Anda di halaman 1dari 30

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

Disusun oleh :
Riska Aulia Nur
C014202101

Residen Pembimbing :
dr. Karina Goysal

Supervisor :
dr. Ellen Theresia Wewengkang, Sp.OG(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Riska Aulia Nur

NIM : C014202101

Judul Laporan Kasus : Kontrasepsi pasca persalinan

Adalah benar telah menyelesaikan laporan kasus berjudul “Kontrasepsi pasca


persalinan” yang telah disetujui dan dibacakan di hadapan pembimbing dan supervisor dalam
rangka kepaniteraan klinik pada department Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin Periode 18 Juli - 25 September 2022.

Makassar, Juli 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Ellen Theresia Wewengkang, Sp.OG dr. Karina Goysal

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

A. LAPORAN KASUS........................................................................................................5
B. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................8
I. Definisi.......................................................................................................................8
II. Jenis-Jenis Kontrasepsi..............................................................................................8
2.1 Kontrasepsi Non-hormonal..................................................................................8
A. Tanpa Alat
1. Senggama terputus (Koitus interruptus)..................................................8
2. Pembilasan senggama (Postcoital douche)..............................................8
3. Prolonged lactation..................................................................................9
4. Rhythm method........................................................................................9
B. Dengan Alat
1. Kondom....................................................................................................9
2. Diafragma vagina.....................................................................................9
3. Spermitisida.............................................................................................10
4. AKDR......................................................................................................11
5. Kontrasepsi mantap/sterilisasi.................................................................14
2.2 Kontrasepsi Hormonal.........................................................................................15
A. Kontasepsi oral
1. Pil kontrasepsi kombinasi……………………………………………….15
2. Pil progestin……………………………………………………………..17
3. Pil sekuensi……………………………………………………………...18
B. Kontrasepsi suntik
1. Suntikan tiap 3 bulan……………………………………………………18
2. Suntikan tiap bulan……………………………………………………...19
C. Kontrasepsi implan progestin
1. Levonergestrel…………………………………………………………...19
2. Etonogestrel……………………………………………………………..19

3
III. Tatalaksana Kontrasepsi Postpartum.........................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

Lampiran................................................................................................................................27

4
A. LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Tanggal Lahir : 21 Agustus 1991
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar
Pekerjaan : IRT
Alamat : Makassar
No. Register : 00176488
Tanggal pemeriksaan : 23-07-2022
HPHT : 13-10-2021
Rumah sakit : RS UNHAS

II. Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri perut tembus belakang hilang timbul
Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 32 tahun (G2P1A0) masuk dengan keluhan
nyeri perut tembus belakang sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pelepasan lendir
tidak ada, darah tidak ada, air tidak ada. Riwayat ANC lebih dari 4 kali di puskesmas dan
Sp.OG. Pasien berencana untuk memakai alat kontrasepsi setelah persalinan karena
merasa anak sudah cukup. Riwayat tetanus toksoid tidak pernah. Riwayat kontrasepsi
sebelumnya tidak pernah. Riwayat menikah 1 kali, selama 5 tahun. Riwayat DM,
hipertensi, asma dan alergi tidak ada. Riwayat operasi fraktur clavicula di RS
Yogyakarta. Riwayat penggunaan obat-obatan selama kehamilan vitamin B kompleks,
asam folat, dan SF tab

5
III. Pemeriksaan Fisis
III.1 Pemeriksaan Umum
a. Status Generalis
Keadaan umum : sakit sedang/compos mentis
b. Status Vitalis
Tekanan darah: 96/60 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C

III.2 Pemeriksaan Regional


a. kepala : dalam batas normal
b. leher : dalam batas normal
c. thorax : dalam batas normal
d. ekstremitas : dalam batas normal

III.3 Pemeriksaan Obstetrik


a. Pemeriksaan Luar
 Abdomen
 Inspeksi : bentuk menonjol, striae tidak ada, luka bekas
operasi tidak ada
 Leopold I : TFU 31 cm. Fundus terasa bagian besar, lunak
dan tidak melenting. Kesan bokong
 Leopold II : teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakkan, tahanan besar sebelah kiri.
Kesan punggung kiri
 Leopold III : diatas simfisis pubis teraba bagian bulat, keras,
melenting. Kesan kepala
Leopold IV : (5/5)
 TFU : 31 cm

6
 LP : 99 cm
 TBJ : 3069 gram
 Situs : memanjang
 His : (-)
 DJJ : 152x/menit
 Gerak janin : gerak aktif dapat dirasakan
 Anak : kesan tunggal
 Penurunan Kepala : 5/5
 Genitalia
 Bentuk : dalam batas normal
 Edema : tidak ada
 Massa/kista : tidak ada

IV. Pemriksaan Penunjang


IV.1 USG (23-07-2022)
Gravid tunggal hidup, intrauterine presentasi kepala, punggung kiri, placenta letak
fundus meluas ke posterior maturasi grade III, SDP 2 cm, EFW 3229 gram, GA
sesuai usia 37 minggu 2 hari.

V. Diagnosis
G2P1A0 gravid 40 minggu 2 hari belum inpartu + Calon Akseptor AKDR

VI. Penatalaksanaan
Rencana induksi persalinan
VT control bila HIS adekuat
Observasi HIS, DJJ, kemajuan persalinan
Rencana penggunaan kontrasepsi jangka panjang

7
B. TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Kontrasepsi adalah metode untuk mencegah kehamilan (sementara/permanen).
Kontrasepsi merupakan teknik memakai alat, obat, cara perhitungan/pengamatan, cara
operasi untuk menjarangkan (spacing) atau untuk pembatasan (limitation) kehamilan.
Keluarga berencana adalah usaha pengaturan jumlah kehamilan demi perbaikan
kesejahteraan (keadaan kesehatan dan ekonomi) manusia.1
Sampai saat ini belum ada cara kontrasepsi yang ideal 100% namun akseptor harus
memilih cara yang terbaik bagi dirinya. Pelayan kontrasepsi harus dapat menjelaskan
apakah yang dipilih sesuai untuknya (informed choice). Ciri kontrasepsi ideal meliputi
efektivitas tinggi, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus
menerus, efek samping yang minimal, dan reversible. Adapun sebelum menggunakan
kontrasepsi harus dilakukan konseling untuk mengenali kebutuhan klien, klien dapat
memilih metode kontrasepsi yang sesuai kebutuhan, klien puas terhadap pilihannya
sehingga dapat mengurangi keluhan, membangun rasa saling percaya, dan menghormati
hak klien1

II. Jenis-Jenis Kontrasepsi


Kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi non hormonal dan kontrasepsi hormonal.1
2.1 Kontrasepsi Non-Hormonal
A. Tanpa Alat (Alamiah)
1. Senggama terputus (Koitus Interruptus)2
Mekanisme: penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi
Kelebihan: cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan
Kekurangan: butuh pengendalian yang besar oleh laki-laki. Dapat
menimbulkan neurasteni. Cara ini dianggap kurang berhasil, kegagalan
disebabkan oleh :
 Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (preejakculator fluid),
yakni dapat mengandung sprema, apalagi koitus yang berulang (repeated
coitus),

8
 Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
 Pengeluaran semen dekat pada vulva (petting), oleh karena adanya
hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri melalui benang lendir
serviks uteri yang pada masa ovulasi mempunyai spinnbarkeit yang tinggi

2. Pembilasan senggama (Postcoital Douche)3


Mekanisme: pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa tambahan larutan
obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus.
Kelebihan: dapat dikeluarkannya sprema secara mekanik dari vagina
Kekurangan: hanya selama batasan waktu tertentu karena sebelum dilakukan
pembilasan, sprema dalam jumlah besar bisa saja sudah memasuki serviks
uteri.

3. Metode Amenore Laktasi


Mekanisme: pemberian ASI ekslusif dengan direct breastfeeding setiap 4 jam
selama 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa cairan
atau makanan lain, kecuali suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan
untuk keperluan medis sampai bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan
pemberian ASI sampai dua tahun pertama kehidupannya.4
Bayi harus difiksasi secara benar, yaitu posisi yang benar antara lidah dengan
gusi bayi terhadap papilla dan areola mammae ibu, supaya bisa meningkatkan
rangsangan. Sebagai respon terhadap rangsangan, prolaktin dikeluarkan oleh
hipofisis anterior sehingga memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. 5
Semakin sering bayi menghisap, maka ASI akan lebih banyak diproduksi.
Sebaliknya, bila bayi berhenti menyusu, maka payudara akan berhenti
memproduksi ASI6
Kelebihan: efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan
pascapersalinan), segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak perlu
pengawasan medis, tanpa obat dan biaya.7

9
Kekurangan: bila ovulasi mendahului haid pertama setelah partus, konsepsi
dapat terjadi selagi wanita tersebut masih dalam keadaan amenorea dan dapat
terjadi kehamilan kembali setelah melahirkan bahkan sebelum haid.

4. Metode Kalender (Rhythm Method)3


Mekanisme: menggunakan tabel atau kalender perkiraan masa subur (waktu
ovulasi) yang umunya terjadi 14 + 2hari sebelum hari pertama haid yang akan
datang.
Kelebihan: cara ini tidak membutuhkan biaya dan alat.
Kekurangan: sulit menentukan waktu ovulasi yang tepat, siklus haid yang
tidak teratur akan sulit dinilai masa ovulasinya. keefektifannya tergantung
pada kemauan dan disiplin pasangan. Angka kegagalan dari metode ini adalah
14,4-47 kehamilan per 100 wanita per tahun

B. Dengan Alat
1. Kondom2
Mekanisme: menghalangi sperma masuk vagina sehingga pembuahan
dicegah dan juga mencegah penularan infeksi seksual.
Kelebihan: efektif bila dipakai secara tetap dan tepat, mudah diperoleh dan
harga terjangkau, tidak butuh bantuan tenaga professional, ada keterlibatan
dan tanggungjawab suami, proteksi PMS, tidak memiliki efek samping
sistemis, bias mengurangi iritasi vagina.
Kekurangan: harus dipakai setelah ereksi sebelum penetrasi, kemungkinan
robek ada, alergi terhadap karet. Kegagalan metode ini adalah 13-38 per 100
pasangan per tahun7

2. Diafragma vagina8
Mekanisme: diafragma dimasukkan kedalam vagina sebelum koitus untuk
menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam canalis servicalis. Untuk
memperkuat fungsi diafragma, spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk
dan dioleskan pada pinggirnya. Cara kerjanya: terlebih dahulu tentukan

10
ukuran diafragma yang akan dipakai dengan mengukur jarak antara simfisis
bagian bawah dan forniks vagina posterior dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah tangan dokter. Kemudian pinggir mangkuk dijepit antara ibu
jari dan jari telunjuk, dan diafragma dimasukkan kedalam vagina sesuai
dengan sumbunya. Setelah pemasangan, akseptor harus meraba dengan
jarinya bahwa portio serviks uteri terletak diatas mangkuk, dan pinggir
diafragma diatas forniks.
Kelebihan umunya tidak menimbulkan efek samping (sistemik maupun
lainnya), dapat menampung darah haid, dapat mengurangi risiko PMS, paling
cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar dan tonus
dinding vagina yang baik.
Kekurangan: perlu keterampilan medis untuk menggunakannya, diperlukan
motivasi yang cukup kuat, tidak dapat digunakan secara umum, tingkat
kegagalan lebih tinggi daripada pil atau IUD, dan dapat menimbulkan infeksi
apabila terlalu lama terpasang.
Waktu penggunaan: keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik; jika
pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu
karena alasan tertentu; jika frekuensi koitus tidak terlalu sering, sehingga tidak
dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus. Pasang beberapa jam sebelum
koitus. Tidak dibenarkan pemakaiannya dalam keadaan-kadaan tertentu,
misalnya: sistokel yang berat, prolapsus uteri, fistula vagina, hiperantefleksio
atau hiperretrofleksio, dan uterus.

3. Spermatisida2,8
Mekanisme: menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
gerak sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Makin erat
hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh
sebab itu, obat spermatisida yang baik adalah yang dapat membuat busa
setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga nantinya busa tersebut
mengelilingi serviks dan menutup OUE.

11
Kelebihan: sederhana, aman, berfungsi sebagai pelumas saat koitus,
mencegah penularan PMS, dapat memberi sedikit proteksi terhadap neoplasia
serviks.
Kekurangan: reaksi alergi, memerlukan waktu tunggu antara pemakaian dan
mulainya senggama, hanya efektif untuk waktu yang singkat, rasa kurang
nyaman, jika digunakan >2x sehari akan merusak mukosa vagina.9
Waktu penggunaan: umumnya digunakan bersamaan dengan diafragma
vagina.

4. IUD/AKDR
 AKDR-Cu10
Mekanisme: alat dimasukkan ke dalam uterus untuk cegah kehamilan.
IUD memicu peradangan steril endometrium yang disertai sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastoksita atau sperma.
Kelebihan: efektivitas cukup tinggi, umumnya hanya memerlukan satu
kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak ada efek
samping sistemik, reversible, alat ekonomis dan cocok untuk penggunaan
secara umum, ukurannya kecil, kerangka plastic yang fleksibel, bentuk T
diselubungi kawat halus tembaga (Cu)
Kekurangan: terjadi perubahan siklus haid, haid jadi lebih banyak,
spotting, dan nyeri saat haid. Risiko perforasi, bisa ekspulsi sendiri
sehingga posisi benang harus diperiksa secara berkala, tidak dapat
mencegah PMS, pemasangan dan pelepasan AKDR harus dilakukan oleh
petugas kesehatan terlatih.
Waktu pemasangan:
 Post partum (menyusui dan tidak menyusui, temasuk setelah SC)
Dalam 48 jam setelah melahirkan: AKDR-Cu dapat dipasang,
termasuk segera setelah plasenta dilahirkan. Jika persalinan secara
seksio sesaria, AKDR-Cu dapat dipasang setelah plasenta lahir,
sebelum uterus dijahit. Dalam 48 jam hingga 4 minggu
pascapersalinan: pemasangan AKDR-Cu tidak direkomendasikan

12
kecuali tidak tersedia atau tidak ada metode kontrasepsi lain (Kriteria
Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi Kategori 3).
Lebih dari 4 minggu pascapersalinan dan belum menstruasi:
Menyusui: AKDR-Cu dapat dipasang bila wanita tersebut yakin tidak
hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
Tidak menyusui: AKDR-Cu dapat dipasang setelah dipastikan wanita
tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
Pasca persalinan 4 minggu atau lebih dan siklus menstruasi telah
kembali: AKDR-Cu dapat dianjurkan bagi wanita yang siklus
menstruasi sudah kembali. Wanita yang mengalami sepsis
pascapersalinan tidak dianjurkan untuk dipasang AKDR-Cu (Kriteria
Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi Kategori 4).
 Saat haid berlangsung karena serviks saat itu agak terbuka dan lembek,
perdarahan yang timbul bias dengan darah haid, kemungkinan
terpasang pada saat hamil tidak ada; dalam 12 hari pertama siklus
menstruasi terakhir: AKDR-Cu dapat dipasang pada wanita, tidak
hanya masa menstruasi; tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
sebagai proteksi. Lebih dari 12 hari dalam masa menstruai: AKDR-Cu
dapat dipasang pada wanita setelah dipastikan wanita tidak hamil.
Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
 Post abortus, AKDR-Cu dapat dipasang segera setelah pasca
keguguran yang terjadi pada trimester pertama. AKDR-Cu umumnya
dapat dipasang segera setelah abortus yang terjadi pada trimester
kedua. AKDR-Cu sebaiknya tidak dipasang segera pada kasus sepsis
akibat keguguran (Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan Kontrasepsi
Kategori 4).
 Saat Amenorea (non-persalinan), AKDR-Cu dapat dipasang kapan saja
setelah dipastikan seorang wanita tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
 Sebagai kontrasepsi darurat, AKDR-Cu dapat dipasang dalam 5 hari
setelah berhubungan seksual tanpa pelindung. Apabila waktu ovulasi

13
dapat diperkirakan, AKDR-Cu dapat dipasang lebih dari 5 hari setelah
berhubungan seksual, selama pemasangan tidak lebih dari 5 hari
setelah ovulasi. Wanita yang menggunakan AKDR-Cu sebagai
kontrasepsi darurat harus memenuhi syarat kelayakan medis untuk
insersi.

 AKDR-LNG11
Mekanisme: IUD yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut,
fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim,
berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam rahim,
LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20mg/hari pada awalnya dan menurun
menjadi sekitar 10mg/hari setelah 5 tahun) melalui membran
polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang
rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Cara kerjanya melakukan
perubahan pada konsistensi lendir serviks. Lendir serviks menjadi lebih
kental sehingga menghambat perjalanan sperma untuk bertemu sel telur.
Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi
kemungkinan implantasi embrio pada endometrium. AKDR-LNG
merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak
dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya
Kelebihan: Keunggulan dari IUD ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan
tingkat kesakitan lebih pendek dan lebih ringan. Pelepasan hormon rendah
sehingga menyebabkan efek sampingnya rendah. AKDR-LNG dapat
dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan segera.
Kekurangan: menstruasi mungkin menjadi tidak teratur selama 3-6 bulan
setelah pemasangan, pemasangan dan pelepasan AKDR harus dilakukan
oleh petugas kesehatan terlatih.
Waktu penggunaan10:
 Post partum (menyusui dan tidak menyusui, temasuk setelah SC)
Dalam 48 jam setelah melahirkan: AKDR-LNG dapat dipasang,
termasuk segera setelah plasenta dilahirkan. Jika persalinan secara

14
seksio sesaria, AKDR-LNG dapat dipasang setelah plasenta lahir,
sebelum uterus dijahit.
Dalam 48 jam hingga 4 minggu pascapersalinan: pemasangan AKDR-
LNG tidak direkomendasikan kecuali tidak tersedia atau tidak ada
metode kontrasepsi lain (Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan
Kontrasepsi Kategori 3).
Lebih dari 4 minggu pascapersalinan dan belum menstruasi:
Menyusui: AKDR-LNG dapat dipasang bila wanita tersebut yakin
tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
Dan jika tidak menyusui: AKDR-LNG dapat dipasang setelah
dipastikan wanita tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
sebagai proteksi.
Pasca persalinan 4 minggu atau lebih dan siklus menstruasi telah
kembali: AKDR-LNG dapat dianjurkan bagi wanita yang siklus
menstruasi sudah kembali. Wanita yang mengalami sepsis
pascapersalinan tidak dianjurkan untuk dipasang AKDR-LNG
(Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi Kategori 4).
 Dalam 7 hari pertama siklus menstruasi: AKDR-LNG dapat dipasang
pada pengguna, tidak hanya masa menstruasi. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. Lebih dari 7 hari dalam masa
menstruasi: AKDR-LNG dapat dipasang pada pengguna setelah
dipastikan pengguna tidak hamil. Pengguna tidak diperbolehkan
berhubungan seksual atau perlu menggunakan kontrasepsi tambahan
selama 7 hari setelah pemasangan AKDR-LNG sebagai perlindungan.
 Post abortus, AKDR-LNG dapat dipasang segera setelah pasca
keguguran yang terjadi pada trimester pertama. AKDR-LNG
umumnya dapat dipasang segera setelah abortus yang terjadi pada
trimester kedua. AKDR-LNG sebaiknya tidak dipasang segera pada
kasus sepsis akibat keguguran (Kriteria Kelayakan Medis Penggunaan
Kontrasepsi Kategori 4).

15
 Saat Amenorea (non-persalinan), AKD-LNG dapat dipasang kapan
saja setelah dipastikan seorang wanita tidak hamil. Dia tidak boleh
melakukan hubungan seksual atau harus menggunakan perlindungan
kontrasepsi tambahan selama 7 hari ke depan.

5. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi)


 Tubektomi1
Mekanisme: pemotongan dan pengambilan sebagian saluran yang
menghubungkan indung telur dan rahim (tuba fallopi) mengakibatkan
wanita tersebut tidak dapat hamil.
Kelebihan: cara kontrasepsi yang paling efektif (aman dan tepat), angka
kegagalan metode ini 0,2-1,3 per 100 wanita, prosedur pelaksanaan hanya
1x, tidak mempengaruhi libido seksual, relative murah.
Kekurangan: tidak dapat melindungi pengguna dari infeksi menular
seksual (IMS), termasuk HIV.

 Vasektomi1,10
Mekanisme: dilakukan dengan pemotongan/penutupan pada kedua vas
deferens pria. Pada dasarnya tindakan ini adalah persetujuan dari pihak
suami yang bersedia melakukan tindakan kontrasepsi terhadap dirinya.
Kelebihan: tidak menimbulkan kelaianan baik fisik maupun mental, tidak
mengganggu libido seksual, dapat dikerjakan secara poliklinis.
Kekurangan: tidak dapat melindungi pengguna dari infeksi menular
seksual (IMS), termasuk HIV.

2.2 Kontrasepsi Hormonal


A. Kontrasepsi oral
1. Pil kontrasepsi kombinasi2,3

16
Mekanisme: pil berisi steroid sintetik (bukan alamiah). Estrogen dalam pil
menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam ovarium. Karena
pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka tidak
terdapat pengeluaran LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu.
Komponen progestin dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mendcegah ovulasi, sehingga dapat mencegah ovulasi tidak terjadi sekitar 95-
98%. Selanjutnya, kandungan estrogen dalam dosis tinggi dapat mempercepat
perjalanan ovum yang kemudian dapat menyulitkan terjadinya implantasi
dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.
Progestin mempunyai khasiat sebagai berikut:
 Membuat lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga menghalangi
penetrasi sperma untuk masuk dalam uterus
 Kapasitas sperma yang memasuki ovum terganggu
 Beberapa progestin tertentu mempunyai efek antiestrogenik terhadap
endometrium, sehingga dapat menyulitkan implantasi ovum yang telah
dibuahi.
*Efek kelebihan estrogen: mual dan rasa muntah, retensi cairan, sakit
kepala, nyeri mammae, four albus, dan dapat menimbulkan hipertensi
(ringan) pada perempuan yang sebelumnya tidak menderita penyakit
tersebut. Rendahnya dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan
spotting, dan break through bleeding dalam masa intermenstruum.
*Efek kelebihan progesterone: perdarahan tidak teratur, bertambahnya
nafsu makan, disertai bertambahnya berat badan, acne, alopesia, kadang
mammae mengecil, flour albus, dan hipomenorea.
*Efek samping yang berat: dapat terjadi thromboemboli termasuk
tromboflebitis, emboli paru, dan thrombosis otak.
*Kontra indikasi: Mutlak dan relatif. Mutlak seperti adanya tumor-tumor
yang dipengaruhi estrogen, penyakit hati yang aktif baik akut ataupun
menahun; pernah mengalami tromboflebitis, kelainan serebrovaskuler,
DMG. Relatif seperti depresi, migraine, mioma uteri, HT, oligomenorea,

17
dan amenorea. Pemberian pil kombinasi jika terdapat tanda-tanda tersebut
harus diawasi sekurang-kurangnya tiga bulan sekali.
Kelebihan: Memiliki efektivitas tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 wanita dalam
tahun pertama penggunaan), dan kesuburan segera kembali ketelah
penggunaan pil dihentikan. Frekuensi koitus tidak perlu diatur, siklus haid
teratur, keluhan dismenore primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali,
Kekurangan: pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang
merepotkan, dibutuhkan motivasi yang kuat, ada efek samping yang cukup
mengganggu dan kurang nyaman walaupun sifatnya sementara, kadang
setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea persisten, untuk golongan
tertentu harganya masih tergolong mahal.
Waktu penggunaan: Ada pil komnbinasi yang dalam satu bungkus
berjumlah 21 pil ada juga yang berjumlah 28 pil.
*Pil yang berjumlah 21 diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari satu secara
terus-menerus, dan kemudian berhenti jika sudah habis. Sebaiknya diminum
pada waktu tertentu misalnya malam sebelum tidur. Beberapa hari setelah pil
dihentikan, biasanya akan terjadi withdrawl bleeding dan pil dalam bungkus
kedua mulai diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis.
*Pil yang dalam sebungkus berjumlah 28 diminum tiap malam secara terus
menerus. Pada hari pertama haid, pil yang inaktif mulai diminum, dan dipilih
pil menurut hari yang ditentukan dalam bungkus.

2. Progestin (KPP)10
Mekanisme: hanya mengandung progestin dan tidak mengandung estrogen.
Waktu penggunaan:
 Post partum (menyusui)
Kurang dari 6 minggu pascapersalinan: KPP umumnya dapat dimulai
(MEC kategori 2). Jika pengguna sedang menyusui penuh, perlindungan
kontrasepsi tambahan tidak diperlukan.

18
Dalam 6 minggu hingga 6 bulan pascapersalinan dan belum menstruasi:
KPP dapat dimulai. Jika pengguna sedang menyusui penuh, perlindungan
kontrasepsi tambahan tidak diperlukan.
Lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan siklus menstruasi telah kembali:
KPP dapat dimulai seperti yang disarankan untuk wanita lain yang
memiliki siklus menstruasi (MEC kategori 1).
 Post partum (tidak menyusui), Kurang dari 21 hari pasca persalinan: KPP
dapat dimulai. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.
Dalam 21 hari pertama pascapersalinan, risiko terjadinya ovulasi dan
kehamilan sangat kecil. Namun, untuk alasan program (yaitu tergantung
pada protokol program nasional, regional dan / atau lokal), beberapa
metode kontrasepsi mungkin disediakan selama periode ini. 21 hari atau
lebih pascapersalinan dan siklus menstruasi belum kembali: KPP dapat
dimulai jika yakin bahwa wanita tidak hamil. Dia tidak boleh berhubungan
seksual atau menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan selama 2
hari ke depan. Siklus menstruasi telah kembali: KPP bisa diinisiasi seperti
yang disarankan untuk wanita lain yang memiliki siklus menstruasi.
 Dalam masa menstruasi, dalam 5 hari awal siklus menstruasi KPP dapat
dimulai. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan. Lebih dari
5 hari awal siklus menstruasi KPP dapat dimulai setelah dipastikan bahwa
pengguna tidak hamil. Dalam 2 hari setelah penggunaan, wanita tidak
boleh melakukan hubungan seksual atau harus menggunakan perlindungan
kontrasepsi.
 Pada keadaan amenorea, KPP dapat dimulai kapan saja setelah dipastikan
bahwa penguna tidak hamil. Dalam 2 hari setelah penggunaan, wanita
tidak boleh melakukan hubungan seksual atau harus menggunakan
perlindungan kontrasepsi.
 Post abortus, KPP dapat dimulai segera setelah keguguran. Tidak
diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

3. Pil sekuensial

19
 Mini-pill (Continous Loro-dose Progesterone Pill, atau Prostegin Only
Pill)1
Mekanisme : Pada tahun 1965 Rudell dkk menemukan bahwa pemberian
progestin (klormadinon asetat) dalam dosis kecil (0,5 mg per hari)
menyebabkan perempuan tersebut menjadi infertil. Mini-pill bukan
merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini
kadang-kadang ovulasi masih dapat terjadi. Efek utamanya ialah terhadap
lendir serviks, dan juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista
tidak dipat terjadi. Mini-pill ini umumnya tidak dipakai untuk kontrasepsi.
 Postcoital contraception (Morning After Pill)1
Kontrasepsi darurat (juga dikenal sebagai kontrasepsi postcoital atau pagi
hari setelah pil) mengacu pada penggunaan obat-obatan atau alat sebagai
tindakan darurat untuk mencegah kehamilan.12 Pada tahun 1966, para
peneliti mulai menggunakan sintetis estrogen seperti dietilstilbestrol dan
etinil estradiol sebagai kontrasepsi darurat (EC). Formulasi ini memiliki
efikasi rendah dan banyak efek samping. Pada awal 1970-an, regimen
Yuzpe ditemukan. Itu adalah pil KB kombinasi yang diberikan dalam
waktu dua belas jam interval dalam waktu tiga hari setelah hubungan
seksual. Pada tahun 1999, the Food and Drug Administration menyetujui
rencana B (kontrasepsi darurat levonorgestrel, LNG-EC) sebagai jenis EC
progestin-only pertama. Dibandingkan regimen Yuzpe, efikasinya ebih
tinggi dan tidak ada efek samping terkait estrogen. (Trussell and
Raymond 2013)
Mekanisme: Sejumlah penelitian memberikan bukti langsung yang kuat
bahwa LNG ECPs mencegah atau menunda ovulasi. Jika diambil sebelum
ovulasi, LNG ECPs menghambat lonjakan hormon luteinizing pra-ovulasi
(LH), menghambat folikel pengembangan dan pematangan dan/atau
pelepasan telur itu sendiri.13 Ini adalah mekanisme yang utama dan
mungkin satu-satunya untuk LNG ECPs.
 Amenorrhea pascapil (Post Pill Amenorrhoea)1

20
Sebanyak 98% perempuan yang minum pil dapat haid lagi disertai dengan
ovulasi dalam 3 bulan setelah pil dihentikan. Pada sebagian besar (2%)
haid muncul lagi meskipun kadang-kadang sampai 2 tahun.
Makin lama amenorrhea berlangsung, makin kecil kemungkinan siklus
haid menjadi normal kembaii. Walaupun lamanya minum pil dan usia
yang bersangkutan memegang peranan dalam timbulnya amenorrhea, ada
juga yang menderita kelainan tersebut sesudah minum pil tidak lebih dari
3 bulan. Ada dua kemungkinan timbulnya amenorrhea sesudah minum pil;
pemakaian pil menghambat pengeluaran gonadotropin releasing
hormnone dari hipotalamus, sedangkan kemungkinan lain penyebabnya
bukan semata-mata oleh pil.
Karena terjadinya postpill amenorrhea sangat tergantung pada fungsi
organ endokrin, maka harus berhati-hati dengan pemberian pil pada
perempuan yang mengalami kelairran haid fungsional. Untuk dapat
menentukan prognosis dan terapi dari postpill amenorrhea, progesterone
withdrawal test mempunyai arti penting. Jika hasilnya positif, maka
prognosis umumnya baik, dan terapi dengan Klomifen biasanya
amenorrhea dapat diatasi. Jifa hasilnya nefatif, maka kelainannya lebih
mendasar; dalam hal sebabnya terletak pada hipotalamus-hipofisis.
Diikhtiarkan supaya degan pemberian Klomifen, hCG, hMG, LH-FSH
Releasing Factors, hormon-hormon dari hipofisis yang dihalang-halangi
pengeluarannya karena perangsangan berlebihan dapat dilepaskan.
Apabila sebabnya terletak pada ovarium, maka dengan pemberian
estrogen dan progesteron dalam dosis tertentu dapat diusahakan
perangsangan ovarium

B. Kontrasepsi suntik progestin7


Kontrasepsi suntik ini termasuk depot medroxyprogesterone acetate (DMPA)
dan norethisterone enanthate (NET-EN).
Tiga formulasi terdiri dari:
 DMPA-IM = 150 mg DMPA diberikan secara intramuskular

21
 DMPA-SK = 104 mg DMPA yang diberikan secara subkutan
 NET-EN = 200 mg NET-EN diberikan secara intramuskular.
Ada 2 jenis suntikan, yaitu :
1. Suntikan 12 minggu (Depo Provera)
Mekanisme: obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus. Lendir
serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui
serviks uteri. Kemudian implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. Ini
juga memengaruhi transport ovum di tuba.
Kelebihan: efektivitas tinggi, pemakaiannya sederhana, cukup menyenangkan
bagi pengguna (injeksi hanya 4 kali setahun), reversible, dan cocok untuk ibu-
ibu yang menyusui anak.
Kekurangan: sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting,
breakthrough bleeding), dan dapat menimbulkan amenore.
Waktu penggunaan: untuk program postpartum, Depo Provera disuntikkan
sebelum ibu meninggalkan rumah sakit, sebaiknya sesudah air susu ibu
terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan hari ke-5, disuntikkan
dalam dosis 150mg/cc sekali dalam 3 bulan.
2. Suntikan setiap bulan (Monthly Injectable)
Mekanisme: mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma
Kekurangan: timbulnya mual pada 3 bulan pertama, pusing, nyeri payudara,
kenaikan berat badan, dan mahal8

C. Kontrasepsi implant progestin2


Implan progestin adalah jenis kontrasepsi jangka panjang. Berbagai jenis
implan progestin antara lain :
1. Levonorgestrel (LNG) adalah implan yang mengandung LNG, adalah
Norplant, Jadelle dan Sino-implant (II).
 Norplant adalah implan 6 batang, setiap batang mengandung 36 mg LNG
(tidak lagi diproduksi).

22
 Jadelle adalah implan 2 batang, setiap batang mengandung 75 mg LNG.
 Sino-implant (II) adalah implan 2 batang, setiap batang mengandung 75
mg LNG.
2. Etonogestrel (ETG) adalah implan yang mengandung ETG adalah Implanon®
dan Nexplanon®. Keduanya terdiri dari implan satu batang yang mengandung
68 mg ETG.
Mekanisme: jenis kontrasepsi jangka panjang
Kelebihan: efektivitas >99%, pemasangan dapat dimulai kapan saja setelah
pengguna sudah dipastikan tidak hamil. risiko rendah untuk ovulasi dan
menyebabkan risiko kehamilan yang rendah pula, tidak ada kunjungan tindak
lanjut rutin yang diperlukan, wanita disarankan kontrol kapan saja untuk
membahas efek samping atau masalah lain, atau jika ingin mengubah metode
kontrasepsi, wanita disarankan untuk kontrol kembali ketika saatnya untuk
melepas implan.
Kekurangan: menstruasi yang abnormal umum terjadi pada penggunaan
implant
Waktu penggunaan:
 Post partum (menyusui), kurang dari 6 minggu pascapersalinan: Implan
dapat dipasang (kategori MEC 2). Dalam 6 minggu hingga 6 bulan
pascapersalinan dan belum menstruasi: Implan dapat dipasang. Jika
perempuan menyusui, tidak ada perlindungan kontrasepsi tambahan yang
diperlukan. Lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan siklus menstruasi
telah kembali: Implan dapat dipasang seperti yang disarankan untuk
wanita lain yang memiliki siklus menstruasi.
 Post partum (tidak menyusui), kurang dari 21 hari pascapersalinan: Implan
dapat dipasang (kategori MEC 1). Tidak diperlukan perlindungan
kontrasepsi tambahan. Selama 21 hari pertama pascapersalinan, kecil
kemungkinan bagi pengguna untuk mengalami ovulasi dan hamil. Namun,
untuk alasan program (yaitu tergantung pada protokol program nasional,
regional dan/atau lokal), beberapa metode kontrasepsi diberikan selama
periode ini. Dalam 21 hari pascapersalinan atau lebih dan siklus

23
menstruasi belum kembali: Implan dapat dipasang jika cukup yakin bahwa
wanita tidak hamil. Wanita tidak boleh berhubungan seksual atau
menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari ke depan.
Siklus menstruasi telah kembali: Implan dapat dipasang seperti yang
disarankan untuk wanita lain yang memiliki siklus menstruasi.
 Wanita yang sedang dalam masa menstruasi, dalam 7 hari awal siklus
menstruasi: Implan dapat dipasang. Tidak diperlukan perlindungan
kontrasepsi tambahan. Lebih dari 7 hari awal siklus menstruasi: Implan
dapat dipasang jika yakin bahwa pengguna tidak hamil. Dalam 7 hari
setelah pemasangan, pengguna tidak boleh melakukan hubungan seksual
atau harus menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan.
 Amenorea (bukan post partum), implan dapat dipasang kapan saja jika
yakin bahwa pengguna tidak hamil. Dalam 7 hari setelah pemasangan,
pengguna tidak boleh melakukan hubungan seksual atau harus
menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan.
 Post abortus, implan dapat dipasang segera setelah keguguran. Tidak
diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

III. Tatalaksana Kontrasepsi Post Partus dan Menyusui


Dalam penggunaan kontrasepsi, terdapat kriteria kelayakan medis (MEC) yang
terbagi menjadi 4 kategori, seperti yang terlampir dalam kotak di bawah ini:

24
25
26
27
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika
3. Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
4. Guyton AC, Hall JE, editors. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
5. Sherwood, L., 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi VI. Jakarta : EGC
6. Sumastri, Heni, 2012. Hubungan antara Frekuensi Menyusui dengan Inisiasi Menstruasi Pada
Ibu yang Mempunyai Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ariodillah Palembang. Diakses 16
Maret 2015
7. Hartanto, H. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
8. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
9. Tanto, C, Liwang, f, Hanifati, S, Pradipta, EA (eds) 2014, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4,
Media Aesculapius, Jakarta
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN). 2016. Rekomendasi Pratik Terpilih pada Penggunaan
Kontrasepsi. Edisi ke-3. Indonesia: WHO, IDI, POGI, dan IBI.
11. Rosa, 2012. Mirena IUD.
Sumber:http://www.id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/2296924-mirena-iud-
definisi-cara-kerja/#ixzz2KYRhRdsw. Diakses tanggal 9 Februari 2013.
12. Zieman, M. Uptodate, 2014. Emergency contraception. http://www.uptodate.com/
contents/emergency-contraception.
13. Trussell, J.T., and E.G., Raymond 2013. Emergency contraception: A last chance to prevent
unintended pregnancy. http://e. c.princeton.edu/questions/ec-review.pdf.

28
LAMPIRAN DIAGRAM LINGKARAN KONTRASEPSI PADA APLIKASI KLOP KB

29
30

Anda mungkin juga menyukai