Anda di halaman 1dari 14

Soal Pre Test

1. Jelaskan standar asuhan keperawatan anestesi!


2. Jelaskan kriteria asuhan anestesi!
3. Jelaskan prosedur anestesi! Jabarkan secara detail masing-masing poin prosedur
anestesi.
4. Jelaskan masing-masing dari fase perianestesi!
5. Jelaskan asesmen pre intra dan pasca anestesi berdasarkan format yang sah
disampaikan!

Jawaban :

1. Pedoman praktik penata anestesi dalam menjalankan profesi, melindungi masyarakat


dan pelayanan yang tidak professional, melindungi profesi dalam menjalankan praktik
kepenataan anestesi, keselamatan pasein juga menjadi salah satu kriteria dari asuhan
keperawatan anestesi, mencegah dan menghindari gangguan yang mengancam
kehidupan pasien dalam kondisi ketidakberdayaan
2. Kriteria dari asuhan keperawatan anestesiologi

a. Measurable : target yang dicapai dapat diukur.


b. Achievable : tujuan yang ditetapkan harus bisa dicapai.
c. Realistic : berkualitas sesuai dengan sumber daya dan ketersediaan
instrument pelayanan.
3. Prosedur anestesi
a. Pra anestesi/sedasi.
kebutuhan sosial budaya dan spiritual pasien/keluarga/orang terdekat. Peran
keperawatan juga fokus pada persiapan pasien/keluarga/orang penting lainnya atas
pengalamannya selama kontinum perianestesi. Teknik wawancara dan penilaian
digunakan untuk mengidentifikasi masalah potensial atau aktual yang mungkin
terjadi. Agar lebih sistematis dan tidak terlewatkan, maka anamnesa dan
pemeriksaan fisik ditujukan pada masalah “6 B” yaitu B1 breathing, B2 blood, B3
brain, B4 bladder, B5 bowel, B6 bone. Persiapan sebelum oprasi Pembersihan &
pengosongan saluran pencernaan, Gigi palsu, bulu mata palsu, perhiasan dilepas.
Kosmetik (lipstik, cat kuku dll) dibersihkan.
‒ Sedasi moderat respon perintah verbal, Dapat jaga patensi jalan napas
sendiri, Perubahan ringan respon ventilasi, Fungsi kardiovaskular masih
normal, Gangguan orientasi lingkungan, gangguan fungsi motorik ringan
s/d sedang , dr anestesi Contoh : MRI, CT Scan.
b. Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Monitoring
segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa pasien dalam
anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisiologis pasien terhadap tindakan
anestesi dan pembedahan Tujuan utama monitoring anestesi diagnosa adanya
permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil
suatu tindakan, termasuk efektivitas dan adanya efek tambahan. Tujuan oksigenasi
untuk memastikan konsentrasi oksigen yang cukup dalam udara inspirasi dan
darah selama semua prosedur anestesi.
‒ udara inspirasi: Selama setiap pemberian anestesi umum menggunakan
mesin anestesi, konsentrasi oksigen dalam sistem pernapasan pasien harus
diukur oleh oxygen analyzer dengan penggunaan alarm dengan batas
konsentrasi oksigen yang rendah.

Tujuan ventilasi untuk memastikan ventilasi adekuat terhadap pasien selama


prosedur anestesi berlangsung. Metode:

‒ Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus memiliki kecukupan


ventilasi yang terus dievaluasi. Tanda-tanda klinis kualitatif seperti
pengembangan dada, reservoir breathing bag, dan auskultasi suara nafas
sangat berguna.

Tujuan sirkulasi untuk memastikan kecukupan fungsi peredaran darah pasien


selama prosedur anestesi. Metode:

‒ Setiap pasien yang menerima anestesi harus memiliki gambaran


elektrokardiogram yang terus ditampilkan dari awal anestesi sampai saat
bersiap-siap meninggalkan lokasi anestesi.
‒ Setiap pasien yang menerima anestesi harus terukur tekanan darah arteri dan
denyut jantung nya dan dievaluasi setidaknya setiap 5 menit
‒ Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus terus dievaluasi setidaknya
salah satu dari hal berikut: palpasi denyut nadi, auskultasi bunyi jantung,
pemantauan dari penelusuran tekanan intraarterial, pulse plethysmography
atau oksimetri.

Suhu tubuh untuk : Untuk membantu pemeliharaan suhu tubuh yang tepat selama
prosedur anestesi berlangsung. Metode yang dipakai Setiap pasien yang menerima
anestesi harus dipantau suhu tubuhnya pada keadaan yang diperkirakan dan
diantisipasi, akan tejadi perubahan suhu tubuh yang signifikan secara klinis.

c. Fase pasca anestesi


‒ Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room). Stabil, tidak ada komplikasi, dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruangan. Desain post anestesi care unit harus dekat dengan
ruang operasi dan fasilitas perawatan khusus, ruangan yang terbuka besar
dan pencahayaan yang baik, minimal tersedia 5 tempat tidur disetiap
ruangan, terdapat saluran keluar penghubung elektrik (o2, udara, dan
suction).
‒ Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room). Tujuan dari
ruang pemulihan ini yaitu mempertahankan jalan nafas pasien seperti
posisi suction dan guedel, mempertahankan ventilasi oksigen,
mempertahankan sirkulasi darah, observasi keadaan umum, observasi
vomitus dan drainase, mempertahankan kenyamanan dan mencegah cidera
pasca anestesi yang biasanya mengalami kecemasan, desorientasi yang
beresiko besar.
‒ Transportasi pasien ke ruang rawat
‒ Perawatan di ruang rawat.
4. Fase perianestesi

Perianestesi : Perawatan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan,


intervensi, ataupun pengobatan yang mungkin memerlukan anestesi, sedasi, atau anestesi
lokal. Layanan ini terbagi menjadi:

 Sebelum (preanestesi).
 Saat pembedahan dan anestesi.
 Setelah (pasca anestesi Fase I, pasca anestesi Fase II, perawatan yang diperpanjang).

Tahapan perianestesi:

 Evaluasi pra-anestesia
 Persiapan pra-anestesia
 Anestesia:
- Induksi
- Pemeliharaan
- Pemulihan
 Pasca-anestesia.

FASE PERIANESTESI
a. Fase pra anestesi
 Menilai pasien dan mengembangkan rencana perawatan yang dirancang untuk
memenuhi pra-anestesi baik secara fisik, psikologis, tingkat Pendidikan, kebutuhan
sosial budaya dan spiritual pasien/keluarga/orang terdekat.
 Peran keperawatan juga fokus pada persiapan pasien/keluarga/orang penting
lainnya atas pengalamannya selama kontinum perianestesi.
 Teknik wawancara dan penilaian digunakan untuk mengidentifikasi masalah
potensial atau aktual yang mungkin terjadi.

Kunjungan pra anestesi (asesment anestesi)

Tujuan:

 Membina hubungan baik dengan pasien.


 Mengetahui riwayat anestesi & riwayat penyakit.
 Mempersiapkan mental & fisik pasien.
 Merencanakan dan memilih teknik anestesi.
 Menentukan status fisik & menilai resiko anestesi.
 Menentukan klasifikasi ASA (American Society of Anesthesiology).

Anamnesa dan pemeriksaan fisik

Agar lebih sistematis dan tidak terlewatkan, maka anamnesa dan pemeriksaan fisik
ditujukan pada masalah “6 B” yaitu:

- B1: breathing

- B2: blood

- B3: brain

- B4: bladder

- B5: bowel

- B6: bone

Pemeriksaan penunjaang

 Pemeriksaan laboratorium :
- Darah lengkap,
- Tes fungsi hati (SGOT, SGPT),
- Tes fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
- Serum elektrolit,
- Faal hemostasis,
- Pemeriksaan radiologi: foto toraks, foto polos abdomen (BOF), USG, CT
Scan,
- Pemeriksaan EKG bila umur lebih dari 35 tahun atau bila ada indikasi,
- Lain-lain : Pemeriksaan pada anak didampingi ayah atau ibunya. Pemeriksaan
gigi, kerusakan gigi karena laryngoskopi, Gigi palsu harus dibuka. Puasa
preoperative.

Persiapan sebelum hari operasi:


Adapun persiapan sebelum hari operasi:

- Pembersihan & pengosongan saluran pencernaan.


- Gigi palsu, bulu mata palsu, perhiasan dilepas.
- Kosmetik (lipstik, cat kuku dll) dibersihkan.
- Kandung kemih harus kosong.
- Memakai pakaian khusus.
- Tanda pengenal / label.
- Surat Izin Operasi & Surat Izin Anestesi.
- Pemeriksaan fisik ulang di OK.
- Premedikasi.

Petunjuk puasa operasi elektif:

- Clear liquids: 2 jam


- ASI: 4 jam
- Susu formula: 4 jam (not suggested by consultant)
- Susu non human: 6 jam
- Makanan ringan: 6 jam

Premedikasi

 Setelah evaluasi prabedah selesai → langkah berikutnya adalah menentukan


macam obat premedikasi yang akan digunakan (premedikasi dalam arti
sempit).
 Cara Pemberian :
- Intravena (iv) 5-10 menit sebelum anestesi/operasi.
- Intramuskuler (im) ½ - 1 jam sebelum anestesi/operasi.
- Peroral → malam sebelum operasi

Informed Consent

Adalah edukasi pasien secara singkat tentang jenis operasi dan rencana
anestesi yang akan digunakan, manajemen intraoperatif dan penanganan nyeri
pasca operasi dengan harapan mengurangi kecemasan pasien dan membangun
hubungan timbal balik dokter-pasien kemudian meminta persetujuan prosedur
anestesi.
b. Fase intra operatif
 Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Terdiri dari :
-
- Monitoring
- Positioning
- Fluid Management
- Konsiderasi khusus (penanganan pendarahan)
- STANDAR 2: selama anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, dan suhu
tubuh pasien harus terus dievaluasi.

Oksigenasi

 Tujuan: untuk memastikan konsentrasi oksigen yang cukup dalam udara


inspirasi dan darah selama semua prosedur anestesi.
 Metode:
- Udara inspirasi: selama setiap pemberian anestesi umum menggunakan
mesin anestesi, konsentrasi oksigen dalam sistem pernapasan pasien harus
diukur oleh oxygen analyzer dengan penggunaan alarm dengan batas
konsentrasi oksigen yang rendah.
- Oksigenasi darah: Selama anestesi, metode kuantitatif untuk menilai
oksigenasi seperti pulse oximetry harus digunakan.

Ventilasi

 Tujuan: untuk memastikan ventilasi adekuat terhadap pasien selama prosedur


anestesi berlangsung.
 Metode:
- Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus memiliki kecukupan
ventilasi yang terus dievaluasi. Tanda-tanda klinis kualitatif seperti
pengembangan dada, reservoir breathing bag, dan auskultasi suara nafas
sangat berguna.
- Bila ventilasi dikendalikan oleh ventilator mekanik, sebaiknya digunakan
sebuah perangkat yang mampu mendeteksi bila ada komponen yang
terputus dari sistem pernapasan. Perangkat harus memberikan sinyal yang
dapat terdengar saat alarm telah melampaui ambang batas.
- Hal yang sama harus diberlakukan terhadap penggunaan anestesi regional
dengan terus memperhatikan kecukupan ventilasi selama pembedahan
berlangsung.

Sirkulasi

 Tujuan: untuk memastikan kecukupan fungsi peredaran darah pasien selama


prosedur anestesi.
 Metode:
- Setiap pasien yang menerima anestesi harus memiliki gambaran
elektrokardiogram yang terus ditampilkan dari awal anestesi sampai saat
bersiap-siap meninggalkan lokasi anestesi.
- Setiap pasien yang menerima anestesi harus terukur tekanan darah arteri
dan denyut jantung nya dan dievaluasi setidaknya setiap 5 menit.

Suhu tubuh

 Tujuan: untuk membantu pemeliharaan suhu tubuh yang tepat selama prosedur
anestesi berlangsung.
 Metode: Setiap pasien yang menerima anestesi harus dipantau suhu tubuhnya
pada keadaan yang diperkirakan dan diantisipasi, akan terjadi perubahan suhu
tubuh yang signifikan secara klinis.

Produksi urin

 Fungsi system urogenital.


 Keadaan curah jantung.
 Volume intravaskuler.
 Aliran darah ke ginjal.
 Urin yang keluar dianggap baik apabila : Volume urin ≥0,5 ml/kgBB/jam

Ruang pulih

 Pasca Operasi = RECOVERY ROOM (Ruang Pulih): stabil, tidak ada


komplikasi, memenuhi syarat untuk pindah ke ruangan.
Desain PACU (POST ANESTHESIA CARE UNIT)

 Jarak dekat dengan ruang operasi dan fasilitas perawatan khusus.


 Ruang terbuka.
 Ruangan yang besar dan pencahayaan baik.
 Minimal 5 tempat tidur.
 Terdapat saluran keluar penghubung elektrik (O2, Udara, dan suction)

Petugas ruang pulih (PACU)

 Perawat menguasai ACLS.


 2 pasien 1 perawat atau pasien elektif 1 perawat.
 Petugas harus siap 24 jam kapan pun di perlukan.

Hal-hal yang harus diketahui perawat anestesi di ruang PACU

 Jenis pembedahan.
 Jenis anastesi.
 Kondisi patologis klien.
 Jumlah perdarahan intra operatif.
 Pemberian tranfusi selama operasi.
 Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi.
 Komplikasi selama pembedahan.

Komplikasi pasca anestesi di ruang pulih:

1. Komplikasi sistem respirasi dan kardiovaskular.


2. Komplikasi sirkulasi (hipotensi dan hipertensi).

Kriteria penilaian dari ruang pulih

 Fungsi pulmonal tidak terganggu.


 Sp02adekuat.
 Tanda – tanda vital stabil.
 Orientasi pasien terhadap tempat, waktu.
 Mual muntah dalam Kontrol.
 Nyeri minimal.
 Skor aldrette nilai 9-10.
Transportasi pasien ke ruang rawat

Faktor-faktor yang harus diperhatikan:

 Perencanaan.
 SDM (ketenagaan): jumlah dan kompetensi.

5. Jelaskanasesmen pre intra dan pasca anestesi berdasarkan format yang sudah di
sampaikan?

Assesmen pre anestesi bertujuan untuk mengetahui masalah saluran pernapasan, memilih
anestesi dan rencana asuhan anestesi, memberikan anestesi yang aman berdasar atas
assesmen pasien, risiko yang ditemukan, jenis tindakan, menafsirkan temuan pada waktu
monitoring selama anestesi dan pemulihan, memberikan informasi obat analgesi yang akan
digunakan pascaoperasi. dan juga untuk menentukan obat analgesi apa untuk pascaoperasi.

Asesmen pra anestesi

PEMERIKSAAN FISIK

Secara keseluruhan dilakukan pemeriksaan 6B yaitu :

 Breath
 Blood
 Brain
 Bowel
 Blader
 Bone

Perencanaan Anestesia

Setelah pemeriksaan fisik di lakukan dan memperoleh gambaran tentang keadaan mental
pasien beserta masalah-masalah yang ada,selanjutnya dibuat rencana mengenai obat dan
teknik anestesia yang akan digunakan/dokter SpAn akan menentukan rencana medikasi

Persiapan pada hari operasi

• Pengosongan dan pembersihan lambung


• Pelepasan kosmetik dan perhiasan dapat mempengaruhi pemeriksaan selama anestesi
• Mengosongkan vesika urinaria
• Membersihkan jalan nafas
• Mengganti pakain pasien dg pakaian khusus
• Mengulang pemeriksaan fisik

Asesmen pra anestesi

Intraoperative

• Premedikasi Yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesi.

Asesmen pra induksi

Anestesi gnderal Intravenous Inhalation Intramuscular local/regi0nal Topical Infiltration


Block peripheral Spinal Epidural Caudalcombination Spinal propofol General Anesthesia
Hilangnya kesadaran pasien yang bersifatreversibel karena obat anestesi, juga hilangsensasi
nyeri pada seluruh tubuh.Indikasi General Anesthesia Bayi dan Anak-anak.Dewasa yang
memilih general anesthesia.
Intraoperative Monitoring Monitoing tanda-tanda vital dilakukan tiap 3 / 5 menit meliputi :
- Sat O2
- EKG
- NIBP
- Et CO2
- Suhu tubuhe
Asesmen pra induksi dan catatan anestesi

ANESTHESIA GENERAL

• •Intravenous
• Inhalation
• Intramuscular LOCAL/REGIONAL
• Topical
• Infiltration
• Block peripheral
• Spinal
• Epidural
• Caudal COMBINATION
• Spinal + propofol

General Anesthesia

Hilangnya kesadaran pasien yang bersifat reversibel karena obat anestesi, juga hilang sensasi
nyeri pada seluruh tubuh

Indikasi General Anesthesia

• Bayi dan Anak-anak.


• Dewasa yang memilih general anesthesia.
• Pembedahan yang luas
• Pasien dengan kelainan mental
• Pembedahan yang lama
• Pasien dengan riwayat keracunan atau alergi terhadap obat anestesi lokal
• Pasien sedang terapi antikoagulans

Postoperative

• Post operative pain treatment ,Observasi di RR


• Kirim pasien ke Ruang Perawatan / HCU / ICU

Prosedur Post Operatif

• Selama di ruang pulih kondisi pasien terus di pantau,di evaluasi dan di catat di catatan
perawatan ruang pulih.Penilaian Skor Aldrete,monitoring jalan
nafas,oksigenasi,ventilasi,sirkulasi,& temperatur pasien
• Selain hal diatas,selama di ruang pulih pasien juga mendapat penatalaksanaan nyeri,
mual dan muntah.
• Kriteria pasien di pindahkan dari RR ke ruang rawat :
 Tidak membutuhkan penatalaksanaan dan pemantauan intensif pasca bedah

REGIONAL ANESTESIA

1. Penjelasan dan persetujuan tertulis

• Pasien : identifikasi
• Informed consent
2. Persiapan sebelum prosedur

• Dokter anestesiologi : kenali anatomi, teknik dan kemungkinan komplikasi


• Obat anestetik ( ephedrine, atropine dan obat untuk anestesia umum), mesin dan
perlengkapan jalan nafas
• Monitor
• IV line

3. Intruksi postoperatif dan follow up

a) Kateter blok  APS


b) Intruksi spesifik : tirah baring 6 jam, monitoring BP dan HR/jam hingga
c) 4 jam postop
d) Follow up diruangan, terutama yang memiliki komplikasi

Kelebihan :

1. Mudah
2. Target jelas  CSF jernih
3. Obat minimal
4. Onset cepat
5. Blok sensorik dan motorik baik

INDIKASI

• Pembedahan pada abdomen bagian bawah (SC, hernia, appendisitis), perineum


(hemoroidektomi) dan tungkai bawah (fraktur kaki)

Anda mungkin juga menyukai