Anda di halaman 1dari 8

STUDI EPIDEMIOLOGI KOHORT DAN EKSPERIMENTAL

Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Gizi

Dosen pengampu :
Ayu Rahadiyanti , S.Gz, MPH
Rachma Purwanti, S.KM, M.Gizi
Nuryanto , S.Gz, M.Gizi

Disusun oleh :
Firani Umul Masithoh 22030119130045
Kezia Christiana 22030119140149
Ganjil (B)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
STUDY COHORT
Identitas Jurnal
Judul jurnal : Effect Of Maternal Age On The Risk Of Preterm Birth: A Large Cohort
Study
Penulis : Florent Fuchs, Barbara Monet, Thierry Ducruet, Dkk.
Jurnal : Plos One
Tahun terbit : 2018
Volume; No : 13(1)

1. Paparan dan Penyakit

Pada Jurnal yang berjudul "Effect of maternal age risk of preterm birth:A
large cohort study, paparan atau penyebabnya adalah usia ibu, kemudian penyakit
atau akibatnya adalah kelahiran prematur. Jadi study ini meneliti tentang dampak
usia ibu terhadap kelahiran prematur yang terjadi.

2. Durasi Observasi
Pada bagian materials and methods disampaikan bahwa lamanya waktu
observasi adalah 3 tahun yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Penelitian ini
diambil di 32 rumah sakit yang ada di Quebec, Kanada.

3. Hasil Uji dan Interpretasi

Pada tabel 1 dijelaskan prevalensi faktor risiko ibu dan kebidanan


prematuritas menurut kelompok umur. Semua hasil pada tabel 1 adalah signifikan
atau dapat dipercaya karena p value<0,05. Pada tabel ini dapat dilihat
perbandingan prevalensi antar kelompok usia pada faktor risiko yang berbeda-
beda. Kelahiran prematur pada ibu hipertensi kronis hampir tiga kali lipat lebih
banyak terjadi pada kelompok lebih dari 40 tahun (4,4%) dibandingkan usia 30-
34 tahun (1,4%). Dari semua usia, tingkat faktor risiko yang sering terjadi pada
kelahiran prematur adalah ibu yang mempunyai penyakit jantung (1,8%),
merokok (14,4%), dan obesitas (17,7%).
Pada tabel 2 dijelaskan tentang risiko kelahiran prematur dan sangat
prematur menurut usia ibu. Tingkat kelahiran prematur <37 minggu dan <32
minggu yang terendah adalah pada ibu hamil yang berusia 30-34 tahun (masing-
masing 5,7% dan 0,6%) dan yang tertinggi adalah pada ibu hamil berusia di atas
40 tahun (masing-masing 7,8% dan 1,0%). Untuk ibu di bawah 24 tahun dan lebih
dari 35 tahun, kelahiran prematur secara signifikan lebih sering dibandingkan
dengan kelompok 30-34 tahun. Odds Ratio/risiko relatif untuk kelahiran
prematur, kelahiran prematur ekstrim, dan kelahiran prematur spontan pada
kelompok usia 40 tahun atau lebih masing-masing adalah 1,39 (95% CI 1,24–
1,57), 1,68 (95% CI 1,21–1,31) dan 1,20 (1,04–1,39). Iatrogenik prematuritas
hampir dua kali lebih besar pada kelompok usia 40 tahun ke atas (OR 1,91 (95%
CI 1,56-2,34)) dibandingkan dengan kelompok 30-34 tahun.
Pada tabel 3 dijelaskan nilai Odds ratio/ risiko relatif yang disesuaikan untuk
memprediksi kelahiran prematur sebelum 32 minggu dan sebelum 37 minggu. Pada
data tersebut didapatkan hasil tidak ada hubungan antara ibu yang memiliki sejarah
penggunaan narkoba pada kedua kelahiran prematur(0,96-1,91 dan 0,95-1,25), dan
tidak ada hubungan diabetes gestasional pada kelahiran prematur sebelum 32 hari
(0,91-1,36). Risiko tertinggi adalah pada placenta preavia (7,06(5,31-9,35) dan
7,05(6,21-7,99).

4. Hasil Penelitian
Usia ibu lanjut (40 tahun ke atas) dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran
prematur bahkan setelah penyesuaian untuk perancu. Risiko prematuritas terendah
ditemukan pada ibu berusia 30-34 tahun. Kelahiran prematur terutama terjadi secara
spontan pada wanita yang lebih muda (20-24 tahun) sedangkan lebih sering berasal dari
iatrogenik pada wanita di atas 40 tahun. Usia risiko terendah ibu prematur adalah pada
24-30 tahun. prevalensi gangguan hipertensi paling rendah pada kelompok paruh baya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti tidak dapat mengesampingkan bahwa usia ibu
lanjut secara independen terkait dengan prematuritas spontan. Mengenai wanita yang
lebih muda (20-24 tahun), kami mengkonfirmasi bahwa kelahiran prematur terutama
terjadi secara spontan daripada iatrogenic. Kekuatan utama penelitian ini adalah ukuran
kohort dengan lebih dari 165.000 pasien yang diteliti. Selain itu, pengambilan sampel
mewakili spektrum pasien yang luas, termasuk pasien dari komunitas pedesaan dan
perkotaan di provinsi Kanada. Studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Beberapa
pembaur potensial tidak dapat dipelajari. Informasi BMI hilang pada 28% pasien, oleh
karena itu, tidak digunakan dalam analisis multivariat. Dalam populasi yang diteliti,
obesitas lebih sering terjadi pada ibu usia ibu lanjut. Keterbatasan lain dari penelitian
ini adalah tidak dapat menyesuaikan dengan riwayat persalinan prematur. Meskipun
variabel ini dilaporkan dalam database, variabel ini dikeluarkan dari analisis akhir,
karena kesalahan klasifikasi dan kurangnya keandalan setelah kontrol kualitas. Namun,
tidak mungkin persalinan prematur sebelumnya lebih sering terjadi pada wanita yang
lebih tua, sehingga mengurangi risiko efek perancu dari persalinan prematur
sebelumnya. Wanita berusia 30-34 tahun memiliki risiko terendah melahirkan
prematur.
STUDI EKSPERIMENTAL

Identitas Jurnal
Judul jurnal : Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten
Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin.
Penulis : Yeni Aryani, Masrul, dan Lisma Evareny
Jurnal : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tahun terbit : 2015
Volume; No : 4(1)

A. Kelompok Perlakuan dan Kontrol


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin primipara kala I fase
laten persalinan normal yang berada di RS Tk.III Dr. Reksodiwiryo Padang. Subyek
penelitian yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin normal yang
memenuhi syarat untuk persalinan pervaginam dan bersedia menjadi subjek penelitian.
Kriteria eksklusi adalah ibu bersalin normal dengan komplikasi.

B. Bentuk Intervensi
Masase pada punggung adalah memberikan stimulasi pada punggung dengan
cara melakukan gosokan lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada punggung
ibu bersalin setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit
dengan frekuensi 40 x gosokan/menit, dan dengan tekanan diperkirakan 100 mmH20
pada ibu bersalin kala I fase laten persalinan normal.
Instrumen yang digunakan adalah kuisioner untuk menilai intensitas nyeri dan
human beta endorfin Elisa kit untuk menilai kadar endorfin dalam darah ibu bersalin
serta sphygmomanometer untuk mengukur tekanan pijatan ringan. Pengukuran yang
dilakukan adalah intensitas nyeri dan kadar endorfin dalam serum darah ibu bersalin
primiparakala I fase laten persalinan normal pada kelompok yang dimasase dan yang
tidak dimasase.

C. Durasi Intervensi
Pada populasi Blok A dilakukan masase selama 30 menit dan populasi Blok B
tidak dilakukan masase.
D. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini memberikan hasil pada kelompok masase memiliki standar
deviasi lebih kecil daripada kelompok tida masase dan didapati bahwa masase pada
punggung yang dimulai pada servikal 7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30
menit dapat mengaktivasi serabut saraf berdiameter besar untuk menutup pintu gerbang
hantaran nyeri yang dibawa oleh serabut saraf berdiamater kecil sehingga tertutupnya
hantaran nyeri ke kortek serebral dan mengakibatkan nyeri berkurang.

Pada penelitian ini juga memberikan hasil bahwa kelompok ibu hamil yang di
masase juga memiliki standar deviasi yang lebih tinggi dari kelompok tidak masase
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh masase pada punggung
terhadap kadar endorphin ibu bersalin.

Anda mungkin juga menyukai