Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester

keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas,

walaupun di anggap normal, di mana proses-proses kehamilan berjalan

terbalik (Bobak, 2005).

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu. Sekitar 60%

kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir dari 50% dari

kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan,

diantaranya disebabkan oleh komplikasi masa nifas. Komplikasi masa

nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh

masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan

dan nifas (Saleha, 2009, Wiknjosastro, 2007).

Kelahiran adalah psoses di mana janin dan ketuban didorong keluar

melalui jalan lahir (Sarwono, 2000).

Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The

International Classification of Diseases (ICD-10) adalah kematian wanita

yang terjadi pada saat kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan

1
oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat

oleh kehamilan tersebut, atau penanganannya, akan tetapi bukan kematian

yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan. Angka kematian

maternal dan angka kematian bayi merupakan ukuran bagi kemajuan

kesehatan suatu negara, khususnya yang berkaitan dengan masalah

kesehatan ibu dan anak. Angka kematian maternal merupakan indikator

yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko kematian bagi

ibu pada waktu hamil dan melahirkan. Angka kematian ibu, angka

kematian anak termasuk angka kematian bayi dan angka harapan hidup

waktu lahir telah ditetapkan sebagai indikator-indikator derajat kesehatan

dalam Indonesia Sehat 2010. Salah satu indikator untuk menentukan

derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka

kematian ibu dan angka kematian bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena

yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan

kesehatan.

Ruptur perineum merupakan penyebab kedua perdarahan post

partum setelah atonia uteri. Ruptur Perineum dapat terjadi pada persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur

perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.

Keluhan ruptur perineum tidak hanya berperan atau menjadi bagian

penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol

buang air besar dan buang air kecil, menjaga aktivitas peristaltik normal

(dengan menjaga tekanan intra abdomen) dan fungsi seksual yang sehat.

2
Menurut Oxorn (1996), penyebab ruptur perineum antara lain: umur,

paritas, berat bayi lahir dan posisi persalinan.

Wanita yang melahirkan anak pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun

merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat

mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia < 20

tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan

sempurna, sedangkan pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang

wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi

normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca

persalinan terutama perdarahan akan lebih besar.

Dampak persalinan terutama pada seorang primipara, biasa timbul

luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan

tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak. Faktor lain yang

berpengaruh adalah berat bayi lahir, semakin besar bayi yang dilahirkan

meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum dari pada bayi yang

dilahirkan dengan berat badan sekitar 2500-4000 gr (Prawirohardjo, 2006).

Di Indonesia menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu

228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

Angka kematian ibu (AKI) di Jawa Tengah juga tergolong masih

tinggi. Hal itu bisa dilihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

yang disebutkan Kasi Manajemen Informasi Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah Suwandi Sawadi, menyebutkan pada 2008 AKI mencapai

3
114,42/100.000 kelahiran. Angka tersebut masih berada di atas target

nasional yakni sebesar 102/100.000 kelahiran (Dinas Kesehatan Propinsi

Jawa Tengah, 2008).

Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di

Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu

bersalin usia 32-39 tahun sebesar 62 %.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat

karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Post Partum

Spontan dengan ruptur perineum “ di ruang Al-Ikhlas PKU

Muhammadiyah Gubug.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Memberikan gambaran pengelolaan asuhan keperawatan klien dengan

post partum spontan dengan ruptur perineum

2. Tujuan khusus

a. Memberikan gambaran tentang hasil pengkajian keperawatan klien

dengan post partum spontan dengan ruptur perineum

b. Memberikan gambaran hasil analisa data dan penetapan diagnosa

keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien post partum

spontan dengan ruptur perineum

c. Memberikan gambaran rencana asuhan keperawatan pada klien

dengan post partum spontan dengan ruptur perineum

4
d. Memberikan gambaran pelaksanan asuhan keperawatan

(intervensi) pada klien dengan post partum spontan dengan ruptur

perineum

e. Memberikan gambaran hasil evaluasi tindakan yang telah

dilakukan

C. Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode

diskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses

keperawatan, meliputi pengkajian, perencanana, implementasi dan

evaluasi.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut :

1. Studi literatur

Penulis mengumpulkan data berdasarkan reverensi atau kepustakaan

berupa buku – buku medis maupun perawatan yang membahas

masalah yang ada hubungannya dengan penulisan karya ilmiah ini.

2. Wawancara

Penulis melakukan pengumpulan data dengan komunikasi langsung

kepada pasien dan keluarga.

3. Observasi partisipatif

Penulis malakukan pengamatan dan turut serta dalam melakukan

tindakan keperawatan

5
4. Studi dokumenter

Penulis mengumpulkan data dengan mempelajari catatan medis yang

ada di ruang perawat

5. Studi kasus

Penulis memberikan asuhan keperawatan kepada klien post partum

normal dan menjadikan kasus tersebut sebagai materi pembelajaran

dan pengayaan ilmu bagi penulis.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas penulis akan

menguraikan secara singkat dalam bentuk bab dan sub bap penulisan

karya tulis, maka penulis akan menyusun menjadi 5 bab yaitu :

Bab satu, pendahuluan terdiri atas latar belakang penulisan, metode

penulisan, sistematika penulisan.

Bab dua, konsep dasar terdiri atas pengertian, anatomi dan

fisiologi, etiologi atau predisposisi, patofisiologi, manifestasi klinik,

komplikasi, penatalaksanana, pengkajian fokus (termasuk penunjang),

pathways keperawatan, fokus intervensi dan rasional.

Bab tiga, tinjauan kasus berisi tentang pengkajian, pathways

keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

dan evaluasi keperawatan.

Bab empat, pembahasan menjawab tujuan penulisan atau

bagaimana tujuan tercapai, termasuk kesenjangan-kesenjangan yang

6
ditemukan selama melakukan asuhan keperawatn sejak pengkajian sampai

evaluasi.

Bab lima, penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang

memaparkan rangkuman dan implementasi asuhan keperawatan post

partum spontan dengan ruptur perineum.

Anda mungkin juga menyukai