Anda di halaman 1dari 13

BAB III

TINJAUAN FISIOTERAPI

A. Pengkajian Fisioterapi
Untuk mengetahui suatu penyakit dibutuhkan pengkajian tentang riwayat penyakit,
baik berupa anamnesis maupun pemeriksaan. Sistematika pemeriksaan pada kasus
Post Orif Fraktur Humerus 1/3 Distal adalah sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab
dengan pasien (auto anamnesis) atau dengan orang lain (hetero anamnesis) guna
mengetahui proses kejadian dari penyakit pasien. Anamnesis sendiri dikelompokkan
menjadi dua yaitu : anamnesis umum dan anamnesis khusus. Dapat diperoleh data
sebagai berikut :
a. Anamnesis umum
Anamnesis umum terdiri dari identitas diri pasien yaitu nama, umur, jenis
kelamin, agama, pekerjaan dan alamat. Anamnesis dilakukan secara auto
anamnesis pada tanggal 16 November 2017 diperoleh data sebagai berikut :
Nama : Tn.I
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kojeksan RT 02 / RW 03, Kec.Kudus Kota, Kab.Kudus
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data tentang penderita yang diperoleh dari sumber lain.
Hasil data yang diperoleh dari pasien yaitu :
X-Rey dengan kesan berikut :
Terpasangnya plate and screw di 1/3 Distal sampai 1/3 Proksimal
Humerus SInistra
c. Anamnesis Khusus
Keterangan yang dapat diketahui tentang pasien pada anamnesis khusus,
antara lain :
1) Keluhan Utama :
Keluhan utama merupakan gejala umum atau utama yang akan
mendorong pasien mencari pertolongan/pengobatan. Keluhan dari pasien Tn.I
yaitu nyeri pada lengan atas bagian bawah kiri.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Riwayat penyakit sekarang meliputi riwayat trauma maupun perjalanan
penyakit dan riwayat pengobatan dari pasien, riwayat ini merupakan gejala
awal dari nyeri yang berlangsung beberapa hari. Informasi yang diperoleh dari
anamnesis tentang riwayat penyakit sekarang yaitu : Pada tanggal 28 Oktober
2017 pasien mengalami kecelakaan pada saat mengendarai motor dan
menghindari bus saat akan berangkat kuliah. Lalu dibawa ke RSUD
H.dr.Loekmono Hadi Kudus dilakukan foto rontgent dari hasil tersebut di
diagnosa mengalami Fraktur 1/3 Distal Humerus Sinistra. Pada tanggal 31
Oktober 2017 dilakukan operasi pemasangan Plate and Srcew lalu keesokan
harinya dokter memberikan rujukan ke fisioterapi agar di berikan latihan kpada
pasien.
3) Riwayat Penyakit Dahulu :
Pada riwayat penyakit dahulu pertanyaan berisikan tentang penyakit yang
pernah dialami yang berkaitan dengan munculnya penyakit atau keluhan
sekarang. Pasien memiliki riwayat trauma.
4) Riwayat Pribadi :
Riwayat pribadi, berisi tentang hobby dan keseharian pasien. Dalam kasus
ini pasien adalah seorang mahasiswa yang kesehariannya berangkat
kekampus mengendarai motor.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
spesifik. Pemeriksaan fisik yaitu meliputi : pemeriksaan tanda-tanda vital, inspeksi,
palpasi, tes reflek pemeriksaan gerak dasar, intrapersonal, fungsional dasar,
kemampuan aktivitas fungsional dan lingkungan aktivitas. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan meliputi :
a. Tanda-tanda Vital Sign
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan, temperatur tubuh, tinggi badan dan berat badan. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menentukan keadaan umum pasien.
Data yang diperoleh dari pemeriksaan tanda vital adalah sebagai berikut
1) Tekanan darah : 120/86 mmHg
2) Denyut nadi : 88x/menit
3) Pernapasan : 22x/menit
4) Temperatur : 360 C
5) Tinggi badan : 170 cm
6) Berat badan : 65 kg
b. Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati.
Inspeksi bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan umum pasien,
dengan cara melihat dan mengamati fisik pasien baik pada saat diam (statis)
maupun pada saat bergerak (dinamis). Dari kondisi ini didapatkan informasi
sebagai berikut :
1) Inspeksi Statis :
Inspeksi statis yaitu dengan memperhatikan kondisi umum pasien saat
diam baik saat keadaan aktifitas ataupun tidur. Dalam hal ini data yang
diperoleh dari keadaan pasien adalah :
- Tampak terpasang selang infus pada tangan kanan pasien.
- Tampak ada oedem pada lengan atas bagian bawah kiri pasien.
- Tampak adanya jahitan pada lengan atas bagian bawah kiri pasien.
2) Inspeksi Dinamis
Inspeksi dinamis yaitu dengan memperhatikan gerakan dan hal-hal yang
mampu dilakukan pasien. Dalam hal ini data yang diperoleh dari keadaan
pasien adalah : Raut wajah pasien tampak menahan nyeri pada saat
melakukan gerakan menekuk siku.
3) Palpasi
Palpasi merupakan cara pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan
memegang organ atau bagian tubuh pasien dimana untuk mengetahui ada
tidaknya nyeri tekan, suhu lokal ataupun pitting oedema pada sisi yang sakit
dengan membandingkan dengan sisi yang sehat. Hasil dari palpasi sebagai
berikut :
- Adanya perbedaan suhu pada lenga atas kiri dan kanan.
- Adanya spasme pada otot biceps brachii kiri.
4) Tes reflek
Tidak dilakukan
5) Gerak Dasar
a) Gerak aktif
Gerakan aktif merupakan suatu cara pemeriksaan yang dilakukan oleh
terapis kepada pasien dengan cara meminta pasien untuk menggerakkan
tubuhnya secara aktif (digerakkan pasien sendiri tanpa bantuan terapis).
Tujuan gerak aktif yaitu mengetahui hasil kemampuan pasien dalam
melakukan gerak secara mandiri.
Hasil yang didapatkan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Pemeriksaan gerak aktif elbow kiri
(Dok.Pribadi, 2017)

Gerakkan ROM Nyeri


Fleksi Tidak full Nyeri
Ekstensi Full Tidak nyeri
Pronasi Full Tidak nyeri
Supinasi Full Tidak nyeri

b) Gerak pasif
Gerakan pasif merupakan suatu cara pemeriksaan yang dilakukan oleh
terapis pada pasien, sementara pasien dalam keadaan rileks atau pasif dan
gerakan dilakukan oleh terapis. Tujuan gerakan pasif adalah untuk
mengetahui lingkup gerak sendi, end feel, provokasi nyeri. Hasil yang
didapatkan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pemeriksaan gerak pasif elbow kiri
(Dok.Pribadi, 2017)

Gerakkan ROM Nyeri End feel


Fleksi Tidak full Nyeri Soft End feel
Ekstensi Full Tidak nyeri Hard End feel
Pronasi Full Tidak nyeri Elastis End feel
Supinasi Full Tiak nyeri Elastis End feel
c) Gerak aktif melawan tahanan
Pemeriksaan gerakan yang dilakukan oleh pasien secara aktif
sementara terapis memberikan tahanan yang berlawanan arah dari gerakan
yang dilakukan oleh pasien.Tujuan dilakukan gerak isometrik melawan
tahanan adalah untuk menilai kekuatan otot, lingkup gerak sendi dan
provokasi nyeri. Pada kasus ini tidak dilakukan.
d) Intrapersonal bertujuan untuk mengetahui pasien memiliki semangat dan
motivasi untuk sembuh. Dalam pemeriksaan ini di dapatkan hasil pasien
mampu berkomunikasi dengan baik dengan fisioterapi.
e) Fungsional dasar untuk mengetahui kemampuan pasien yang paling
mendasar dapat atau belum bisa dilakukan seperti menekuk siku kirinya
secara full ROM, mengambil, menjumput, dan menjimpit.
f) Fungsional aktivitas untuk mengetahui apakah pasien mampu dalam
menjalankan aktivitas fungsional seperti : melakukan aktivitas memakai
celana, minum dengan cangkir, membuka botol, kesimpulan yang didapat
pasien belom bisa melakukan hal tersebut secara mandiri masih di bantu
dengan bantuan orang lain.
g) Lingkungan aktivitas untuk mengetahui apakah lingkungan sekitar pasien
mendukung kesembuhan pasien atau tidak. Dari pemeriksaan ini didapatkan
hasil pasien mengalami kesulitan dalam melaksanakan aktivitas kegiatan
sehari-hari.
3. Pemeriksaan Spesifik
a. Pemeriksaan Sistemik Khusus
Pemeriksaan sistemik khusus bertujuan untuk pemeriksaan tes spesifik pada
kasus atau keluhan yang dirasakan pasien. Untuk pemeriksaan sistemik khusus
ini tidak dilakukan.
b. Pengukuran khusus
1) Pengukuran derajat nyeri dengan skala Visual Analog Scale (VAS)
a. Nyeri diam
Gambar 3.1
Hasil pengukuran nyeri diam dengan VAS
b. Nyeri tekan
Gambar 3.2
Hasil pengukuran nyeri tekan dengan VAS

c. Nyeri gerak
Gambar 3.3
Hasil pengukuran nyeri gerak dengan VAS

2) Pemeriksaan Anthropometri dengan Midline


Tabel 3.4 Pengukuran Oedem pada elbow kiri
(Dok.pribadi, 2017)
Titik Referensi Dextra Sisitra
5cm dari acromion ↓ 32cm 34cm
10cm dari acromion ↓ 23cm 30cm
15cm dari acromion ↓ 22cm 30cm

3) Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi dengan Goneometer


Tabel 3.5 Pemeriksaan LGS Elbow kiri
(Dok.Pribadi, 2017)

Dektra Sinistra
Regio Elbow Gerakkan LGS LGS
Ekstensi- Pasif : S 00-00-1450 Pasif : S 00-00-700
fleksi Aktif : S 00-00-1450 Aktif : S 00-00-650

4) Pronasi- Pasif : F 900-00-800 Pasif :F 900-00-800


Supinasi Aktif : F 900-00-850 Aktif :F 900-00-850

Pemeriksaan Kekuatan Otot Dengan Manual Muscle Testing (MMT)


Tabel 3.6 Pemeriksaan MMT elbow kiri
(Dok Pribadi, 2018)
Regio Group otot Nilai
Shoulder dextra Beceps brachii 3
Triceps brachii 3
Pronator 3
Supinator 3
B. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosis fisioterapi merupakan upaya menegakkan masalah kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional berdasarkan hasil interprestasi data yang telah dirumuskan
menjadi pertanyaan yang logis dan dapat dilayani oleh fisioterapi. Tujuannya untuk
mengetahui masalah kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang dihadapi pasien
untuk menentukan kebutuhan layanan fisioterapi yang tepat. Diagnosis fisioterapi berisi
tentang body function and body structure, activities, participation.
1. Body function and body structure
Merupakan ketidakmampuan pasien dalam kegiatan yang diakibatkan oleh
beberapa hal. Body function and body structure meliputi permasalahan-
permasalahan yang di temukan di dalam fisik penderita, misalnya adanya nyeri,
spasme otot dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Dalam keadaan ini pasien
mengalami beberapa hal yaitu :
a. Adanya nyeri pada siku kiri saat di gerakan.
b. Adanya oedem pada lengan atas bagian bawah kiri.
c. Adanya spasme pada otot biceps brachii kiri.
d. Adanya keterbatasaan Lingkup Gerak Sendiri pada siku kiri.
2. Activities
Activities merupakan suatu problem berupa penurunan atau keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fungsional sebagai akibat dari body function and body structure.
Selain itu berhubungan dengan gangguan aktivitas kemampuan fungsional sehari-
hari. Dalam kasus ini didapatkan hasil yaitu pasien belum mampu melakukan
kegiatan sehari-hari seperti memakai pakain, aktivitas toileting dan mengangkat
benda.
3. Participation
Participation adalah ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan, aktivitas sosial sebagai akibat dari body function
and body structure, activities. Dalam kasus ini didapat hasil yaitu pasien mengalami
sedikit gangguan aktivitas sosial dengan lingkungan rumah maupun lingkungan
kampus.
C. Program / Rencana Fisioterapi
1. Tujuan pelaksanaan terapi merupakan hasil yang ingin dicapai dengan pelayanan
fisioterapi pada pasien dan direncanakan untuk mengurangi masalah yang timbul
dalam diagnosis fisioterapi. Tujuan fisioterapi terdiri dari tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang.
a. Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek adalah untuk menentukan langkah kedepan yang akan
dicapai dalam melakukan proses terapi hingga pasien bias kembali pulang
kerumah.
Dalam kasus ini didapat hasil yaitu :
1) Mengurangi nyeri pada siku kiri.
2) Mengurangi oedem pada lengan atas bagian bawah kiri.
3) Mengurangi spasme pada otot biceps brachii kiri.
4) Meningkatkan LGS pada siku kiri.
b. Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang adalah untuk melanjutkan tujuan jangka pendek yang
sudah dilaksanakan sebelumnya dan untuk mengembalikan aktivitas fungsional
sehari-hari pasien agar dapat kembali seperti sedia kala.
2. Tindakan Fisioterapi
Terapi latihan :
Manfaat Terapi Latihan secara umum pada penderita fraktur humerus
adalah meningkatkan dan mempertahankan lingkup gerak sendi, menguatkan
otot penggerak sendi siku, meningkatkan ketahanan statik maupun dinamik,
peningkatkan kenyamanan penderita, mengurangi oedema, meningkatkan
kemampuan sendi untuk berfungsi secara lebih baik dan meningkatkan
densitas tulang.
3. Tindakan promotif / preventif
Tindakan promotif / preventif diberikan kepada pasien untuk dilakukan dirumah
agar mejadi penunjang keberhasilan terapi. Tindakan promotif / preventif sangat
penting untuk pasien antara lain sebagai berikut :
a. Pasien disarankan untuk tidak terlalu banyak melakukan aktivitas yang melibatkan
tangan kirinya terlebih dahulu (misalnya mengangkat barang).
b. Pasien disarankan untuk selalu menggerakan siku kirinya agar tidak mengalami
kekakuan sendi dan mengurangi oedem dengan cara elevasi.
D. Pelaksanaan Fisioterapi
Pelaksanaan fisioterapi adalah layanan yang dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan keikutsertaan keluarganya. Pelaksanaan dari fisioterapi harus
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan atau dengan melakukan modifikasi dosis
sengan menurut pedoman yang telah direncanakan dalam program dengan tetap
mengkomunikasikan kepada pihak yang terkait dan mendokumentasikan hasil dan
pelaksanaan metodologi serta program. Termasuk mencatat evaluasi sebelum, selama
dan sesudah pelaksanaan fisioterapi, respon dari pasien.
Dalam kasus ini modalitas fisioterapi yang dipilih adalah terapi latihan berupa :
1) Elevasi
(1)Posisi pasien : Tidur terlantang di atas bed
(2)Posisi terapis : Berdiri di samping pasien
(3) Pelaksanaan :Terapis memberikan instruksi kepada pasien untuk
mengganjal tangannya dengan bantal atau guling setinggi 20
derajat selama 1-2 jam.
2) Statik kontraksi
(1) Posisi pasien : Tidur terlantang di atas bed
(2)Posisi terapis : Berdiri di samping pasien
(3)Pelaksanaan : Terapis memberikan instruksi kepada pasien
untuk melakukan meremas kain dengan 8 kali hitungan.
3) Free active movement
(1) Posisi pasien : Tidur terlantang di atas bed
(2)Posisi terapis : Berdiri di samping pasien
(3)Pelaksanaan : Terapis memberikan instruksi kepada pasien
untuk melakukan gerakkan fleksi elbow, ekstensi elbow,
pronasi elbow dan supinasi elbow. Dengan diberikan aba-aba
dengan 8 kali hitugan.
4) assisted active movement
(1)Posisi pasien : Tidur terlentang di atas bed
(2)Posisi terapis : Berdiri di samping pasien
(3)Pelaksanaan : Pasien diminta untuk melakukan gerakkan fleksi elbow,
ekstensi elbow, pronasi elbow dan supinasi elbow. Terapis
memberikan dorongan pada akhir gerakan yang di gerakan
sendiri oleh pasien. Dosis yang diberikan sebanyak 8 kali
pengulangan.
5) Relaxed passive movement
(1)Posisi pasien : Tidur terlentang di atas bed
(2)Posisi terapis : Berdiri di samping pasien
(3)Pelaksanaan : terapis memberikan fiksasi pada lengan bawah pasien lalu di
berikan gerakan fleksi elbow, ekstensi elbow, pronasi elbow,
supinasi elbow. Dengan dosis 8 kali pengulangan
E. Prognosis
Prognosis merupakan perkiraan terapis terhadap kondisi pasien. Dibagi menjadi 4
yaitu qua ad vitam menyangkut hidup matinya pasien, qua ad sanam menyangkut segi
penyembuhan pasien, qua ada fungsionam menyangkut aktivitas fungsional pasien, qua
ad cosmeticam menyangkut segi kosmetik pasien. Dari hasil pemeriksaan terhadap
pasien didapatkan prognosis sebagai berikut :
1. Quo ad vitam : Baik
2. Quo ad sanam : Baik
3. Quo ad fungsionam : Baik

F. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses penilaian dari hasil terapi. Evaluasi memilih
tujuan diantaranya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tujuan yang diharapkan,
menetapkan perlu modifikasi atau merujuk ke dokter atau tenaga kesehatan lain dan
sebagai bahan pertimbangan untuk menghentikan program fisioterapi karena sudah
berhasil dan sebagainya. Evaluasi dilakukan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan
dengan kriteria dan parameter yang digunakan antara lain adalah evaluasi nyeri
menggunakan VAS, evaluasi LGS dengan menggunakan goneometer, evaluasi
kekuatan otot dengan MMT, evaluasi spasme dengan palsi dan evaluasi aktivitas
fungsional dengan indeks PRTEE.
1. Evaluasi Derajat Nyeri Dengan VAS (Visual Analog Scale)
Tabel 3.7 Evaluasi Derajat Nyeri elbow kiri
(Dok.Pribadi, 2017)
Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam 0 0 0 0 0 0
Nyeri tekan 7 6 6 5 3 2
Nyeri gerak 5 5 4 3 2 1

2. Evaluasi Pemeriksaan LGS dengan Goneometer


Tabel 3.8 Evaluasi Pemeriksaan LGS elbow kiri
(Dok. Pribadi, 2017)

pemeriksaa Sagital Frontal


n
T1 0°- 0°- 70° 90°- 0°- 80°
T2 0°- 0°- 80° 90°- 0°- 80°
T3 0°- 0°- 90° 90°- 0°- 80°
T4 0°- 0°- 90° 90°- 0°- 80°
T5 0°- 0°- 110° 90°- 0°- 80°
T6 0°- 0°- 120° 90°- 0°- 80°
3. Evaluasi kekuatan otot mengan MMT
Tabel 3.9 Evaluasi Pemeriksaan MMT elbow kiri
(Dok Pribadi 2017)

Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Beceps brachii 2 2 2 3 3 4
Triceps brachii 2 2 2 3 3 4
Pronator 2 2 2 3 3 4
supinator 2 2 2 3 3 4

4. Evaluasi Pemeriksaan Spasme Otot Biceps Brachii kiri Dengan Palpasi


Tabel 3.10 Evaluasi pemeriksaan spasme otot biceps brachii elbow kiri
(Dok Pribadi, 2018)
Nama Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Biceps Adanya Adanya Adanya Spasme Spasme Spasme
Brachii spasme spasme spasme berkurang berkurang berkurang

5. Evaluasi Pemeriksaan Aktivitas Fungsional dengan Indeks PRTEE


Tabel 3.11 Evaluasi Pemeriksaan Aktivitas Fungsional elbow kiri
(Dok Pribadi 2017)

Test T1 T2 T3 T4 T5 T6
Memutar engsel pintu 8 8 6 5 4 3
Menjinjing tas kantor 8 8 6 5 4 3
Minum dengan cangkir 8 8 7 6 5 4
Membuka botol 8 8 7 6 5 4
Memakai celana 8 8 7 7 6 4
Memeras kain basah 8 8 7 7 6 5
Keterangan:
- Nilai 1-5 ringan untuk melakukan
- Nilai 5-10 berat untuk melakukan

G. Hasil Terapi Akhir


Setelah dilakukan terapi sebanyak 6x kepada pasien atas nama Tn.I umur 25
tahun, dengan diagnosis post orif fraktur 1/3 distal humerus sinistra dengan modalitas
terapi latihan diperoleh hasil yaitu sebagai berikut :
1. Adanya penurunan nyeri pada saat gerakan menekuk siku kiri.
2. Adanya pengurangan oedem pada otot biceps brachii kiri.
3. adanya pengurangan spasme pada otot biceps brachii kiri.
4. Adanya peningkatan LGS pada siku kiri saat gerakan menekuk.
5. Adanya peningkatan aktivitas fungsional.
`

Anda mungkin juga menyukai