Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

PARTUS PREMATURUS DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS


INDIKASI PREMATUR KONTRAKSI DAN BEKAS SECTIO CAESAREA
1X
Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir Kepaniteraan Klinik Madya Di bagian
SMF Obstetri dan Gynekologi di Rumah Sakit Umum Jayapura

Oleh :

Kezia A Rumsowek

Pembimbing :

dr. Josef W. Wattimury Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan, diterima, dan disetujui oleh penguji, Laporan Kasus


dengan judul :

PARTUS PREMATURUS DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS


INDIKASI PREMATUR KONTRAKSI DAN BEKAS SECTIO CAESAREA
1X
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir Akhir Kepaniteraan Klinik
Madya Di bagian SMF Obstetri dan Gynekologi Rumah Sakit Umum Jayapura

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Menyetujui dosen

Pembimbing /Penguji

dr. Josef Wattimury Sp.OG


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu setelah dianggap viabel. Insidens persalinan preterm
berbeda-beda antar negara. Di Amerika Serikat, insidens meningkat dari 9,5%
pada tahun 1981 menjadi 12,7% pada tahun 2005. Sementara itu, di Eropa dan
negara berkembang, insidens berkisar 5-9%. Angka persalinan preterm di
Indonesia mencapai 15,5% pada tahun 2010.
Persalinan preterm berkontribusi langsung terhadap risiko morbiditas dan
mortalitas maternal, janin, dan neonatus. Pada neonatus, defisit neurokognitif,
disfungsi paru, dan gangguan penglihatan menjadi efek dari persalinan
preterm. Sementara itu, kematian janin intrauterin, pertumbuhan janin
terhambat, sepsis awitan dini, perdarahan intraventrikel, serebral palsi,
anemia, konstipasi, dan sindrom twin-twin transfusion berkaitan erat dengan
kejadian persalinan preterm.
Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.
Persalinan dengan metode SC dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari
sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada
janin, serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun
janin. Menurut World Health Organization (WHO) standar rata-rata operasi
Sectio Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Data WHO Global Survey on Maternal
and Perinatal Health 2011 menunjukkan 46,1% dari seluruh kelahiran melalui
SC. Menurut statistik tentang 3.509 kasus SC yang disusun oleh Peel dan
Chamberlain, indikasi untuk SC adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat
janin 14%, Plasenta previa 11%, pernah SC 11%, kelainan letak janin 10%,
pre eklampsia dan hipertensi 7%. Di China salah satu negara dengan SC
meningkat drastis dari 3,4% pada tahun 1988 menjadi 39,3% pada tahun 2010.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah diagnosis pasiennya sudah tepat ?
2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?

1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IdentitasPasien
Nama : Ny. S.S
Umur : 26 Tahun
Alamat : Dok VIII Atas
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Serui/Papua
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 10/09/2022
Jaminan : KPS

2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Pasien datang dengan membawa pengantar dari PKM Imbi dengan
diagnosa G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu + BSC 1x.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien G3P2A0 mengaku hamil 8 bulan, datang membawa pengantar dari
PKM dengan diagnosa G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu + Prematur
Kontraksi + BSC 1x Pro SC. Pasien mengaku merasakan mules-mules
hilang timbul (+), keluar air-air dari jalan lahir (-), berbau (-), keluar lendir-
lendir bercampur darah dari jalan lahir (-), perdarahan aktif dari jalan lahir
(-), gerakan janin dirasakan aktif (+), keputihan (-), gatal (-), bau (-).

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat hipertensi, diabetes melitus, jantung, asma dan alergi disangkal.

4. Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat hipertensi, diabetes melitus, jantung, asma dan alergi disangkal.

2
5. Riwayat Pernikahan:
Suami : 22 tahun, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : SWASTA
Istri : 25 tahun, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : IRT
Pernikahan ke : Belum menikah, Suami ke: I
Dengan suami sekarang : ± 2 tahun

6. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 15 tahun
 Siklus haid : Teratur 28 hari
 Gejala penyerta : Nyeri Haid (-)
 HPHT : 01-01-2022
 TP : 08-10-2022

7. Riwayat Obstetrik (G3P2A0)

Tempat Jenis Umur


No. Penolong JK BB Lahir Hidup/Mati
Bersalin persalinan Sekarang

I Rumah Mama Spontan Laki-laki 2800gr 2 Tahun Hidup

II RS Dokter SC Perempuan 3500gr 1 Tahun Hidup

III HAMIL INI

8. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)


ANC : 1x
PKM : 1x
dr. Sp.OG : -
Imunisasi TT : -

9. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi sebelum hamil


Jenis kontrasepsi : -

3
10. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien belum menikah sah, tinggal bersama ± 2 tahun, pasien bekerja
sebagai IRT dan suami pekerjaan swasta.

2.3 Pemeriksaan Fisik


1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 155 cm

2. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 105 x/m
 Respirasi : 21 x/m
 Suhu badan : 36.7 0C
 Sp02 : 99% spontan

Status Generalis

Kepala : Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat
isoskor, refleks cahaya (+/+)

Hidung : Deformitas (-), diviasi (-), sekret (-/-), darah (-/-),


nyeri tekan sinus (-)

Telinga : Deformitas (-), sekret (-/-)

Mulut : Bibir sianosis (-), oral candidiasis (-)


Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Paru : Suara napas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada,

Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, gallop (-), murmur (-)

4
Abdomen : Inspeksi : Tampak cembung

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2’’, edema (-/-)

Refleks : Dalam Batas Normal

3. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar :
 TFU : 30 cm
 LA : Memanjang, punggung kanan, letak kepala, penurunan
kepala 4/5
 DJJ : 132 x/menit

 HIS : 2x/10’/20’’
 TBBJ : 2635 gram (Jhonson Tossack)

Pemeriksaan dalam :

Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tipis, lunak arah posterior

Pembukaan : 1 cm

Ketuban : (+)

Presentasi : Belakang Kepala, station (-4), sutura sagitalis sulit


dinilai

3. Pemeriksaan Penunjang

5
Pemeriksaan Laboratorium (10-09-2022)

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 11.5 11.0 - 14.7 g/dL

Hematokrit 34.5 35.2 - 46.7 %

Leukosit 10.71 3.37 - 8.38 x 103 Unit/Liter

Trombosit 294 140 - 400 x 103 Unit/Liter

Eritrosit 4.57 3.69 – 5.46 x 106 Unit/Liter


Malaria Negatif
PT 10.8 10.2-12.1 Detik
APTT 27.2 24.8-34.4 Detik
GDS 93 <= 140 mg/dL
HBsAg Non Reaktif
Anti HIV -

 Pemeriksaan Cardiotokografi (CTG) : Tidak dilakukan


 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) : Tidak dilakukan

4. RESUME
Pasien atas nama Ny. S.S (26 thn) G3P2A0 datang ke IGD kebidanan
RSUD Dok II. Pasien G3P2A0 mengaku hamil 8 bulan, datang membawa
pengantar dari PKM dengan diagnosa G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu
+ Prematur Kontraksi + BSC 1x Pro SC. Pasien mengaku merasakan mules-
mules hilang timbul (+), keluar air-air dari jalan lahir (-), berbau (-), keluar
lendir-lendir bercampur darah dari jalan lahir (-), perdarahan aktif dari jalan
lahir (-), gerakan janin dirasakan aktif (+), keputihan (-), gatal (-), bau (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, BB 65kg, TB 155 Cm, tanda-
tanda vital berupa tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 105x/m, respirasi 21x/m,
suhu badan 36.7 °C, saturasi oksigen 99% spontan. Pada pemeriksaan status
generalis tidak didapatkan konjungtiva anemis (-/-). Dari pemeriksaan obstetric
pada pemeriksaan luar didapatkan TFU 30 Cm, DJJ 132x/menit, TBBJ 2635 gr
(Jhonson Toshack), HIS 2x/10’/20’’, letak anak memanjang, punggung kanan,

6
letak kepala, penururnan kepala 4/5. Pada pemeriksaaan dalam didapatkan
vulva/vagina tidak ada kelainan, portio tipis, lunak, arah posterior, pembukaan
1Cm, ketuban (+), presentasi belakang kepala, station (-4), sutura sagitalis sulit
dinilai.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hemoglobin 11.5
g/dL, hematokrit 34.5 %, leukosit 10.71 U/L, eritrosit 4.57 U/L.

5. Diagnosis Awal
G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 Minggu + BSC 1x + Prematur Kontraksi

6. Rencana Tindakan
Lapor dokter. Sp.OG, advice :
 Pro Sectio Caesarea a/i Prematur Kontraksi
 Informed Consent SC
 Konsul Anastesi
 Hubungi Perinatologi
 Pasang Foley Catheter
 Inj. Ceftriaxone 2 gr IV (skin test dahulu)

7. Laporan Operasi Sectio Caesarea


 Pasien dalam posisi tidur terlentang di atas meja operasi dalam anestesi
spinal
 Dilakukan aseptik dan antisepsik daerah operasi dan sekitarnya
 Dilakukan sayatan pfannenstiel, abdomen ditembus secara tajam dan
tumpul
 Setelah peritoneum dibuka tampak uterus gravidarum, insisi SBU
secara semilunar, SBU ditembus secara tumpul. Keluar air ketuban
jernih
 Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan pukul : 10.28 WIT,
BB: 2500 gram, PB: 45 cm, Apgar Score menit pertama: 6 , menit
kelima :8, sisa ketuban jernih, NBS : 35 (NCB/BMK)
 Injeksi oxytocin 1 ampul dan 1 ampul metergin pada fundus uteri.

7
 Dengan tarikan ringan pada tali pusat, dilahirkan lengkap plasenta
pukul 10.33 WIT
 Eksplorasi kavum uteri dengan kasa dan betadine
 Dilakukan penjahitan pada SBU dengan vicryl No.1
 Jahit dinding abdomen lapis demi lapis
 Peritonium di jahit dengan vicryl No. 2.0
 Fascia dijahit dengan vicryl No.1
 Kulit dijahit dengan Vicryl No.3.0 dengan teknik subcuticular
 Luka jahitan di tutup
 Perdarahan intraoperasi ± 150 cc
 Operasi selesai

I. IDENTITAS BAYI
Nama Inisial : By. Ny. S.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dok VIII Atas
BB/PB : 2500gr/45Cm
Apgar Score menit 1/5 : 6/8
Diagnosa : NCB/SMK/ Sectio Caesarea dari Ibu P3A0
Suku Bangsa : Serui
Agama : Kristen Protestan
No. DM : 250997
Tanggal MRS / Jam : 10-09-2022 / 16.30 WIT

8
Foto Klinis Bayi

4
2
2

3
3

17

9
18 + 17 = 35

10
8. Diagnosa Pasca Bedah
P3A0 Partus Prematurus dengan SC a/i Prematur Kontraksi + BSC 1x

9. Penatalaksanaan
- IVFD RL 500 cc 20 tpm + 2 amp Oxytosin + 1gr Methergin
- Inj. Ceftriaxone 2x 1 gr (IV)
- Drip metronidazole 3 x 500 mg (IV)
- Inj. Kalnex 3x 1 amp (IV)
- Inj. Ketorolac 3x1 (IV)
- Pronalges Supp 3x100 mg (Rectal)
- Drip PCT 3x1000mg (IV)
- GV + Daryantul
- DC 1x24 Jam

11
BAB III
PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosis saat masuk dan saat keluar pada pasien ini sudah tepat ?
Diagnosis pada saat masuk pasien ini kurang tepat.
Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan G3P2A0 Gravida Preterm 35-36 minggu +
BSC 1X. Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
subyektif yang didapat dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang telah dilakukan.
Pada kasus ini pasien di diagnosis awal dengan G3P2A0 Gravida Preterm 35-36
minggu + BSC 1x. Dari anamnesis pasien mengaku hamil 8 bulan, dengan kehamilan
yang ke-tiga, pernah melahirkan 2 kali, dan tidak pernah mengalami keguguran, datang
dengan keluhan mules-mules yang dirasakan hilang timbul tidak disertai keluar lendir
bercampur sedikit darah dari jalan lahir yang merupakan tanda inpartu.
Pasien mengatakan lupa hari pertama haid terakhir (HPHT), sehingga dari
pemeriksaan usia kehamilan dilihat dari tinggi fundus uteri, yaitu 30 Cm yang
didapatkan usia kehamilan 35-36 minggu.
Dan dari pemeriksaan fisik obstetric dilakukan Pemeriksaan Luar pada Tinggi Fundus
Uterus (TFU) yaitu 30 Cm, letak anak memanjang, punggung kanan, letak kepala,
didapatkan Denyut Jantung janin 132x/menit, HIS 2x/10’/20’’, dan TBBJ 2635 gr
(Jhonson Toshack). Dan dari Pemeriksaan Dalam pada Vulva/Vagina tidak ada kelainan,
Portio, tipis, lunak, arah posterior, pembukaan 1 Cm, ketuban masih utuh, dan presentasi
belakang kepala, station (-4),sutura sagitalis sulit dinilai, sehingga seharusnya pasien di
diagnosis dengan G3P2A0 Parturien Preterm 35-35 minggu + Prematur Kontraksi
+ BSC 1x karena saat datang pasien sudah mengalami kontraksi dan sudah ada
pembukaan serviks yaitu 1 cm.
Dengan demikian dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pasien di diagnosa dengan
“G3P2A0 Parturien Preterm 35-36 minggu + Prematur Kontraksi +BSC 1x”.
Setelah di ketahui bahwa ini adalah kehamilan preterm dan adanya pembukaan
serviks 1 cm akibat premature kontraksi maka pasien dirawat selama 2 hari di Ruang
Kebidanan untuk menunda persalinan dan diberikan obat golongan tokolitik yaitu
nifedipin untuk menghambat kontraksi uterus, kemudian diberikan pematangan paru

12
yaitu dexamethasone selama 2 hari, dan juga pemberian MgSO4 sebagai brain protector
untuk mengurangi risiko anak mengalami cerebral pasly.

Diagnosis pada saat keluar pasien ini kurang tepat.


Pada kasus ini diagnosis saat keluar pada pasien ini adalah kurang tepat,
karena diagnosis saat keluar adalah P3A0 Partus Prematurus dengan SC a/i
Prematur Kontraksi + BSC 1x, yang seharusnya diagnosis keluar yang tepat adalah
P3A0 Partus Prematurus dengan SC a/i BSC 1x, karena indikasi sectio caesarea
pada kasus ini adalah bekas sectio1x bukan karena preamtur kontraksi.

Definisi Persalinan Prematur

Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan pada usia kehamilan kurang


dari 37 minggu setelah dianggap viabel. Insidens persalinan preterm berbeda-beda antar
negara. Di Amerika Serikat, insidens meningkat dari 9,5% pada tahun 1981 menjadi
12,7% pada tahun 2005.1 Sementara itu, di Eropa dan negara berkembang, insidens
berkisar 5-9%.2 Angka persalinan preterm di Indonesia mencapai 15,5% pada tahun
2010.
Persalinan preterm berkontribusi langsung terhadap risiko morbiditas dan
mortalitas maternal, janin, dan neonatus. Pada neonatus, defisit neurokognitif, disfungsi
paru, dan gangguan penglihatan menjadi efek dari persalinan preterm. Sementara itu,
kematian janin intrauterin, pertumbuhan janin terhambat, sepsis awitan dini, perdarahan
intraventrikel, serebral palsi, anemia, konstipasi, dan sindrom twin-twin transfusion
berkaitan erat dengan kejadian persalinan preterm.

Klasifikasi Persalinan Prematur


Secara umum, persalinan preterm dibagi menjadi 4, yaitu: „ Sangat-sangat
preterm: usia kehamilan kurang dari 28 minggu (5%) „ Sangat preterm: usia kehamilan
antara 28- 31 minggu (15%) „ Preterm sedang: usia kehamilan 32-33 minggu (20%) „
Mendekati aterm: usia kehamilan 34-36 minggu (60-70%) Prekursor obstetri yang
menyebabkan persalinan preterm dapat dibagi menjadi persalinan akibat indikasi
maternal atau janin (30-35%), persalinan preterm spontan dengan membran utuh (40-
45%), dan ketuban pecah dini (KPD) preterm (25-30%).

13
Faktor Risiko Persalinan Prematur
Persalinan preterm dapat disebabkan dari faktor maternal, janin, paternal,
lingkungan, dan genetik.

Mekanisme Persalinan Prematur


Mekanisme persalinan preterm tidak berbeda dengan persalinan aterm, yaitu
kontraktilitas uterus, pematangan serviks, dan ruptur membran. Perbedaan fundamental
ialah bahwa proses aktivasi pada persalinan aterm merupakan bagian dari aktivasi
fisiologis, sedangkan pada persalinan preterm bersifat patologis. Jalur lazim persalinan
dapat dilihat berdasarkan anatomi, biokimia, imunologi, endokrinologi, dan gejala
klinis. Aktivasi komponen uterus dapat bersifat sinkron dan asinkron. Aktivasi sinkron
akan berujung pada persalinan preterm spontan; sedangkan aktivasi asinkron
menimbulkan fenotip yang berbeda. Sebagai contoh aktivasi membran akan
menyebabkan KPD preterm, aktivasi serviks menyebabkan insufisiensi serviks, dan
aktivasi miometrium menyebabkan kontraksi uterus preterm.

Tatalaksana Persalinan Prematur


Berdasarkan ACOG, rekomendasi tatalaksana pada ancaman persalinan preterm
sebagai berikut:
1. Kortikosteroid dosis tunggal direkomendasikan pada wanita dengan usia kehamilan 24-
34 minggu dengan risiko persalinan dalam 7 hari (rekomendasi level A)
2. Magnesium sulfat dapat menurunkan derajat keparahan dan risiko serebral palsi pad78a
bayi ketika dilahirkan sebelum usia kehamilan 32 minggu (rekomendasi level A).
3. Tokolitik lini pertama dengan terapi agonis beta adrenergic, calcium channel blocker,
NSAID untuk pemanjangan kehamilan hingga 48 jam (pemberian steroid antenatal)
direkomendasikan (rekomendasi level A).
4. Terapi maintenance dengan tokolisis untuk mencegah persalinan preterm dan
meningkatkan luaran neonatus tidak direkomendasikan (rekomendasi level A).
5. Pemberian antibiotik sebaiknya tidak diberikan untuk memperpanjang kehamilan atau
meningkatkan luaran neonatus pada wanita dengan persalinan preterm dengan membran
intak (rekomendasi level A).
6. Pada wanita dengan ruptur membran atau kehamilan multipel yang berisiko akan lahir
dalam 7 hari, pemberian kortikosteroid dosis tunggal direkomendasikan pada kehamilan
24-34 minggu (rekomendasi level B)

14
7. Kortikosteroid dosis tunggal dapat dipertimbangkan sejak usia kehamilan 23 minggu
pada wanita hamil dengan risiko persalinan preterm yang akan lahir dalam 7 hari tanpa
mempertimbangkan status membran (rekomendasi level B).
8. Pemberian ulang kortikosteroid tunggal pada wanita dengan kehamilan kurang dari 34
minggu yang berisiko lahir dalam 7 hari ke depan dan telah mendapat kortikosteroid
lebih dari 14 hari sebelumnya (rekomendasi level B).
9. Tirah baring dan hidrasi tidak efektif mencegah persalinan preterm dan tidak secara
rutin direkomendasikan (rekomendasi level B).

15
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat?

Pada pasien ini, dilakukan pertolongan persalinan dengan sectio caesarea a/I
prematur kontraksi. Namun persalinan dengan section caesarea a/I
prematur kontraksi ini kurang tepat karena pasien dengan premature
kontraksi dapat ditunda persalinannya terlebih dahulu dan memberikan obat
golongan tokolitik yaitu nifedipin untuk menghambat kontraksi uterus,
apabila dengan pemberian obat nifedipin mengurangi kontraksi uterus maka
pasien dapat dipulangkan dan diberikan pengantar apabila merasakan mules-
mules yang semakin sering dan bertambah kuat dan juga adanya keluar air-air
dari jalan lahir serta keluar lendir bercampur sedikit darah pasien dapat
kembali ke IGD Kebidanan. Indikasi penatalaksanaan persalinan yang
tepat pada kasus ini adalah dengan section caesarea pada pasien karena
adanya bekas section caesare 1x.
Definisi Bekas Seksio Sesarea
Bekas seksio sesarea adalah ibu yang pernah mengalami pembedahan atau
seksio sesarea untuk mengakhiri kehamilan sebelumnya, maupun operasi-
operasi lain (miomektomi) yang irisannya menembus hingga mencapai
kavum uteri
Indikasi seksio sesarea
1. Faktor Ibu
a. Cephalopelvic Disproportion (CPD) : absolut merupakan suatu
kondisi tidak seimbang antara ukuran janin yang terlalu besar
dibandingkan dengan rongga tulang panggul sehinggga tidak dapat
dilakukan persalinan per vaginam. Cephalopelvic Disproportion
(CPD) relatif adalah kondisi ketika janin terlalu besar bagi tulang
panggul karena adanya kondisi presentasi alis dan presentasi
campuran
b. Pre-eklamsia-eklamsia Preeklamsia : merupakan hipertensi yang
timbul setelah usia kehamilan 20 minggu dan disertai dengan
proteinurea. Eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan
kejang-kejang dan atau tanpa koma. Indikasi seksio sesarea dilakukan
apabila terjadi preeklamsia berat yang tidak membaik setelah rawat

23
inap karena pelahiran janin atau terminasi kehamilan segera
merupakan penyembuhan bagi preeklamsia
c. Ketuban Pecah Dini : merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Normalnya selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Ketuban pecah terjadi karena adanya kontraksi uterus dan
perenggangan berulang. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal yang fisiologis sedangkan ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur menandakan adanya beberapa hal misalnya
adanya infeksi yang berasal dari vagina. Indikasi seksio sesarea pada
ketuban pecah dini yaitu bila : - kehamilan > 37 minggu dan gagal
dinduksi dengan oksitosin. - kehamilan >37 minggu dan gagal
diinduksi setelah dilakukan pematangan serviks dan skor pelvik <5.
d. Partus lama : disebut sebagai kegagalan kemajuan proses
persalinan, persalinan memanjang, kegagalan dilatasi serviks, atau
kegagalan penurunan kepala janin. Partus lama disebabkan oleh
kontraksi uterus yang tidak kuat, tulang panggul yang sempit, atau
kondisi janin yang mengalami kelainan misalnya maksrosomia janin,
hidrosefalus, malpresentase, ekstensi yang ekstrim atau kemiringan ke
arah lateral kepala janin.
e. Bekas Seksio Sesarea : Seksio sesarea ulangan dilakukan pada
indikasi seksio sesarea sebelumnya yang bersifat absolut misalnya
sefalopelvik disproportion absolut yaitu kondisi klinis ketika janin
terlalu besar dibandingkan dengan rongga tulang panggul sehingga
tidak dapat dilakukan persalinan per vaginam.
2. Faktor Janin
a. Bayi terlalu besar (makrosomia) : merupakan perbedaan ukuran
badan dan bahu janin yang lebih besar daripada ukuran kepala janin.
Makrosomia sering terjadi pada ibu yang menderita obesitas, diabetes
mellitus, prolonged pregnancy, dan excessive fetal size or maternal
weight gain. Makrosomia merupakan faktor risiko untuk terjadinya
distosia bahu. Tindakan seksio sesarea dilakukan apabila janin luar
biasa besar (>5 kg), janin sangat besar (>4,5kg) dengan ibu diabetes,

24
janin besar (>4 kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan
sebelumnya, kala II yang memanjang dengan janin besar.
b. Kelainan letak janin : (i) Letak sungsang Letak sungsang adalah
janin letak memanjang dengan bagian terendahnya bokong, kaki, atau
kombinasi keduanya. Proses persalinan untuk letak sungsang bisa
dilakukan secara per vaginam ataupun dengan seksio sesarea, hal ini
bergantung kepada trauma persalinan, prematuritas, dan kelainan
kongenital. (ii) Letak lintang Presentase letak lintang yaitu apabila
sumbu panjang janin tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu,
biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul, sedangkan kepala
berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka lainnya.
Proses persalinan dengan presentase lintang janin, awalnya bisa
dilakukan pemutaran kepala janin dengan manipulasi abdomen hingga
masuk panggul, dan posisi kepala ini harus dipertahankan di dalam
panggul selama beberapa kontraksi untuk mencoba menahan kepala
bayi di dalam panggul. Namun, apabila tindakan ini gagal, maka
tindakan seksio seksio sesarea harus segera dilakukan
c. Gawat janin : dalam persalinan ditandai dengan adanya denyut
jantung janin di atas 160/menit atau di bawah 100/menit, denyut
jantung tidak teratur, atau keluarnya mekonium yang kental pada awal
persalinan. Biasanya keadaan ini 12 diakhiri dengan persalinan secara
seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya.
d. Faktor plasenta : (i) Plasenta previa merupakan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akibatnya menutupi sebagian
atau seluruh dari ostium uteri internum. Tindakan seksio sesarea dapat
dilakukan pada semua tipe plasenta previa dalam trimester III yang
belum ada pembukaan pada servik persalinannya yang dideteksi
dengan USG transvaginal, dan terjadi perdarahan yang banyak yang
mengancam jiwa. (ii) Solusio plasenta Solusio plasenta merupakan
terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari
tempat implantasinya pada lapisan desidua endometrium sebelum
janin lahir. Tindakan seksio sesarea dilakukan apabila janin masih

25
hidup dan cukup bulan, dan persalinan pervaginan belum
menunjukaan tanda-tanda untuk persalinan.
e. Kelainan tali pusat : (i) Prolapsus funikuli (tali pusat menumbung)
Tali pusat menumbung apabila tali pusat keluar melalui ketuban yang
sudah pecah menuju serviks dan turun ke vagina dan mengakibatkan
tekanan 13 pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
sehingga mengurangi atau menghilangkan sirkulasi plasenta. Apabila
tidak dikoreksi dengan cepat akan mengakibatkan kematian janin
dengan cepat. Tindakan seksio sesarea dapat mengurangi bahaya pada
ibu dan janin daripada persalinan pervaginam yang dipaksakan pada
pembukaan yang belum lengkap.
f. Janin kembar Persalinan dengan seksio sesarea pada janin kembar
apabila presentase janin bukan verteks dan kehamilan kembar dengan
jumlah janin banyak.

Penataan persalinan pada kehamilan dengan bekas seksio sesarea

Sebagai usaha untuk mengurangi angka kejadian SC, American


College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan
bahwa ibu yang memiliki riwayat SC dengan insisi uterus transversal
pada segmen bawah rahim dapat melakukan konseling untuk mencoba
melakukan persalinan normal pada kehamilan berikutnya atau yang
dikenal dengan sebutan Vaginal Birth After Cesarean-section (VBAC)
untuk menurunkan angka kejadian persalinan sesar. Keuntungan dari
melahirkan secara pervaginam adalah mortalitas maternal lebih rendah,
lama perawatan post partum lebih sedikit dan berkurangnya malposisi
serta malformasi plasenta pada kehamilan berikutnya. Banyak faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan VBAC, salah satunya riwayat
persalinan. Riwayat persalinan pervaginam, sebelum atau sesudah
persalinan sesar dapat meningkatkan prognosis persalinan pervaginam
berikutnya. Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) adalah proses
melahirkan normal pada ibu dengan riwayat persalinan sesar. Syarat
dilakukan VBAC adalah satu kali riwayat persalinan sesar transversal

26
rendah, pelvis adekuat, tidak terdapat ruptur uterus, dokter mudah
dihubungi, tersedianya anestesi dan sarana untuk SC emergensi.

Skoring VBAC menurut Flamm dan Geiger

Berdasarkan skor VBAC dapat disimpulkan bahwa pasien berusia 26 tahun ( < 40
tahun = 2 poin ), memiliki satu riwayat persalinan pervaginam sebelum riwayat
persalinan dengan sectio caesarea (1 poin), pendataran dan penipisan serviks saat
tiba di Rumah Sakit dalam keadaan inpartu (1 poin). Maka dari parameter tersebut
didapatkan VBAC skor = 4 yang dimana interpretasinya pada pasien ini dapat
melahirkan pervaginam. Berarti tatalaksana persalinan secara sectio caesarea
a/i BSC 1x juga kurang tepat karena menurut VBAC Skor, pasien dapat
melahirkan pervaginam.

27
BAB I

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada kasus ini kurang tepat, dikarenakan pasien tidak pernah
melakukan antenal care (ANC) secara rutin selama hamil ini, pasien juga
tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan di dokter Sp.OG.
Kurangnya informasi dalam anamnesa, serta kurang teliti dalam
melakukan pemeriksaan fisik obstetrik dan tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk membantu menegakkan diagnosis.

2. Pada pasien ini, dilakukan pertolongan persalinan dengan section caesarea


a/i prematur kontraksi. Namun persalinan dengan section caesarea a/i
prematur kontraksi ini kurang tepat karena pasien dengan premature
kontraksi dapat ditunda persalinannya terlebih dahulu dan memberikan
obat golongan tokolitik yaitu nifedipin untuk menghambat kontraksi
uterus. Indikasi penatalaksanaan persalinan yang tepat pada kasus ini
adalah dengan section caesarea pada pasien karena adanya bekas section
caesare 1x.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Raymond Surya, Sri Pudyastuti. Persalinan Preterm. Continuining Medical


Education. file:///C:/Users/acer/Downloads/533-901-1-SM.pdf
2. Dr.Sriyana Herman, Dr.Hermanto Joewono. Buku Acuan Persalinan Kurang
Bulan (Prematur). Yayasan Avicenna Kendari.
3. Yolanda Geraldy. Profil Persalinan Seksio Sesarea Pada Hipertensi Dalam Kehamilan
Berdasarkan Hasil Luaran Ibu Di Rsia Sitti Khadijah 1 Muhammadiyah Makassar
Periode Desember 2018 – November 2019.
4. Sholikhah Wahyu Subekti. Indikasi Persalinan Seksio Sesarea.
file:///C:/Users/acer/Downloads/admin,+1119+Sholikhah+Wahyu+Subekti.pd
f
5. Anggy Afriani. Kasus Persalinan Persalinan Persalinan Persalinan Dengan Bekas
Seksio Sesarea Sesarea Sesarea Sesarea Menurut Menurut Menurut Menurut Keadaan
Keadaan Keadaan Keadaan Waktu Masuk Di Bagian Obstetri Obstetri Obstetri
Obstetri Dan Ginekologi Ginekologi Ginekologi Ginekologi Rsup Dr.M.Djamil
Dr.M.Djamil Dr.M.Djamil Dr.M.Djamil Padang.
6. Daning Yuniartika, Yonas Hadisubroto, Sheilla Rachmania. Keberhasilan Vaginal
Birth After Caesarean-Section (Vbac) Berdasarkan Riwayat Persalinan Di Rsd Dr.
Soebandi Kabupaten Jember (Successful Of Vaginal Birth After Caesarean-Section
(Vbac) Based On Labor History In Rsd Dr Soebandi Jember).
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/83673/132010101010-
Daning%20Yuniartika.pdf?sequence=1&isAllowed=y

29

Anda mungkin juga menyukai