Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Suhu terhadap Keadaan Homeostasis Manusia

Billy Jonathan (102014028)


Email : Billy.2014fk028@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. (021) 56942061

Abstract

The body has an internal environmental balance called homeostasis State. Every
living beings naturally do things that can maintain the State of his internal environment in
order to remain stable. There are several factors that can affect the State of homeostasis in
the body, i.e. the concentration of nutrient substances molecule, O2 and CO2 concentrations,
the concentration of residual substances, pH, concentration of water, salts and electrolytes,
temperature, volume and pressure. In short, the stimulus will be accepted, then in the process
of integration at the Centre, and will be given feedback. But at a time when the stimuli
received, going several steps up to his issued a response that was ordered by the central
integration. Process response to stimuli he arranged through local control which controls 2
or close proximity and controls reflex or remotely. Reflex alone should passing through
several stages, namely the arch reflex to be up on a stage the feedback or response. Feedback
can be divided into two, the feedback was positive, and negative feedback.

Keywords : Homeostasis, Internal Environment, Stimuli, Concentration, Feedback

Abstrak

Tubuh memiliki keseimbangan lingkungan internal yang dinamakan keadaan


homeostasis. Setiap makhluk hidup tentu melakukan hal yang dapat mempertahankan keadaan
lingkungan internal nya agar tetap stabil. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keadaan homeostasis pada tubuh, yaitu Konsentrasi molekul zat-zat gizi, konsentrasi O 2 dan
CO2, konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi air, garam-garam dan elektrolit, suhu, volume, dan
tekanan. Secara singkat, rangsangan akan diterima, lalu di proses pada pusat integrasi, dan
akan diberikan feedback. Namun pada saat rangsangan diterima, terjadi beberapa tahap hingga
dikeluarkan nya respon yang diperintahkan oleh pusat integrasi. Proses diolahnya rangsangan
hingga respon diatur melalui 2 kontrol yaitu kontrol lokal atau jarak dekat dan kontrol refleks

1
atau jarak jauh. Refleks sendiri harus melewati beberapa tahap yaitu lengkung refleks untuk
dapat sampai pada tahap feedback atau respon. Feedback dapat di bagi menjadi 2, yaitu
feedback positif, dan feedback negatif.

Kata Kunci : Homeostasis, Lingkungan internal, Rangsangan, Konsentrasi, Feedback

Pendahuluan

Penting nya pengetahuan akan cara kerja sistem yang ada di tubuh manusia untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang tidak berfungsi secara normal. Setelah mengetahui itu
kita dapat menjaga keadaan itu agar tetap bekerja secara normal. Tubuh manusia juga dapat
terpengaruh oleh keadaan luar tubuhnya, seperti suhu, kelembaban udara, polusi udara, dll.
Jika keadaan atau kondisi dalam (internal) tubuh manusia tetap konstan walaupun keadaan di
luar berubah – ubah, hal itu disebut homeostasis.

Keseimbangan (homeostasis) dimasukkan kedalam bagian fisiologi. Karena pada


fisiologi dijelaskan bagaimana cara kerja tubuh kita secara normal. Sehingga homeostasis
adalah keadaan yang ada pada tubuh yang masih berfungsi secara normal. Tidak hanya itu
saja, jika tubuh kita mendapat suatu rangsangan maka kita akan melakukan sesuatu untuk
membalas rangsangan tersebut. Rangsangan dari titik tertentu harus melewati beberapa tempat
dulu sebelum akhirnya melakukan tindakan.

Isi

Homeostasis adalah suatu kondisi keseimbangan internal yang ideal, di mana semua
sistem tubuh bekerja dan berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua
kebutuhan dari tubuh. Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika
homeostasis terganggu (misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk
mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari mulai
pelepasan hormon-hormon sampai reaksi fisik seperti berkeringat atau terengah-engah.
Sebagai contoh sederhana dari homeostasis, tubuh manusia menggunakan beberapa proses
untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang yang optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau
penurunan suhu tubuh mencerminkan ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis,
dan masalah terkait.1

2
Semua jaringan dan organ yang ada pada tubuh kita akan bekerja bersama untuk
mendapatkan keseimbangan (homeostasis) itu. Secara umum, itu tergantung pada umpan
balik negatif sehingga, ketika perubahan terjadi dalam tubuh, tubuh akan mengembalikan
statusnya dengan cara membalikkan arah perubahannya. Contohnya adalah jika kita tiba - tiba
dipindahkan dari tempat yang dingin ke tempat yang panas, suhu tubuh kita akan meningkat.
Itu normal karena tubuh harus menjaga suhu dalam batas tertentu untuk mengoptimalkan
fungsi, mereka melakukannya dengan cara; memproduksi keringat untuk meningkatkan
pendinginan dalam tubuh, juga mengurangi produksi panas metabolik.2

Lingkungan internal

Cairan yang secara kolektif terkandung dalam semua


sel tubuh dinamai cairan intra sel (CIS) dan cairan
diluarsel disebut cairan extra sel (CES). Cairan ekstra
sel adalah lingkungan internal tubuh. Ini adalah
lingkungan cair tempat sel hidup. Cairan ekstra sel
(lingkungan internal) terbentuk oleh dua kompartmen:
plasma, bagian cair darah; dan cairan interstisium,
yang mengelilingi dan membahasi sel (inter berarti
“antara”; stisium berarti “yang berdiri”). Seberapapun Figure 1 .komponen-komponen cairan
ekstrasel (lingkungan internal)1
jauhnya sebuah sel dari lingkungan eksternal, sel
tersebut dapat melakukan pertukaran-pertukaran untuk mempertahankan hidup dengan
lingkungan internal yang mengelilinginya. Sebaliknya, sistem-sistem tubuh tertentu
melakukan pemindahan bahan antara lingkungan eksternal dan lingkungan internal nya
sehingga komposisi lingkungan internal dipertahankan sesuai untuk menunjang kehidupan
dan fungsi sel. 3

Sel-sel tubuh dapat hidup berfungsi hanya jika cairan ekstrasel memungkinkan kelangsungan
hidup mereka : karena itu, komposisi kimiawi dan keadaan fisik lingkungan internal ini harus
dipertahankan dalam batas-batas yang ketat. Pemeliharaan lingkungan internal yang relatif
stabil disebut homeostatis.3

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis. Faktor-faktor


yang dipertahankan adalah : Konsentrasi molekul zat-zat gizi. Sel-sel membutuhkan pasokan
molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolik untuk

3
menghasilkan energi. Energi kemudian digunakan untuk menunjang aktivitas-aktivitas khusus
dan untuk mempertahankan hidup.4

Yang kedua adalah Konsentrasi O2 dan CO2. Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-
reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel.
CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan
CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan
keasaman di lingkungan internal.4

Yang ketiga adalah Konsentrasi zat-zat sisa. Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-
produk akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
Yang keempat adalah pH. Diantara efek-efek paling mencolok dari perubahan keasaman
lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf
dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.4

Yang kelima adalah Konsentrasi air, garam-garam, dan elektrolit-elektrolit. Karena


konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal)
mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur
secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi
secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-
macam fungsi vital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur bergantung pada
konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.4

Yang keenam adalah Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang
sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatan aktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu
dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu
apabila suhunya terlalu panas. Dan yang terakhir adalah Volume dan tekanan. Komponen
sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan
volume yang kuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat
terdistribusi ke seluruh tubuh.4

Jalur umum homeostasis

Secara umum homeostasis memiliki jalur sistem kontrol yaitu input signal, pusat
kontrol, dan sinyal output. Maksudnya input signal adalah rangsangan atau stimulus dari

4
lingkungan luar. Lalu masuk ke dalam tubuh menuju pusat kontrol. Selanjutnya melakukan
tindakan untuk membalas rangsangan.5

Pusat
Rangsangan
Rangsangan Feedback
Integrasi
Integrasi

Skema Jalur Umum Homeostasis

Lalu dalam jalur homeostasis ini dibagi menjadi dua kontrol menurut jarak yang harus
dilalui rangsangan sampai umpan balik (feedback), yaitu kontrol jarak jauh dan jarak pendek.
Kontrol jarak pendek ada juga yang menyebut kontrol jarak lokal adalah kontrol yang areanya
hanya di sekitar sel atau jaringan yang dipengaruhi oleh rangsangan. Sedangkan kontrol jarak
jauh atau kontrol reflek merupakan sistem pengontrol yang merespon perubahan yang sedang
terjadi di seluruh tubuh. Pusat kontrol / integrasinya terletak jauh dari sel atau jaringan yang
dipengaruhi rangsangan. Kontrol refleks ini menggunakan sistem saraf dan sistem endokrin. 6
Refleks adalah respon otomatis terhadap rangsangan tertentu yang menjalar pada rute
lengkung refleks. Lengkung reflek merupakan proses yang terjadi pada gerak reflek. 7 Refleks
merupakan kejadian stimulus - respons yang dapat terjadi tanpa disadari.

Rangsangan Reseptor Jalur Aferen

Pusat
Pusat
Integrasi

Feedback
Feedback Efektor
Efektor Jalur Eferen

Skema Lengkung Refleks

Adapula komponen yang harus dilalui dalam proses gerak refleks yaitu : Reseptor, dimana
reseptor merupakan media untuk menerima rangsangan. Setelah menerima rangsangan,
reseptor akan meneruskan ke saraf aferen (jalur aferen). Setelah diteruskan ke saraf aferen,
sinyal akan melintasi neuron sensorik lalu akan menuju ke otak. Setelah sampai di otak,
rangsangan akan diolah. Lalu otak sebagai pusat integrasi akan memberi perintah untuk

5
merespon. Perintah tersebut akan melalui jalur eferen untuk menuju efektor. Lalu efektor akan
melakukan hal yang diperintahkan dari otak. Efektor dapat berupa otot rangka, kelenjar, otot
jantung, atau otot polos.

Dalam skema disebutkan ada feedback. Feedback ini diatur oleh sistem endokrin. Ada
dua jenis, pengaturan umpan balik negatif (negative feedback) dan pengaturan umpan balik
positif (positive feedback). Pengaturan umpan balik negatif merupakan pengaturan pengaturan
penting dalam homeostasis. Karena di dalam pengaturan ini, sistem pengendali senantiasa
membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu tubuh, atau tekanan darah)
dengan nilai set point (batas normal). Perubahan - perubahan parameter yang dikendalikan
akan melakukan respons yang melawan perubahan sehingga mengembalikan parameter
tersebut pada nilai set point. Selain itu, ada juga pengaturan umpan balik positif. Pengaturan
ini tidak bersifat homeostasis karena akan memperbesar respons, sampai ada faktor luar yang
menghentikan lingkaran setan ini.

Selain mekanisme feedback, metode untuk mengendalikan kondisi internal adalah


feedforward atau aktivitas antisipatif. Ketika ada makanan berada di lambung, maka pankreas
meningkatkan hormon insulin, untuk menjaga kadar gula darah agar tidak meningkat terlalu
tinggi.

6
Potensial Istirahat Membran

Sel saraf yang sedang beristirahat seperti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel di antara bagian dalam sel dan cairan
ekstraselular di sekeliling sel. Voltase dalam sel relatif pada keadaan istirahat berkisar antara
-50 milivolt (mV) sampai -80 mV terhadap voltase di luar, bergantung pada kondisi neuron
dan ekstraselular yang mengelilingi sel.8
Membran sel dalam keadaan istirahat dianggap bermuatan listrik, atau terpolarisasi.
Keadaan terpolarisasi ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda menit di dalam dan
di luar membran. Polarisasi (potensial istirahat) di sebabkan oleh konsentrasi ion natrium
(Na+) dan kalium (K+) yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan
permeabilitas membran terhadap ion ini dan ion lain.8
Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan klor (Cl-) serta relatif
impermiabel terhadap ion Na+. Membran ini inpermiabel terhadap molekul protein intraselular
besar yang bermuatan negatif. Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel lebih tinggi daripada
di luar membran sel; Konsentrasi ion Na+ di lust membran sel lebih tinggi daripada di dalam
membran sel. Karena tingkat permeabilitas membran terhadap ion K+ sekitar 75 kali lebih
besar daripada terhadap ion Na+, maka difusi ion K+ keluar dari sel lebih cepat daripada difusi
ion Na+ ke dalam sel. Saat ion K+ bermuatan positif keluar dari sel, ion tersebut meninggalkan
molekul protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membran.
Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.8

Kesimpulan

Kenaikan suhu pada lingkungan eksternal dapat merangsang tubuh untuk


mengeluarkan reaksi fisik berupa keringat, dimana kenaikan suhu merupakan rangsangan, dan
keluarnya keringat merupakan feedback / respon dari rangsangan yang diterima tubuh.
Feedback / respon dapat dilakukan setelah melalui beberapa tahap pada skema lengkung
refleks.

7
Daftar Pustaka

1. Diunduh dari http://kamuskesehatan.com/arti/homeostasis/ pada tanggal 30 Desember


2014.
2. Shahid M, Nunhuck A. Physiology. Mosby Elsevier: 2008.
3. Lauralee Sherwood . Human Physiology .Thomson learning. Belmont.2004.
4. cc
5. Seidel, C. Basic concepts in physiology: a student's survival guide. USA: The McGraw-
Hill Companies; 2004.
6. Silverthorn, DU. Human physiology: an intergrated approach. 18 th ed. San Fransisco:
Pearson/Benjamin Cummings; 2007.
7. Ganong, William F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2008.
8. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2003: h.158-9

Anda mungkin juga menyukai