Anda di halaman 1dari 18

Journal Reading

Oleh :
Kezia A Rumsowek

Pembimbing :
dr.Josef Wattimury, Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD DOK II JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
Abstrak
● Latar Belakang: Ruptur perineum merupakan penyebab kedua perdarahan postpartum yang dapat terjadi pada hampir

setiap persalinan pervaginam. Menurut WHO, hampir 90% persalinan pervaginam mengalami robekan perineum,

dengan atau tanpa episiotomi.

● Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ruptur perineum dengan kualitas hidup ibu pasca persalinan

pervaginam berdasarkan skor Pelvic Floor Distress Inventory-20 (PFDI-20)

● Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara ruptur perineum dengan kualitas hidup wanita pasca persalinan

pervaginam

● Kata kunci: kualitas hidup, ruptur perineum, persalinan pervaginam


Pengantar
● Sekitar 70% wanita yang menjalani persalinan pervaginam akan mengalami
ruptur perineum. Ruptur perineum adalah penyebab utama kedua dari
perdarahan postpartum

● Ruptur perineum juga merupakan komplikasi persalinan yang paling umum.


Salah satu masalah yang terjadi pada wanita pasca persalinan yang sering
dijumpai adalah nyeri perineum.

● Walaupun ruptur perineum umumnya merupakan komplikasi ringan,


wanita dengan ruptur perineum dapat mengalami masalah fisik, psikologis
dan sosial .

● Kuesioner Pelvic Floor Distress Inventory Index-20 (PFDI-20) dapat


digunakan.
Metode Penelitian
• Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan studi komparatif cross sectional

• Program Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yaitu RS Pariaman, RS Achmad Mochtar, RS


Padang Panjang, RS Batu Sangkar, RS Roeksodiwiryo, dan RS Universitas Andalas mulai Agustus
2020 sampai jumlah sampel terpenuhi.

consecutive sampling, yaitu 48


• Sampel penelitian ini adalah 96 ibu postvaginal yang dipilih secara
responden dengan persalinan pervaginam dengan ruptur perineum dan 48 responden tanpa ruptur
perineum.

• Kualitas hidup diukur melalui wawancara dengan kuesioner PFDI-20 dan ruptur perineum
dikelompokkan dari data rekam medis. Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil

● Terdapat 96 responden yang terdiri dari 48 responden dengan persalinan pervaginam dengan ruptur

perineum dan 48 responden tanpa robekan perineum yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ruptur perineum dengan kualitas hidup ibu pasca

persalinan pervaginam.
Hasil
Hasil
● Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami gangguan kualitas hidup berdasarkan

skor PFDI-20 lebih tinggi pada responden dengan ruptur perineum pasca persalinan pervaginam, 46

responden (95,8%) dibandingkan yang tidak mengalami ruptur yaitu 22 ( 45,8%). Secara statistik terdapat

hubungan yang signifikan antara robekan perineum dengan kualitas hidup wanita pasca persalinan

pervaginam (p<0,05)
Diskusi
Distribusi Frekuensi Ruptur Perineum pada Persalinan Pervaginam :

● Pada kelompok subjek dengan ruptur perineum, usia termuda adalah 18 tahun dan tertua adalah 42 tahun.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Waldernstrom bahwa pada primipara risiko tertinggi

terjadinya ruptur perineum adalah pada usia 25- kelompok usia 29 tahun, sedangkan pada multipara usia 30-

34 tahun, risiko ruptur primipara tertinggi pada kelompok usia > 35 tahun.
● Untuk multipara berusia 30-34 tahun, derajat ruptur perineum pada persalinan pervaginam adalah

50% tanpa ruptur, dengan ruptur grade 1 (19,8%) dan grade 2 (30,2%). Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nuring Pangastuti bahwa derajat ruptur perineum tertinggi adalah ruptur grade 2,

yaitu ruptur yang mencapai otot perineum


Kualitas Hidup Wanita Pasca Persalinan

● Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa penurunan kualitas hidup berbanding lurus dengan derajat ruptur,

namun hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi penurunan kualitas hidup pada persalinan pervaginam tanpa

ruptur perineum. Persalinan tanpa ruptur perineum adalah fungsi fisik, peran fisik, nyeri tubuh, kesehatan umum,

vitalitas, fungsi peran sosial, peran emosional, dan kesehatan mental


● Hasil studi Juan menemukan bahwa skor QoL keseluruhan dari wanita yang terkena dampak melahirkan

menurun dari waktu ke waktu. Beberapa variabel pada <1 tahun pascapersalinan, misalnya, "peran

emosional", dinilai baik, tetapi kemudian skor menurun secara signifikan dalam 1-3 tahun, kemudian

meningkat setelah tiga tahun pascapersalinan, sedangkan variabel "vitalitas" hampir tidak berubah.

● Ini konsisten dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa vitalitas dan status emosional pasien ruptur

perineum tidak terlalu banyak berubah meskipun kualitas hidup mengalami penurunan, sesuai dengan

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.


● Variabel “peran fisik” juga menurun pada tahun ke-3 postpartum. Secara umum, semua variabel

mengalami penurunan skor dari waktu ke waktu, tetapi ada variabel yang mengalami penurunan skor

yang signifikan yaitu variabel kesehatan umum, peran emosional, dan kesehatan mental, misalnya, "peran

fisik", mengalami penurunan skor pada tahun ke-3 pascapersalinan. Secara keseluruhan, mereka

menunjukkan penurunan kualitas hidup pada periode 1-3 tahun postpartum dibandingkan dengan tahun

pertama postpartum..
● Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah masalah dalam kehamilan juga memiliki peran

dalam menurunkan kualitas hidup wanita yang mengalami ruptur perineum sebagai kelanjutan dari

penelitian ini. Juan juga menyimpulkan bahwa ruptur perineum derajat ketiga/keempat dan episiotomi

menyebabkan kualitas hidup pascakelahiran yang lebih buruk, sementara yang lain tidak menemukan

hubungan tersebut
Hubungan Antara Ruptur Perineum dan Kualitas Hidup Wanita Pasca Persalinan Vagina

● Dalam penelitian ini, wanita dengan ruptur perineum setelah persalinan pervaginam adalah 46 (95,8%)

dibandingkan dengan 22 (45,8%). Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara ruptur perineum

dengan kualitas hidup wanita pasca persalinan pervaginam (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fazari pada tahun 2020 bahwa terjadi penurunan kualitas hidup pada pasien nifas dengan ruptur

perineum dibandingkan dengan yang tidak mengalami ruptur


● Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ryan tahun 2018 dimana pasien dengan ruptur perineum

derajat satu dan dua biasanya sembuh dengan lancar. Namun, pada derajat ketiga dan keempat yang lebih luas,

ada kemungkinan cacat sisa yang dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup wanita.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1) Distribusi frekuensi ruptur perineum pada persalinan pervaginam didapatkan bahwa ruptur perineum grade 2
paling sering terjadi.
2) Kualitas hidup wanita setelah persalinan pervaginam sebagian besar terganggu.
3) Penurunan kualitas hidup wanita pasca persalinan pervaginam berbanding lurus dengan derajat ruptur
perineum.
4) Ada hubungan yang signifikan antara ruptur perineum dengan kualitas hidup wanita pasca persalinan
pervaginam di RS Jaringan Program Residensi Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

03 04 05
Thanks

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai