Oleh :
Kezia A Rumsowek
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Menyetujui dosen
Pembimbing /Penguji
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IdentitasPasien
Nama : Ny. S.S
Umur : 26 Tahun
Alamat : Dok VIII Atas
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Serui/Papua
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 10/09/2022
Jaminan : KPS
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan membawa pengantar dari PKM Imbi dengan
diagnosa G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu + BSC 1x.
2
5. Riwayat Pernikahan:
Suami : 22 tahun, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : SWASTA
Istri : 25 tahun, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : IRT
Pernikahan ke : Belum menikah, Suami ke: I
Dengan suami sekarang : ± 2 tahun
6. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : Teratur 28 hari
Gejala penyerta : Nyeri Haid (-)
HPHT : 01-01-2022
TP : 08-10-2022
3
10. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien belum menikah sah, tinggal bersama ± 2 tahun, pasien bekerja
sebagai IRT dan suami pekerjaan swasta.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 105 x/m
Respirasi : 21 x/m
Suhu badan : 36.7 0C
Sp02 : 99% spontan
Status Generalis
Kepala : Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isoskor, refleks cahaya (+/+)
Thoraks : Paru : Suara napas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada,
4
Abdomen : Inspeksi : Tampak cembung
Perkusi : Timpani
3. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar :
TFU : 30 cm
LA : Memanjang, punggung kanan, letak kepala, penurunan
kepala 4/5
DJJ : 132 x/menit
HIS : 2x/10’/20’’
TBBJ : 2635 gram (Jhonson Tossack)
Pemeriksaan dalam :
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
5
Pemeriksaan Laboratorium (10-09-2022)
4. RESUME
Pasien atas nama Ny. S.S (26 thn) G3P2A0 datang ke IGD kebidanan
RSUD Dok II. Pasien G3P2A0 mengaku hamil 8 bulan, datang membawa
pengantar dari PKM dengan diagnosa G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu
+ Prematur Kontraksi + BSC 1x Pro SC. Pasien mengaku merasakan mules-
mules hilang timbul (+), keluar air-air dari jalan lahir (-), berbau (-), keluar
lendir-lendir bercampur darah dari jalan lahir (-), perdarahan aktif dari jalan
lahir (-), gerakan janin dirasakan aktif (+), keputihan (-), gatal (-), bau (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, BB 65kg, TB 155 Cm, tanda-
tanda vital berupa tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 105x/m, respirasi 21x/m,
suhu badan 36.7 °C, saturasi oksigen 99% spontan. Pada pemeriksaan status
generalis tidak didapatkan konjungtiva anemis (-/-). Dari pemeriksaan obstetric
pada pemeriksaan luar didapatkan TFU 30 Cm, DJJ 132x/menit, TBBJ 2635 gr
(Jhonson Toshack), HIS 2x/10’/20’’, letak anak memanjang, punggung kanan,
6
letak kepala, penururnan kepala 4/5. Pada pemeriksaaan dalam didapatkan
vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tipis, lunak, arah posterior, pembukaan
1Cm, ketuban (+), presentasi belakang kepala, station (-4), sutura sagitalis sulit
dinilai.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hemoglobin 11.5
g/dL, hematokrit 34.5 %, leukosit 10.71 U/L, eritrosit 4.57 U/L.
5. Diagnosis Awal
G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 Minggu + BSC 1x + Prematur Kontraksi
6. Rencana Tindakan
Lapor dokter. Sp.OG, advice :
Pro Sectio Caesarea a/i Prematur Kontraksi
Informed Consent SC
Konsul Anastesi
Hubungi Perinatologi
Pasang Foley Catheter
Inj. Ceftriaxone 2 gr IV (skin test dahulu)
7
Dengan tarikan ringan pada tali pusat, dilahirkan lengkap plasenta
pukul 10.33 WIT
Eksplorasi kavum uteri dengan kasa dan betadine
Dilakukan penjahitan pada SBU dengan vicryl No.1
Jahit dinding abdomen lapis demi lapis
Peritonium di jahit dengan vicryl No. 2.0
Fascia dijahit dengan vicryl No.1
Kulit dijahit dengan Vicryl No.3.0 dengan teknik subcuticular
Luka jahitan di tutup
Perdarahan intraoperasi ± 150 cc
Operasi selesai
I. IDENTITAS BAYI
Nama Inisial : By. Ny. S.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dok VIII Atas
BB/PB : 2500gr/45Cm
Apgar Score menit 1/5 : 6/8
Diagnosa : NCB/SMK/ Sectio Caesarea dari Ibu P3A0
Suku Bangsa : Serui
Agama : Kristen Protestan
No. DM : 250997
Tanggal MRS / Jam : 10-09-2022 / 16.30 WIT
8
Foto Klinis Bayi
4
2
2
3
3
17
9
18 + 17 = 35
10
8. Diagnosa Pasca Bedah
P3A0 Partus Prematurus dengan SC a/i Prematur Kontraksi + BSC 1x
9. Penatalaksanaan
- IVFD RL 500 cc 20 tpm + 2 amp Oxytosin + 1gr Methergin
- Inj. Ceftriaxone 2x 1 gr (IV)
- Drip metronidazole 3 x 500 mg (IV)
- Inj. Kalnex 3x 1 amp (IV)
- Inj. Ketorolac 3x1 (IV)
- Pronalges Supp 3x100 mg (Rectal)
- Drip PCT 3x1000mg (IV)
- GV + Daryantul
- DC 1x24 Jam
11
BAB III
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis saat masuk dan saat keluar pada pasien ini sudah tepat ?
Diagnosis pada saat masuk pasien ini kurang tepat.
Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu +
BSC 1X. Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
subyektif yang didapat dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan.
Pada kasus ini pasien di diagnosis awal dengan G3P2A0 Gravida Preterm 35-36
minggu + BSC 1x. Dari anamnesis pasien mengaku hamil 8 bulan, dengan kehamilan
yang ke-tiga, pernah melahirkan 2 kali, dan tidak pernah mengalami keguguran, datang
dengan keluhan mules-mules yang dirasakan hilang timbul tidak disertai keluar lendir
bercampur sedikit darah dari jalan lahir yang merupakan tanda inpartu.
Pasien mengatakan lupa hari pertama haid terakhir (HPHT), sehingga dari
pemeriksaan usia kehamilan dilihat dari tinggi fundus uteri, yaitu 30 Cm yang
didapatkan usia kehamilan 35-36 minggu.
Dan dari pemeriksaan fisik obstetric dilakukan Pemeriksaan Luar pada Tinggi Fundus
Uterus (TFU) yaitu 30 Cm, letak anak memanjang, punggung kanan, letak kepala,
didapatkan Denyut Jantung janin 132x/menit, HIS 2x/10’/20’’, dan TBBJ 2635 gr
(Jhonson Toshack). Dan dari Pemeriksaan Dalam pada Vulva/Vagina tidak ada kelainan,
Portio, tipis, lunak, arah posterior, pembukaan 1 Cm, ketuban masih utuh, dan presentasi
belakang kepala, station (-4),sutura sagitalis sulit dinilai, sehingga seharusnya pasien di
diagnosis dengan G3P2A0 Parturien Preterm 35-35 minggu + Prematur Kontraksi
+ BSC 1x karena saat datang pasien sudah mengalami kontraksi dan sudah ada
pembukaan serviks yaitu 1 cm.
Dengan demikian dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pasien di diagnosa dengan
“G3P2A0 Parturien Preterm 35-36 minggu + Prematur Kontraksi +BSC 1x”.
Setelah di ketahui bahwa ini adalah kehamilan preterm dan adanya pembukaan
serviks 1 cm akibat premature kontraksi maka pasien dirawat selama 2 hari di Ruang
Kebidanan untuk menunda persalinan dan diberikan obat golongan tokolitik yaitu
nifedipin untuk menghambat kontraksi uterus, kemudian diberikan pematangan paru
12
yaitu dexamethasone selama 2 hari, dan juga pemberian MgSO4 sebagai brain protector
untuk mengurangi risiko anak mengalami cerebral pasly.
13
Faktor Risiko Persalinan Prematur
Persalinan preterm dapat disebabkan dari faktor maternal, janin, paternal,
lingkungan, dan genetik.
14
7. Kortikosteroid dosis tunggal dapat dipertimbangkan sejak usia kehamilan 23 minggu
pada wanita hamil dengan risiko persalinan preterm yang akan lahir dalam 7 hari tanpa
mempertimbangkan status membran (rekomendasi level B).
8. Pemberian ulang kortikosteroid tunggal pada wanita dengan kehamilan kurang dari 34
minggu yang berisiko lahir dalam 7 hari ke depan dan telah mendapat kortikosteroid
lebih dari 14 hari sebelumnya (rekomendasi level B).
9. Tirah baring dan hidrasi tidak efektif mencegah persalinan preterm dan tidak secara
rutin direkomendasikan (rekomendasi level B).
15
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?
Pada pasien ini, dilakukan pertolongan persalinan dengan sectio caesarea a/I
prematur kontraksi. Namun persalinan dengan section caesarea a/I
prematur kontraksi ini kurang tepat karena pasien dengan premature
kontraksi dapat ditunda persalinannya terlebih dahulu dan memberikan obat
golongan tokolitik yaitu nifedipin untuk menghambat kontraksi uterus,
apabila dengan pemberian obat nifedipin mengurangi kontraksi uterus maka
pasien dapat dipulangkan dan diberikan pengantar apabila merasakan mules-
mules yang semakin sering dan bertambah kuat dan juga adanya keluar air-air
dari jalan lahir serta keluar lendir bercampur sedikit darah pasien dapat
kembali ke IGD Kebidanan. Indikasi penatalaksanaan persalinan yang
tepat pada kasus ini adalah dengan section caesarea pada pasien karena
adanya bekas section caesare 1x.
Definisi Bekas Seksio Sesarea
Bekas seksio sesarea adalah ibu yang pernah mengalami pembedahan atau
seksio sesarea untuk mengakhiri kehamilan sebelumnya, maupun operasi-
operasi lain (miomektomi) yang irisannya menembus hingga mencapai
kavum uteri
Indikasi seksio sesarea
1. Faktor Ibu
a. Cephalopelvic Disproportion (CPD) : absolut merupakan suatu
kondisi tidak seimbang antara ukuran janin yang terlalu besar
dibandingkan dengan rongga tulang panggul sehinggga tidak dapat
dilakukan persalinan per vaginam. Cephalopelvic Disproportion
(CPD) relatif adalah kondisi ketika janin terlalu besar bagi tulang
panggul karena adanya kondisi presentasi alis dan presentasi
campuran
b. Pre-eklamsia-eklamsia Preeklamsia : merupakan hipertensi yang
timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dan disertai dengan
proteinurea. Eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan
kejang-kejang dan atau tanpa koma. Indikasi seksio sesarea dilakukan
apabila terjadi preeklamsia berat yang tidak membaik setelah rawat
23
inap karena pelahiran janin atau terminasi kehamilan segera
merupakan penyembuhan bagi preeklamsia
c. Ketuban Pecah Dini : merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Normalnya selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah terjadi karena adanya kontraksi uterus dan
perenggangan berulang. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal yang fisiologis sedangkan ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur menandakan adanya beberapa hal misalnya
adanya infeksi yang berasal dari vagina. Indikasi seksio sesarea pada
ketuban pecah dini yaitu bila : - kehamilan > 37 minggu dan gagal
dinduksi dengan oksitosin. - kehamilan >37 minggu dan gagal
diinduksi setelah dilakukan pematangan serviks dan skor pelvik <5.
d. Partus lama : disebut sebagai kegagalan kemajuan proses
persalinan, persalinan memanjang, kegagalan dilatasi serviks, atau
kegagalan penurunan kepala janin. Partus lama disebabkan oleh
kontraksi uterus yang tidak kuat, tulang panggul yang sempit, atau
kondisi janin yang mengalami kelainan misalnya maksrosomia janin,
hidrosefalus, malpresentase, ekstensi yang ekstrim atau kemiringan ke
arah lateral kepala janin.
e. Bekas Seksio Sesarea : Seksio sesarea ulangan dilakukan pada
indikasi seksio sesarea sebelumnya yang bersifat absolut misalnya
sefalopelvik disproportion absolut yaitu kondisi klinis ketika janin
terlalu besar dibandingkan dengan rongga tulang panggul sehingga
tidak dapat dilakukan persalinan per vaginam.
2. Faktor Janin
a. Bayi terlalu besar (makrosomia) : merupakan perbedaan ukuran
badan dan bahu janin yang lebih besar daripada ukuran kepala janin.
Makrosomia sering terjadi pada ibu yang menderita obesitas, diabetes
mellitus, prolonged pregnancy, dan excessive fetal size or maternal
weight gain. Makrosomia merupakan faktor risiko untuk terjadinya
distosia bahu. Tindakan seksio sesarea dilakukan apabila janin luar
biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5kg) dengan ibu diabetes,
24
janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan
sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.
b. Kelainan letak janin : (i) Letak sungsang Letak sungsang adalah
janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau
kombinasi keduanya. Proses persalinan untuk letak sungsang bisa
dilakukan secara per vaginam ataupun dengan seksio sesarea, hal ini
bergantung kepada trauma persalinan, prematuritas, dan kelainan
kongenital. (ii) Letak lintang Presentase letak lintang yaitu apabila
sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu,
biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul, sedangkan kepala
berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka lainnya.
Proses persalinan dengan presentase lintang janin, awalnya bisa
dilakukan pemutaran kepala janin dengan manipulasi abdomen hingga
masuk panggul, dan posisi kepala ini harus dipertahankan di dalam
panggul selama beberapa kontraksi untuk mencoba menahan kepala
bayi di dalam panggul. Namun, apabila tindakan ini gagal, maka
tindakan seksio seksio sesarea harus segera dilakukan
c. Gawat janin : dalam persalinan ditandai dengan adanya denyut
jantung janin di atas 160/menit atau di bawah 100/menit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal
persalinan. Biasanya keadaan ini 12 diakhiri dengan persalinan secara
seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya.
d. Faktor plasenta : (i) Plasenta previa merupakan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akibatnya menutupi sebagian
atau seluruh dari ostium uteri internum. Tindakan seksio sesarea dapat
dilakukan pada semua tipe plasenta previa dalam trimester III yang
belum ada pembukaan pada servik persalinannya yang dideteksi
dengan USG transvaginal, dan terjadi perdarahan yang banyak yang
mengancam jiwa. (ii) Solusio plasenta Solusio plasenta merupakan
terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari
tempat implantasinya pada lapisan desidua endometrium sebelum
janin lahir. Tindakan seksio sesarea dilakukan apabila janin masih
25
hidup dan cukup bulan, dan persalinan pervaginan belum
menunjukaan tanda-tanda untuk persalinan.
e. Kelainan tali pusat : (i) Prolapsus funikuli (tali pusat menumbung)
Tali pusat menumbung apabila tali pusat keluar melalui ketuban yang
sudah pecah menuju serviks dan turun ke vagina dan mengakibatkan
tekanan 13 pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
sehingga mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Apabila
tidak dikoreksi dengan cepat akan mengakibatkan kematian janin
dengan cepat. Tindakan seksio sesarea dapat mengurangi bahaya pada
ibu dan janin daripada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada
pembukaan yang belum lengkap.
f. Janin kembar Persalinan dengan seksio sesarea pada janin kembar
apabila presentase janin bukan verteks dan kehamilan kembar dengan
jumlah janin banyak.
26
rendah, pelvis adekuat, tidak terdapat ruptur uterus, dokter mudah
dihubungi, tersedianya anestesi dan sarana untuk SC emergensi.
Berdasarkan skor VBAC dapat disimpulkan bahwa pasien berusia 26 tahun ( < 40
tahun = 2 poin ), memiliki satu riwayat persalinan pervaginam sebelum riwayat
persalinan dengan sectio caesarea (1 poin), pendataran dan penipisan serviks saat
tiba di Rumah Sakit dalam keadaan inpartu (1 poin). Maka dari parameter tersebut
didapatkan VBAC skor = 4 yang dimana interpretasinya pada pasien ini dapat
melahirkan pervaginam. Berarti tatalaksana persalinan secara sectio caesarea
a/i BSC 1x juga kurang tepat karena menurut VBAC Skor, pasien dapat
melahirkan pervaginam.
27
BAB I
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini kurang tepat, dikarenakan pasien tidak pernah
melakukan antenal care (ANC) secara rutin selama hamil ini, pasien juga
tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter Sp.OG.
Kurangnya informasi dalam anamnesa, serta kurang teliti dalam
melakukan pemeriksaan fisik obstetrik dan tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk membantu menegakkan diagnosis.
28
DAFTAR PUSTAKA
29