KEPANITERAAN KLINIK
RSUD TARAKAN
………………………
SUBYEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Lidyawati Nama Suami /Keluarga: Hansen
Umur : 34 tahun Umur : 39 tahun
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawati Pekerjaan : Karyawan
Agama : Budha Agama : Budha
Suku / Bangsa : Chinese Suku / Bangsa : Chinese
Alamat : Jl. Mangga Besar IV P/42
2. Keluhan Utama auto / aaloanamnesa
Pasien hamil 24 minggu G2P1A0 datang dengan keluhan tidak ada pergerakan janin sejak 1
minggu SMRS.
3. Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh pusing dan lemas sejak 1 hari SMRS.
8. Riwayat Perkawinan
Kawin : belum/sudah/cerai Kawin yang ke : 1 kali dengan suami sekarang sudah 4 thn
Riwayat infertilitas : ada/tidak Lamanya : - Thn : -
Riwayat berobat infertilitas.
9. Riwayat Obstetrik : Gravida Para Abortus Hidup
Contoh : G2 P1 A0
1. Lahir hidup dengan komplikasi VSD, perempuan, 24 bulan, lahir cukup bulan dengan BBL
2450 gram
2. Kehamilan saat ini
OBYEKTIF
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan non invasiv :
CTG / USG : pada pemeriksaan USG didapatkan tidak ada pergerakan jantung janin dan
detak jantung janin. Pada USG juga terlihat tulang servikal belakang bayi serta bentuk
kepala yang tidak beraturan
3. Lain-lain : -
Daftar Masalah (termasuk diagnosis kerja dan diagnosis diferensial) pada jam tersebut
IBU :
1. G2P1A0 hamil 24 minggu dengan janin IUFD
2. Solution plasenta
3. Rupture uteri
4. Gawat janin
BAYI :
1. IUFD
PERENCANAAN
I. Rencana Diagnostik :
a. Observasi / satuan waktu
Karena akan dilakukan induksi persalinan maka perlu dilakukan pemantauan tanda-tanda
vital dan pemantauan pembukaan serviks dengan VT setiap 4 jam.
b. Penegakkan diagnosis
Dengan melakukan pemeriksaan USG.
b. Terapi nutrisi
Makan makanan yang bergizi dan minum air yang cukup.
c. Medikamentosa
- Asam mefenamat 3x500mg (jika ada nyeri)
- Misoprostol (50-100 μg)
- Oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes
per menit
RENCANA EDUKASI
Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin,
rencana tindakan, dukungan mental emosional pada penderita dan keluarga dan meyakinkan
bahwa kemungkinan lahir pervaginam.
Prognosis
Ibu Janin
Ad vitam : dubia ad bonam Ad vitam : dubia ad malam
B. Etiologi
Sebanyak 50% kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
1. Faktor plasenta
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklampsi dan eklampsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian janin untuk
mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus ditemukannya
abnormalitas structural janin. Biasanya dilakukan dengan amniosintesis untuk analisis
sitogenik.
C. Faktor Resiko
1. Status sosial ekonomi rendah
2. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3. Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun
4. Partias pertama dan partias kelima atau lebih
5. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
6. Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat
7. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric
D. Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetaldeath)
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas
E. Patofisiologi
Kematian janin dalam kehamilan yang telah lanjut, maka akan mengalami perubahan-
perubahan sebagai berikut:
1. Rigor mostis (tegang mati) Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas
kembali.
2. Stadium maserasi I Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih
tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.
3. Stadium maserasi II Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah
coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem
dibawah kulit.
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak
diobati.
F. Manifestasi Klinik
1. Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat
berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
tidak seperti biasanya.
c. Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit
seperti mau melahirkan.
d. Penurunan berat badan.
e. Perubahan pada payudara atau nafsu makan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.
Terhentinya perubahan p ayudara
b. Palpasi
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari usia kehamilan
Tidak teraba gerakan- gerakan janin.
Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang
kepala janin.
c. Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun dopler tidak terdengar denyut jantung
janin.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati.
hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati.
b. Pemeriksaan Radiologi
i. USG
ii. Gerak anak tidak ada
iii. Denyut jantung anak tidak ada
iv. Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
4. X-Ray
a. Spalding’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih, pencairan
otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
b. Nanjouk’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung.
c. Robert’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar.
Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam.
d. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
G. Diagnosis Banding
Gejala dan tanda yang selalu ada gejala dan tanda yang kadang-kadang ada Kemungkinan Diagnosis
Gerakan janin berkurang atau Syok, uterus tegang/kaku, gawat janin atau Solutio Plasenta
hilang, nyeri perut hilang timbul DJJ tidak terdengar
atau menetap, perdarahan
pervagina sesudah hamil 22
minggu
gerakan janin dan DJJ tidak ada, Syok, perut kembung/cairan bebas intra Ruptur Uteri
perdarahan dan nyeri hebat. abdominal, kontur uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-bagian janin
teraba, denyut nadi ibu cepat.
H. Penatalaksanaan
1. Periksa Tanda Vital
2. Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan darah, golongan darah
ABO dan Rhesus.
3. Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian,
hindari memberikan informasi yang tidak tepat.
4. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekanya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
5. Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.
6. Bila pilihan adalah pada ekspektatif : Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu,
yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi komplikasi.
7. Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan oksitosin atau
misoprostol. Kombinasi misoporstol 100ug intravaginal, yang diulang 1 kali 6 jam sesudah
pemberian pertama, dengan pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20
tetes permenit sampai maksimal 60 tetes per menit. Seksio sesarea merupakan pilihan
misalnya pada letak lintang.
8. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
9. Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA