Anda di halaman 1dari 21

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun Oleh :
Zavira Safwana Al Husaivi
C014202092

Residen Pembimbing :
dr. Sebastianus Tannur

Supervisor Pembimbing :
dr. Sriwijaya, SpOG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Zavira Safwana Al Husaivi
NIM : C014202092
Judul Lapsus : Abortus Inkomplit
Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus pada bulan Juli 2022 dan telah
mendapatkan perbaikan. Tugas ini dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Makassar, 23 Juli 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Sriwijaya, SpOG (K) dr. Sebastianus Tannur

2
LAPORAN KASUS
 Identitas
Nama : Ny. SS
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 22 Juli 2022
HPHT : 12 Juni 2022
HPL : 19 Maret 2023
UK : 5 minggu 5 hari

 Anamnesis
Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk dengan keluhan keluar darah
dari jalan lahir sejak 2 hari terakhir. Riwayat pelepasan darah ada berupa flek
dan jaringan. Keluhan disertai nyeri perut ringan pada bagian suprapubik
dirasakan hilang timbul. Mual muntah tidak ada. Demam tidak ada. Riwayat
konsumsi alkohol dan rokok tidak ada. Buang air kecil dan buang air besar
kesan normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : Tidak ada
- Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
- Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada
- Riwayat Asma : Tidak ada
- Riwayat Alergi Obat/Makanan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : Tidak ada
- Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
- Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada
- Riwayat Asma : Tidak ada

3
- Riwayat Alergi Obat/Makanan : Tidak ada
Riwayat Kehamilan, Nifas, dan Persalinan Lalu
- 2020 / Abortus / tidak dikuret
- 2022 / kehamilan sekarang
Riwayat Obstetri
- Riwayat Kehamilan Sekarang : G2 P0 A1
- HPHT : 12 Juni 2022
- Riwayat Haid :
Menarche : 13 Tahun
Lama : 4-5 Hari
Siklus : Reguler, 28 hari
Dismenorhoe : Ada
Riwayat Ginekologi
Infertilitas : Tidak ada
Penyakit : Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Riwayat KB
KB : Tidak ada

 Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis, baik
Tanda Vital :
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 0C

Kepala : Normocephal, rambut wrna hitam sukar dicabut


Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), gangguan visus (-)
Thorax :
Paru

4
Inspeksi : Normochest, Pernapasan simetris kanan dan kiri statis maupun
dinamis
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada kedua hemitorax, batas paru hepar sesuai
Auskultasi : Vesicular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Bunyi Jantung I/II regular, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, mengikuti gerak napas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Ekstremitas : Edema (-), akral dingin (-)
Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus Uteri : Tidak teraba
Massa Tumor : Tidak teraba
Nyeri Tekan : ada nyeri tekan
Fluksus : Darah (+)
Pemeriksaan Dalam Vagina
Vulva/vagina : Tak ada kelainan/ Tak ada kelainan
OUE/OUI : Terbuka/Terbuka
Portio : Kesan licin, mencucu
Cavum douglasi /adneksa : Tak ada kelainan/Tak ada kelainan
Pelepasan darah : Ada

 Pemriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium

Parameter Hasil Nilai Rujukan

5
WBC 12,8 x 103/ul 4,0 – 9,0 103/ul

RBC 5,45 x 106/ul 3,76 – 5,70 106/ul


HGB 14,7 gr/dl 12-18 gr/dl
HCT 43,9 % 33,5 – 52,0 %
MCV 80,6 fL 80 - 100 fL
MCH 27,0 pg 28,0 – 32,0 pg
MCHC 33,5 gr/dl 31,0 - 35 gr/dl

PLT 287 x 103/ul 150 - 350 103/ul

- USG

Uterus anteflexi, tampak gambaran mixechoic ukuran 3,73 cm x 1,28 cmpada


cavum uteri
Kesan : sisa jaringan di cavum uteri

 Diagnosis Kerja : G2P0A1 gravid 5 minggu 5 hari + Abortus Inkomplit

 Tatalaksana :
- Observasi tanda vital
- Rencana dilatasi dan kuretase
- Konseling KB

 Prognosis : Dubia ad Bonam


TINJAUAN PUSTAKA

6
I. DEFINISI
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu
atau berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diluar kandungan.1

II. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
1) Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis.2
2) Abortus provokatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus medisinalis atau abortus terapeutika (Abortus provocatus
artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk
kepentingan ibu dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu, misalnya: penyakit jantung, hipertensi
esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli
yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri
atau psikolog.2
b. Abortus kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran
kehamilan tanpa indikasi medis yang sah atau oleh orang yang tidak
berwenang dan dilarang oleh hukum.2
Klasifikasi menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan kepada:
1) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion)
dimana terjadi perdarahan pervaginam, Abortus iminens didiagnosa bila
seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah
sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat
berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung
bawah seperti saat menstruasi. Ostium uteri masih tertutup dan hasil
konsepsi masih baik dalam kandungan.3

7
Gambar 2.1. Abortus Imminens4
2) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri. Abortus insipiens
didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak,
kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi
rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa
dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat
menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat
menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin
biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini
merupakan kontraindikasi.3

Gambar 2.2. Abortus Insipiens4


3) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Perdarahan biasanya terus berlangsung dengan volume banyak dan
membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di
dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus
insipiens.3

8
Gambar 2.3. Abortus Inkomplit4
4) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah
keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Perdarahan
segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka
rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera
menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga,
abortus inkomplit atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan.3

Gambar 2.4. Abortus Komplit4


5) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.3

Gambar 2.5. Missed Abortion4


6) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus
tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari
ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan hasilnya

9
adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan
kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesteron sesudah korpus luteum atrofi juga merupakan etiologi dari
abortus habitualis.3

Gambar 2.6. Abortus Habitualis4


7) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
genital.3
8) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritonium.3

III. ETIOLOGI
A. Faktor Fetal
a. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian
besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Triplodi
ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum normal
oleh 2 sperma (dispermi). Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah
penyebab terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-
25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan
sehingga lahir. Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi
abnormal yaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan
dengan abortus absolut. Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah
satu penyebab kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi. Selain itu, gen yang
abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses impantasi dan
mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Gangguan genetik

10
seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan
pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa
berakibat abortus. Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell
anemia, disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.5
B. Faktor Maternal
a. Faktor anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
terutamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan
anomali uterus pada 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena kelainan
anatomi uterus adalah septum uterus akibat dari kelainan duktus Mulleri (40-
80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10- 30%). Mioma uteri juga
bisa mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat dari gangguan
passage dan kontraktilitas uterus. Sindroma Asherman bisa mengakibatkan
abortus dengan mengganggu tempat implantasi serta pasokan darah pada
permukaan endometrium. Kelainan kogenital arteri uterina yang
membahayakan aliran darah endometrium dapat juga berpengaruh. Selain itu,
kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma, dan
endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada uterus dan dapat
mengakibatkan abortus.5
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah
terbukti dapat meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.
Wanita dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang
signifikan yaitu 2 cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal.
Apabila dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif
dan pecahnya membran amnion akan terjadi dan mengakibatkan ekspulsi
konsepsi dalam rahim.1 Faktor-faktor yang mengakibatkan serviks
inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi serviks sebelumnya, riwayat
cedera serviks, dan abnormalitas dari anatomi serviks.5
b. Faktor endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada
koordinasi sistem pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian

11
langsung pada sistem humoral secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran
hormon setelah konsepsi terutamanya kadar progesteron sangat penting dalam
mengantisipasi abortus.5
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi
pada trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan
malformasi janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali
lipat untuk abortus.5
Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas
endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar progesteron yang rendah
diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7
minggu di mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk
menunjang kehamilan.5
Faktor hormonal terhadap imunitas desidua juga berperan pada
kelangsungan kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua
mengubah semua sel pada mukosa uterus. Perubahan morfologi dan
fungsional ini mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan
mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. Selain itu,
hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, dan sindrom polikistik ovarium dapat
merupakan faktor kontribusi pada keguguran dengan menggangu balans
humoral yang penting pada kelangsungan kehamilan.5
c. Faktor infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan
kejadian abortus antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin,
eksotoksin, dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit
fetoplasenta. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat
sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.5
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia
bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman
gram positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. Infeki virus
pada kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik
embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus,

12
dan varisella zoster.5
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada
kejadian abortus1
 Bakteria: Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina.
 Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.
 Parasit: Toksoplasma gondii, Plasmodium falsifarum.
 Spirokaeta: Treponema pallidum.5
d. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus.
Antaranya adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (ApA). ApA adalah
antibodi spesifik yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang
terjadinya pengakhiran kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah
75%.5
e. Faktor trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus
yang yang diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi
maternoplasental dan infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden
abortus yang disebabkan karena trauma.5
f. Faktor nutrisi dan lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat,
bahan kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.
Faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus
adalah merokok, alkohol dan kafein.5
Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus.1
Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang mempunya
sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon
monoksida juga menurukan kadar oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu
neurotoksin. Meminum alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat
meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus. Kadar abortus
meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2 kali
seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan

13
wanita yang tidak minum.5 Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi
perhari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang
meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap
jumlah tambahan gelas kopi.1 Pada penelitian lain, wanita hamil yang
mempunyai level paraxantine (metabolit kafein), risiko abortus spontan
adalah 2 kali lipat daripada kontrol.5

IV. MANIFESTASI KLINIS


Abortus inkomplit ditandai oleh perdarahan pervaginam dan nyeri perut atau
kram. Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dan sebagian
masih tertinggal di dalam, sehingga menimbulkan perdarahan pervaginam, bahkan
menyebabkan terjadinya syok pada ibu. Pada pemeriksaan fisik, jaringan dapat
teraba pada vagina, serviks yang membuka, dan besar uterus yang mulai
mengecil. Pada keadaan ini tes kehamilan masih positif, tetapi kehamilan tidak
dapat dipertahankan.6

V. DIAGNOSIS
Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut
bagian bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke
punggung, bokong dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang
tidak tinggi. Gejala ini terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi
yang masih tertingal di dalam rahim. Selain itu, ditanyakan adanya amenore
pada masa reproduksi kurang 20 minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam
dapat tanpa atau disertai jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar
juga ditanya apakah berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak
atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah perut biasanya di daerah
atas simpisis.7
Riwayat penyakit sekarang seperti DM yang tidak terkontrol, tekanan
darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, konsumsi alkohol dan
riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan. Riwayat kepergian ke

14
tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan
seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.7
Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada yang tertinggal. Perdarahan biasanya masih terjadi
jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian plasental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus.8
b. Pemeriksaan Fisis
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen
dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia
gestasi, dan konsistensinya.9 Pada pemeriksaan vagina, pada kasus abortus
inkomplit, kanalis servikalis masih terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau menonjol dari ostium uteri eksternum.
Pemeriksaan fisis pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah
ini:9

Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan tanda Diagnosis


Sesuai Kram perut
Abortus
Tertutup dengan bawah, uterus
immines
usia gestasi lunak
Bercak sedikit
hingga sedang Sedikit/tanpa nyeri
Lebih kecil
Tertutup perut bawah, Abortus
dari usia
/terbuka riwayat ekspulsi komplit
gestasi
hasil konsepsi

Kram atau nyeri


perut bawah,
Abortus
belum
insipien
Sesuai terjadi ekspulsi
Sedang dengan hasil konsepsi
Terbuka
sehingga masif usia Kram atau nyeri
kehamilan perut bawah,
Abortus
ekspulsi
inkomplit
sebahagian hasil
konsepsi

15
Mual/muntah,
kram perut bawah,
Lunak dan
sindroma mirip
lebih besar
Terbuka PEB, tidak ada Abortus mola
dari usia
janin, keluar
gestasi
jaringan seperti
anggur
Tabel 2.1. Pemeriksaan fisis pada abortus9
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,
waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan
USG ditemukan besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan
kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik
dan bentuknya tidak beraturan.9

VI. DIFERENTIAL DIAGNOSIS


Diagnosis Pemeriksaan
Gejala Pemeriksaan Fisik
banding Penunjang
Abortus - Perdarahan dari - TFU sesuai dengan - Tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional sac
20 minggu berupa (+), fetal plate (+),
flek-flek fetal movement (+),
- Nyeri perut ringan fetal heart movement
- Keluar jaringan (-) (+)
Abortus - Perdarahan banyak - TFU sesuai dengan - Tes kehamilan urin
insipient dari uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan sebelum - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional sac
20 minggu (+), fetal plate (+),
- Nyeri perut berat fetal movement (+/-),
- Keluar jaringan (-) fetal heart movement
(+/-)

16
Abortus - Perdarahan - TFU kurang dari - Tes kehamilan
inkomplit banyak / sedang umur kehamilan urin masih positif
dari uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat
kehamilan sebelum - Teraba jaringan sisa hasil konsepsi
20 minggu dari cavum uteri (+)
- Nyeri perut ringan atau masih
- Keluar jaringan menonjol pada
sebagian (+) osteum uteri
eksternum
Abortus - Perdarahan (-) - TFU kurang dari - Tes kehamilan urin
Komplit - Nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif bila terjadi
- Keluar jaringan (+) - Dilatasi serviks (-) 7-10 hari setelah abortus.
- USG : sisa hasil konsepsi
(-)
Missed - Perdarahan (-) - TFU kurang dari umur - Tes kehamilan urin
abortion - Nyeri perut (-) kehamilan negatif setelah 1
- Biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan keluhan terhentinya
apapun kecuali pertumbuhan
merasakan kehamilan.
pertumbuhan USG : gestasional sac
kehamilannya tidak (+), fetal plate (+), fetal
seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya > 14
minggu sampai 20
minggu penderita
merasakan rahimnya
semakin mengecil,
tanda-tanda
kehamilan sekunder
pada payudara mulai
menghilang.

17
Mola - Tanda kehamilan (+) - TFU lebih dari umur - Tes kehamilan
hidatidosa - Terdapat banyak atau kehamilan urin masih positif
sedikit gelembung - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih dari
mola atau sedikit 100,000 mIU/mL)
- Perdarahan banyak / gelembung mola USG : adanya pola
sedikit - DJJ (-) badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah (+)

Blighted - Perdarahan berupa - TFU kurang dari - Tes kehamilan urin


ovum flek-flek usia kehamilan positif
- Nyeri perut ringan - OUE menutup USG : gestasional sac
- Tanda kehamilan (+) (+), namun kosong
(tidak terisi janin).
KET - Nyeri abdomen (+) - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb rendah,
- Tanda kehamilan (+) - Tanda-tanda syok eritrosit dapat
- Perdarahan (+/-) : hipotensi, meningkat, leukosit
pervaginam (+/-) pucat, ekstremitas dapat meningkat.
dingin. - Tes kehamilan positif
- Tanda-tanda akut USG : gestasional sac
abdomen (+): perut diluar cavum uteri.
tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri
lepas dinding
abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar dan
teraba benjolan
disamping uterus
yang batasnya sukar
ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi darah
dan nyeri bila diraba
Tabel 2.2. Diagnosis banding9

18
VII. PENATALAKSANAAN
 Tatalaksana Umum
- Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
- Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat.
- Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
 Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
 Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
- Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional
dan konseling kontrasepsi pasca keguguran.
- Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.10,11,12,13
 Abortus inkomplit
- Lakukan konseling.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
- Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak
tersedia. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2
mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
- Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin
dalam 1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
- Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.

19
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang. 10,11,12,13
Penanganan abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan segar harus
diberikan infus intravena cairan NaCI fisiologik atau cairan Ringer yang segera
disusul dengan darah. Setelah syok diatasi, dilakukan kuretase. Pasca tindakan
ergometrin intramuskuler untuk mempertahankan kontraksi uterus.8

VIII. PROGNOSIS
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi
memberikan prognosis yang baik terhadap ibu2

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta:


Kemenkes RI.
2. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2006 Hal M9-M17.
3. Azhari. 2015. Kelahiran tidak diinginkan (aborsi) dalam kesehatan reproduksi
remaja. Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI/ RSMH.
4. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC; 2007.
5. Prawirohardjo, S., 2016, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
6. Puscheck, E. E. Early Pregnancy Loss. 2015.
7. Gaufberg, S. M. 2015. Threatened Abortion. s.l. : Medscape.
8. Kepmenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kepmenkes RI; 2013.
9. Saifuddin A. 2010. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku
10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.
11. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta:
EGC; 2007.
12. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2010.
13. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.

21

Anda mungkin juga menyukai