2020.
16. Akhtar H, Patel C, Abuelgasim E, Harky A. COVID-19 (SARS-CoV-2) infection in
pregnancy: a systematic review. Gynecologic and Obstetric Investigation.
2020;85(4):295-306.
17. Eberle C, James-Todd T, Stichling S. SARS-CoV-2 in diabetic pregnancies: a systematic
scoping review. BMC pregnancy and childbirth. 2021;21(1):1-10.
18. Organization WH. Diagnostic criteria and classification of hyperglycaemia first detected
in pregnancy. World Health Organization; 2013.
19. Turok DK, Ratcliffe SD, Baxley EG. Management of gestational diabetes mellitus.
American family physician. 2003;68(9):1767-72.
20. POGI. Protap Diabetes dalam Kehamilan. 2015.
21. Burhan E. Pedoman tatalaksana COVID-19. 2020.
22. Gill P, Henning JM, Van Hook JW. Abnormal Labor. [Updated 2021 Jul 19]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459260/.
23. Tonismae T, Canela CD, Gossman W. Vacuum Extraction. [Updated 2021 Jun 8]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459234/.
24. Baskett T. Assisted vaginal delivery. Munro Kerr's Operative Obstetrics E-Book.
2014:88.
25. Metzger BE, Buchanan TA, Coustan DR, De Leiva A, Dunger DB, Hadden DR, et al.
Summary and recommendations of the fifth international workshop-conference on
gestational diabetes mellitus. Diabetes care. 2007;30(Supplement 2):S251-S60.
26. MacNeill S, Dodds L, Hamilton DC, Armson BA, VandenHof M. Rates and risk factors
for recurrence of gestational diabetes. Diabetes care. 2001;24(4):659-62.
37