Penyusun
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
: 41 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Status Perkawinan
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
MRS
: 6 Maret 2013
Tanggal Pemeriksaan
: 8 Maret 2013
II. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
:-
pandangan dan kelamaan pasien tidak jelas melihat pada pandangan sebelah luar. Pada
saat itu pasien berobat ke poli mata dan diberi obat tetes mata xytrol. Pasien rutin
kontrol ke poli mata tiap bulan. 6 bulan kemudian mata kanan mulai kabur dan tidak
bisa melihat pandangan sebelah luar juga. Oleh dokter mata dikonsulkan ke dokter
saraf dan pasien disuruh MRS pada tanggal 15 Februari 2013. Saat MRS dilakukan
pemeriksaan CT scan kepala dan didapatkan adanya tumor di sella tursica. Oleh
dokter saraf kemudian dikonsulkan ke dokter bedah saraf.
Pasien juga mengeluh nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri hilang
timbul, tumpul, berdenyut. Nyeri dirasakan di sekitar dahi dan mata juga pada
belakang kepala.Sejak kelahiran anak ketiga 6 tahun yang lalu, pasien mengaku
menstruasinya tidak lancar, sebelumnya rutin sebulan sekali, kemudian menjadi 3
bulan sekali. Pasien sempat berobat ke poli kandungan dan diberi obat (pasien lupa
nama obat) supaya menstruasinya lancar, tetapi hanya diminum selama 2 bulan saja.
Sejak 2 tahun terakhir pasien mengaku sudah tidak menstruasi sama sekali.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi
: Disangkal
- Diabetes Melitus
: Disangkal
III.
- Hipertensi
: Disangkal
- Diabetes Melitus
: Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 6 Maret 2013
Keadan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
TD
: 120/ 80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
RR
: 20 x/ menit
2
Suhu : 36,2 oC
* Status Generalis :
-
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
-
: A. Paru
Ispeksi : Gerak nafas simetris
Palpasi : Gerak nafas simetris, fremitus raba simetris
Perkusi : Sonor pada kedua Hemithorax
Aukultasi : Suara nafas vesikuler, Rh - /- Wz -/-
B. Jantung
Abdomen
Extremitas
: Atas
- Akeal Hangat
- Oedema
:+/+
:-/-
Bawah
-
Akral hangat
Oedema
:+/+
:+/+
3
* Status Neurologis :
GCS : 4-5-6
Nervus
NI
N. Olfactorius
N II
N. Opticus
N III, IV, VI
N. Oculomotorius
N. Trochlearis
N. Abduscen
(pemeriksaan dengan
menggunakan
perintah)
NV
N. Trigeminus
N VII
N. Facialis
Uraian
Kanan
kiri
Pembauan
dbn
dbn
dbn
dbn
60
Tde
dbn
dbn
60
tde
ditengah
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
ditengah
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
bulat
rata
4 mm
bulat
rata
4 mm
+
+
-
+
+
-
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
Sensorik
V-1
V-2
V3
Motorik
M. Temporlais
M. Maseter
Waktu Diam:
- Kerutan dahi
- Tinggi alis
- Sudut mata
N IX, X
N.Glosopharingeus
N. Vagus
- Lipatan nasolabial
- Sudut mulut
simetris
simetris
simetris
simetris
Waktu gerak :
- Mengertukan dahi
- Menutup mata
- Bersiul
- Meringis
- Tersenyum
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
simetris
Kedudukan Ulvula
Saat berfonasi
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
dbn
N XII
N. Hypoglosus
Meningeal Sign :
- Kaku kuduk
: -
: -
Reflex Fisiologis :
- BPR
: +1 / +1
- TPR
: +2 / +1
- KPR
: +1 / +1
- APR
: +1 / +1
Reflex Patologis :
- Babinsky
:-/5
- Chaddock
:-/-
- Hoffman
:-/-
- Tromer
:-/-
Sistem Motorik :
- Extremitas atas
:5/5
- Extremitas bawah
:5/5
Sistem Sensorik :
IV.
- Rasa Nyeri
: dbn
- Gerak Posisi
: dbn
- Rasa Tekan
: dbn
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 6 Maret 2013
- Laboratorium
> Imuno Serologi
- T3
: 2,2 (N: 0,6-2,1 ng/ml)
- T4
: 6,2 (N: 5-13 ug/ml)
-TSHS : 7,6 (N: 0,4-7 Iu/ml)
> Endokrin dan Hormon
- Prolaktin
: 136,02 ng/ mL
(N: menstrual cycle : 1,3-25, menopousal phase : 0,7-19 )
- Growth hormon: 2,97 ng/mL (N: < 10)
10
11
12
Hasil MSCT Scan Kepala Irisan sejajar OML tanpa dan dengan kontras :
-
Tampak soft tissue mass inhomogen kesan terdapat area kistikdi dalamnya, yang
pada pemberian kontras tak tampak kontras enhancement, berukuran sekitar 3,3 x
3,86 x 2,8 cm menempati daerah suprasella yang menyebabkan balloning sella
meluas ke fossa media kanan, serta masuk ke sinus sphenoidalis kiri kanan dan kesan
periventrikuler
Pons dan cerebellum kesan baik
Sulci dan gyri normal
Tak tampak deviasi midline struktur
Mastoid kanan dan kiri tampak normal
Orbita, nervus optikus kanan dan kiri normal
Sinus frontalis kiri kanan, ethmoidalis kiri, maksilaris kanan normal
Tampak penebalan mukosa tipis di sinus maksilaris kanan.
Kesimpulan :
-
soft tissue mass inhomogen kesan terdapat area kistikdi dalamnya, yang pada
pemberian kontras tak tampak kontras enhancement, berukuran sekitar 3,3 x 3,86 x
2,8 cm menempati daerah suprasella yang menyebabkan balloning sella meluas ke
fossa media kanan, serta masuk ke sinus sphenoidalis kiri kanan dan kesan mulai
V. RESUME
Anamnesa :
Penderita seorang wanita berusia 41 tahun, datang dengan keluhan:
Pengelihatan kanan kiri tampak kabur pada pengelihatan luar sejak 1 tahun yang
lalu.
keluhan nyeri kepala sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri hilang timbul, tumpul,
berdenyut. Nyeri dirasakan di sekitar dahi dan mata juga pada belakang kepala.
Gangguan siklus menstruasi sejak 6 tahun yang lalu, sudah tidak menstruasi sama
sekali sejak 2 tahun yang lalu
13
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 6 Maret 2013
N. II : tes yojana pengelihatan : kanan :60
Kiri : 60
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
> Imuno Serologi
- T3
: 2,2 (N: 0,6-2,1 ng/ml)
- T4
: 6,2 (N: 5-13 ug/ml)
-TSHS : 7,6 (N: 0,4-7 Iu/ml)
> Endokrin dan Hormon
- Prolaktin
: 136,02 ng/ mL
(N: menstrual cycle : 1,3-25, menopousal phase : 0,7-19 )
- Growth hormon: 2,97 ng/mL (N: < 10)
CT Scan :
-
soft tissue mass inhomogen kesan terdapat area kistikdi dalamnya, yang pada
pemberian kontras tak tampak kontras enhancement, berukuran sekitar 3,3 x 3,86 x
2,8 cm menempati daerah suprasella yang menyebabkan balloning sella meluas ke
fossa media kanan, serta masuk ke sinus sphenoidalis kiri kanan dan kesan mulai
VI.
ASSASMENT
-
VII.
Diagnosa klinis
Diagnosa topis
Diagnosa etiologis
: Hemianopsia Bitemporal
: Chiasma Opticum
: Tumor Suprasellar
PENATALAKSANAAN
Planning Diagnosa
- PA setelah operasi reseksi tumor
Planning Terapi
- Total reseksi tumor dan jaringan sekitarnya
14
- Antibiotik
Planning Monitoring
- Kadar Hb post operasi
- Jumlah drain post operasi
Planning edukasi
- Rajin kontrol ke poli bedah saraf setelah operasi
IX.
FOLLOW UP
Tanggal 11 Maret 2013
SOAP
S : Nyeri kepala di bagian belakang, pengelihatan mata kanan dan kiri masih agak kabur,
menstruasi (-)
O : K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - Td
: 120/ 80 mmHg
- Nadi
: 74 x / menit
- RR
: 20 x / menit
- Suhu
: 36,7 0C
Status Neurologis :
GCS
: 4-5-6
A : Tumor Suprasellar
P : - Infus RL 1500 cc/ 24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
- Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
: 100/ 70 mmHg
- Nadi
: 68 x / menit
- RR
: 20 x / menit
- Suhu
: 36,7 0C
: 4-5-6
: 110/ 70 mmHg
16
- Nadi
: 86 x / menit
- RR
: 20 x / menit
- Suhu
: 36,7 0C
: 4-5-6
: 120/ 80 mmHg
- Nadi
: 80 x / menit
- RR
: 20 x / menit
- Suhu
: 36 0C
: 4-5-6
operasi, mual (-), muntah (-), pengelihatan mata kiri sudah agak membaik, mata kanan
sudah mulai membaik
O : K.U : tampak sakit sedang
Vital Sign : - Td
: 120/ 80 mmHg
- Nadi
: 84 x / menit
- RR
: 20 x / menit
- Suhu
: 36 0C
Status Neurologis :
GCS
: 4-5-6
: 110/ 70 mmHg
18
- Nadi
: 84 x / menit
- RR
: 20 x / menit
- Suhu
: 36 0C
Status Neurologis :
GCS
: 4-5-6
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga
tengkorak baik di dalam kmpartemen suprtentorial maupun intratentorial. Di dalam
hal iini mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningens, vaskuler, kelenjar
hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian
tubuh lainnya.[3]
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang
menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh
penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang
tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden tumor otak pada anak-anak
19
terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan puncak usia 40-65
tahun.(1)
-Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun
(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3
bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1
persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi
karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi
tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor
lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum,
brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26
persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat
ditentukan. (2)
-Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan
pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya
timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak
yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun
demikian ada bebrapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga
memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan
patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.(1)
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
21
22
II.
23
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
b) Oksitosis.
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu
selama pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir
masa kehamilan.
3) Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative
avaskular, yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis
binatang rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel
kelenjar hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada
kedua ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini system yang
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga system
portal hipotalamus hipofisis. System portal merupakan saluran vascular yang
penting
karena
memungkinkan
pergerakan
hormone
pelepasan
dari
III.
Klasifikasi[4]
24
Sarcoma
Teratoma
Metastatic tumors
Carcinoma
Sarcoma, leukemia, lymphoma, histicytosis X
Tumor like condition
Infammatory
Infectious
Lymphocytic hypophysitis
Sarcoidosis, giant cell granuloma
Pseudotumor
Mucocele
Infiltrative
Amyloidosis
Hemochromatosis
Mucopolysaccharidosis
Tabel 1. Klasifikasi pituitary tumor dan tumor like condition[4]
Adenoma hipofisis adalah neoplasma epitel umum yang terdiri dari dan
berasal dari sel-sel adenohypophyseal. Mereka mewakili antara 10 dan 15 persen dari
semua tumor intrakranial.
Seperti tumor kelenjar endokrin lain, adenoma hipofisis bervariasi dalam
ukuran, tingkat pertumbuhan, penampilan radiologis, presentasi klinis, fungsi
endokrin, komposisi selular, dan morfologi. Dalam kebanyakan kasus mereka secara
histologis jinak, tumbuh lambat, neoplasma kecil terbatas pada turcica sella.
Beberapa, namun. tumbuh lebih cepat, menyerang jaringan sekitarnya, dan
menyebabkan gejala lokal seperti visual, sakit kepala gangguan. dan kompresi dari
hipofisis nontumorous, sehingga berbagai tingkat hypopituitarism.
Adenoma hipofisis dapat diklasifikasikan menurut ukuran mereka,
penampilan radiografi, fungsi endokrin, morfologi, dan cytogenesis. Ahli bedah saraf
sering mengklasifikasikan adenomas hipofisis atas dasar ukuran dan invasiveness,
sebagaimana ditentukan oleh studi pencitraan (magnetic resonance imaging,
26
Grade 1
Intrapituitary adenoma: diameter < I cm, focal bulging or other minor changes in sellar appearance
Grade 2
Grade 3
Grade 4
Invasive adenoma: diameter> 1 cm, extensive destruction of bony structures, "ghost" sella
C:
tumor hipofisis dapat dibedakan secara luas sebagai salah satu fungsi atau tidak
berfungsi. Kategori pertama terdiri dari tumor hipofisis yang menghasilkan GH,
PRL, ACTH, dan TSH, yang menghasilkan fenotipe klinis, masing-masing, dari
acromegaly, dari sindrom amenore-galaktore pada wanita dan penurunan libido dan
impotensi pada pria, penyakit Cushing, dan hipertiroidisme. Tumor yang
hipersekresi hormon gonadotropic (LH / FSH) dan subunit alpha glikoprotein
hormonal juga terjadi, tetapi mereka tidak menghasilkan sindrom klinis dikenali
endokrin dan karena itu umumnya diklasifikasikan sebagai nonfunctioning.
Beberapa adenoma hipofisis cosecrete lebih dari satu produk hormonal, dan ini
ditunjuk adenoma hipofisis plurihormonal.
IV.
Patofisiologi[5]
Tumor intrakranial primer atau neoplasma adalah suatu peningkatan sel-sel
intrinsik dari jaringan otak dankelenjar pituitari dan pineal.
Tumor sekunder/metastase merupakan penyebab tumor intrakranial,
kebanyakan merupakan metastase dari tumor paru-paru dan payudara. Prognosis
untuk pasien dengan tumor intrakranial tergantung pada diagnosa awal dan
penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan
28
herniasi.
Gejala Klinis[4]
Tanda dan gejala klinis yang tampil pada penderita adenoma pituitary
diakibatkan oleh hipersekresi atau hiposekresi satu atau beberapa hormone hipofise.
Keluhan gejala tersering adalah gangguan penglihatan, yang biasanya terjadi secara
perlahan-lahan mulai dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Nyeri kepala juga
merupakan keluhan umum yang kerap timbul (20%) pada semua stadium adenoma.
Keluhan ini lebih sering terjadi pada wanita-wanita dengan akromegali, dan ia idak
mempunyai, korelasi dengan ukuran adenoma, tetapi lebih berkaitan dngan ada
tidaknya produksi hormone somatotropik. Funduskopi menampakkan diskus optic
yang pucat. Lapang pandangan terganggu berupa hemianopsia bitemporal pada 70%
kasus (parsial/komplit) dan 30% menunjukkan defek homonimum skotoma sentralis
tau defek-defek ireguler lainnya.
Papil edema agak jarang dijumpai pada tumor minor yang masih kecil dan
terbatas di dalam sella. Proptosis biasanya merupakan tanda adanya stasis vaskuler
di sinus kavernosus atau tumor telah meluas sampai fisura orbitalis superior. Paresis
otot-otot ekstraokuler dapat terjadi pada 10% kasus, terutama melibatkan N.III.
Manifestasi neurologis
jarang terjadi.
VI.
Pemeriksaan Penunjang[6]
Large Tumours
1. Skull X-ray
Tumor besar menyebabkan ekspansi atau ballooning dari fosa
hipofisis dan dapat mengikis lantai.
2. CT scan
29
operasi
transphenoidal
untuk
menyingkirkan
adanya
aneurisma.
Adenoma Fungsional
1. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150
ng/ml biasanya berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar
prolactin antara 25-150 ng/ml terjadi pada adanya kompresi tangkai
hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamin berkurang, juga pada
stalk effect (trauma hypothalamus, trauma tungkai hipofisis karena
operasi).
2. Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi
hormon ini yang berupa cetusan, walaupun pada keadaan adenoma.
Normal kadar basal Gh <1 ng/ml, pada penderita acromegali bisa
meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada penderita biasanya tetap
normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya,
karenakadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal
kadarnya 0,67 U/ml, pada acromegali mebningkat sampai 6,8 U/ml.
Dengan GTT kdar GH akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah
pemberian
glukosa
oral
(100
gr),
kegagalan
penekanan
ini
Diagnosis[5]
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor
otak
adalah
dengan
mengetahui
informasi
jenis
t u m o r,
k a r a k t e r i s t i k n y a , l o k a s i n ya , b a t a s n ya , h u b u n g a n n y a dengan sistem
ventrikel, dan hubungannya dengan struktur vital otak misalnya sirrkulus
willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan periksaan
r a d i o l o g i s c a n g g i h y a n g invasive maupun non invasive. Pemeriksaan
non invasive mencakup CT-Scan dan MRI bila p e r l u d i b e r i k a n k o n t r a s
agar
dapat
menget ahui
batas-batas
t u m o r.P e m e r i k s a a n
Pituitary adenoma
Pituitary carcinoma
Craniopharyngioma
Glial neoplasm
Meningioma
Chordoma
Langerhans histiocytosis
Gangliocytoma
Others
Secondary tumor
Metastatic carcinoma
Metastatic melanoma
Langerhans' histiocytosis
Others
Pseudotumor
Pituitary hyperplasia
Lymphocytic hypophysitis
Lymphocytic infundibuloneurohypophysitis
Granulomatous hypophysitis
Sarcoidosis
Pituitary apoplexy
33
IX.
Abscess
Arachnoid cyst
Others
Managemen[6]
1. Terapi Medikamentosa
Dopamin agonis konsentrasi hormon yang lebih rendah yang
abnormal, terutama prolaktin. Pada prolaktinoma, tingkat prolaktin biasanya
rendah dan tumor menyusut, tetapi pasien membutuhkan terapi jangka
panjang sebagai sumber terus berlanjut. Penghentian pengobatan dapat
mengakibatkan ekspansi kembali tumor yang cepat. Agen digunakan
termasuk bromocriptine dan cabergoline, diberikan dalam jangka panjang.
Somatostatin analog: misalnya octreotide, menghambat produksi
hormon pertumbuhan dan menyebabkan beberapa penyusutan tumor pada
sebagian pasien. Tidak lagi menggunakan terapi jangka panjang.
GH rceptor antagonist: pegvisomant memungkinkan tumor mensekresi
GH dengan respon yang memadai untuk operasi, radiasi atau octreotide.
2. Terapi Operatif
a. Trans-sphenoidal
Melalui sayatan di gusi bagian atas, mukosa hidung adalah
dilucuti dari septum dan fossa pitutary didekati melalui sinus sphenoid.
Mikroskop fluoroskopi intraoperatif, neuronavigation atau real-time
MRI digunakan untuk bimbingan. Melalui rute ini kelenjar pituitari
dapat langsung divisualisasikan dan dieksplorasi untuk mikroadenoma.
Bahkan tumor besar dengan extentions suprasellar dapat diambil dari
bawah, tidak perlu dilakukan kraniotomi.
Saat ini banyak menggunakan metode trans nasal endoscopic
untuk mengangkat tumor. Hal ini untuk menghindari sayatan sublabial
dan meminimalkan retraksi septum dan ketidaknyamanan pasca
operasi. Metode ini sangat meningkatkan visualisasi dari sinus secara
luas dan struktur intrasellar.
b. Trans-frontal
34
Melalui
flap
kraniotomi,
lobus
frontal
ditarik
untuk
Prognosis[8]
Telah digambarkan bahwa perbaikan visual pasca operasi ditentukan oleh
berbagai faktor, termasuk usia, durasi kambuh, dan keparahan gangguan visual,
kondisi preoperatif optik disk, ukuran tumor, lokasi, edema peritumoral, keterlibatan
dengan kanal optik, perlekatan dengan membran arakhnoid, dan tingkat
pengangkatan tumor. Namun, beberapa analisis menunjukkan bahwa kekambuhan,
kondisi preoperatif disk optik, durasi gangguan penglihatan, dan edema peritumoral
merupakan faktor yang paling berpengaruh.
Terapi operatif adalah kunci untuk reseksi tumor suprasellar untuk
mendapatkan hasil visual yang diinginkan. Tingkat kekambuhan, kondisi preoperatif
disk optik, durasi gangguan penglihatan, dan edema peritumoral mungkin faktor
yang paling penting yang mempengaruhi hasil visual yang pasca operasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Berttolone SJ. Tumor of the central nervous system concepts in cancer medicine,
1982:649-659
2. Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle, Majalah
Kedokteran Nusantara Vol. 38 No 3, 2005.
3. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf, Gramedia Pustaka Utama Vol IV, 2010.
4. General
features
and
classification
pituitary
adenomas.
http://pituitaryadenoma.net/classificationpituitary.htm
5. Adenoma
Hipofisis.
http://www.scribd.com/doc/57833969/ADENOMAHIPOFISIS
6. Lindsay, Kenneth W. Neurology and neurosurgery illustrated. 5th edition, Elsevier,
2010.
7. How To Work Up A Sellar-Suprasellar Mass
http://moon.ouhsc.edu/kfung/jty1/neurohelp/ZNEWWU02.htm
35
36