Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

Guillain–Barré syndrome

Kezia A Rumsowek
20170811014028

Pembimbing :

dr. Prysta Aderlia Sitanggang, Sp.N


Pendahuluan

Guillain–Barré syndrome (GBS) merupakan sekumpulan gejala


dengan onset akut yang merupakan penyakit yang
diperantarai oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang
sistem saraf perifer

Guillain–Barré syndrome menyebabkan paralisis akut yang


dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian distal dan
diikuti secara cepat oleh paralisis ke empat ekstremitas yang
bersifat ascendens.
• Sindrom Guillan Bare adalah suatu polineuropati yang
Definisi bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah
1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut

• Insidensi GBS bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus


per 100.000 orang pertahun.
Epidemiologi • Insidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini
sekitar antara 56% - 80%
• Mekanisme GBS diyakini merupakan suatu neuropati inflamasi yang
disebabkan oleh reaktivitas silang antara antigen dan antibodi saraf
yang disebabkan oleh infeksi tertentu yaitu organisme menular, seperti
C. jejuni, yang memiliki struktur dinding bakteri yang mirip dengan
Etiologi gangliosida
Patogenesis
Lanjutan…
Skema Klasifikasi GBS
Jenis Gejala klinis Patofisiologi
AIDP (Acute Demielinisasi saraf motorik akibat inflamasi, kerusakan Terjadi karena makrofag menginvasi selubung mielin sehingga
Inflammatory akson menyebabka n akson tidak terselubungi
Demyeliniting Polyradiculoneuropathy)

AMAN (Acute Motor Axonal Adanya gejala pada sistem respirasi akibat terganggunya Makrofag menginvasi nodus Ranvier, masuk di antara akson
Neuropathy) saraf motorik pernapasan, degenerasi aksonal dan aksolemma sel Schwann sehingga membuat
primer selubung mielin menjadi intak

AMSAN (Acute Motor Adanya gejala disfungsi pernapasan Hampir sama dengan AMAN dengan
and Sensory Axonal karenasaraf motorik dan sensorik mengalami gangguan, keterlibatan jaras ventral dan dorsal
Neuropathy) adanya degenerasi aksonal primer dengan
prognosis buruk

CIDP (Chronic Inflammatory Bersifat kronis progresif selama berbulan-bulan. Perjalanan penyakit Kerusakan inflamatif dari mielin tersebut disebabkan oleh reaksi
Demyelinating Polyradiculoneuropathy) bervariasi dari beberapa bulan sampai 2 tahun. hipersensitivitas tipe lambat yang dimediasi oleh limfosit T

MFS (Miller Fisher Oftalmoplegia, ataksia, arefleksia Sistem konduksi yang abnormal akan
Syndrome) tetapi penyebabnya masih belum jelas
APN(Acute Dapat disertai ensefalopati (jarang) Kegagalan sistem saraf simpatis dan
Pandysautonomic Parasimpatis
Neuropathy)  

     

     
Tabel. Klasifikasi GBS, Jenis, Gejala Klinis, dan Patofisiologi
Diagnosis
• Kelemahan
• Keterlibatan Saraf kranialis
• Perubahan sensoris
Gejala klinis • Nyeri
• Perubahan otonom
• Pernapasan
Pemeriksaan Penunjang
• Ditemukan laju endap darah (LED) normal/sedikit
meningkat, leukosit normal, haemoglobin normal,
Pemeriksaan pada darah tepi didapati leukositosis
laboratorium polimorfonuklear sedang dengan pergeseran ke
bentuk yang imatur, limfosit rendah selama fase
awal dan fase aktif penyakit

LCS • - Disosiasi sitoalbumin


EMG • Gambaran poliradikuloneuropati

• MRI lumbosacral akan memperlihatkan


penebalan pada radiks kauda equina dengan
Ro: CT atau MRI peningkatan pada gadolinium. Adanya penebalan
radiks kauda equina mengindikasikan kerusakan
pada barier darah- saraf.
Diagnosis diferensial
• Miastenia gravis akut • Neuropati akibat logam berat
• Thrombosis arteri basilaris • Cedera medula spinalis
• Paralisis periodik • Poliomielitis
• Botulisme • Mielopati servikalis
• Tick paralysis
Komplikasi
• Paralisis menetap • Aritmia Jantung
• Gagal nafas • Ileus
• Hipotensi • Aspirasi
• Tromboembolisme • Retensi urin
• Pneumonia • Problem psikiatrik
Terapi Farmakologi

Kortikosteroid Plasmaparesis. Pengobatan


imunosupresan
• Imunoglobulin IV
• Obat sitotoksik
Prognosis
• Pada suatu penelitian di Belanda mengembangkan sebuah kriteria
penilaian prognostik untuk pasien yang memerlukan ventilasi mekanik
dalam seminggu yaitu Erasmus GBS Respiratory Insufficiency Score
(EGRIS).
• Kriteria penilaian prognostik lainnya sudah berkembang untuk
menentukan prognosis pasien GBS. Sebagai contoh yaitu Erasmus GBS
Outcome Score (EGOS). Kriteria penilaian prognostik EGOS berdasarkan 3
penilaian yaitu umur, skor disabilitas GBS pada saat 2 minggu setelah
masuk di rumah sakit, dan kejadian diare sebelumnya, kriteria penilaian
prognostik itu sangat akurat untuk memprediksi ketidakmampuan untuk
berjalan sendiri hingga 6 bulan.
Kesimpulan
• Sindrome Guillain barre merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai
adanya assending paralisis yang terjadi secara akut berhubungan dengan
proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus
kranialis.
• Guillain–Barré Syndrome (GBS) merupakan suatu sindroma klinis yang
ditandai adanya paralisis flaksid yang terjadi secara akut berhubungan
dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks,
dan nervus kranialis.
• Manifestasi klinis berupa kelumpuhan, gangguan fungsi otonom,
gangguan sensibilitas, dan risiko komplikasi pencernaan.
• Pemeriksaan penunjang untuk GBS adalah pemeriksaan cairan
serebrospinal, elektromiografi dan MRI.
• Terapi farmakoterapi dan terapi fisik, serta prognosis GBS tergantung pada
progresifitas penyakit, derajat degenerasi aksonal, dan umur pasien.
• Tatalaksana untuk Guillain–Barré Syndrome meliputi plasmaparesis dan
IVIg serta terapi suportif.
• Tujuan utama penatalaksanaan GBS adalah mengurangi gejala, mengobati
komplikasi, mempercepat penyembuhan dan memperbaiki prognosisnya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai