1 April 2015
Abstract - The concept of self is our way to form a character in us, that can make some
difference us with others. Interaction with the concept of self is our way to build self-
confidence to be able to interact with the environment .The concept of self is our way to build
self-confidence, because readiness of ourselves influence the way of communication, and so
for the people with epilepsy. many people thought that epilepsy is a disease that is
transmitted through the saliva of patients. And some people thought that epilepsy is somekind
of insanity, or even there are people think that epipelsy is a gift. these negative stigma's made
people with epilepsy eliminated. it is important for people with epilepsy, to get interact with
the social environment without shame or be affraid. such as, to build a positive concept of
self. this research's using case study methode in order to knowing how to build a positive
concept of self. The focus of this research is to find how the process of building an inner
wisdom, build realization of it self and the last is the display to the public.
Abstrak - Konsep diri adalah cara kita untuk membentuk karakter dalam diri kita, yang dapat
membedakan kita dengan yang lain. rinteraksi dengan bkonsep diri adalah cara kita untuk
membangun kepercayaan diri untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarmnya.
Konsep diri merupakan cara kita untuk membangun kepercayaan diri Kesiapan diri kita
mempengaruhi jalannya komunikasi, begitu pula bagi orang dengan epilepsi (ODE). Banyak
masyarakat yang menganggap bahwa epilepsi adalah penyakit yang menular melalui air liur
penderita. Ada juga yang menganggap epilepsi adalah penyakit jiwa, atau bahkan ada yang
menganggap epilepsi itu adalah tanda ketika manusia kan memiliki kelebihan khusus.
Stigma-stigma negative ini yang membuat ODE semakin tersudutkan. Penting bagi ODE
untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan tanpa rasa malu, minder atau takut, caranya
adalah dengan membangun konsep diri yang positif. Penelitian ini dilakukan dengan
mengunakan metode studi kasus untuk mengetahui bagaimana cara untuk membangun
konsep diri yang positif. Focus dalam penelitian ini adalh untuk mencari bagaimana proses
membangun keatifan dalam diri penyandang, membangun realisasi dari dalam diri dan yang
terkahir adalah display kepada public.
ISSN: 2355-0287 71
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
ISSN: 2355-0287 72
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
Bukan tidak mungkin kalau ternyata para penyandang epilepsi adalah individu yang
penyandang epilepsi memiliki kemampuan normal (Harsono dalam Anindita, 2010).
yang lebih dibandingkan dengan kita Di dunia ini, kasus epilepsi cukup
manusia umum. Membangun konsep diri sering dijumpai. Dalam
positif bagi penyandang epilepsi sangat bukunya Epilepsi, Prof. Dr. dr. S.M.
penting. Lumbantobing, seorang pakar saraf negeri
Orang Dengan Epilepsi (ODE) mereka ini menyebutkan, prevalensi epilepsi di
juga memiliki potensi dalam dirinya, seluruh dunia mencapai 5-20 orang per
mereka harus berinteraksi dengan 1000 penduduk. Sayangnya belum ada
lingkungannya, karena mereka tidak bisa penelitian tentang berapa tepatnya
hidup sendiri. Epilepsi adalah penyakit prevalensi epilepsi di Indonesia. Namun
yang ditimbulkan karena adanya jaringan diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2%. Jadi
syarap otak yang tergangu sehingga dengan jumlah penduduk 210 juta jiwa,
menimbulkan kejang-kejang atau populasi penderita epilepsi mencapai
bangkitan pada tubuh. Epilepsi dapat 2.100.000 orang .Epilepsi dihubungkan
timbul karena bawaan lahir, ataupun terjadi dengan kejadian seseorang tidak sadarkan
trauma atau kecelakaan yang diri, terjatuh, tubuh tegang, lalu disusul
mengakitakan tergangguranya system dengan gerakan-gerakan kejang tanpa
syaraf di otak. Berdasarkan pejelasan terkendali di seluruh tubuh.1
tersebut, sangat jelas bahwa epilepsi bukan Epilepsi di Indonesia dikenal dengan
penyakit yang disebabkan oleh virus yang berbagai nama seperti penyakit ayan,
dapat menular seperti ketika kita terkena sawan, celeng, dan lain-lain. Ironisnya di
flu. Kondisi ini masih belum dapat abad ke-21 sekarang ini, masih ada
dipahami oleh masyarakat, sehingga masyarakat yang menganggap epilepsi
banyak stigma negative yang timbul bukan sebagai penyakit melainkan sebagai
karena epilepsi. akibat dari kekuatan gaib, kutukan,
Kata “epilepsi” berasal dari bahasa kesurupan, bahkan sering dikaitkan dengan
Yunani, “epilambanein” yang berarti penyakit jiwa atau keadaan dengan
“serangan” dan menunjukkan bahwa inteligensi rendah. Epilepsi juga masih
“sesuatu dari luar badan seseorang dirasakan sebagai aib (Mardjono dalam
menimpanya, sehingga ia jatuh”. Anindita 2010).
Penelitian-penelitian selanjutnya banyak Banyak masyarakat yang menganggap
dilakukan oleh berbagai negara untuk bahwa epilepsi adalah penyakit yang
mengungkap pemahaman lebih dalam menular melalui air liur penderita. Ada
mengenai epilepsi dan cara juga yang menganggap epilepsi adalah
penanggulangannya. Epilepsi menurut penyakit jiwa, atau bahkan ada yang
etiologi dalam neurologi klinis sebenarnya menganggap epilepsi itu adalah tanda
bukan merupakan suatu penyakit, ketika manusia kan memiliki kelebihan
melainkan suatu gejala yang dapat timbul khusus. Stigma-stigma negative ini yang
karena penyakit. Secara umum dapat membuat ODE semakin tersudutkan.
dikatakan bahwa serangan epilepsi dapat Beberapa kasus terjadi ketika terjadi
timbul jika terjadi pelepasan aktivitas serangan kejang atau bangkitan para ODE
energi yang berlebihan dan mendadak tidak ada yang menolong, karena
dalam otak sehingga menyebabkan masyarakat ketakutan dan menghindarinya,
terganggunya kerja otak. Otak secara cepat sehingga bukan tidak mungkin ODE dapat
dapat mengoreksinya dan segera bekerja kehilangan nyawa karena tidak ada
normal kembali sehingga gejalanya hilang.
Itulah sebabnya epilepsi disebut kelainan 1
http://www.inaepsy.org/2011/05/mengenal-
yang khas, karena di luar serangan penyakit-kuno-epilepsi.html diakses pada
tanggal 25 maret 2015 jam 13:20
ISSN: 2355-0287 73
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
ISSN: 2355-0287 74
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
ISSN: 2355-0287 75
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
ISSN: 2355-0287 76
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
hingga 1,3 juta penduduk dan angka ini serangan ketika dia memberikan materi di
setara dengan 2% dari jumlah pengidap hadapan peserta seminar. Sebagai manusia
epilepsi di dunia yang mencapai 50 juta normal tentunya kita akan merasa ragu
orang dengan angka kejadian epilepsi pada untuk berinteraksi dengan lingkungan itu
pria lebih tinggi daripada wanita kembali. Tetapi, itu adalah langkah yang
(Margaretha dalam Anindita, 2010). salah. Sama halnya ketika seorang
Berdasarkan data statistic tersebut peragawati yang berjalan memperagakan
menunjukkan bahwa tidak sendiri baju di catwalk dan dia terjatuh, apakah dia
menjalani maslah tersebut. Keaktifan juga akan kembali lari kebelakang panggung?
dapat dilakukan dengan mencari informasi Tentunya tidak, artinya kita harus dapat
tentang epilepsi yang dapat memotivasi merubah apa yang negative justu menjadi
diri, yang dapat dilakukan mencari kelebihan dalam diri kita. Serangan juga
informasi apakah ada tokoh-tokoh dunia mungkin terjadi jika kita berada di tempat
yang berpengaruh yang juga ODE. Hal ini kerja, apa berarti kita harus keluar dan
sangat membantu untuk membangun mencari pekerjaan baru lagi? Tentunya
kepercayaan diri. Berdasarkan teori tidak juga, lalu pa yang dapat dilakukan?
penilaian sosial (Morrisan, 2010) yang Dengan memberikan pemahaman
didalamnya ada keterlibatan ego, jangkar informasi tentang kondisi diri kita
sikap dan efek kontras menjelaskan bahwa membuat lingkungan menjadi lebih paham
cara ini cukup efektif untuk merubah tentang apa yang terjadi. Sedikit kejadian
presepsi kita. Keterlibatan ego artinya, kecil, tidak akan berarti kalau kita dapat
keaktifan ODE mencari informasi menunjukan prestasi kita dilingkungan
menandakan rendahnya peran ego dalam tersebut.
dirinya. Orang dengan ego yang tinggi Terakhir adalah efek kontras. Ketika
artinya memiliki kognitif yang rendah, ODE dapat mengurangi ego artinya dapat
dimana dia akan percaya semua pesan berperan aktif dalam mencari informasi.
yang diberikan lingkungannya tanpa ada Kemudian membentuk jangkar sikap maka
proses seleksi. Sedangkan keterliban ego akan menghasilkan efek atau perubahan
yang rendah menunjukkan tingginya sikap yang positif dan menjadi seseorang
proses kognitif, yang berarti adanya yang aktif.
keaktifan dari ODE untuk menyeleksi Penting bagi penyandang untuk
pesan, mana yang benar-benar positif bagi memiliki sifat terbuka, yang senang
dirinya dan mana yang hanya stigma yang berfikir, memiliki daya imajinasi,
tidak dapat dibuktikan. memberikan perhatian pada peraan serta
Teori penilain sosial didalamnya juga memiliki kecenderungan berfikir bebas.
terdapat jangkar sikap. Sebagai individu Sifat terbuka membuat kita terbisa untuk
kita akan melihat atau memprediksi berfikir bebas dan selalu mencari hal-hal
bagaimana sikap orang lain terhadap diri baru membuat para ODE menjadi terbiasa
kita, dan perkiraan itulah yang akan untuk terus mengembangkan kebiasaan
menjadi acuan untuk kita menentukan berfikir. Kondisi ini membuat mereka
sikap. Sebagai ODE, kita selalu terhindar dari keterpurukan dan
memprediksi bagaimana penerimaan mengasihani diri mereka sendiri. Salah
masyarakat terhadap diri kita. Ada baiknya satu bentuk nyata adalah dengan aktif
jika kita selalu menanamkan hal positif, mengekapresikan diri. Menunjukkan
sehingga kita akan membentuk perkiraan ekspresi dan emosi diri pada lingkungan
yang positif. Sebagai ODE yang tidak menunjukkan eksistensi kita dalam
pernah bisa mengontrol kapan serangan lingkungan. Menunjukan emosi kita bisa
akan terjadi, ada kemungkinan serangan dengan menunjukan minat kita akan suatu
terjadi di hadapan umum. Salah satu hal. Contoh, aktif dalam klub sosial,
narasumber pernah mengalami terjadi mengikuti pendidikan da salah satu bidang,
ISSN: 2355-0287 77
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
dan lain sebagainya. Berbagai macam mengetahui minat dan keahlian kita
kegiatan tersebut dapat menajdi sarana dibidang apa.
untuk kita menyalurkan emosi kita. Membangun pola piker positif berawal
Pada dasarnya manusia adalah makhluk dari bagaimana cara berfikir yang kita
sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang gunakan. Menurut Petty dan Cacioppo
lain, artinya manusia harus dapat dalam Morrisan (2010) menjelaskan bahwa
berinteraksi dengan orang lain. budaya di otak kita memiliki semacam jaringan besar
Indonesia menunjukkan bahwa setiap yang berfungsi sebagai filter atau
orang berhak menyampaikan setiap bentuk penyaring terhadap setiap informasi yang
emosi dalam dirinya pada lingkungannya. kita anggap penting dan meloloskan
Emosi tidak hanya diartikan dalam bentuk infromasi yang kita anggap tidak penting.
ekspresi kejiwaan, tetapi emosi juga dapat Hal ini tentunya berkaitan dengan cara
berarti tindakan atau minat yang dilakukan. berfikir kita. Menurut Morrisan (2010)
Penyaluran ekspresi melalui berbagai terdapat dua cara berfikir yang digunakan
kegiatan sosial membuat mereka oleh manusia. Pertama adalah berpikir
menyadari kemampuan yang sebenarnya melalui jalur sentral, diaman dalam proses
ada dalam diri mereka. Bukan tidak berfikir tidak serta merta menerima segala
mungkin jika potensi diri yang tadinya bentuk informasi melainkan memilah
tidak disadari ada dlam diri menjadi terlebih dahulu. Kedua, proses berfikir
keahlian lebih yang dimiliki oleh setiap melalui jalur periferal, diamna proses
ODE. berfikir terjadi dengan menerima semua
Beberapa kasus menunjukkan bahwa informasi tanpa ada proses selektif.
ODE yang aktif dalam klub sosial secara Menurut Petty dan Cacioppo dalam
tekun menjalankan aktifitasnya membuat Morrisan (2010) dalam memotivasi pada
mereka menjadi lebih berprestasi dalam dasranya memiliki tiga factor yaitu:
bidangnya, sehingga mereka dapat Keterlibatan pribadi terhadap suatu topic,
menunjukkan eksistensi mereka di Keberagaman argument, dan
lingkungannya. Hal ini snagat penting kecenderungan pribadi. Motivasi diri tidak
dilakukan karena untuk menunjukkan diri dapat terjadi jika kita tidak tertarik
mereka berdasarkan prestasi yang terhadap informasi yang diberikan.
dimilikinya. Kebiasaan kita berfikir berpengaruh
terhadap motvasi yang dihasilkan, semakin
kita kritis menilai setiap infomrasi semakin
Realisasi Bersumber Dari Dalam Diri kita selektif dalam menerima informasi.
Orang-orang yang cendserung
Membangun pengaruh secara personal mempertimbangan segala hal dengan
dapat dilakukan dengan membangun pola cermat dari hasil pemikiran kritis, maka
pikir yang positif. Pertanyaannya semakin kita dapat membentuk pola piker
bagaimana membangun pola pikir positif? yang positif dalam diri. Stigma-stigma
Ada yang dimulai dengan mendekatkan negates yang beredar di masyarakat
diri kepada sang pencipta sesuai dengan tentang epilepsi adalah infromasi yang
keyakinannya. Contohnya, jika dalam tidak perlu kita terima, dan harus kita
ajaran seorang muslim dijelaskan bahwa buang. Berfikir kritis dengan apa yang
Allah tidak akan memberikan ujian dialami langsung para ODE menjadi dasar
melebihi dari kemampuan umatnya, untuk membentuk sikap positif dalam diri.
artinya jika kita menyebut kondisi sebagai Membangun pola pikir positif artinya
ODE adalah sebuah cobaan maka potensi membangun lingkungan yang positif.
yang kita miliki sesungguhnya lebih besar Manusia adalah makhluk sosial, dimana
dari cobaan yang kita terima. Bagaiaman lingkungan memiliki peran penting dalam
cara kita mengetahuinya? Tentunya dengan mempengaruhi setiap diri. Membangun
ISSN: 2355-0287 78
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
lingkungan yang positif sangat berarti bagi orang yang ada disekitar kita. Cara
para ODE. Stigma-stigma negative yang penyampaian dapat dilakukan dengan
beredar di masyarakat mengenai epilepsi menunjukkan apa yang menjadi kelebihan
membuat para ODE cukup sulit untuk yang kita miliki. Seperti prestasi yang kita
membangun motivasi diri, jika tidak dapatkan, kelebihan yang kita miliki.
didukung oleh lingkungan yang positif. Sehingga jika mereka mengetahui apa
Berdasarkan konsep komunikasi yang menutut kita menjadi kekerungan hal
intrapribadi, setiap diri manusia tersebut bukan menjadi maslah yang
dipengaruhi oleh pandang tentang diri berarti.
sendiri, pandangan diri orang lain dan Komunikasi antar pribadi menjelaskan,
pandangan orang lain tentang dirinya. Kita bahwa dalam proses komunikasi anatar
tidak pernah mengetahui siapa kita kalau pribadi setiap manusia selalu memberikan
orang lain tidak menunjukan pandangan penilai atau cap pada setiap diri. Kalau
tentang diri kita. Artinya, apa yang seorang ODE dapat melakukan berprilaku
menjadi persepsi dalam diri kita terbentuk aktif, membentuk pemikiran yang positif,
karena factor dari lingkungan sekitar kita maka ODE akan dinilai sebagai sosok yang
memaknai diri kita. Stigma-stigma baik. Ingat bahwa cap atau penilaian yang
negative tentang epilepsi cukup diberikan orang lain terhadap kita itu
mempengaruhi sulitnya membangun adalah cerminan diri kita. Kita tidak bisa
motivasi diri bagi penyandang. Ditambah menilai kita cantik, baik, pintar hanya
lagi dengan sikap dasara manusia yang karena kita menyebutkan. Tetapi penilain
selalu memberikan penilaian pada setiap itu muncul dari apa yang dilihat oleh orang
dirinya, seperti dijelaskan dalam teori lain terhadap diri kita.
penilaian. Maka penitng untuk kita Penting badi ODE untuk berperilaku
membangun lingkungan yang positif. aktif menggali potensi diri, membangun
Lingkungan yang positif adalah pola piker yang positif sehingga dia dapat
lingkungan yang selalu memberikan menunjukan konsep diri yang baik pada
penilaian yang baik terhadap ODE. masyarakat.
Caranya adalah dengan memahami kondisi
yang dimilikinya, menjadi teman untuk
berbagi, menunjukkan kalau kita memang KESIMPULAN
orang yang ada untuk mendukung apa
yang dilakukannya, mengucapkan hal-hal Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan
yang positif, dan mendengarkan hal-hal dalam pembahasan, untuk membentuk
yang positif. konsep diri yang positif bagi ODE adalah:
Kita meyakini bahwa setiap kata yang 1. Berperan aktif dan menunjukkan jati
kita ucapkan adalah doa yang berikan diri kita. Menjadi seseorang yang
untuk diri kita. Maka ucapkanlah hal-hal berprestasi dan aktif menggali
positif yang dapat membangun pola piker informasi membuat kita menjadi dapat
positif dalam diri kita. manyring segala mentuk infromasi
Display Kepada Publik dan menunjukkan jati diri kita.
2. Membentuk pola piker positif. Pola
Dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai pikir positif dapat membentuk
ODE kita memerlukan bantuan dari motivasi dalam diri, sehingga
lingkungan sekitar kita, jadi penting untuk kesadaran untuk menjadi lebih baik
kita menunjukkan kondisi sebenarnya bukan dari ornag lain tetapi dari
dalam diri kita. Proses menunjukkan dalam diri, sehingga motivasi tersebut
kondisi diri kita dilakukan bukan dengan menjadi lebih konsisten.
cara langsung disampaikan pada orang-
ISSN: 2355-0287 79
Jurnal Ilmu Komunikasi (J-IKA). Vol II. No.1 April 2015
REFERENSI
Creswell, John. 2012. Research Design
Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Pustaka Pelajar; Jogjakarta
Cianni, Mary, dan Donna Wnuck, 1997,
Individual Growth and Team
Enhancement: Moving Toward a New
Model of Career Development,
Academy of Management excecutive,
Vol 11, No.1, 1997
Davis, Keith, 1962. Human Relations at
Work, Mc. Graw-Hill Book Company,
Ltd., Tokyo.
Denzin, Lincoln, 2009. Handbook of
Qualitative Research. Pustaka Pelajar:
Jogjakarta.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antar
Pribadi dan Medianya, Graha Ilmu,
Jogjakarta.
Morissan, M.A. 2010. Psikologi
Komunikasi. Ghalia Indonesia, Bogor.
Morissan, M.A. 2013. Teori Komunikasi.
Kencana, Jakarta.
Anindita Nadiarani, 2010. Perilaku Koping
pada Penyandang Epilepsi Fak. Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sumber lain
http://www.ina-
epsy.org/2011/05/mengenal-penyakit-
kuno-epilepsi.html
artiksehatan.wordpress.com/2011/01/07/epileps
i/
ISSN: 2355-0287 80